Sunday, March 29, 2009

Knowing God 2009-2: God only Wise

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Hari ini kita akan membahas mengenai topik God Only Wise---Hanya Allah satu-satunya yang bijaksana (berhikmat). Kata ‘bijaksana’ (hikmat) dipahami sebagai sebuah kualitas moral. Hal ini dikarenakan ada juga nasihat dari orang fasik dan hal ini dianggap sebuah hikmat bagi mereka. Kita harus memahami bahwa harus ada kualitas moral untuk membedakan hikmat orang fasik ini dengan hikmat yang sejati. Kualitas moral ini juga berelasi dengan kualitas intelektual, yakni kemampuan untuk melihat, memilih dan melakukan sesuatu dengan tujuan yang tertinggi dan terbaik. Inilah hikmat yang sejati. Kualitas moral dan intelektual jugalah sekaligus bagi kita yang sebagai pondasi untuk memilih atau mendapatkan sesuatu yang bernilai tinggi dan terbaik. Hikmat adalah sisi praktis dari keinginan atau kebaikan moral dalam kesucian. Artinya, hikmat adalah bagian dari praktika yang bukan sekedar konsep. Pemahaman kognitis harus diaplikasikan dengan pemahaman yang empirik dalam bentuk perilaku. Oleh sebab itu dikatakan bahwa hikmat adalah sisi praktisdari keinginan atau kebaikan moral dan kedua ini ataus semua pemahaman ini harus berada dalam kontrol kesucian. Jika dikatakan berhikmat atau bijak tetapi bukan dalam koridor kesucian, berarti itu bukan hikmat yang sejati (misalnya Bohong putih). Hikmat yang sejati atau murni tentunya hanya ada pada Allah yang terintegrasi dalam jati diri atau esensiNya. Dalam Ayub.12:13 dikatakan, ”Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian; di dalam Rom.16:27 juga dikatakan, ”bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin; dan di dalam Kol.2:2-3 dikatakan, ”supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Apa yang ingin lihat dan pahami dari ketiga bagian firman ini adalah bahwa hikmat yang sejati, murni, tidak pernah salah, dan menyimpang hanya ada di dalam diri Allah. Oleh sebab itu dikatakan God the Only Wise---Allah satu-satunya yang bijaksana. Sehebat-hebatnya manusia pasti pernah berpikir salah sebelum bertindak salah. Tetapi Allah, yang adalah sumber hikmat, tidak pernah salah dan Dia tetap berada di dalam kebenaran yang sejati.

Hikmat manusia selain dapat salah tetapi juga jika seandainya benarpun bisa tidak terjadi atau gagal karena ketidakmampuan untuk merealisasikannya. Seseorang dapat tahu sesuatu yang bernilai dan benar tetapi belum tentu ia mampu mengaktualisasikan hikmat tersebut dalam sebuah tindakan. Tetapi hikmat Allah, selain benar juga tidak dapat digagalkan oleh apa dan siapapun. Dalam Ayb.9:4 dikatakan, ”Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat; dan di dalam Dan.2:20 dikatakan, ”Berkatalah Daniel: "Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan.” Dalam ayat ini kita dapat melihat ada sebuah perpaduan atau kombinasi di dalam diri Allah antara hikmat dan otoritas, kuasa , atau kemampuanNya. Oleh sebab itu Allah dengan segala hikmatNya tidak bisa ragu atau digagalkan oleh apapun. Hikmat Allah selalu dikaitkan dengan kemahatahuan dan kemahakuasaanNya. Kemahatahuan dan hikmat yang tak terbatas mengendalikan kemahakuasaan ALLAH (Yes.40:28, ”Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”). Hikmat tanpa kuasa bagaikan buluh yang terkulai (tidak mampu bertindak atau mewujudkan hikmat atau powerless) tetapi kuasa tanpa hikmat akan melahirkan kehancuran yang mengerikan dan inilah tipe kepemimpinan preman. Tetapi Allah yang berhikmat sekaligus punya power dan kemahatauan dan semua ini dikombinasikan secara bersama-sama. Dalam diri Allah kedua hal ini dipadukan sehingga layak sepenuhnya dipercaya yang kepadaNya kita menyerahkan diri secara sungguh-sungguh.

Apa yang ingin kita pamahi adalah, jika Allah yang memiliki hikmat, kuasanya, dan kemahatauanNya tidak terbatas, tentu saja dalam perjalanan hidup, sebagai anak-anak Allah yang memiliki pemahaman yang benar akan hal ini, kita tidak perlu kuatir atau takut karena Allah yang kepadanya kita percaya adalah Allah yang penuh hikmat kita adalah Allah yang mahakuasa. Semua karya penciptaan, pemeliharaan dan kasih karuniaNya dilakukan dalam hikmat, kemahatahuan dan kemahakuasaan.

Sejak penciptaan sampai kekekalan Allah selalu bijaksana (penuh hikmat) dalam segala hal yang direncanakan, dikerjakanNya dan dalam setiap peristiwa atau keadaan. Jika kita menklaim ini sebagai sebuah kebenaran, bisakah kita menikmati atau bersyukur dalam setiap ’kegagalan’ yang kita alami? Berapa kali Allah kurang bijaksana Allah bertindak dengan diri kita? Atau salahkah Tuhan telah menempatkan kita pada keadaan kita sekarang ini? Apakah kebijaksanaan Allah berkurang karena kehidupan kita seperti ini? Atau pernahkah Allah salah? Allah yang satu-satunya berhikmat dan sumber hikmat, dan semua hikmatNya dikerjakan di dalam rencana dan kehendakNya, dan semua peristiwa atau keadaan tidak pernah salah. Mengetahui hal ini, apa yang menjadi respon kita? Apakah kegagalan atau kesalahn yang kita alami merupakan kesalahan Tuhan atau kesalahan kita sendiri? Dengan apa yang kita rasakan atau alami sekarang, apakah Allah telah melupakan kita dan kurang hikmat sehingga membiarkan kita seperti sekarang ini? Apakah kita bisa menikmati hidup di dalam hikmat Allah?

Dengan hikmatNya Allah menciptakan segala sesuatu dan menatanya sedemikian rupa. Dalam hikmatNya, Allah bertindak dalam semua peristiwa dan keadaan yang diplot sesuai rencanaNya yang mulia. Semua rencana Allah ada dalam hikmatNya. Karya atau tindakanNya sesuai rencana agungNya terjadi dengan kebijaksanaan yang tak terbatas, kemahatahuan dan kemahakuasaan.Semua rencana dan hikmat Allah tidak satupun yang gagal atau dapat digagalkan. Karena itu Allah tidak pernah salah dalam setiap keputusan dan tindakanNya. Bisakah kita semua mengaminkan bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup kita? Jika kita bisa mengamininya, maka kita akan menjalani hidup ini dengan tenang dan tanpa kekuatiran sama sekali.

Beberapa contoh dalam Alkitab.

Abraham
Abraham yang dipilih dan dipanggil Allah untuk maksudNya tidak gagal walau dia beberapa kali jatuh ke dalam dosa. Tindakan berbohong kepada Abimelekh (Kej.20), dia berbohong dua kali, sewaktu di Mesir dan pada Abimelekh. Dan yang juga mengambil Hagar atas desakan Sarah dan kemudian mengusirnya dgn Ismael (Kej.21) tidak serta merta membuat rencanaNya melalui Abraham gagal. Abraham yang dianggap sebagai pria lemah dan kurang bertanggungjawab atas istri dan Hagar/Ismael kemudian diteguhkan Allah melalui pengujian iman (Kej.22) bahwa setelah Ishak (anak Perjanjian) besar diminta untuk di kurbankan. Iman dan kesetiaan Abraham teruji dan janji keturunan melalui dia digenapi. Abraham dan Lot. Logikanya Abraham tidak layak lagi untuk dipakai Allah, tetapi Allah tetap memakai dia. Mari melihat diri kita, salahkah Allah menempatkan kita sebagai pelayannya di kampus? Bukankah kita juga punya banyak kesalahan di hadapan Allah? Tetapi inilah pikiran Allah yang tidak terselami oleh pikiran kita manusia. Dalam kisah Abraham dan Lot, kita menemukan kisah di mana Abraham mengijinkan Lot untuk memilih tanah pertama kali dan Lot memilih bagian yang sangat subur. Tetapi bukankah tanah pilihan Abraham yang menurut Lot adalah tanah ’nomor dua’ melimpah dengan berkah dan menjadi subur dan Lot dalam tanah dengan segala kelimpahannya juga tumbuh kejahatan yang melimpah.

Yakub
Yakub adalah penipu! Karena dia penipu , maka dia lari dari rumahnya karena takut pada ayahnya. Yakub sang penipu dibentuk Allah dengan harus pergi dari Esau dan kemudian ditipu oleh Laban, mertuanya. Dengan rasa takut kembali ke kampungnya dan akan bertemu Esau sehingga mengirim pesan agar dia diterima. Yakub bergumul dengan malaikat Tuhan dan membentuk serta mengubah dia kembali (Kej.31-32). Yakub yang dirubah Allah jijik akan kelicikannya menipu.. Yakub yang bertobat kemudian diberkati Allah dan tidak perlu lagi takut menjumpai Esau karena Tuhan menyertai dia (Kej.32:26-28). Dari Yakub lahirlah 12 suku Israel yang menjadi bangsa pilihan Tuhan. Dari seorang penipu, muncul bangsa pilihan Tuhan. Apakah Allah salah dalam hal ini? Tentu saja tidak. Dari dua kasus ini, dengan semua kelemahan Abraham dan Yakub, Allah bisa berkarya.

Yusuf
Di masa muda dijual saudaranya ke saudagar Mesir. Status sebagai budak dagangan kemudian beralih menjadi narapidana akibat korban fitnahan (Kej.39). Yusuf dalam segala keadaan disertai Tuhan sehingga dia berhasil. Yusuf diuji, dibentuk dan didewasakan Allah mulai perbudakan sampai penjara. Secara psikologis, apa yang Yusuf alami adalah sesuatu yang sangat berat. Sebagai anak kesayangan di keluarganya, dia dibenci oleh saudaranya dan bahkan menjual dia dan menjadi budak di Mesir. Bukan hanya itu, dia juga di fitnah oleh isteri Potifar dan akhirnya masuk penjara dan temannya yanga da di dalam penjara lupa kepada dirinya. Tetapi Yusuf belajar berserah kepada Allah, tetap berhati riang dan murah hati dalam keadaan yang membuat frustrasi, menanti waktu Tuhan dengan sabar. Kesulitan yang panjang dipakai Tuhan untuk membentuk dia. Sang pemimpi kemudian menjadi pemimpin; dari penjara ke istana. Mari melihat Kej.45:7-8, ”Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”; dan 50:20, ”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”). Dari kedua ayat ini kita menemukan ada sebuah pemahaman teologis dan praktis bahwa Yusuf mengakui bahwa hidupnya ada di dalam rencana Allah. Jika kita melihat hidup kita, dengan segala ’kegagalan’, apakah kita melihat seperti Yusuf melihat dunia?

Dari ketiga kisah di atas kita melihat bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup Abraham, Yakub, ataupun Yusuf. Semua rencana, peristiwa, atau kehendak Allah dilakukan di dalam kemahakuasaan, hikmat yang tidak terbatas, dan didalam kemahatahuan Allah. Dan semua hal ini dilakukan oleh Allah demi rencanaNya yang agung. Oleh sebab itu mari melihat apakah rencana Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita sehingga kita bisa menikmati hidup kita dengan baik. Jika hikmat Allah ada bagi kita, dan kita memandang hidup kita di dalam hikmat Allah, maka kita bisa melihat hidup ini dengan benar, bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup kita.

Mari melihat garis keturunan Yesus dalam Matius 1:1-17. Perhatikan siapa saja dan bagaimana kehidupan mereka yang masuk dalam garis silsilah tersebut. Siapakah Abraham, Yakub, Rut, Daud, Bersyeba, Salomo dst. Dan dari keturunan ini, lahirlah Yesus sang Juruselamat dunia. Lihat bagaimana hikmat Allah dalam silsilah kelahiran Yesus Kristus.
Allah tidak pernah salah dalam hal apapun termasuk dalam segala hal yang terjadi dalam diri kita. Rancangan Allah mendatangkan damai sejahtera dan kemenangan. (Yer.29:11-12, ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu”. bd. Yes.55:6-9). Manusia mereka-rekakan yang jahat tetapi Allah mereka-rekakan yang baik. Dengan hikmatNya Allah bekerja dalam dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Rom.8:28-29, ”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”). Dalam setiap peristiwa dan keadaan Allah sedang merajut hidup umatNya bagaikan benang kusut yang tidak menarik pada awalnya, namun kemudian menjadi kain yang indah setelah ditenun. Hidup sepertinya tidak punya makna, kusut, berantakan dan tidak menjanjikan tetapi dengan hikmatNya Allah menjadikannya berarti dan sebagai perwujudan rencanaNya di dalam diri dan melalui diri kita. Dengan pemahaman bahwa Allah adalah pemilik hikmat satu-satunya kita menjalani hidup dengan sukacita, iman, dan penyerahan kepada Allah. Orang yang gagal dan tidak taat tetapi dengan hikmat Allah (seperti Abraham dan Yakub), dididik dan dipulihkan sehingga Allah mereka menjadi saluran berkat Allah dan Allah pakai. Orang yang taat tetapi mengalami penderitaan (seperti Yusuf) juga akan dilihat oleh Allah. Allah yang sumber segala himat yang tidak pernah salah lah yang menata dan merajut hidup kita. Mari berjalan dengan iman dalam pemaham]an bahwa Allah adalah berhikmat dan bijaksana-God only Wise!
Solideo Gloria!

Knowing God 2009-1: God Unchanging

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Hari ini kita belajar mengenai Allah yang tidak berubah. Mari melihat beberapa ayat penuntun. Dalam Mzm 93:2 kita melihat bahwa Allah ada dari kekal; Yer 10:10 menyatakan bahwa Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal; Rom 1:23 manyatakan Allah itu tidak fana; 1 Tim 6:16 menyatakan bahwa Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut; Mzm 102:26 dst menyatakan bahwa Langit dan bumi akan binasa, tetapi Allah tetap ada; Yesaya 48:12 menyatakan bahwa ”Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian”. Demikian juga, Yesus yang adalah Tuhan juga kekal adanya. Ibrani 13:8 mengatakan ”Yesus Kristus tetap sama, baik klemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”. Ibrani 7:25b mengatakan ”Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Wahyu 1:17-18 juga mengatakan, ”Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Dari Wahyu ini kita melihat ada tiga penekanan: Yang Awal, Yang Akhir, dan yang terakhir adalah Yang Hidup.

Eksistensi Allah Tidak Berubah
Topik kali ini berbicara soal God Unchanging-Allah yang tidak berubah. Hal ini berarti eksistensi Allah tidak berubah. Semua benda atau materi memiliki titik awal dan titik akhir. Tetapi Allah tidak demikian adanya. Benda atau materai masuk ke dalam sistem waktu dan dibatasi oleh waktu dan ruang, tetapi Allah sang pencipta tidak demikan. Jika benda dan materi ada di dalam dimensi, Allah berada di luar dimensi. Oleh sebab itu dikatakan Allah tidak bermula dan Allah tidak berakhir. Dan dari segi keberadaannya, Allah tidak pernah mengalami perubahan di dalam diriNya. Hal ini terjadi oleh karena Allah tidak dibatasi waktu dan ruang. Allah juga tidak masuk dalam sebuah proses menjadi. Allah bukan dari tidak ada menjadi ada; Dia ada sebelum yang ada itu ada dan tetap Dia ada sesudah yang pernah ada itu menjadi tidak ada. Dia bukan hanya alpha dan omega tetapi pencipta dari segala sesuatu yang pernah ada dan yang akan ada. Artinya apa yang pernah ada dan akan ada semua adalah oleh Allah.
Allah tidak masuk dalam proses perkembangan. Allah tidak pernah muda dan menjadi tua. Oleh sebab itu jangan pernah membayangkan wajah Allah setelah sekian ribu tahun. Oleh karena itu, Allah juga tidak pernah dari lemah menjadi kuat atau sebaliknya; semakin bijaksana atau ’salah’; mendapat atau kehilangan sesuatu yang baru karena Dia tetap Dia apa adanya (sempurna).

Karakter Allah yang Tidak Berubah
Ketegangan, goncangan dan lobotomi (gangguan pada syaraf otak) dapat mengubah sifat seseorang, termasuk kita semua. Dalam moment tertentu kita bisa gampang senyum, tetapi di situasi lain dia kita menjadi gampang marah. Tetapi bukan demikian halnya dengan Allah. Manusia yang baik dpt berubah menjadi jahat, mengalami kepahitan, tersinggung, sinis, tidak punya perasaan dst. Kita sering bertemu dengan orang yang mengingkari janjinya. Inilah manusia. Allah tidak pernah mengalami perobahan yang demikian. Nama Allah sekaligus menyatakan sifatNya yang kekal dan tetap Dalam Kel.3:14-15 dikatakan, ”Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.” Segala sesuatu mengenai Allah adalah sempurna dan tidak pernah mengalami perubahan. Allah tidak pernah semakin baik atau jahat, semakin lebih peduli atau jadi cuek, semakin lebih mengasihi atau menjadi kejam dst. Keadaan, waktu, dan situasi apapun tidak akan pernah mengubah karakter Allah. Ketika Allah berkata ‘Aku adalah Aku’, itu adalah pernyataan kesempurnaan Allah yang tidak akan pernah berubah.
Jika kita memahami hal ini dengan jelas, kita bisa melihat bahwa karakter Allah yang tidak pernah berubah membuat kita percaya dan tidak berhenti berharap dan yakin akan kasih setiaNya (band. Rat 3:21-26,). Ratapan 3 ayat 21-23 mengatakan, ”21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: 22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”. Inilah Allah yang tidak berubah kasihn setiaNya dan karakternya. Jika manusia, yang cinta dan janjinya masih bisa berubah masih ada yang mau dekat bahkan hidup dan melangkah bersama dengan dia, bukankah kita, yang sudah mengklaim bahwa Allah tidak berubah kasih setiaNya, seharusnya lebih berharap dan lebih tenang, dan berani melangkah di tahun 2009? Atau masih adakah diantara kita yang menganggap bahwa Allah telah berubah dan mengasihi dirinya lagi?
Dalam Ratapan 3:24 Yeremia mengatakan, "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.” Kemudian dilanjutkan pada ayat 25, Yeremia mengatakan, ”TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.” Kebaikan Allah 5 tahun, 10 tahun, 100 tahun, 1000 tahun, atau 1000000 tahun yang lewat, tidak akan pernah berubah, hari ini atau sampai kapan pun. Kasih setia dan kebaikan Allah yang tidak pernah berubah seharusnya melahirkan ketenangan batin di dalam diri kita. Pertanyaan bagi kita, bisakah kira merasakan bahwa Allah itu baik dalam situasi sulit? Jika semua bisnis atau pekerjaan kita semua lancar pasti kita gampang mengatakan bahwa Allah baik (jangankan kita, seorang ateispun akan mengatakan hal yang sama dan jika kita hanya menganggap Allah baik, maka kita menempatkan Tuhan tidak lebih sebagai mamon dalam hidup kita). Ketika kita berkata God Unchanging, maka kita menyadari bahwa kita harus bersandar penuh kepada Allah karena kita meyakini bahwa Allah baik kapanpun dan dalam situasi apapun. Apakah ketika kita gagal PNS, diputusin pacar, di PHK, atau dalam situasi sulit lainnya, kita masih berani mengatakan bahwa Allah baik. Pemahaman akan Allah yang tidak berubah membuat kita berani menjalani hidup ini.

Pengalaman bersama Allah yang tidak pernah berubah di masa lalu memberi jaminan bahwa perjalanan hidup umatNya ada dalam tuntunan dan pemeliharaanNya. Yosua memiliki ketakutan dalam memimpin bangsa Israel untuk menuju tanah Kanaan. Pertama, Musa, sang Pemimpin Besar mati; kedua, bangsa yang dipimpin itu keras kepala; ketiga, sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan memasuki tanah Kanaan, banyak peperangan yang akan dihadapi untuk dikalahkan. Oleh sebab itu, sangat wajar Yosua menjadi kecut dan tawar hati. Tetapi mari kita perhatikan apa yang terjadi. Ketika Allah berkata, ”Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, Aku akan menyertai engkau.”, Yosua menjadi berani. Pengalaman dan pemahaman seperti ini, bahwa Allah yang tidak berubah kuasa dan kasih setianya, akan menolong kita untuk melalui tahun ini, walau ada ancaman PHK maupun ancaman lainnya yang akan dan sedang menanti kita.

Oleh karena Allah yang tetap dan Yang Maha Kuasa maka kita tidak perlu takut karena Dia dapat diandalkan sepanjang masa sebagai tempat kita bersandar. Jika orangtua kita seorang pejabat pasti kita akan mengandalkannya dalam menghadapi persoalan. Demikian juga dengan hubungan kitadengan Allah. Jika kita memahami bahwa Allah maha kuasa dan akan tetap maha kuasa dan Allah tetap bisa diandalkan. Oleh sebab itu jangan pernah meragukan kuasa, kesetiaan, dan kemampuan Allah. Hal inilah yang membuat kita berani karena Allah mampu melakukan segala perkara.

Allah yang tetap sabar,lembut dan penuh kasih sayang menjadikan Dia sahabat yang sejati tempat kita mencurahkan perasaan dan pergumulan. Mzm 62:9 mengatakan, ”Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.” Ketika kita mencurahkan isi hati kita kepada orang, dia bisa saja menyalahkan kita dan memojokkan kita, tetapi Allah yang kepadanya kita mencurahkan isi hati, selalu peduli dan mengerti sampai kapanpun. Jangan pernah meragukan kesabaran dan kelembutanTuhan. Allah yang setia dan tetap peduli dan mendengar seruan, membuat kita rajin dan tidak jemu-jemu berdoa. Allah tetap penuh anugerah dan pengampunan membuat kita berani mengaku dosa dan memohon belaskasihanNya. Allah tidak berubah dalam mencintai dan memeliharakita dan hal inilah yang menghilangkan kekhawatiran atau kecemasan karena Dialah Gembala kita.

Kebenaran Allah tidak Berubah
Manusia kering seperti rumput, tetapi firman Allah tetap untuk selama-lamanya. (Yes.40:6-8, ”6Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. 7Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. 8Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."; bd. Mzm.119:89, 151-152). FirmanNya tidak pernah usang atau out of date. Tidak ada hal yang dapat membatalkan kebenaran Allah (Yoh.10:35, ”Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --,). Allah dan firmanNya yang tidak berubah membuat kita tetap berpegang dan hidup sesuai firman. Firman Tuhan tetap menjadi standar kebenaran yang mutlak dan patron dalam hidup kita sehari-hari. Itulah sebabnya kita senantiasa percaya bahwa janji Allah sesuai firmanNya tidak berubah, membaut kita tegar dalam pengharapan. Karena firman Allah tidak berubah, maka janji Allah juga tidak berubah.

Jalan-Jalan Allah Tidak Berubah
Allah tetap bertindak pada semua manusia dengan cara yang Ia kerjakan dalam kisah Alkitab. Artinya orang jahat tetap dihukum dan orang yang setia dan benar dihadapanNya akan dipelihara dan diberkatinya. Jalan Allah adil dan benar baik bagi orang percaya maupun yang tidak percaya. Allah tetap membenci dosa dan mencintai kebenaran sampai kapan pun. Tujuan dan prinsip tindakanNya tetap konsisten. Allah tidak pernah bertindak di luar karakterNya.

Rencana Allah Tidak Berubah
Ia yang adalah kemuliaan Israel tidak berdusta atau mengubah pikiranNya, sebab Ia bukanlah manusia yang harus menyesal (1 Sam.15:29, “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal." bd. Bil.23:19). Rencana Allah dibuat berdasarkan pengetahuan (foresight and foreknowledge) dan kontrol sepenuhnya terbentang dari segala hal pada masa lalu, kini dan yang akan datang (Mzm.33:11). Kisah dalam dalam Kej.6:6;1 Sam.15:11; 2 Sam.24:16; Yun.3:10 dan Yoel.2:13 dikatakan bahwa Allah menyesal dan menarik keputusanNya. Dalam kasus tersebut perubahan perlakuan Allah sebelumnya terhadap orang-orang tertentu, berkaitan dengan reaksi mereka terhadap perlakuan tersebut. Tetapi tidak ada indikasi bahwa reaksi ini tidak diketahui oleh Allah sebelumnya (foreseen), atau perubahan itu dilakukan Allah secara mendadak dan perubahan itu tidak pernah ada dalam rencana kekal-Nya sebelumnya.

Dunia dan zaman berubah, tantangan dan ancaman berubah, manusia berubah dan masih banyak perubahan lainnya. Satu hal yang perlu kita ingat adalah Allah tidak berubah. Inilah sukacita dan penghiburan serta dasar pengharapan orang percaya. Bersama Allah yang tidak pernah berubah itu kita berani menatap masa depan dan menjalani tahun 2009 dengan sukacita dalam pengharapan.
Solideo Gloria!

Seri LDS 5: The Joy of Waiting

By: Ir. Indrawaty Sitepu, MA



Kali ini kita akan membahas topik terakhir dari seri LDS, yaitu The Joy of Waiting.
Hasil survey menunjukkan bahwa ada beberapa sikap/respon orang yang masih melajang.

1. Hidup dalam ketidakbahagiaan karena tegang dan frustrasi.
Biasanya kondisi ini tidak dialami oleh mereka yang berusia di bawah 17 tahun. Mereka yang pada point pertama ini selalu berkeluh kesah dan sering sekali mereka meragukan dan melupakan bahwa Allah mengasihi mereka. Mereka selalu bertanya-tanya mengapa dalam hal yang lain Allah menjawab doa mereka tetapi ‘tidak’ dalam hal pasangan hidup. Orang-orang seperti ini tidak produktif dan tidak bahagia. Mereka sering menjengkelkan dan tidak menjadi berkat bagi orang lain.

2. Hidup menutup diri
Orang-orang dalam kondisi seperti ini selalu murung, tidak bergairah, dan penuh penyesalan. Bahkan ada beberapa orang yang benar-benar menutup diri dan tidak menerima lagi ada pria/wanita untuk menjadi pasangan hidupnya.

3. Masa bodoh, cuek, dan tidak serius.
Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada mereka yang masih muda (di bawah 17 tahun).

4. Menerima status bujangan sebagai pembentukan Allah untuk menjadi pria/wanita sejati.

Dari empat point diatas, point keempatlah yang seharusnya menjadi pilihan kita, bukan yang lain.

Dalam hidup ini ada ‘kelas-kelas’ pembentukan sebelum pernikahan. Ada orang yang dalam ‘kelas’ itu hanya tiga tahun dan setelah itu menikah. Ada juga yang lama dalam menjalani ‘kelas’nya. Tetapi semuanya menjadi waktu atau tempat dimana Tuhan membentuk kita menjadi pria/wanita sejati.

Kita akan melihat I Korintus 7:1-15 dalam ayat per ayat.
Pada ayat yang pertama kita melihat ada jawaban Paulus atas pertanyaan orang Korintus tentang perkawinan, melajang, dan perceraian. Kita bisa menemukan pernyataan bahwa lebih baik bila tidak menikah. Bila kita melihat bagian yang lain pada I Kor 7 ini (ay 32-35), orang yang tidak menikah memiliki tiga alasan, yaitu memusatkan diri pada Tuhan, untuk fokus pada Tuhan, dan untuk melayani tanpa gangguan. Jadi berbeda dengan orang yang tidak kawin dengan alasan yang lain. Bukan berarti ada larangan kawin pada bagian ini, karena kawin bukanlah dosa da bukan pula lebih ‘rendah’ posisinya dibandingkan dengan mereka yang tidak kawin.

Pada ayat yang kedua dijelaskan tentang bahaya percabulan. Jika karena tidak kawin pria/wanita jatuh dalam percabulan, lebih baiklah mereka kawin. (bd I Kor 6, tentang nasihat akan percabulan.)

Pada ayat 3-4 kita melihat ada konsep tentang pernikahan. Pada bagian ini kita dapat melihat bahwa ada pemenuhan secara rohani dan jasmani antara suami isteri. Kata ‘memenuhi’ disini memiliki arti yang mirip dengan bayar hutang (bhs Yunani). Jadi ada konsep yang harus kita pegang sehingga keduanya bisa saling melengkapi. Ingat, hutang harus dibayar dan merupakan kewajiban.

Ayat 5-6 adalah semacam peringatan yang mengatakan agar suami isteri tidak saling menjauhi. Jangan bertarak jika sudah menikah. Jangan ada penolakan di mana yang satu tidak ingin memenuhi, tetapi yang satu lagi ingin dipenuhi. Tetapi ada satu kelonggaran untuk bertarak-walaupun tidak harus demikian-di dalam hubungan ini. Tetapi kelonggaran ini harus memenuhi tiga syarat, yaitu harus disetujui bersama, bersifat sementara, dan memiliki tujuan rohani dan benar supaya mendapat kesempatan untuk berdoa. (bd Pengkhotbah 3:5, dan Yoel 2:15-16). Ada waktu-waktu yang baik untuk berpisah dengan pasangan untuk mendekatkan diri pada Tuhan

Dalam ayat ketujuh kita melihat bagaimana pernyataan Paulus yang menga- takan alangkah baiknya bila semua orang seperti dirinya (melajang). Tapi dalam hal ini, saya mengajak kita untuk berpikir jangan melajang sekedar melajang, akan tetapi kita harus memiliki alasan yang tepat. Mari kita lihat dalam Mat 19:11-12. Pada bagian ini kita dapat melihat alasan kenapa kita melajang dan bagaimana kita mengisi masa lajang kita. Kita dapat melihat, betul, bahwa kita melihat karunia Tuhan di sana. Tetapi yang sesungguhnya adalah, pertama, ada orang yang tidak kawin karena kelainan tertentu. Kedua, karena orang lain, mis trauma, sakit hati dll. Ketiga, karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan Surga. Jadi, pada bagian yang ketiga ini kita melihat ada orang, yang tentu saja dalam karunia Tuhan, dia memilih untuk taat. Demi ketaatan itu, dia menyerahkan dirinya sendiri. Dengan kata lain ada ketaatan yang melahirkan penyerahan diri demi kerajaan Allah.
Bagian dari ayat 8-9 ini mirip dengan ayat 1-2. Hanya saja pada bagian ini ada dijelaskan tentang ‘kawin’ dan ‘kawin lagi’. Jadi jelaslah ada yang single karena melajang, dan ada yang single karena sudah menjadi janda/duda. Bagi Paulus, orang-orang seperti ini lebih baik tidak kawin. Tetapi diingatkan lagi agar hal ini tidak dipaksakan, karena tidak ada nilainya dan yang muncul hanya kehangusan. Bila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi secara emosional, hidupnya akan menjadi kacau. Jika demikian halnya, lebih baiklah mereka kawin. Kenapa Paulus menganjurkan agar mereka tidak kawin? Mari kita bandingkan dengan ayat I Kor 7: 26, 32-35 di mana dalam bagian ini menjelaskan bahwa banyak tugas yang harus diselesaikan dan tugas ini mendesak, yaitu pelayanan demi Kerajaan Allah yang harus segera dituntaskan.
Ayat 10-15 berbicara tentang perceraian. Mari kita lihat dahulu Mark 12:25 “Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” . Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa bila orang bangkit dari kematian, lembaga kematian akan dihapus atau terhapus dengan sendirinya karena lembaga ini bersifat sementara. Walaupun demi kian, perkawinan harus dijaga dengan penuh hormat. Jangan karena per- kawinan hanya ada di dunia, kita boleh semba- rangan. Ini tidak benar dan tidak Alkitabiah. Justru Alkitab mengajarkan bah- wa pernikahan itu harus dijaga dan dihormati (Ibrani 13:4). Dalam kondisi inilah, ketika pasangan saling menghormati dan menjaga, bukan saling menjatuhkan atau menyakiti, pernikahan memiliki martabat yang tinggi.
Ada fakta berdasarkan survei pada tahun 80-an.

• Di Inggris, 1 dari 3 perkawinan cerai.
• Di AS >1 dari 2 perkawinan cerai, berarti yang satu lagi hampir cerai.

Oleh sebab inilah kita sering melihat profil single parent di dalam film-film. Hal ini merupakan tindak lanjut dari konsep pernikahan yang salah dan dangkal. Di Indonesia juga, fenomena ini sudah mulai terjadi.

Bukan seperti ini rancangan Allah di dalam pernikahan . Markus 10:1-12 adalah lara- ngan Yesus akan perceraian. Jika ada yang bercerai, itu terjadi karena pilihannya sendiri bukan sebuah pemenuhan perintah Tuhan. Dalam Mark 10:1-12 dinyatakan bahwa orang yang hidup dalam perceraian berarti hidup dalam perjinahan. Oleh karena itu hati-hatilah jika kita melangkah dalam pernikahan. Melangkah ke dalam pernikahan adalah langkah yang mulia sekaligus penuh tanggung jawab.

Mari kita lihat persoalan dan cobaan seorang lajang (dalam masa penantian)

1. Menolak diri sendiri.
Ada perasaan dimana kita ditolak karena penampilan kita yang kurang menarik dimana akhirnya kita menolak diri kita.

2. Merasa bersalah
Bisa terjadi kalau dulu kita memiliki standart yang terlalu tinggi dalam mencari pasangan hidup.

3. Hidup dalam kerapuhan

4. Mementingkan diri sendiri

Merasa begitu menderita sehingga harus diistimewakan.
5. Kesepian

6. Dorongan-dorongan seksual

7. Kekuatiran akan hari depan.

8. Gelisah bila menghadapi pria atau wanita

Bagaimana mengisi masa penantian dengan bahagia dan penuh makna?

1. Berdoa. Dalam Mat 7:7-11, …apalagi Bapamu yang di surga,…
Dalam Roma 8:32 dapat kita lihat kasih dan kuasa Tuhan. Allah mengasihi kita dan berkuasa untuk mewujudkannya.

2. Tujuan seorang Kristen adalah menjadi serupa dengan Kristus (untuk tercapainya itu, Tuhan mengijinkan seseorang untuk mengalami kesukaan dan kedukaan melajang atau menikah)

3. Matangkan pemahaman tentang pernikahan Kristen yang sesuai dengan rancangan Tuhan.

4. Menjalin friendship, mengenal keunikan, dan bergaul dengan pria/wanita secar positif. Mungkin dari hal ini kita kana melihat tipe yang cocok sebagai pasangan hidup kita. Ingat, cinta tanpa seks adalah persahabatan.

5. Terus belajar untuk peka akan kehendak Allah (FT, Doa, yakini, relasi, nyatakan:pria/wanita, doa sama, jawaban: ya/tidak)

6. Bertumbuh dan melayani ‘tanpa gangguan’.

7. Atasi dorongan-dorongan seksual dengan datang padaNya karena dorongan seksual tidak bisa diatasi dengan hanya segera menikah. Kita harus bersyukur bila kita memiliki dorongan seksual karena berarti kita normal. Mari berdoa agar kita bisa melaluinya tetap dalam kesucian.

8. Hadapi tuntutan/keberatan keluarga de- ngan menunjukkan teladan. Ajarkan dan bagikan.

9. Jadilah wanita/pria sejati, bukan patung dingin. Jadilah anugerah, bukan musibah karena
masa lajang adalah masa menjadi anugerah bagi pasangan kita. jadi, bila sampai sekarang kita belum ketemu pangeran/putri itu, berarti kita belum siap menjadi putri/pangeran. Masa sekarang adalah masa bersiap-siap dan membenahi diri. Belajarlah juga untuk mendemostrasikan keibuan/kebapaan kepada anak-anak sehingga bisa lebih siap lagi

10. Trust and obey,…percaya dan lakukan bagian kita, karena Allah sudah-sedang-dan akan terus melakukan bagianNya.

SAH : Still Alone Happy.

Soli Deo Gloria!

Seri LDS 4: Dating and Intimacy

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div


Hari ini kita akan bicarakan tentang dating and intimacy, yaitu pacaran dan keintiman yang di dalam konteks berpacaran yang sesuai dengan Alkitab menuju pernikahan yang suci. Hal ini penting karena banyak orang gagal menjalani masa berpacaran dengan cara yang tidak benar, yaitu melanggar Firman Tuhan.

Ketika membahas tentang topik ini, biarlah saudara yang belum jelas statusnya (single), memiliki ajaran yang jelas sehingga ketika masa penantian usai, saudara sudah mengetahui prinsip-prinsip kebenaran di dalam menjalaninya. Minimal antisipatif. Dan untuk yang sudah berpacaran topik ini akan menjadi sebuah cara untuk korektif dan menjadi patron dalam menjalani hubungan.

Saudara-saudara, hal yang pertama kali yang harus kita sadari sebelum berbicara tentang dating and intimacy adalah bahwa Allah menciptakan dan menata seks sedemikian rupa. Karena seks merupakan ciptaan Allah, maka seks itu adalah sesuatu yag suci. Tetapi sering sekali kita merasa tabu dan salah jika harus berbicara tentang seks. Berbicara tetang seks bukanlah sesuatu yang tabu,karena seks yang diciptakan itu ada di dalam rancangan Allah. Oleh karena itu, seks akan menjadi suci kalau digunakan di dalam rencana Allah. Itulah sebabnya, seks di luar rancangan Allah adalah perjinahan.

Pada session LDS sebelumnya, kita sudah pernah membahas tentang seks dan cinta, bahwa seks tanpa cinta adalah pelacuran, cinta tanpa seks adalah persahabatan, dan cinta dengan seks adalah pernikahan. Oleh sebab itulah seks yang diciptakan Allah seturut dengan rancanganNya adalah sesuatu yang suci, yang harus dijalankan di dalam kehendak Allah.

Seks diberikan oleh Allah dengan dua tujuan, yaitu :

1. Recreation dengan reproduksi
Jadi seks di berikan untuk mewujudkan kehendak Allah yang mulia (Kej 1:28), bukan sebagai pelampiasan.

2. Seks merupalan sebuah sumber kenikmatan spiritual dan fisik antara suami dengan isteri.
Oleh sebab itu, jika seks dilakukan hanya untuk pemuasan birahi tanpa spritual, maka akan menimbulkan kekosongan batin. Dalam Kej. 2:23-24 dikatakan bahwa seks adalah perfect union/unity. Jika orang melakukan seks secara suci, pasti ada kepuasan secara rohani, mental, dan biologis. Tetapi tanpa seks yang suci, akan didapat kepuasan/kenikmatan biologis mungkin terjadi, tetapi akan ada ketimpangan dari segi kepuasan batiniah secara rohani. Makanya dalam Mat 19:5, kita melihat adanya inisiatif Allah yang mempersatukan manusia di dalam suatu seks yang suci (the holy seks). Karena itulah, Allah menghendaki seks itu tetap indah, sesuatu yang nikmat, yang menciptakan keharmonisan, bukan sesuatu yang menciptakan kepahitan.

Bagaimana tahapan menuju sebuah pernikahan.

Dating dalam berpacaran

Masa awal dalam berpacaran memiliki jenis cinta ‘agape’. Dalam tahap ini, agape love adalah sebuah spiritual love di mana kita memberi bukan menerima, atau memaksa orang lain untuk memberi bagi kita, melainkan mengkondisikan diri kita untuk memberi kepada orang lain.
Ini adalah cinta awal yang murni (mari kita bandingkan dengan kisah pertemuan Rut dengan Boas yang diawali dengan kasih agape)

Tujuan dari hubungan ini adalah, pertama, agar keduanya saling mendorong untuk lebih dekat kepada Tuhan. Jadi laki-laki mendorong perempuan untuk semakin bertumbuh dan dewasa di dalam Kristus dan sebaliknya. Keduanya harus saling melengkapi. Kedua, di sinilah laki-laki berperan sebagai pemimpin dan yang perempuan sebagai inspirator. Di dalam hal inilah, laki-laki memimpin agar cinta mereka lebih murni, hidup mereka lebih suci, dan mereka memiliki hidup yang semakin berkenan kepada Allah. Ketika laki-laki gagal memimpin dengan cara demikian, yang menjadi pertanyaan adalah apakah selama berpacaran mereka memang dipimpin oleh Tuhan atau karena didominasi oleh seks bukan cinta. Mungkin karena ia cantik atau cakap. Di sisi lain wanita sebagai inspirator mendorong laki-laki untuk bisa terus memimpin. Pemimpin perlu dimotivasi. Kalau pemimpin berjalan terlalu cepat, yang perempuan menarik dan kalau terlalu lambat, perempuan mendorong.

Harus disadarai bahwa di dalam dating and intimacy, seks itu seperti api (sex is like a fire) yang artinya, seks itu dapat digunakan dengan baik, tetapi sebaliknya bisa juga menjadi hal yang membahayakan. Jadi ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengantisipasi ini, yaitu waktu, tempat, dan flame (nyala). Kapan seks tidak membahayakan, dimana seks dinyatakan dan seberapa besar ‘nyala’ seks selama berpacaran

Ada lima rumus dalam dating, yaitu :

1. Hindari hubungan yang sangat nyaman (permanen) sampai tiba waktu Tuhan. Ini adalah masa kebersamaan yang ‘terlarang’ dimana jika terlalu sering ketemu dan bersama akan menimbulkan masalah. Inilah sebabnya, pacaran itu tidak terlalu baik jika selalu bersama. Kita harus mengingat bahwa tidak ada seorangpun dari kita yang kuat. Kita harus berjaga-jaga dan jangan sampai membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan. Karena ini jugalah, dalam etika Kristen, tidak baik berpacaran itu terlalu lama karena sebelum berpacaran kita sudah harus mengenal lebih dahulu (bukan seperti beli kucing dalam karung).

2. Usahakan untuk banyak beraktivitas.
Apakah kita masih mengingat bagaimana raja Daud jatuh ke dalam dosa.? Pada masa itu adalah masa berperang, akan tetapi raja Daud tidak pergi berperang melainkan berjalan-jalan di sotoh istananya. Daud yang tidak punya kegiatan melihat Betsyeba yang sedang mandi dan akhirnya dia berjinah dengan Betsyeba.

3. Hindari suasana atau diskusi-diskusi yang tidak membangun. Misalnya pa caran di tempat sepi yang tidak dilalui orang dan dengan penerangan yang remang-remang dapat dipakai iblis untuk menjatuhkan kita ke dalam perjinahan.

4. Mari belajar memperlengkapi diri untuk menikah secara rohani, emosi, mental, dan psikis (bukan hanya mengandalkan kedewasaan fisik saja).

5. Hindari pre-marital sex. Hal ini penting. Oleh karena itulah seks di luar pernikahan di tentang oleh firman Tuhan. Ada beberapa hal yang harus kita ingat :

Be satisfied with spiritual communion and conversation.
Keep yoru life holy and pure. To stay clean, stay away! Karena tubuh kita adalah bait Allah. Kor.6:19; 1 Kor.10:23. bd. Kol.3:17,23
Lust can only wait five minutes; Love can wait for five years.

Dapatkah anda mendaftarkan lima cara untuk membawa pasangan kita untuk semakin dekat kepada Tuhan? Jika anda dapat, berari anda benar-benar mencintai pasangan anda dan jika tidak, berarti cinta anda tidak murni.

Jika ada pasangan di dalam keintiman dapat puas diluar dari Kristus, berarti mereka bukan di dalam cinta sejati. Tetapi ketika pasangan puas dan menikmati bersama-sama didalam Kristus, berarti mereka di dalam cinta yang tulus. Inilah cinta yang sejati.

Di dalam hal inilah penting adanya kesucian hidup di dalam berpacaran. Dalam berpacaran kita harus mebangun kedekatan psikis, bukan bukan fisik. Petting, necking, hugging and kissing diijinkan Allah sebagai cara untuk menuju hubungan seksual di dalam pernikahan karena laki-laki terangsang dengan penglihatan dan wanita melalui sentuhan. Itulah sebabnya di dalam berpacaran, kita harus menjaga kesucian pasangan kita. Kalau kita memiliki sesuatu yang kita sayangi, kita akan menjaganya dengan baik. Sama seperti dalam berpacaran, Jika benar kita mencintai dia, kita tidak akan menodainya.

Pacaran adalah kesempatan untuk mengenal lebih dalam, baik karakter, kekuatan, dan kelemahaannya. Kita belajar untuk mengerti dirinya karena pernikahan adalah perpaduan dua insan yang berbeda tetapi saling mengerti. Bukan menuntut pasangan untuk mengerti kita, tetapi untuk mengerti pasangan kita. Jika kita menuntut pasangan kita untuk mengerti kita, akan menjadi sumber konflik. Tetapi belajar untuk mengerti pasangan adalah sumber kebahagiaan. Jangan menikah kalau kita belum siap untuk mengerti pasangan kita. Oleh karena itu pacaran adalah masa mencari pimpinan Tuhan. Kalau pasangan kita tidak mau dimengerti dan kita sudah berusaha untuk mengerti dia, kenapa harus dilanjutkan! Jangan berpikir kalau sudah pacaran harus menikah. Mari belajar untuk menerima pasangan kita apa adanya. Hal ini penting supaya ketika menikah tidak terjadi ‘letupan-letupan’ atau keterkejutan. Kita harus membereskannya pada saat kita masih berpacaran. Di sinilah kita bisa belajar untuk memperhatikan dan membangun pasangan kita untuk bertumbuh secara rohani. Karena itu saudara, perlu dibangun proyek bersama di dalam berpacaran, misalnya proyek baca buku, KTB, jam doa, pelayanan dan kunjungan. Indikator berpacaran yang benar adalah apakah selama pacaran keduanya semakin bertumbuh dan mengasihi Tuhan?

Tunangan

Dalam pacaran yang lebih jauh lagi (biasanya dipakai istilah tunangan, walaupun tidak semua menggunakan istilah ini) jenis cinta agape ditambahi dengan jenis cinta ‘Philia’ yaitu persahabatan dan berbagi. Soulish bukan selfish.

Hubungan ini mempunyai tujuan, pertama, sharing yang lebih dalam dimana sharing ini sampai pada titik yang terlemah. Alangkah bagusnya kalau kita mengetahui kelemahan pasangan kita yang terdalam maupun potensinya karena akan membantu kalau akhirnya menikah.. Kedua, mendiskusikan rencana masa depan seperti keluarga, anak, pekerjaan pelayanan, dan lainnya. Kita harus siap menerima keluarga pasangan kita menjadi bagian hidup kita sehingga kita tidak menganggab beban kalau ada keluarga pasangan kita tinggal dengan kita. Ketiga, mencapai dengan penuh pertimbangan dengan kesiapan mental. Kalau ini cocok dapat dilanjutkan pada tingkatan selanjutnya

Pernikahan

Dalam pernikahan jenis cinta yang ada dalam dating dan tunangan ditambahkan dengan cinta ‘Eros’ yaitu physical sexual love. Sexual love adalah sebuah berkat dan anugrah bukan bermuara pada kepahitan. Dalam hal inilah hubungan ini akan menjadi satu daging dengan kenikmatan bersama dan menjadi keluarga yang memuliakan Allah.
Mari kita isi pacaran dimana keduanya bertumbuh semakin mencintai Kristus, semakin dewasa dan memuliakan Allah.
Soli Deo Gloria!

Saturday, March 28, 2009

Seri LDS 2: Cinta Sejati

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Dalam sesion kali ini kita akan membahas bersama kitab Ruth. Kita akan melihat kitab Ruth mulai dari pasal 1 s/d pasal 4. Dalam kisah ini kita akan melihat bagaimana Tuhan mempertemukan Ruth dengan Boas. Saya sengaja membuat tema kali ini “Kisah cinta antara Ruth dengan Boas”, karena sering kita hanya mendengar cintanya ‘Boas’ kepada ‘Ruth’. Kalau biasanya lelaki harus pertamakali , kali ini kita akan melihat wanita yang pertama.

Siapakah Ruth?

Ruth adalah seorang janda yang ikut Naomi ke Betlehem setelah suaminya me ninggal (1:7) Jadi, pada waktu itu, Elimelekh pergi ke tanah Moab karena di Betlehem terjadi kelaparan. Jadi dua orang anaknya menikah dengan perempuan Moab. Kemudian meninggallah Elimelekh dan dua orang anaknya dan tinggallah tiga perempuan yang telah menjadi janda. Akhirnya Naomi meminta agar kedua menantunya ini kembali ke Moab dengan alasan Naomi tidak punya anak laki-laki lagi. Satu orang pulang, tetapi Ruth berkata :”Allahmu adalah Allahku, kemana pun engkau pergi, aku akan pergi…” (1:7-17). Ruth adalah seorang yang percaya tetapi non Yahudi/Israel karena dia adalah perempuan dari Moab (1:16) tetapi dia percaya kepada Allah. Dua juga bekerja sungguh-sungguh supaya kehidupannya dan mertuanya terpelihara dengan baik. Jadi, Ruth ini memiliki karakter beriman, rajin, baik. Setia, dan taat pada Tuhan serta tunduk pada mertua yang baik (2:2,7).

Bagaimana pertemuannya dengan Boas?

Ketika mereka sampai di Betlehem, saat itu adalah musim menuai jelai(1:22). Ketika mereka kesulitan makanan, Ruth meminta izin kepada Naomi untuk memungut jelai. Bagi orang Yahudi, orang miskin dan para janda diizinkan untuk memungut sisa-sisa panen di ladang dan sisi-sisa ini tidak boleh diambil kembali oleh pemilik ladang karena menjadi hak orang miskin dan janda. Dan inilah yang diambil oleh Ruth untuk mertuanya. Jadi, jika kita perhatikan, pertemuan Ruth dan Boas terjadi secara natural. Kalau kita ingat akan providensia Allah, tidak ada yang terjadi secara kebetulan, tetapi semua ada di dalam rencana Allah.

Allah memakai berbagai hal untuk kebaikan umatNya. Pada waktu itu, Ruth yang memungut jelai di ladang Boas, tidak direncanakan. Tetapi menjadi keyakinan bagi kita, bahwa dengan cara inilah Allah memimpin. Ketika Boas melihat Ruth, dia bertanya kepada pegawainya siapa gerangan Ruth. Pegawainya mengatakan kepadanya bahwa wanita itu adalah Ruth, menantu Naomi, yang telah meninggal suaminya, yang baru kembali dari tanah Moab, dan datang untuk tinggal di Betlehem (2:1-7). Ini adalah komunitas yang baik. Jadi Boas menolong karena tahu bahwa dia masih ada hubungan keluarga dengan Naomi, dan inilah yang membuat Boas berbelas kasihan. Jadi, belum ada cinta pada awalnya. Tetapi ada satu tindakan belas kasihan yang biasa. Orang kaya menolong orang miskin, dan ketika Boas tahu bahwa Ruth adalah menantu dari Naomi yang merupakan kerabatnya, dia memberikan kemurahan dan kebaikan kepada Ruth (2:8-12). Sesampainya di rumah, ketika Naomi bertanya kepada Ruth dimana dia memungut jelai, Ruth menceritakan tentang Boas dan kebaikannya. Kemudian Naomi mengatakan pada Ruth bahwa bahwa Boas adalah kaum kerabat mereka (2:20).

Pada pasal 3:1, dapat kita ketahui bahwa Naomi memperhatikan kehidupan Ruth. Kemudian Naomi berinisiatif dengan menyuruh Ruth pergi ke pengirikan dan tidur di sebelah kaki Boas. Ruth juga disuruh menarik selimut Boas agar Boas tahu dia ada disana (3:3-4). Ini strateginya Naomi. Dan Boas, ketika mengalami kejadian itu, melihat ketulusan Ruth. Artinya, mulai pertama kali bertemu, melihat ketulusan Ruth, sampai akhirnya bagaimana Ruth bertindak demikian, akhir nya Boas jatuh cinta (3:10-12). Tetapi Boas berkata bahwa belum haknya untuk menebus Ruth karena ada yang lebih berhak (3:12). Perlu diketahui bahwa tradisi bangsa Israel, jika masih ada anak yang pertama, yang kedua tidak boleh, dan demikian seterusnya. Dalam hal ini masih ada saudara Boas yang lebih berhak menebus Ruth dan Boas menghormati tradisi ini. Kalau kita lihat pada pasal 3 dan 4, Boas memanggil saudara-saudara dan para pemimpin-pe mimpin untuk membicarakan hal ini. Ketika saudara Boas yang berhak menebus Rurth tidak bersedia menebus Ruth dan bertanggung jawab meneruskan keturunan Elimelekh agar tidak punah, Boas menerima hak untuk menebus Ruth (4:1-12). Setelah itu barulah Boas mengambil Ruth sebagai isterinya.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah “cinta Ruth kepada Boas”.

1. Cinta itu lahir dan tumbuh secar alamiah dengan pengenalan yang lebih dalam. Oleh karena itu, cinta tidak dibuat-buat dan tidak dikondisikan. Dalam kisah ini, kita dapat melihat Ruth memungut jelai di ladang Boas. Hal ini tidak disengaja. Tetapi Tuhan menyatakan rencanaNya melalui hal ini. Ada banyak cara Tuhan memimpin kita, baik itu di kampus, kebaktian, dan bisa dimana saja. Yang penting adalah jangan mencari ‘domba’ di kandang ‘kambing’. Oleh karena itu, kita dapat melihat satu proses alamiah terjadi, walaupun ada yang dikondisikan dengan cara tertentu untuk mengunjungi orang tertentu, ini lain ceritanya. Ini adalah ‘How to say’, bukan pertemuan pertama kali. Dalam kisah ini cintanya Boas muncul dan bertumbuh ketika melihat karakter, kesetiaan, dan cara hidup Ruth, bukan sebatas kecantikan.

2. Cinta lahir karena karakter dan cara hidup yang benar. Ketertarikan Boas dan Ruth muncul ketika melihat karakter masing-masing. Ruth tertarik melihat kemurahan Boas. Hal ini tidak gampang karena, pertama, pada waktu itu tidak gampang bagi wanita non Yahudi masuk ke kawasan Yahudi. Kedua, ketika hal ini terjadi, Ruth mendapatkan belas kasihan dari Boas bukan dalam rangka untuk dicintai. Cinta antara mereka tumbuh dari saling mengenal dari segi karakter, hidup, dan kebaikan. Hal ini penting karena jika hanya melihat sebatas kecantikan, akan sangat terbatas karena kecantikan akan luntur (Amsal 31), tetapi inner beauty dari seseorang dapat bertahan lama dan membuat cinta tidak akan pernah pudar.

3. Cinta yang tulus melahirkan keberanian untuk bertindak atau menyatakannya. Memang Naomi yang memerintahkan Ruth. Naomi memiliki strategi karena dia tahu tradisi Yahudi sedangkan Rurh tidak mengetahuinya. Maka untuk menyatakannya, Naomi lah yang mengajari Ruth (pasal 3). Kalau kita perhatikan dalam hal ini ada satu keberania untuk menyatakan. Dalam budaya kita, yang pertama harus menyatakan adalah laki-laki. Tetapi menurut Alkitab, tidak ada larangan bagi wanita untuk menyatakannya terlebih dahulu cintanya. Kalau kita yakin cinta itu berasal dari Tuhan, kita harus berani untuk bertanggungjawab dan berani untuk menyatakannya. Mungkin hanya ‘bagaimana untuk menyatakannya’ ini yang berbeda. Kalau seorang laki-laki bisa menyatakannya secara langsung. Tetapi seorang wanita melakukannya dengan berbagai cara, dan dalam kisah ini Naomi memakai memakai trik untuk hal ini. Artinya, kalau nanti Boas tahu Naomi berada di samping kaki Boas, naomi menyuruh Ruth untuk diam (perlu diketahui bahwa hal ini adalah metode pada saat itu). Ketika Ruth menjalankan perintah Naomi, Boas langsung tahu. Tidak ada satu kalimatpun yang dikatakan oleh Ruth. Tetapi Boas tahu, karena tradisi yang ada pada saat itu. Karena itu, bagi laki-laki, tolong peka terhadap ‘sinyal’ , karena wanita tidak bisa menyatakannya secara langsung. Dan bagi perempuan, jika kamu yakin seseorang itu berasal dari Tuhan, kamu bisa menyatakannya dengan cara-cara tertentu. Dalam kisah ini Ruth dibantu oleh Naomi. Bagi laki-laki, perlu untuk diingat, kalau ada perempuan yang menyatakan isi hatinya kepadamu, tolong jangan bicarakan dengan orang lain. tolong hargai dia, dan jangan berpikir bahwa dia adalah perempuan murahan karena dia melangkah dengan iman. Perlu keberanian untuk melakukan hal ini karena biasanya hal ini dianggap memalukan dan merendahkan harga diri perempuan.

Dalam hal ini jugalah apakah kita butuh “mak comblang Naomi” untuk membantu kita?
Kita juga dapat melihat beberapa hal tentang cinta melihat cinta antara Ruth dan Boas.

1. Cinta itu tidak dibatasi oleh status sosial.
Ruth adalah seorang janda. Cinta yang sejati akan menghancurkan status sosial. Makanya tidak salah bagi seorang laki-laki untuk menikah dengan seorang janda, dan sebaliknya, yang penting adalah beriman kepada Kristus.

2. Cinta itu tidak dibatasi oleh status ekonomi.
Cinta yang sejati tidak memandang status ekonomi termasuk status pekerjaan. Jadi, bukan harus pria yang jabatannya lebih tinggi, bukan harus pria yang penghasilannya lebih besar.

3. Cinta tidak dibatasi oleh budaya dan suku (cross-cultural love)
Kalau kita memiliki pasangan yang berbeda suku dimana orang tua tidak setuju, tetapi kita yakin Tuhan yang memimpin, kita harus berani melangkah. Dalam hal ini Ruth dan Boas menikah tanpa terpengaruh oleh batasan ini. cinta yang sejati tidak pernah dibatasi oleh apapun kecuali oleh iman, karakter, dan nilai hidup. Cinta tidak dibatasi oleh apapun dan dari sini juga kita melihat bahwa tidak ada larangan bagi pasangan jika yang wanita lebih tua dibandingkan dengan yang laki-lakinya.
Dalam hal ini jugalah cinta yang sejati adalah cinta ’meskipun’ bukan cinta ‘bukan karena’ atau ‘supaya’

4. Cinta tidak menghancurkan tradisi (1:1-12)
Dalak kisah ini Boas tidak serta-merta menghancurkan tradisinya, melainkan bertanya pada orang yang berhak untuk menebus Ruth. Ketika yang berhak ini tidak bersedia menebus Ruth, Boas melakukannya.

5. Cinta yang dialami Boas dalam kisah ini adalah cinta yang penuh tanggung jawab (4:9-10).
Boas menikahi Ruth bukan hanya sebatas menikah. Oleh karena itu pernikahan bukan sebatas tuntutan seksualitas, walaupu seks adalah buah dari cinta. Boas berani menikahi Ruth (seorang janda dimana pada saat itu kurang dihargai) sekaligus bertanggung jawab untuk kelangsungan keturunan Elimelekh. Per nikahan dan cinta yang tulus akan melahirkan tindakan yang bertanggung ja wab. Jika kita mencintai seseorang, kita harus mencintai dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.

6. Cinta yang sejati menggenapi rencana Allah (4:13-22)
Setelah Ruth menikah, dia akan melahirkan seorang anak yang bernama Obed. Obed akan melahirkan Isai, ayah dari Daud. Dan Daud adalah nenek moyang dari Yesus Kristus (4:18-22). Jadi, pernikahan yang betul-betul dari Allah maka Allah akan menggenapi ren cananya melalui pernikahan dan pasangan ini akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati.
Mari kita memiliki cinta yang tanpa syarat, yaitu cinta ‘meskipun’. Cinta yang sejati tidak akan menyebabkan perpecahan. Pernikahan yang didasari pada cinta yang sejati akan dipakai Allah untuk menggenapi rencanaNya.
Soli Deo Gloria!

Seri LDS 1: God Original Plan

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div


Kejadian 2: 8-25; Kejadian 1:28

Saudara-saudara, sebenarnya kalau kita perhatikan rencana Allah setelah penciptaan terencana dengan sangat baik, agung, dan mulia. Bila kita perhatikan dalam alur penciptaan, bagaimana Allah menjadikan manusia, menyatakan pemeliharaanNya, dan menyediakan apa yang diperlukan oleh manusia pertama untuk menggenapi mandat atau rencana Allah.
Kita perhatikan ayat 8-16. Dalam bagian ini Allah menciptakan segala sesuatunya, dan setelah Dia membuat Taman Eden, ditempatkanNyalah manusia di sana. Ketika Allah menempatkan manusia, Ia tidak membuat manusia hanya pasif melainkan manusia diperintahkan oleh Allah untuk bisa berkarya. Dalam perjalanan karya atau menggenapi mandat Ilahi, Allah memberi perintah sekaligus peringatan kepada manusia (Kej 2:16). Mari kita perhatikan Kejadian 1:28, ada tugas yang mulia yang diberikan Tuhan Allah pada manusia yaitu mengusahakan alam atau bumi ciptaan Allah.

Di dalam menggenapi mandat Ilahi ini, Allah memberikan satu peringatan pada manusia (ay 16 dan 17). Tetapi kalau kita perhatikan pada ayat yang 19 dan 20, setelah Allah menjadikan baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan, baru diserahkanNya pada manusia untuk memberikan nama. Sewaktu Adam memberi nama untuk semua ciptaan itu, Adam tidak menemukan satu pribadi yang sepadan dengan dia. Dapat dikatakan bahwa Adam kecarian, dan bisa saja hal ini menjadi pergumulan manusia yang pertama ini

Saudara-saudara, pernikahan adalah satu rancangan Allah yang murni bukan rancangan manusia. Selain itu, pernikahan merupakan kebutuhan menurut pandangan Ilahi. Dalam Kejadian 1:28 dikatakan “…beranak cuculah penuhilah bumi dan taklukkanlah itu…”. Yang mau saya katakan di sini adalah ada satu mandat yang diberikan Allah kepada manusia sebagai salah satu penggenapan rencana Allah bagi dunia. Mandat Allah ini adalah sebagai satu perwujudan atau cara untuk merealisasikan rencana Allah yang agung dan di dalam hal ini salah satu adalah dengan pernikahan.

Pernikahan itu bukan dibuat oleh manusia. Pernikahan itu adalah rancangan Allah dalam menjabarkan mandat Allah. Itulah sebabnya menikah atau tidak menikah ada di dalam rangka mandat Allah, bukan sebatas kebutuhan atau keinginan walau hal itu perlu. Tetapi menikah atau tidak ada di dalam rangka menggenapi mandat Allah. Mari kita lihat beberapa hal. Pertama, pernikahan adalah rancangan Allah yang murni dari diriNya sendiri. Ketika kita melihat bahwa manusia pertama kecarian, Allah melihat bahwa manusia tidak baik untuk seorang diri. Dari ayat 18 dapat kita baca bahwa yang pertama melihat kebutuhan Adam adalah Allah, bukan dirinya sendiri. Dan kalau kita perhatikan lagi Allah tidak pernah menjawab keinginan manusia untuk memuaskan keinginan hati manusia, tetapi Allah memberikan kebutuhan manusia menurut cara pandang Allah sendiri. Allah melihat kebutuhan manusia itu adalah penolong yang sepadan dengan bagiNya.

Kalau kita bertanya pada diri kita, kenapa kita belum punya calon teman hidup sampai hari ini, itu berarti menurut Tuhan belum waktunya. Jadi, pernikahan sebagai satu rancangan Allah dimana Dia akan merencanakan yang terbaik bagi manusia. Allah tahu kebutuhan kita. Kalau kita baca Matius 6 dikatakan burung pipit yang tidak menanam dan menuai dipelihara oleh Allah. Artinya burung pipit yang “tidak ada apa-apanya” pun dipelihara oleh Allah, apalagi kita sebagai anak-anakNya, yang berharga di mata Allah.

Kalau kita perhatikan di sini, rancangan Allah dalam pernikahan adalah untuk menggenapi mandatNya dengan menyediakan yang dibutuhkan manusia. Pada ayat 20-21, Allah yang berencana itu berniat untuk menyediakan apa yang menjadi kebutuhan manusia demi menggenapi rencanaNya (Kej 1:28). Karena itu, kalau Allah merencanakan saudara menikah demi menggenapi mandatNya, Ia akan menyediakannya. Allah melihat setiap kebutuhan manusia dan Ia tidak hanya berdiam diri, tetapi bertindak. Ia menyuruh Adam tidur dan diambilNya tulang rusuk Adam dan dijadikanNyalah perempuan. Allah menyediakan yang terbaik, dan yang penting semuanya dalam menggenapi rencanyaNya. Oleh karena itu pernikahan ada di dalam rencana Allah supaya mandat itu tergenapi.

Kedua, Allah akan menyediakan orang yang tepat bagi kita dalam pernikahan, supaya rencanaNya tergenapi. Ini yang perlu kita sadari, walaupun tidak semua manusia harus menikah (Matius 19:11-12). Mari kita bertanya pada diri kita; apakah saya lebih bisa menggenapi mandat Allah dengan menikah atau tidak menikah. Itulah sebabnya kepada kita diberikan free will-kehendak bebas. Tetapi free will ini tetap dalam rencana Allah. Dalam I Korintus 7 : 32-34, ada orang yang dikatakan Paulus sebaiknya tidak perlu menikah. Artinya, kalau laki-laki tidak punya isteri, bisa lebih banyak memberikan perhatiannya untuk pekerjaan Tuhan, bagaimana ia berkenan di hadapan Tuhan. Kalau seorang laki-laki menikah, dia akan berusaha untuk memikirkan perkara-perkara duniawi. Pada ayat 32, sorang laki-laki mungkin terjebak pada kekuatiran karena dia ingin menyenangkan isterinya ataupun sebaliknya. Kalau kita yakin bahwa rencana Allah akan digenapi dengan maksimal melalui pernikahan, silahkan menikah. Tetapi kalau lebih maksimal tanpa menikah, silahkan untuk tidak menikah. Ini adalah pikiran atau panggilan demi kemaksimalan panggilan hidup.

Ketika Allah yang merancang pernikahan, maka kriteria orang yang diberikan oleh Allah adalah penolong yang sepadan (ayat 18). Penolong yang sepadan ini, kalau kita perhatikan kembali ke rencana Allah, supaya mandat Allah (Kej 1:28) digenapi. Artinya melalui manusia, yang diberikan mandat oleh Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak, menaklukkan dunia dan menguasainya, dipakai untuk memuliakan Allah, membuat dunia semakin baik, dan dalam rangka inilah disediakan seorang penolong. Karena itu, kalau saudara meyakini untuk menikah, maka ada standart yang ditentukan Allah terhadap calon isteri atau suami, yakni penolong yang sepadan ini untuk merealisasikan rencana Allah.

Tujuan penolong yang sepadan itu juga untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Kalau ‘dia’ seorang penolong yang sepadan, mari kita evaluasi; apakah dengan dia kehidupan kita maksimal dipakai Allah? Kalau tidak berarti dia adalah perongrong yang sepadan. Menikah dengan orang yang tepat, berarti dia penolong dan menikah dengan orang yang tidak tepat berarti perongrong. Oleh karena itu jangan menikah hanya karena kesepian, kebutuhan akan seks, anak, dll, tetapi mari kita pikirkan kembali, ‘apakah dengan menikah mandat Allah digenapi melalui hidup kita?’. Seorang penolong berarti dengan dia kita semakin bertumbuh dan mengasihi Tuhan dan lebih maksimal dalam pelayanan.

Di dalam pernikahan, ada satu tujuan untuk menghadirkan kerajaan Allah sesuai mandat dalam Kej 1:28. Membuat dunia menjadi ‘surga’, membuat ciptaan Allah dikelola atau dieksplorasi manusia untuk kesejahteraan, dan pernikahan ada di dalam rencana itu. Apakah dengan menikah kita dapat menghadirkan Kerajaan Allah di tengah keluarga kita? Apakah dengan pernikahan damai sejahtera dan kebenaran semakin nyata di dalam hidup kita? Kalau tidak, berarti ada sesuatu yang harus segera dibenahi. Oleh sebab itu, mari kita sebagai anak-anak Tuhan jangan berpikir dari pada tidak ada calon pendamping membuat kita menurunkan standart (kompromi).

Pada ayat 23 dikatakan bahwa pernikahan dalam rancangan Allah ada dalam bentuk kesatuan yang sempurna yaitu satu daging. Saya dengan anda (kita ini) adalah satu tubuh, yaitu tubuh Kristus, tetapi seorang suami dengan isterinya adalah satu daging. Inilah yang dikatakan ‘tulang dari tulangku dan daging dari dagingku’. Oleh sebab itu antara kita dan pasangan kita harus memiliki hubungan yang harmonis, artinya tidak saling menghina, mengejek, dan menyakiti. Inilah yang dijanjikan oleh Allah, bahwa rencana Allah di dalam pernikahan merupakan perpaduan yang sempurna yang saling membangun, saling menguatkan, dan saling menolong. Hal ini bukan berarti tidak ada konflik dalam pernikahan orang Kristen. Rencana Allah sangat agung. Mari kita lihat Matius 19:5-6. perhatikan kata ‘dipersatukan’. Kata ini pasif bagi manusia dan Allah yang aktif. Jadi tidak mungkin ada pernikahan dalam rencana Allah yang bukan dirancang oleh Allah. Jangan berpikir kalau sudah lahir baru, sudah cukup. Tentu tidak. Tetapi mari kita merenungkan bahwa tidak mungkin Allah mempersatukan seseorang dengan orang yang tidak tepat. Kalau hal ini terjadi, itu pasti karena kita sendiri, bukan karena Allah.
Pada ayat 24 dikatakan bahwa manusia laki-laki itu meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Dengan demikian mereka menjadi satu daging. Kita lihat di sini ada satu kemandirian dan kedewasaan. Memang ada ahli biblika mengatakan bahwa ayat 24 dan 25 adalah catatan redaksi bukan bagian akhir dari satu narasi sebelumnya. Tetapi menurut saya pastilah penempatan ayat ini juga karena pimpinan Roh dan harus diakui otoritasnya dan memiliki tujuan yang jelas Kita perhatikan pada ayat ini bahwa dalam pernikahan, mereka yang dipersatukan akan semakin mandiri dan dewasa dari segi karakter, pola pikir, nilai hidup, termasuk dalam hal finansial. Mereka bisa menyelesaikan konflik mereka sendiri di dalam Tuhan (mandiri), tanpa bergantung kepada siapapun.

Mari kita baca ayat 25. Ada banyak penafsiran akan ayat ini. Misalnya ada yang mengatakan “itukan wajar, karena manusia yang ada hanya mereka berdua. Jadi tidak perlu malu”. Ada juga yang mengatakan ini adalah simbol keintiman. Mereka sangaty intim sekali, sehingga tida ada rasa malu lagi. Dan rasa tidak malu di sini bukan hanya karena simbol seks. Tetapi berkaitan dengan keterbukaan antara suami isteri. Suami tidak malu menerima apa adanya isteri atau sebaliknya.

Tetapi dilihat dari segi teksnya, lebih tepat ada dua hal yaitu intimacy dan the Exclusiveness of Love. Keintiman bisa dengan atau tanpa seks. Seks tanpa cinta sama dengan pelacur. Cinta tanpa seks adalah persahabatan dan cinta dengan seks adalah pernikahan. Cinta dengan seks menunjukkan adanya satu intimacy atau kedekatan, kemesraan, dan Allah menciptakan pernikahan yang sedemikian rupa. Seks merupakan buah dari cinta. Mari kita tunduk pada rencaana Allah di dalam diri kita dan tidak perlu kuatir dan malu kalau kita belum punya pasangan sebab segala sesuatu indah pada waktunya.

Roma 8:32 mengatakan bahwa “Ia yang tidak menyayangkan anakNya sendiri, tetapi menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepadakita bersama-sama dengan Dia?” Kalau menurut Allah seseorang tepat untuk menikah, Dia pasti menyediakan seorang penolong yang sepadan baginya, walaupun usia semakin bertambah, mari tetap hidup dalam pengharapan kepada Allah bahwa segala sesuatu yang dari Dia merupakan yang terbaik bagi kita. Sebagai seorang yang percaya, selayaknya kita terus mengkaji hidup apakah akan lebih maksimal bagi Tuhan dengan menikah atau tidak. Yang pasti, semua hidup kita harus dalam rencana Allah yang mulia. Tuhan memberkati!
Soli Deo Gloria!

[Sei Christian Life - 04]: Dealing With Failure & Depression

By: Denni Boy Saragih, M. Div

Hari ini kita akan belajar mengenai depresi, suatu pengalaman kehidupan yang lebih dalam daripada stress. Mari kita membaca bagian dari Firman Tuhan mengenai seorang hamba Tuhan yang mengalami depresi dalam hidupnya, yaitu Elia di dalam 1 Raja 19:1-8.

Seorang ahli bernama Vance Hafner, mangatakan bahwa hidup manusia dibagi dalam tiga pembagian besar. Pertama adalah hari dimana kita mengalami apa yang disebut dengan mountaintop days, yaitu hari dimana kita mengalami puncak kehembiraan, hari yang menyenangkan, luar biasa, dan biasanya memiliki ketegangan dan gairah yang luar biasa (misalnya ketika kita dipromosikan menjadi direktur atau saat bermain game). Hal ini jugalah yang dialami Elia ketika dia berhadapan dengan nabi-nabi palsu di gunung Karmel. Pada saat itu Elia menghadapi sesuatu yang luar biasa. Dia membunuh banyak nabi-nabi palsu dengan pedangnya. Biasanya masa-masa seperti ini berlangsung dengan singkat, dikarenakan kemampuan hormon manusia untuk menghasilkan yang seperti ini sangat terbatas. Kedua adalah Ordinary days, yaitu hari-hari yang biasa dimana kita tidak terlalu tertarik ataupun susah. Kita beraktifitas biasa tanpa beban. Ketiga adalah Dark days. Menurut satu penelitian 4%-9% dari populasi di dunia mengalaminya. Menurut satu survey yang lain, ada 25 % mahasiswa mengalami hal ini di dalam hidupnya. Dan depresi termasuk dalam bagian dark days.

Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan depresi? Depresi itu sangat beragam, dalam hal bahayanya (ringan atau berat), dalam hal frekuensinya (sekali atau berulang-ulang), dalam hal durasinya (singkat atau panjang), dan dalam hal sumbernya (dari dalam diri sendiri atau dari luar). Tanda-tannda umum depresi dapat kita lihat pada point di bawah ini :

  • Orang yang depresi biasanya mengalami kesedihan yang disertai dengan rasa pesimis dan rasa tidak berdaya. Jika kita melihat Elia, setelah mengalami ketegangan yang tinggi, dia mengalami apa yang disebut dengan Postadrenalic Depression. Setelah berhada- pan dan membunuh nabi palsu, dia masuk dalam satu depresi, lemas tidak berdaya, sedih, bahkan ingin bunuh diri.
  • Biasanya orang yang depresi mengalami Apathy dan Inertia. Ini adalah situasi dimana seseorang itu malas melakukan kegiatan apapun.
  • Orang depresi mengalami rasa lelah disertai hilangnya tenaga dan ketertarikan pada kerja. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami depresi ringan ketika mereka mulai mengeluh ketika akan memulai kerja. Mereka juga tidak tertarik untuk memimpin kelompok atau ikut persekutuan maupun hal yang lain. Anak-anak Tuhan juga sering sekali tidak mengakui bahwa mereka depresi karena pemahaman yang mengang- gap bahwa depresi itu adalah tanda dari iman yang kurang kepada Tuhan. Bukan hanya sebatas kerja, mereka juga kehilangan ketertarikan akan hobi ataupun seks.
  • Orang yang depresi juga mengalami low self esteem, yaitu rasa rendah diri dan merasa dirinya tidak berharga. Itulah sebabnya dirinya ingin bunuh diri, meski bertanya-tanya kenapa dirinya seperti ini.
  • Orang yang depresi juga kehilangan spontanitas. Ketika semua orang sudah tertawa, dia baru tertawa bebrapa saat kemudian. Respon mereka terlambat diban- dingkan dengan orang yang tidak stress.
  • Orang depresi juga akan mengalami insomnia (walau ada beberapa kasus mereka suka tidur) dan sulit untuk berkonsentrasi. Pikirannya mengawang dan pandangan mereka kosong.
  • Mereka juga akan kehilangan selera makan.

Bila anda mengalami gejala-gejala seperti ini, berarti kemungkinan besar anda depresi. Ini bukanlah masalah yang terlalu besar. Yang penting adalah kita menyadari bahwa diri kita sedang depresi, karena memang kita anak-anak Tuhan sering menyangkal bahwa kita sedang depresi. Kita tidak ingin dianggap lemah atau gagal karena kita adalah PKPA atau pengurus. Tidak ada salahnya jika suatu waktu kita mengalami kelelahan dan menjadi lemah. Elia dan para pemazmur pun mengalami masa dimana mereka mengalami depresi, baik yang berat maupun ringan.

Banyak faktor-faktor penyebab depresi baik faktor fisik maupun faktor kognitif psikologis yang sering dialami oleh manusia.

Faktor Fisikal
1. Orang mengalami depresi disebabkan oleh masalah biologis sederhana seperti kurang tidur dalam waktu yang lama, kurang olah raga, efek samping dari obat, sakit fisik, dan diet yang buruk. Depresi seperti ini biasanya bisa hilang bersamaan dengan waktu, jika istirahat yang cukup, berolah raga, dan hidup yang teratur. Sama halnya dengan Elia, ketika dia melarikan diri, lalu depresi, kemudian ingin mati. Tuhan tidak memberikan kepadanya kuasa rohani, tetapi Tuhan memberikan makanan dan minuman.

2. Depresi juga dapat disebabkan oleh Premenstrual Syndrome (PMS). Jadi depresi yang terjadi menjelang masa menstruasi. Kemudian ada juga yang dinamakan Postpartum Depression, dimana depresi yang dialami seorang ibu pasca melahirkan. Seorang ibu yang baru melahirkan biasanya mengalami kurang tidur karena si bayi harus makan dua atau empat jam sekali. Dengan rutinitas seperti ini seorang ibu akan mengalami kelelahan yang luar biasa dan menjadi marah ketika anaknya membandel. Ketika dia marah kepada anaknya dia merasa bahwa dirinya bukanlah ibu yang baik, tidak mengasihi bayinya dan menjadi benci pada diri sendiri. Tetapi hal ini bisa dibantu dengan dukungan dari suami atau dari konselor bahwa sang ibu mengalami depresi dan dia tidak boleh terlalu keras terhadap dirinya sendiri.

3. Depresi juga bisa disebabkan oleh faktor genetik. Hal ini belum terbukti tetapi ada beberapa kasus dimana jika ada kakeknya pernah mengalami depresi maka keturunannya pun cenderung depresi.

4. Depresi juga dapat disebabkan oleh Postadrenalic Depression. Biasanya jika ada seseorang yang menonton seharian penuh, maka malamnya dia akan mengalami depresi oleh karena adrenalinnya telah muncul terlalu banyak. Karena menonton maka otaknya bekerja terus, padahal manusia tidak mampu tegang terus menerus. Hal ini juga akan kita lakukan ketika kita menikmati ketegangan atau kenikmatan apa saja, seperti masa tenang setelah badai berlalu.

5. Penyakit seperti tumor otak, gangguan kelenjar, malfungsi neurokimia dalam tubuh juga dapat menyebabkan stress.


Faktor Kognitif Psikologis
1. Seseorang bisa mengalami depresi karena latar belakang keluarga dan masa kecil yang kurang bahagia. Orang-orang yang punya latar belakang seperti ini cenderung mengalami depresi setelah mereka dewasa tanpa sebab yang jelas. Mungkin bagi orang lain sesuatu itu masih biasa saja tetapi bagi mereka merupakan sesuatu yang menekan, membuat mereka tidak berdaya, dan depresi. Jika kita mengalami depresi karena latar belakang seperti ini, penting sekali bagi kita untuk kembali ke keluarga kita dan berbuat sesuatu bahwa kita juga berarti ditengah-tengah keluarga kita. Jika memang keluarga kita kurang harmonis, kelak ketika pulang, kita mencoba menjalin relasi yang baik. Itulah satu-satunya cara yang diperlukan agar kita bisa pulih dari depresi masa kecil kita. Kita menunjukkan teladan dalam keluarga, menun -jukkan kasih kepada mereka dan menerima mereka.

2. Orang juga depresi karena pemahaman tentang ketidakberdayaan. Ini adalah satu depresi karena dia belajar bahwa keadaan yang dia alami tidak bisa diubah. Dalam situasi seperti inilah kita perlu contenment di dalam Tuhan, bahwa kita sebagai anak-anak Tuhan menya -dari sesuatu yang buruk terjadi kepada kita. Kita harus berdamai dengan situasi yang kita hadapi. Ingat, salah satu refleksi dari keselamatan adalah ketika kita berdamai dengan Tuhan maka kita akan belajar berdamai dengan diri sendiri. Kita harus menerima keberadaan kita. Jangan mengukur kenikmatan hidup dari harta yang kita miliki, tetapi kepada kedekatan kita dengan Allah, apakah kita hidup bersama dengan Allah atau bagaimana kita bisa menerima sesuatu dengan rasa syukur yang dalam kepada Allah. Orang yang kaya dan orang yang miskin akan memiliki kebahagian yang sama jika mereka hidup bersama dengan Tuhan. Tidak ada hubungan kebahagian dengan harta yang banyak. Contenment sangat penting-rasa puas dengan apa yang Tuhan berikan pada kita. Menyadari bahwa ini adalah kondisi yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan pada saat ini.

3. Orang juga depresi karena pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri. Sama seperti stress yang kita pelajari minggu lalu, jika seseorang berfokus pada hal-hal yang negatif atau kekurangan-kekurangannya maka dia juga cenderung stress. Mereka melihat bahwa orang lain memiliki lebih dari apa yang mereka memiliki. Bagaimana mengatasinya? Mari mencoba melihat sisi positif dari kehidupan. Mari merefleksikan dua atau tiga hal yang anda sangat syukuri di dalam kehidupan anda. Jika anda sampai pada kesimpulan bahwa anda ingin menjadi orang lain karena merasa kehidupan mereka lebih baik, berarti ada sesuatu yang belum beres di dalam diri anda. Tetapi jika anda memilih untuk hidup seperti kehidupan anda sekarang ini, anda berada pada jalan yang benar. Kita bisa melihat bahwa penderitaan, tantangan, cobaan yang kita alami sejak kecil sampai sekarang ini pasti membawa satu hal yang positif yang kita syukuri dalam kehidupan kita.

4. Kemarahan yang dipendam juga bisa menye- bakan depresi. Situasi inilah yang dinamakan hidden emotion dan hal ini sangat berbahaya. Ketika kita depresi, kita tidak mengetahui apa yang menyebabkan kita depresi, karena sumber- nya telah lama kita tekan. Oleh sebab itu kita perlu mengalami satu releasing seperti tertawa, rekreasi, ataupun kegiatan lain. Hal ini akan menyehatkan dan menyegarkan jiwa kita.

5. Dosa dan rasa bersalah juga bisa menyebabkan depresi. Agar bisa bertahan dan tidak jatuh, kita harus memfokuskan diri kita pada Kristus karena jika fokus kita pada pencobaan, kita tidak akan berhasil.

Depresi juga memberikan dampak yang tidak baik bagi diri kita. Ada beberapa dampak dari depresi, yaitu :

1. Unhappiness and Inefficiency
Orang yang depresi tidak akan bahagia dan tidak efisien. Tugas yang bisa dilakukan dalam satu minggu dapat mereka kerjakan dlam satu tahun.

2. Physical Illness
Ketika depresi, tubuh kita akan lemah dan mudah menjadi sakit. Bisa saja disebabkan karena kita ingin mendapat perhatian dari orang lain.

3. Low Self Esteem and Withdrawal.
Seseorang yang stress dapat menarik diri dari komunitas dimana dia berada. Sese- orang yang menarik diri dari pelayanan bisa saja disebabkan karena dia mengalami dep- resi. Jika kita mengalaminya, istirahatlah yang cukup sama seperti Elia.

4. Bunuh diri
Orang yang depresi akan merasa dirinya tidak berharga, tidak berarti, dan tidak punya tujuan. Hal ini akan menyebabkan dia memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

5. Hypochondriasis
Ini adalah kondisi dimana kita memiliki ambang sakit yang rendah karena depresi. Kita akan merasa penyakit kita sangat parah sekali sedangkan pada orang lain penyakit tersebut biasa saja.

6. Depresi juga dapat mengakibatkan perilaku yang kompulsif seperti marah atau memukul secara tiba-tiba.

7. Depresi juga dapat mengakibatkan masalah dalam hal seksual.

Depresi perlu ditangani dengan serius. Mari kita kembali melihat bagian Firman yang telah kita lihat di awal tadi, dari 1 Raja 19:1-8. Dari ayat 5-8, kita dapat melihat ada empat hal yang penting kita ingat jika kita mengalami depresi.

1. Sewaktu kita mengalami depresi, kita perlu berbaring dan beristirahat. Terkadang kita begitu lelah karena pekerjaan kita. Mari malakukan sesuatu yang dapat membuat kita rileks. Jangan terlalu pelit dengan tabungan, sekali waktu mari kita memuaskan diri kita.

2. Jagalah kesehatan fisik. Sewaktu kita mengalami depresi, sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik kita. Dalam 1 Raj 19 tadi, kita melihat bagaimana Allah menyediakan roti dan air bagi Elia.

3. Mari kita melihat ayat 7, ” Untuk kedua kalinya malaikat TUHAN datang menyentuh nya dan berkata, "Bangun, Elia, makanlah, supaya kau dapat tahan mengadakan perjalanan jauh." Dari bagian ini kita belajar agar tidak menuruti seluruh keinginan. Orang depresi cenderung ingin lebih. Kita perlu makan tetapi tidak makan berlebihan. Kita perlu istirahat, tetapi bukan istirahat berlebihan.

4. Datanglah menghadap Tuhan.
Dalam ayat delapan kita melihat bagaimana Elia berjalan selama 40 hari 40 malam. Bukan bermaksud untuk menafsir secara alegoris, tetapi kita bisa melihat bagaimana Elia berjalan selama itu untuk sampai dan bertemu dengan Tuhan. Tidak gampang bagi Elia untuk bertemu dengan Tuhan. Orang yang depresi pun punya pengalaman yang sama, dimana mereka susah untuk berdoa, membaca alkitab, dan untuk bernyanyi. Semua tidak ada rasanya. Orang yang depresi mungkin perlu ‘berjalan selama 40 hari 40 malam’ sama seperti Elia. Kita harus ekstra untuk bisa sungguh-sungguh untuk menghadap Tuhan. Walaupun berdoa sangat susah, tetaplah berdoa. Jika ketika kita tidak merasakan apa-apa dalam persekutuan, kita juga harus datang. Mungkin ada orang yang mengatakan, “Untuk apa saya harus datang MBA, toh saya tidak mendapat apa-apa!” Sesungguhnya mereka adalah orang yang paling perlu datang MBA, paling perlu untuk mendapat pengisian secara rohani.

Kenapa orang tidak merasakan apa-apa ketika hadir di dalam pengisian rohani adalah karena dia telah kehilangan sensifitas kerohanian, dan perlu segera dipulihkan. Sama seperti orang yang tidak selera makan, manakah yang lebih baik dia tetap makan atau dia tidak makan sama sekali? Tentu saja dia tetap makan jauh lebih baik dan lebih menolong bagi kondisinya. Demikian juga dengan kondisi rohani yang depresi, jika tidak selera berdoa, baca alkitab, atau ikut persekutuan, tetaplah berusaha melaukannya. Pada akhirnya kita akan dipulihkan oleh Tuhan. Tidak gampang memang, tetapi Firma Tuhan berkata di dalam Yes 42:3, : “Buluh yang terkulai tak akan dipatahkannya, pelita yang kelap-kelip tak akan dipadamkannya, ...”
Soli Deo Gloria!

[Seri Christian Life - 03]: Dealing With Stress & Preasure

By: Denni Boy Saragih, M. Div


Hari ini kita akan membahas topik mengenai stres dan tekanan. Kita akan memulai dengan pertanyaan “apa itu stress?”

Seorang ahli yang pertama sekali memperkenalkan kata ’stress’ bernama Hans Selye menyatakan bahwa stress adalah adalah human reaction to change-reaksi manusia pada perubahan. Hans melihat bahwa setiap perubahan yang kita terima, apakah itu baik (mis. promosi pekerjaan) atau buruk (mis. kehilangan pekerjaan) respon tubuh kita sama, dimana kita mengalami stress. Hans membuat dua perbedaan akan stress yaitu dystress dan eustress. Dystress adalah stress yang mengakibatkan hal-hal yang berbahaya seperti rasa sakit dan penderitaan. Sedangkan eustress adalah stress yang baik yang biasanya menyenangkan dan berisikan tekanan-tekanan yang menantang, misalnya ketika akan kunjungan pertama untuk bertemu dengan orang tua kekasih kita.

Para psikolog membuat sesuatu yang dinamakan Life Change Units (LCU) yang mengukur stress dalam bentuk skala. Yang paling membuat stress adalah kehilangan pasangan atau anak dimana nilainya 100. Kemudian perceraian dengan nilai 73, dan liburan masuk dalam urutan 41 dengan nilai 13 (untuk lebih jelas mengenai LCU ini, dapat dilihat di tabel). Bila kita perhatikan, sebenarnya stress itu beragam dan bermacam-macam sesuai dengan situasi dan kondisi perubahan yang kita alami dalam hidup kita. Apa yang mau saya tekankan disini adalah stress merupakan bagian dari hidup kita sehari hari. Bukan hanya hal-hal yang negatif yang membuat stress, melainkan hal-hal yang positif pun membuat stress sama seperti yang dinyatakan oleh Hans di atas.

Ada empat mitos yang tidak sehat mengenai stress yang sering dimiliki oleh anak pelayanan.

1. Stress selalu disebabkan oleh dosa dan iman yang kurang kepada Tuhan.
Dosa memang sering membuat seseorang stress karena perasaan bersalah, tetapi tidak bisa kita generalisasikan bahwa semua stress adalah karena dosa.

2. Stress disebabkan oleh ambisi yang terlalu besar.
Orang yang ambisius sering mengalami stress karena ketakutan akan kegagalan dan keinginan yang sangat kuat untuk mencapai sesuatu. Tetapi bukan satu-taunya penyebab stress.

3. Stress adalah dosa
Hal ini terlalu berlebihan.

4. Stress akan hilang dengan sendirinya jika kita melakukan latihan rohani.
’Orang Kristen’ dan ’stress’ adalah dua hal yang sangat kontradiktif. Orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak akan pernah mengalami stress. Ini adalah mitos yang salah. Kenapa saya katakan demikian? Karena di dalam Alkitab kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus sendiri stress dan tertekan, begitu juga dengan para nabi dan para rasul. Kita tidak dapat menghindarinya.

Karena setiap perubahan akan membuat kita stress, maka kita harus berani mengatakan ”Selamat datang stress!” Stress adalh bagian dari hidup kita dan kita tidak perlu terkejut menghadapi stress tersebut. Selama kita hidup, kita akan mengalami perubahan-perubahan yang berarti kita pasti akan mengalami stress. Jangan pernah pusing jika kita banyak stress. Yang perlu kita renungkan adalah bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan dapat memanajemennya. Stress tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikelola sehingga tidak membawa dampak yang negatif dalam hidup kita.

Ada beberapa tipe manusia yang mudah mengalami stress.
1. Ambisius
Orang dengan tipe seperti ini adalah orang yang paling mudah stress karena keinginannya yang sangat kuat untuk berhasil. Keinginan ini membuat dia memaksakan keadaan agar apa yang diinginkannya tercapai. Mereka ingin mengubah keadaan bahkan terkadang ingin mengubah orang lain dan sering mengeks- ploitasi sekelilingnya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Kita ketahui bersama bahwa keadaan sangat sulit diubah, orang lain juga sulit berubah, dan tentu saja hal ini akan membuat orang yang ambisius stress.

2. Tukang kuatir.
Orang dengan tipe seperti ini cenderung berpikir lebih banyak dari apa yang perlu dipikirkannya. Sama seperti sebuah ilustrasi jam, dimana jam tersebut menghitung-hitung berapa kali dia akan berdetik dalam satu menit, satu jam, satu hari, satu minggu atau satu tahun. Ketika jam tersebut memikir- kannya ia akan merasa stress. Seharusnya jam itu tidak perlu stress jika menyadari bahwa dia hanya perlu berdetak sekali sedetik.

3. Kompetitif
Orang dengan tipe seperti ini adalah orang yang takut jika orang lain melewati dia.

4. Ingin cepat sukses
Orang seperti ini selalu ingin berhasil dan melihat milik orang lain lebih bagus dari miliknya sendiri.

5. Sinis
Orang dengan tipe seperti ini selalu melihat kehidupannya dari sisi negatif saja.

6. Selalu ingin tepat waktu
Sesuatu yang menarik dimana orang seperti ini selalu dibawah tekanan dan akan cenderug stress (bukan berarti hal ini tidak baik).
7. Rigid (kaku) dan kurang bercanda

Ada beberapa hal yang dapat diakibatkan oleh stress.
1. Depressi
2. Stress related Disorder, dimana stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tingi, sakit kulit, menurunnya daya tahan tubuh, dll.
3. Burn out, fatigue and frustration. Biasanya terjadi jika harapannya gagal.
4. Anxiety and restlesness (tidak bisa tenang).

Ada beberapa pandangan Alkitab mengenai stress.
1. Kita perlu mengetahui bahwa stress dan tekanan dialami oleh semua orang. Pemazmur dalam Mzm 69, 88, dan 102 menggambarkan hal ini. Dalam Mzm 43:5 Daud berseru :” Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Pemazmur, seorang yang dekat dengan Tuhan menyatakan kepada dirinya sendiri mengapa engkau tertekan jiwaku, mengapa engkau gelisah di dalam diriku...”.jika kita perhatikan, justru di dalam stressnya dan ketertekanannya, dia makin dekat dengan Tuhan, berbicara kepada Tuhan dan memiliki pengharapan kepada Tuhan. Kita harus belajar bahwa stress adalah bagian dari hidup dan stress membuat kita semakin dekat dengan Tuhan.
2. Banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal saleh mengalami stress. Misalnya :
• Ayub, ketika dia melihat anaknya nakal, isterinya mengomel, dan ketika dia mengalami penderitaan meskipun sudah hidup benar dan saleh.
• Musa ketika melihat orang Israel yang keras kepala.
• Yunus yang stress karena tahu bahwa Allah akan mengampuni orang Niniwe.
• Petrus yang juga mengalainya ketika menyangkal Tuhan Yesus
• Bahkan Yesus sendiri mengalami tekanan dan stress dalam menggenapi panggilanNya. Di Getsemani Dia tertekan dan mau mati rasanya (Mat 26:37-38). Bila hamba-hamba Tuhan seperti mereka mengalami stress, kita juga akan mengalaminya. Menjadi anak Tuhan bukan berarti tidak bisa stress.
3. Alkitab memiliki pandangan yang realistis akan stress, namun menekankan pengharapan kepada tuhan dalam segala situasi kehidupan. Untuk melihat sisi baik dari segala sesuatu, tidak hanya dari sisi buruk semata. Mari kita melihat Fil 4:8, ” Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Mari meikirkan hal-hal yang positif dalam kehidupan. Jika kita memikirkan hal-hal yang negatif, kita akan menjadi stress dalam hidup ini. Ada sebuah illustrasi dimana seorang pemain biola yang sangat mahir tetapi tidak pernah ikut kontes. Suatu hari seseorang membiayainya untuk ikut kontes dan akhirnya berhasil sampai ke tingkat dunia. Pada pertandingan tingkat dunia dia akhirnya bertanding dan sampai ke final dengan tiga orang peserta. Peserta pertama bermain dengan sangat indahnya. Pemain kedia bermian dengan sangat mahir dan tanpa cela. Ketika dia bermain, dia bagaikan malaikant yang sedang bermain musik. Ketika semua terpesona ...tas...tali pertama putus dan semua orang terkejut. Tetapi dia bermain terus, kemu- dian...tas...tali kedua putus, tetapi ia tetap melanjutkan permainannya. Tas...tali ketiga juga putus. Para penonton dan dirigent sudah mulai kuatir dan stress, tetapi ia tetap tenang dan bermain sampai melodi yang terakhir. Ia memang tidak juara, tetapi sang juara pertama menyerahkan hadiah yang telah ia terima kepada pemain biola ketiga ini dan berkata :”Seharusnya kamu yang menjadi juara.” Charles Swindol mengatakan banyak orang-orang Kristen menghabiskan waktunya memikirkan ’tali yang putus’. Padahal jika kita pikirkan, bukankah tali biolanya tidak dapat tersambung lagi? Kita hanya akan mengham- burkan energi ketika bila memikirkannya. Lebih baik kekuatan yang kita miliki kita gunakan untuk memainkan melodi dengan sisa tali yang masih tersisa pada ’biola’ kita. Kita banyak seperti ’penonton’ dan ’dirigent’ yang stress. Sikap yang benar adalah tetap memainkan tali yang tersisa sampai melodi terakhir sehingga kita akan menjadi pemenang.

Ada beberapa cara yang alkitabiah untuk mengatasi dan mengelola stress., yaitu:
1. Trust in God (percaya kepada Tuhan)
Jika kita percaya kepada Tuhan, stress kita akan banyak berkurang meskipun tidak hilang. Tetapi kita bisa menghadapinya dengan optimisme dan iman. Paulus berkata dalam Fil 4:11-13, ” Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Inilah bukti bahwa Paulus memiliki hidup yang bergantung seluruhnya kepada Tuhan. Meskipun dalam penjara ia menulis bahwa segala sesuatu dapat ia tanggung di dalam Tuhan yang memberi kekuatan. Jika kita memiliki hal ini, kita akan hidup dengan tingkat stress yang lebih rendah. Itulah sebabnya bahwa semua yang kita pikirkan dan lakukan berhubungan. Jika kita memilikinya dengan bergantung kepada Tuhan, kita akan mengelola stress dengan lebih baik.
2. Hidupilah prinsip Sabbath
Jangan menjadi orang yang senang untuk bekerja secara berlebihan. Tuhan telah mene- tapkan adanya waktu untuk beristirahat. Kita perlu mengupayakan istirahat yang teratur setiap hari, setiap minggu, bulan, dan liburan. Nikmatilkah waktu untuk relaks dan rekreasi serta untuk melakukan hal-hal yang kita memang senang untuk melakukannya. Ambil waktu untuk breaks the rutin, apakah dengan membaca novel, menonton, bertaman, dll.
3. Harapkanlah kekecewaan dan kegagalan
Ini adalah bahagian dari hidup. Stress kita akan lebih ringan jika kita berpikir bahwa kekecewaan akan datang pada kita suatu waktu nanti. Banyak orang merasa bahwa orang Kristen tidak akan mengalami kekecewaan dan kegagalan bila telah berdoa kepada Tuhan. Yesus sendiri, ketika berada di taman Getsemani, tidak terlihat tersenyum dengan tegar. Yesus meringis dan kesakitan ketika Ia menderita. Mari menyadari bahwa bahwa kita, sebagai orang Kristen, tidak tabu untuk menangis ketika mengalami dukacita. Sama wajarnya ketika kita tertawa saat sukacita. Tetapi, ingat ketika Tuhan Yesus di Getsemani, walau Ia menderita, Ia tetap percaya kepada Tuhan dan tidak terkejut ketika stress datang.
4. Stress akan bisa dikelola jika kita bisa mengatasi kemarahan dan rasa bersalah dengan cara yang positif. Jangan sampai marah kita berlarut-larut dan rasa bersalah menekan diri kita terlalu jauh sehingga kita menjadi stress.
5. Menantang pikiran dalam ‘self-Talk’.
Ini adalah satu proses psikologis dimana ketika kita merasa gagal kita bisa memiliki dua respon dalam menyikapi kegagalan ini. Pertama, kita memang menerima bahwa kita adalah orang gagal. Kedua, ketika kita mengalami kegagalan kita akan melakukan self-talk dimana kita bertanya kepada diri kita apakah kita memang orang gagal atau hanya gagal dalam bidang A saja. Dan kita akan mampu mengisolir setiap masalah pada tempatnya.
6. Terakhir, tingkatkan vitalitas dan kesehatan.
Istirahat dan olah raga dengan teratur, dan hiduplah dengan teratur juga.

Mari kita berkata, : ”Selamat datang stress!” Selamat menghadapi dan mengelola stress dengan cara yang lebih Kristiani.
Soli Deo gloria!

[Seri Christian Life - 02]: Family, Work, And Ministry

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Malam hari ini kita akan belajar mengenai Christian Life dengan topik Family, Work, and Ministry.

Mari kita membaca Kej 1:28, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Jika kita perhatikan mandat Allah kepada manusia pertama, mandat tersebut mencakup soal keluarga (pernikahan), eksplorasi bumi, karya (bekerja), dan pastilah bagian dari sebuah pelayanan yang diamanatkan Allah dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di bumi ini. Bekerja adalah untuk menggenapi mandat Allah. Keluarga sebagai lembaga pertama yang dibentuk Allah jelas memiliki tujuan seperti yang ada pada ayat 28 tadi. Keluarga bertujuan untuk mengerjakan mandat Allah, dan melalui keluarga yang bermisilah akan dapat dihadirkan apa yang Tuhan inginkan yaitu kehadiran Kerajaan Allah di bumi ini. Karena itu, pastilah keluarga, pekerjaan, dan pelayanan sesuatu yang digerakkan berdasarkan oleh visi Allah. Dalam rangka untuk mewujudkan misi Allah inilah, kita menata satu kehidupan dalam aspek keluarga, pekerjaan, dan pelayanan. Tiga aspek ini adalah kewajiban utama bagi orang Kristen, tanpa kecuali. Jika kita melihat dari skala prioritas, Allah adalah prioritas pertama. Dengan Allah sebagai prioritas utamalah kita bisa meng- gambarkan ketiga hal tadi dalam urutan prioritas, yakni : keluarga, kemudian peker- jaan, baru kemudian pelayanan. Oleh sebab itu, jangan merasa lebih rohani jika lebih mengutamakan pelayanan saja. Dalam pemahaman ini, kita bekerja bagi keluarga, bukan berkeluarga untuk bekerja. Kita perlu menyadari bahwa dalam realitanya sering sekali kita melupakan pelayanan dalam keluarga. Seharusnya pelayanan kita yang pertama adalah keluarga. Dan ingat, sebagai lembaga yang pertama kali didirikan, Allah melakukannya dalam rangka sebuah pelayanan dimana kasih dan kebenaran Allah dinyatakan. Kebenaran Firman Tuhan juga harus diwujudkan dalam keluarga. Jangan sampai hal ini bergeser. Keluarga adalah objek pelayanan yang pertama dan yang paling utama bagi orang Kristen. Keluarga sejati diukur ketika keluarga tersebut bermisi, melayani, dan menjadi berkat bagi banyak orang. Inilah keluarga bahagia dan yang diberkati oleh Allah. Bila ada keluarga yang ’timpang’ dalam melakukan hal ini, berarti keluarga tersebut hidup di bawah standart Allah.

Dengan visi Allah sebagai dasar dalam ketiga hal ini, maka keluarga, pekerjaan, dan pelayanan, sama pentingnya di hadapan Allah-walaupun ada skala prioritas. Ketiga hal ini membutuhkan perhatian, tenaga, pikiran, dan waktu yang terbaik. Tetapi ingat, waktu yang banyak belum tentu atau tidak identik dengan waktu yang terbaik walaupun sering yang terbaik itu menuntut porsi yang lebih dari yang lain. Ada satu keseimbangan dari waktu dan kualitas yang sama yang bisa kita pakai dalam hidup yang penuh dengan kebersamaan dalam keluarga. Jadi memang butuh porsi yang banyak tetapi tidak selamanya berbicara soal porsi, tetapi kualitas. Jangan juga dibalik dengan mengutamakan kulaitas. Tetapi jika hanya satu jam per minggu untuk keluarga dan anak-anak tentu saja kurang tepat. Semuanya harus dikelola dengan maksimal agar semuanya dapat memuliakan Allah. Karena itu, kita butuh hikmat yang dari Allah. Dengan menata strategic planning akan ada satu keseimbangan dan ketiga hal yang kita bicarakan diatas tidak ada yang terabaikan dan dapat dikelola dengan maksimal (band. Mzm 190:10-12).

Ada beberapa pandangan yang keliru soal bagaimana menyeimbangkan keluarga, pekerjaan, dan pelayanan.

1. Ada banyak alumni yang bekerja over time sampai workacholic. Justru hal ini menjadi kesenangan bagi mereka. Bahkan mereka mengabaikan kesehatan, keluarga, dan pelayanan mereka karena pergi pagi dan pulang malam. Ini adalah sesuatu yang salah. Sampai terkadang kita suka lembur atau membawa tugas-tugas kita ke rumah. Kita bekerja dan bekerja terus sehingga. Ketika kita sibuk bekerja, maka kita akan sibuk sendiri dan akhirnya menjadi orang yang individualistis. Bahkan banyak alumni yang hari minggu pun bekerja. Jangankan bicara soal pelayanan, untuk beribadah pun dia tidak punya waktu. Oleh karena itu jangan terjebak dengan situasi seperti ini bekerja secara over time dan menjadi workacholic.

2. Ada orang yang bekerja keras sekedar demi karir (antara prestise dan prestasi). Misalnya menjadi sangat ambisius untuk mencapai posisi yang tinggi. Sering sekali orang melakukannya bukan demi prestasi tetapi prestise. Tidak salah ketika kita ingin menaikkan posisi kita, tetapi jangan sampai menjadi ambisius untuk hal itu. Sangat baik jika kita berprestasi dan akhirnya mencapai prestise. Tetapi seringkali kita menjadi ambisius akan prestise. Misalnya dengan prestise soal income, agar dengan income yang banyak , kita bisa menaikkan harga dirinya. Untuk mencapai hal seperti ini orang bisa melakukan apa saja. Memang tidak mencuri, korupsi, atau menipu, tetapi akhirnya dia terus berkutat di dalam pekerjaan sehingga tidak ada lagi waktu untuk keluarga dan pelayanan.

3. Ada alumni yang bekerja keras demi uang untuk membahagiakan keluarga. Dia akan mengatakan : ” ini semua demi kamu, demi anak-anak, demi kita...!” Memang dari segi ekonomi sangat berkecukupan. Tetapi tidak ada waktu dan mengatakan semuanya adalah ’demi keluarga’, tetapi keluarganya akhirnya berantakan. Jika bekerja demi uang untuk ’kepentingan’ keluarga, mengapa keluarga merasa terabaikan ? Mari perhatikan Mzm 128:1-6. Dalam Mazmur tersebut kita melihat bagaimana sebuah keluarga bahagia dikarenakan kehadiran Allah. Hal inilah yang perlu kita bangun dalam keluarga. Ingat, uang bukan tujuan untuk membahagiakan keluarga karena belum tentu keluarga bisa berbahagia karena uang, walaupun keluarga bisa ditopang dengan uang. Sering sekali kita ’meracuni’ keluarga dengan uang. Jangan pernah membuat uang menjadi segala-galanya dan jangan berpikir jika memiliki banyak uang pasti keluarga anda bisa bahagia. Mereka membutuhkan anda, bukan uang anda. Memberi uang tidak sama dengan memberi kasih sayang. Makanya banyak anak-anak lari ke hal-hal yang tidak baik (seperti narkoba) karena mereka tidak mendapat perhatian, apa yang mereka dapat hanya fasilitas.

4. Ada orang yang bekerja keras tanpa melayani, seolah-olah dia berpikir jika sudah membayar persembahan maka pelayanan itu akan terbayar dan tidak perlu dilakukan. Hal ini tidak dapat dibenarkan. Waktunya banyak sekali untuk keluarga atau kerja tetapi tidak untuk pelayanan dengan alasan sudah memberi persembahan.

5. Ada orang yang bekerja dengan memberi yang terbaik di kantor dan mereka menganggap hal tersebut pelayanan. Ingat pelayanan kita adalah pelayanan holistik. Jadi tidak sebatas di kantor. Anda tidak titip absen, tidak bolos, bekerja dengan maksimal. Hal ini baik, tetapi kekristenan tidak diukur dengan batas-batas seperti ini. Misi kita holistik, bukan sebatas pekerjaan. Pekerjaan memang salah satu bidang pelayanan. Tetapi kita terlibat dengan kegerakann sosial, pelayanan gereja, misi, dan berbagai kegiatan bahkan melakukan pelayanan dalam arti yang luas.

6. Ada orang yang kurang rajin bekerja dan mengembangkan diri sehingga karirnya tidak berkembang. Orang-orang seperti ini akan sulit memenuhi kebutuhan keluar- ganya. Sehingga dia tidak terlibat lagi dalam pelayanan. Orang seperti ini biasa- nya menyalahkan Tuhan. Padahal semua terjadi karena kemalasan dirinya untuk mengembangkan diri. Malas belajar dan malas melakukan hal-hal yang berguna untuk meningkatkan dirinya.

7. Ada orang melayani dan menghadiri setiap acara persekutuan atau kamp karena menganggap hal tersebut lebih rohani daripada tugas kantor/bekerja. Mereka sering mencuri waktu dari jam kerja. Mereka pikir kotbah lebih rohani. Ini adalah pikiran yang salah. Alumni tidak bisa kotbah atau memimpin PA pada saat jam kerja. Di luar jam kerja wajib untuk melayani. Jika kita bolos dari kantor, kita menunjukkan etika hidup yang tidak benar.

8. Ada orang yang menempatkan keluarga lebih dari segalanya sehingga dia tidak melayani. Dia selalu berkata :”nanti sajalah...., nantilah setelah saya....!” Banyak alumni menggunakan berbagai dalih untuk menolak pelayanan sehingga sampai nantinya mereka tua pun mereka tidak pernah terlibat dalam pelayanan. Alumni yang berhenti melayani pasti akan berhenti bertumbuh.

9. Ada orang yang aktif dalam kegiatan rohani tetapi mengabaikan tugas dan tanggung jawab dalam keluarga. Hal ini akan menjadikan dia batu sandungan. Dia memiliki banyak waktu untuk persekutuan dan kegiatan rohani, tetapi kurang melayani orang tua atau keluarganya. Tidak memberi perhatian atau waktu kunjungaan kepada orang tuanya. Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tetap dalam keluarga. Karena itu jangan berpikir lebih rohani jika kita banyak di persekutuan dari pada memperhatikan keluarga. Ingat Eli, yang seorang nabi, tetapi anaknya mencuri di Bait Allah. Hal ini dapat terjadi karena salah didik, tidak ada waktu bersama dengan anak-anaknya. Akan menjadi pergumulan yang besar jika kita dikagumi di persekutuan tetapi di rumah kita menjadi batu sandungan. Kita juga memerlukan hikmat untuk mengaturnya. Mari menjadi berkat di rumah. Jangan karena pelayanan, kita tidak mengetahui apa yang terjadi di tengah-tengah keluarga kita. Mari melihat 1 Tim 3:4-5, ” seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Dalam ayat ini dikatakan salah satu syarat pengetua adalah mampu mengurus keluarganya. Hal ini penting bagi kita.

10. Ada juga orang yang memberi banyak ke pelayanan tetapi mengabaikan keluarga/saudara. Banyak alumni yang membe- rikan waktu, uang, atau perhatian bagi pelayanan, rajin memberi persembahan, tetapi untuk membantu keluarga, dia merasakan sangat berat dan enggan untuk melakukannya. Memang, kasih ke sesama anak Tuhan khususnya dalam pelayanan sangat menyenangkan karena adanya keterikatan batin. Tetapi hal ini tidak boleh. Mari melayani keluarga kita dengan baik dan memberi yang terbaik bagi mereka.

11. Banyak juga orang yang berdalih dengan berbagai alasan sehingga orang lain ’memakluminya’, dimana sebenarnya dia tidak serius mengerjakan ketiga-tiganya (keluarga, kerja, dan pelayanan). Dia menggunakan alasan ’keluarga’ untuk menolak pelayanan, tetapi untuk keluarga pun dia tidak beres, atau sebaliknya. Ini adalah sesuatu yang menyakitkan dan tidak benar dihadapan Allah. Itulah sebabnya mari kembali memikirkan soal menata keluarga kita dan menata waktu kita.

Familiy, work, and Ministry - tiga hal yang harus mendapat perhatian sang sama, karena sama-sama penting di hadapan Tuhan. Mari kita menatanya sedemikian rupa sehingga kita bisa maksimal di hadapan Allah dan Allah dimuliakan.
Soli Deo Gloria!!