Friday, January 14, 2011

Seri Eksposisi: Yakobus 4:1-12

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Bagian awal dari Yakobus 4 ini didahului oleh sebuah catatan tentang hikmat dalam Yakobus 3:13-18. Hikmat yang dimaksudkan Yakobus ada pada ay 17-18, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai”. Apa yang dipaparkan dalam Yakobus 4:1-6 adalah cara hidup yang duniawi.

Dalam konteks bahasa Indonesia, kata ‘hikmat’ itu mengambang, tetapi dalam Alkitab, kata ‘hikmat’ itu memiliki makna yang jelas. Misalnya dalam Ayub 28:28 dikatakan, “,tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."; atau dalam Yak 3:17-18 tadi. Hikmat yang dituliskan Yakobus dalam pasal 3:17-18 adalah himat yang dimaksudkan Yakobus dalam pasal yang 1 ay 5, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit ,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Kita melihat bagaimana Yakobus menempatkan pasal 4 ini dengan didahului oleh hikmat ilahi (Yak 3:17-18) dan kemudian hikmat duniawi (Yak 4:1-6).

Orang yang memiliki iman yang sejati (2:14-26), tidak akan digoyahkan oleh cara hidup duniawi (4:1-6). Di dalam suratnya ini kita melihat bagaimana Yakobus membuat sebuah alur pemikiran dimana iman yang dikombinasikan dengan perbuatan yang secara bersama disertai hikmat Allah adalah dasar yang membuat orang bertahan di dalam kebenaran sehingga tidak terjebak dalam keserakahan dan hawa nafsu. ‘Hawa nafsu’ adalah frase yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apa yang ditulis dalam ay 1-6. Dalam bahasa aslinya kata yang digunakan adalah ‘hedon’. Dapat dikatakan bahwa ay 1-6 hendak mengatakan bahwa manusia hidup dikuasai oleh keinginan hawa nafsu yang selalu ingin dipuaskan.

Dalam ay 1 dikatakan, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?” Apa yang hendak dikatakan Yakobus adalah bahwa pertentangan dan sangketa yang ada pada kita muncul karena ada hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuh kita. Yang hendak dikatakan Yakobus adalah bahwa sengketa dan pertengkaran adalah perjuangan pribadi, belum antar pribadi. Perjuangan dan pertentangan di dalam pribadi ini jugalah yang memicu pertengkaran antar pribadi. Perjuangan dan pertentangan ini muncul karena munculnya hawa nafsu yang ingin dipuaskan. Inilah yang dimaksud dengan hedon. Jadi di dalam diri kita, kita berjuang melawan hawa nafsu dan keinginan daging. Ketika kita menuruti keinginan daging dan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita, maka kita sedang berjuang dan bersengketa di dalam diri kita, sebuah pertentangan antara ya dan tidak dalam menuruti keinginan daging tersebut.

Datangnya sangketa, baik dalam pribadi maupun antar pribadi, adalah dari dari hawa nafsu yang muncul dalam tubuh kita. Karena ituj hidup menurut hawa nafsu adalah sumber pertengkaran. Hal ini bukan hanya muncul dalam ranah rohani. Para fuilsuf dari Yunani-Romawi (termasuk Plato dan Philo) dalam tulisan mereka banyak menolak pemuasan hawa nafsu daging. Para kaum filsuf/ilmuan akan berkata , “Know yourself (gnothi seauton)!”; dan kaum Psikolog berkata: “Be yourself!”; kaum artis akan berkata: “Show yourself!”; kaum Atlet: “Prove yourself!”; kaum Hedonist berkata: “Enjoy yourself!”; kaum Agamist berkata: “Give/Sacrifice yourself!”; tetapi Yesus berkata: “Deny yourself!” (Mark 8:34). Mari melihat bagaimana kontrasnya kaum hedonis dengan “Enjoy yourself”nya dengan Yesus yang berkata: “Deny yourself!” Yakobus mengalamatkan bagian ini kepada orang-orang miskin dan tertindas yang mencoba mau berbuat jahat kepada para penindasnya dan hendak merampas harta mereka (bd. 5:1-6). Karena ini adalah sebuah bentuk pemuasan hawa nafsu.

Dalam ay 2 dikatakan, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Hedon yang tidak terpenuhi dapat membuat orang bisa membunuh dan iri hati. Ketika Yakobus menuliskan surat ini bukan berarti para penerima surat melakukan tindakan membunuh atau yang lain. Dalam kondisi nyatanya, penerima Surat Yakobus tidak sedang melakukan hal-hal ini, tetapi ini adalah cara penulisan yang hiperbola. Jadi mereka tidak membunuh, tetapi mengalami pertengkaran dan kegeraman karena mereka tidak mendapatkan apa-apa. Apa yang mau dikatakan adalah bahwa mereka memiliki hidup yang tidak benar. Secara praktis hal ini dapat terjadi bagi kita. Ketika kita tidak mendapat apa yang menjadi keinginan kita muncullah pertengkaran dan iri hati di dalam diri kita.

Hal lain yang ditekankan Yakobus adalah ketika mereka tidak mendapat apa yang mereka ingini adalah karena salah berdoa. Salah berdoa, karena untuk hedon (3, “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”). Doa Yahudi Kristen biasanya untuk kebutuhan yang murni sehari-hari (Mt.6:11), tetapi permohonan yang didasarkan pada kecemburuan akan kekayaan dan status orang lain berarti sebuah pemuasan hawa nafsu (4:1). Allah menjawab doa untuk kebutuhan bukan pemuasan keinginan. Semua yang bermuara kepada keinginan hawa nafsu tidak akan pernah dijawab oleh Allah.

Ay 4 dikatakan, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Cara hidup duniawi yang berbeda dengan hikmat Allah adalah ketidaksetiaan, karena persahabatan dengan dunia sama dengan permusuhan dengan Allah. Di dalam Kol 3:1-4 dikatakan, 1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 2 Pikirkanlah perkara yang di atas (Set your minds on things above, -terj NIV), bukan yang di bumi. 3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri elak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Jika pemahaman in ada, maka apa yang dikatakan Yakobus menjadi sangat relevan. Jika kita hidup dengan hawa nafsu (hedon), itu berarti persahabatan dengan dunia. Dan persahabatan dengan dunia ini berarti permusuhan dengan Allah. Ketidaksetiaan terjadi ketika manusia lebih mencintai dunia atau materi daripada Allah – ‘adulterous people’ (bd. Hos.1-3). Itu sebabnya ketika Yakobus berbicara soal iman dan perbuatan, dia berbicara soal Abraham, yang mempersembahkan Ishak buah dari iman, dan Allah langsung mengatakan bahwa Abraham adalah sahabatNya. Apakah kita sahabat Allah atau kita adalah musuhNya dikarenakan cara hidup kita yang tidak benar. Ketika kita bermain-main dengan dosa, ingatlah bahwa apa yang kita sedang lakukan merupakan perzinahan di mata Allah.

Allah itu adalah Allah yang pencemburu. Ay 5 berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" Allah menaruhkan RohNya ke dalam kita (band Gal 4:6), tetapi hal ini juga membuat Ia menjadi cemburu karena cintaNya kepada kita. Ay 1-4 adalah cara hidup yang menunjukkan kecongkakan di mata Allah (ay 6). Ketika bersahabat dengan dunia, itu juga kesombongan di mata Allah. Artinya adalah kita adalah orang yang ditebus, dan sebagai orang yang sudah ditebus kita tetap melakukan kejahatan dimantaNya, maka kita adalah orang yang congkak. Orang yang sudah diampuni dosanya tetapi masih hidup dengan cara dunia adalah orang yang congkak atau orang yang tidak tahu terima kasih. Oleh sebab itu ada muncul kata ‘rendah hati’ di dalam ay 6 (“Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."), yaitu sikap tunduk pada kehendak dan kedaulatan Allah (4:7, 10). Bagaimana agar kita bisa menang menghadapi hawa nafsu dalam ay 1-6 dijabarkan dalam ay 7-10.

Dalam ay 7-10 dikatakan, 7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! 8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! 9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. 10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.” Dalam bagian ini kita melihat bahwa ada beberapa perintah yang ditulis dalam bahasa Yunani. Perintah-perintah tersebut diartikan sebagai sesuatu yang harus segera dilakukan untuk mencabut akar dosa keangkuhan yang telah dijabarkan dalam Yak 4:1-6 di atas.

Pertama adalah tundukkanlah (submit) kepada Allah (7). Kata tunduk yang dimaksud di sini dalam arti adore (menyembah). Jadi ada sikap kekaguman dan penyembahan serta hormat kepada Tuhan. Kedua adalah lawan iblis (7) (band Ef 6:11-18; 1 Pet 5:8-9). Ketiga adalah mendekat kepada Allah (8). Dialah sumber kekuatan kita. Prayerless will be powerless, Prayerful will be powerful. Keempat adalah tahirkan tangan (8). Para imam biasa membasuh tangan sebagai simbol penyucian rohani (Kel 30:17-21, band Maz 24:3-4). Kelima adalah sucikan hati dalam hal moralitas (8) (Yer 4:14; Mat 15:19-20) dan jangan mendua hati (8). Kita harus memilih antara Allah dan Mamon (Mat 6:24). Keenam adalah sadari kemalangan (9). Sadar merupakan titik pertobatan. Ketujuh adalah berdukacita dan meratap (9). Tanpa dukacita maka tidak ada pertobatan yang sejati (band Im 23:29). Kedelapan adalah gantikan tertawa dengan ratap dan sukacita dengan dukacita (9). Jika kita bedukacita ndan meratap karena dosa, maka kita akan merasakan nikmatnya pengampunan. Kesembilan adalah rendahkanlah dirimu di hadapan Allah (10). Allah menentang orang yang congkak.

Dalam ay 11-12 ada peringatan akan dosa menghakimi orang lain. Dikatakan di sana, “ 11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” Yang ingin dikatakan Yakobus adalah agar mereka, walaupun miskin dan menderita, tidak memfitnah dan menghakimi (11). Meskipun miskin dan tertindas, tetapi tidak boleh memfitnah dan menghakimi orang yang kaya (5:1-6). Mereka tidak berhak menghakimi mereka karena penghakiman terhadap sesama berarti menentang hukum Taurat (11). Penghakiman adalah milik Allah (12). Meskipun kita tertindas dan miskin dan orang kaya dengan kejahatan , tidak ada hak kita untuk menghakimi. Hak kita adalah mendoakan dan mengasihi mereka. Mereka bertanggung jawab kepada Tuhan, dan biarlah Tuhan yang menghakimi mereka.

Soli Deo Gloria

Seri Eksposisi: Yakobus 2:14-26

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Dalam Yakobus 2:14-16 ini kita menemukan ada satu pergumulan karena antara iman (sola fide) dengan perbuatan. Sebuah kesalahan yang terjadi akibat karena salah memahami pengajaran Paulus. Bagian kitab Yakobus ini adalah sebuah klimaks dari keberagamaan yang sejati. Artinya adalah orang yang berkata beriman atau beragama bukan hanya sekedar kata-kata tapi ada kesejajaran dengan tindakannya. Itu sebabnya dikatakan iman tidak boleh terpisah dari tindakan. Ayat 19, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan mereka gemetar”, merupakan sebuah penekanan dari Yakobus. Jadi dapat dikatakan bahwa pengakuan verbal adalah sesuatu yang kosong jika tanpa disertai dengan sebuah tindakan yang nyata.

Dalam menuliskan surat ini, kita melihat bahwa Yakobus menggunakan bentuk argumentatif. Jadi, bukan sekedar memaparkan seperti yang biasa Paulus lakukan. Kemudian Yakobus juga menggunakan bentuk diatribe, sebuah bentuk kecaman yang sangat tegas. Sepanjang kitab Yakobus, kita akan menemukan dua bentuk ini di dalam surat Yakobus.

Ada satu hal yang ditentang Yakobus dalam suratnya ini. Dia menentang pengajar palsu yang familiar dengan konsep Paulus tentang justification by faith alone, tetapi dengan pemahaman yang salah. Kemudian, Yakobus juga memakai surat ini untuk menentang pietisme Yahudi – kaum Zelot. Mereka melakukan ibadah yang sangat baik tetapi hidup mereka sangat jauh jika dibandingkan dengan ibadah mereka. Yak 1:26-27 dikatakan, “Jikalau ada seseorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan yang tidak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Inilah hal yang ditentang Yakobus. Bagi Yakobus, ekspresi iman seperti tidak diskriminatif (2:8-9, “Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.”) dan tanpa kekerasan (2:10-11, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab yang berkata, "Jangan berzinah," dialah juga yang berkata, "Jangan membunuh." Jadi, kalau kalian tidak berzinah, tetapi membunuh, maka kalian adalah pelanggar hukum juga.”) bukan hanya sekedar pemahaman atau konsep, tetapi tindakan nyata.

Dalam bagian ay 14-17, kita melihat bahwa ada sebuah pengakuan tanpa tindakan. Hal ini ditentang oleh firman Allah. Hal ini sama saja dengan kata tanpa perbuatan. Dalam bagian ini kita juga menemukan sebuah kisah mengenai seseorang yang kedinginan dan kelaparan. Tetapi orang hanya berkata, “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang.“ Tetapi tidak ada tindakan yang diberikan. Dan Yakobus menyebut hal ini tidak berguna (ay 17). Dalam Ulangan 15:7-8 kita melihat tentang tanggung jawab orang percaya kepada orang miskin. Ben Sirach juga pernah berkata, “Pemberian bagi orang Yahudi adalah cara membela diri dihadapan penghakiman Allah. Sama seperti air yang memadamkan api, demikianlah tindakan yang baik bisa memadamkan murka Allah.” Yakobus dalam bagian ini sedang mengecam orang Kristen agar tidak sekedar berkata-kata rohani tetapi tidak melakukan dengan tindakan yang nyata. Dalam ay 14 ditunjukkan sebuah kemurahan. Dikatakan di sana, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Tetapi dalam hari penghakiman (ay 12-13) semuanya itu tidak ada artinya. Makanya dikatakan iman tanpa tindakan tidak dapat menyelamatkan. Meskipun keselamatan anugerah Allah (Sola Fide) tidak bisa dipungkiri, tetapi Yakobus tidak sedang berbicara mengenai keselamatan dalam arti dilahirkan kembali oleh anugerah Allah (Rom 3:24; Gal 2:16). Yakobus ingin berkata bagaimana kita sebagai orang yang telah dibenarkan dan telah menikmati anugerah keselamatan itu, memliki tanggung jawab iman kita di hadapan Allah untuk menghasilkan buah melalui tindakan.

Adalah benar jika dikatakan bahwa seseorang tidak memiliki hak untuk merasakan belas kasihan dan simpati sampai pada saat dia mencoba untuk menempatkan belas kasihan dan simpatinya dalam satu tindakan (ay 15-16). Jadi ketika kita hanya memiliki rasa belas kasihan dan simpati tanpa ada tindakan apapun, tidak ada gunanya. Kita dapat memberi tanpa mengagasihi, tetapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Demikian juga dengan orang dapat berbuat baik tanpa iman, tetapi tidak ada seorangpun yang beriman tanpa berbuat baik (band Mat 25:31-46). Mari menunjukkan iman kita dengan perbuatan. Inilah kelemahan kebanyakan orang Kristen pada saat ini. Banyak orang Kristen mengaku sebagai orang percaya dan beriman tetapi hidupnya tidak berbuah (band Fil 4:5). Kasih bukan dalam perkataan tetapi dalam tindakan (1 Yoh 3:17-18). Kata-kata yang baik/indah, kotbah, doa, pernyataan iman, nasihat bijaksana, semuanya harus ditunjukkan dengan tindakan iman yang tidak dapat dipisahkan dari kekristenan sejati.

Mari melihat ay 17-19. Dikatakan di sana, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Yang mau dikatakan di sini adalah bahwa iman dan perbuatan sama-sama sebagai hal yang baik. Bukan salah satunya, karena perbuatan baik tidak ada artinya, dan iman tanpa perbuatan juga sia-sia. Iman dan tindakan sama-sama sebagai hal yang baik, sebagai manifestasi agama. A man of though and a man of action. Ketika kita berfikir dan memikirkan tentang Allah dan beriman kepada Allah, mari membuktikannya dengan membuat pernyataan iman melalui tindakan. Doa-doa dan usaha itu sekaligus menyatu seperti dua sisi mata uang. Melalui iman, perbuatan kita dilakukan. Iman itu nyata dalam tindakan dan iman hanya dapat didemonstrasikan melalui perbuatan. Darimana orang tahu kita beriman adalah dari perbuatan-perbuatan kita.

Dalam ay 17 dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati atau sia-sia. Dan hal ini ditekankan kembali dalam ay 19. Dalam bagian ini kita melihat bahwa Yakobus megatakan bahwa jika mereka mengaku bahwa mereka monotheisme, dia juga monotheisme. Dan jika mereka juga mengaku hanya ada satu Allah saja, Iblispun percaya. Bahkan mendengar nama Tuhan, setanpun gemetar tetapi iblis tidak pernah menundukkan diri kepada Tuhan. Jadi Yakobus melanjutkan dengan mengatakan jika sampai di situ saja iman kita, maka iman itu tidak berarti. Monotheisme (emunah) adalah konsep Yahudi yang diucapkan setiap hari (schema) (Ul 6:4-5). Jika hanya sebatas ini, siapa saja pun bisa melakukannya. Inilah sebabnya Yakobus menegur orang Yahudi yang menganut monoteisme tetapi tanpa perbuatan. Iman yang menyelamatkan menghasilkan perbuatan. Hidup yang benar adalah buah dari iman yang sejati. Bukan berarti mengabaikan sola fide, tetapi iman yang sejati harus nampak dalam bentuk perbuatan setiap hari. Bagaimana mungkin kita bisa mengatakan sudah lahir baru tetapi kita masih menikmati dosa lama kita? Bagaimana mungkin seorang dapat mengatakan dia sudah lahir baru tetapi masih racism?

Apa bukti iman? Hal inilah yang ditunjukkan dalam ay 20-26. Dalam ay 20-26 kita melihat iman Abraham yang dan tindakannya mengorbankan Ishak atas permintaan Tuhan. Inilah iman (Kej 22). Mengapa iman Abraham yang dikutip Yakobus? Ingat, Abraham adalah bapa orang beriman, dan orang Yahudi sangat bangga dengan Abraham dan mereka selalu mengatakan bahwa mereka adalah anak Abraham. Yakobus mengambil tokoh yang mereka kagumi dan menantang mereka untuk membuktikan iman seperti iman Abraham. Ketika Tuhan menuntut dia mengorbankan anak satu-satunya yang sudah lama dinantikan, sekarang dikorbankan. Tetapi Abraham melangkah dengan iman.

Kemudian tindakan Rahab yang menyelamatkan mata-mata Israel. Perbuatan yang dilakukannya sebagai buah dari iman. Mari melihat dua tokoh ini. Abraham adalah orang yang dianggap suci dan beriman yang merupakan bapa leluhur mereka. Sedangkan Rahab adalah orang yang paling najis karena dia adalah pelacur (satu dosa yang paling tidak disukai orang Yahudi). Dua tokoh yang bertolak belakang digabungkan Yakobus. Apa pesan yang ingin disampaikan? Dari segi orang yang dikagumi, imannya ditunjukkan dan dibuktikan dengan tindakan. Demikian juga dari orang yang paling dibenci juga, menunjukkan iman dalam bentuk dengan tindakan. Inilah iman yang sejati yaitu iman dengan perbuatan. Apa yang ingin dikatakan Yakobus adalah siapapun kita, yang mengaku beriman, mari membuktikannya dengan perbuatan kita. Iman sungguh-sungguh yang menggerakkan tindakan Abraham dan Rahab. Tidak ada seorang pun digerakkan kepada sebuah perbuatan tanpa iman, dan tidak ada iman seorangpun yang nyata tanpa perbuatan. Iman kita akan menjadi iman yang hidup jika disertai tindakan yang nyata.

Dalam ay 26 kita melihat ada sesuatu yang ditarik Yakobus. Dikatakan di sana, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Di dalam pemahaman tradisi kuno Yahudi, mereka menerima ada sebuah kombinasi antara tubuh, roh, dan jiwa. Jika rohnya terpisah dari tubuh berarti mati, demikianlah perbuatan tidak menyertai iman juga mati. Begitu pentingnya kehadiran roh didalam tubuh, demikan juga pentingnya kehadiran tindakan di dalam iman. Ada satu hal yang menjadi refleksi bagi kita. Apa buah iman yang bisa kita pancarkan? Baik tindakan kasih atau melangkah, atau mengorbankan apapun? Mari menunjukkan iman hari ini dengan perbuatan. Iman dan doa akan menjadi kosong tanpa tindakan yang konkrit.

SoliDeo Gloria.

Seri Eksposisi: Yakobus 1:1-8


Alex Nanlohy

Surat Yakobus merupakan surat yang personal sifatnya. Ada banyak nama Yakobus yang bisa kita temukan dalam Alkitab, mis, Yakobus anak Zebedeus, Yakobus saudara Yesus, dll. Hal ini menimbulkan pertanyaan, siapakah penulis kitab Yakobus ini sebenarnya. Banyak ahli dan tafsiran yang tidak setuju pendapat yang mengatakan bahwa penulis kitab ini adalah Yakobus, sang rasul. Dilihat melalui konteks Kis 15, disimpulkan bahwa penulis kitab ini adalah Yakobus, saudara Yesus.

Dalam ayat 1 dikatakan, “Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.” ‘Kedua belas suku di perantauan’ berkaitan dengan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Hal in tidak berarti persis 12 suku, tetapi mengarah kepada jemaat-jemaat orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Dapat dikatakan juga bahwa surat ini juga ditujukan bagi semua orang Kristen.

Dalam suratnya ini, kita melihat bahwa Yakobus menuliskan hal-hal yang bersifat sederhana atau praktis (bandingkan dengan surat-surat Paulus yang bersifat doktrinal). Yakobus banyak menuliskan hal-hal yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal inilah yang membuat Marthin Luther meragukan kitab ini untuk dimasukkan ke dalam kanon Alkitab. Apalagi ada pengajaran yang kuat yang diangkat adalah pengajaran yang mengatakan ‘iman tanpa perbuatan adalah mati’. Hal ini disebabkan Martin Luther menganut Sola Fide (hanya karena iman). Yakobus menekankan bahwa iman kepada Yesus tidak berhenti pada saat kita berkata bahwa kita selamat, tetapi ada sebuah bukti nyata yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Selain hal mengenai iman tanpa perbuatan ini, hal-hal praktis yang dapat kita temukan adalah pergumulan, waktu, uang, dll.

Dalam pasal yang pertama ini kita menemukan bahwa hal praktis yang dibahas adalah mengenai pergumulan. Mengapa Yakobus langsung fokus pada masalah pergumulan? Hal ini mungkin sekali karena orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen, yang tersebar ke berbagai tempat pada masa itu mengalami penganiayaan. Oleh sebab itu tidak heran jika masalah pergumulan diangkat di bagian awal.

Dalam ay 2 dikatakan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,”. Jika kita membaca ayat ini rasanya tidak adil. Mengapa dikatakan bahwa jatuh ke dalam pencobaan dianggap kebahagiaan? Adakah di antara kita yang mengadakan pesta ketika memiliki pergumulan? Jadi, apa yang dikatakan dalam ay 2 ini merupakan sikap yang menarik untuk diperhatikan. Apa yang ingin disampaikan Yakobus dituliskannya di dalam ayat 3, dikatakan di sana, “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Dalam terjemahan Indonesia, istilah yang dipakai untuk ujian kita lihat sama. Tetapi dalam terjemahan Inggris kata ujian yang ada pada ay 2-3 berbeda dengan yang ada pada ay 12. Istilah yang muncul dalam ayat 2-3 adalah trial , sedangkan istilah yang dipakai dalam ay 12 adalah temptation. Trial adalah sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi agar kita ‘naik kelas’, sedangkan temptation adalah sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi dan kita menyerah dalam menghadapinya. Pergumulan dapat membuat kita naik kelas dan menjadi trial bagi kita, tetapi ketika kita menyerah maka pergumulan itu menjadi temptation. Jadi apa yang mau dilihat adalah sikap orang-orang dalam menghadapi pergumulan sebagai trial dalam hidup mereka.

Dalam ay 4 dikatakan, “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Bagaimana sikap kita dalam menghadapi berbagai pergumulan di dalam hidup ini? Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa di dalam hidup ini ada banyak pergumulan. Dan ada pergumulan yang terjadi karena salah, kebodohan atau dosa kita. Tetapi yang dibicarakan di sini bukanlah pergumulan seperti ini, tetapi pergumulan di mana kita mau taat kepada Tuhan tetapi ada kesempatan yang bisa membuat kita menjadi tidak taat. Inilah pergumulan dan sikap kita akan menentukan apakah pergumulan ini menjadi trial atau temptation bagi kita. Jika kita mau taat kepada Tuhan, maka pergumulan ini menjadi trial, tetapi jika kita menyerah maka pergumulan ini menjadi temptation. Pergumulan demi pergumulan hidup akan memperkuat otot-otot rohani kita. Tidak ada hidup tanpa pergumulan. Oleh sebab itu sikap kita adalah menghadapinya. Hal ini memang sulit, tetapi di dalam hidup yang sulit ini, ada hidup di mana di dalamnya ada Tuhan yang mau membawa kita di dalm kekuatan rohani yang semakin lama akan semakin kokoh. Prosesnya ada di dalam ay 3-4 yaitu iman kita diuji dan akan menghasilkan ketekunan, kemudian ketekunan ini menghasilkan buah yang matang di mana akhirnya kita menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan apapun.

Seorang Jemaat datang kepada pendeta dan minta didoakan agar dia diberi kesabaran. Menarik sekali, dalam doanya pendeta tersebut berkata demikian: ”Tuhan berikanlah kesengsaraan untuk dia agar dia belajar sabar!” Sering sekali kita meminta sesuatu kepada Tuhan tetapi tidak menyadari bagaimana Tuhan mengabulkan doa kita. Ketika kita berdoa untuk semakin taat, Tuhan memberikaan kesempatan-kesempatan diman kita dimungkinkan untuk tidak taat. Ketika kita meminta agar dapat lebih mengasihi, Tuhan memberikan orang-orang yang kurang cocok dengan kita. Ketika kita meminta agar lebih mengampuni, Tuhan mengirimkan orang yang sulit kita ampuni. Kita sering meminta kepada Tuhan, tetapi kita tidak suka pada proses bagaimana Tuhan menjawab doa kita. Jadi, jika kita ingin kerohanian kita utuh, jangan takut terhadap pergumulan dan hadapi bersama dengan Tuhan. Sering sekali kita memiliki sikap yang salah dalam menghadapi pergumulan dengan menganggap pergumulan itu besar. Melihat pergumulan itu lebih besar dari Tuhan akan membuat kita sulit untuk melihat kekuasaan Tuhan. Ketika kita melihat masalah, maka kita akan berftanya ‘Dimanakah Tuhan?’. Tetapi, hidup yang melihat bahwa Tuhan itu besar tidak berarti bahwa tidak ada masalah, tetapi masalah itu kecil. Saya tidak sedang mengecilkan atau meringankan masalah yang kita hadapi. Tetapi, ingatlah bahwa Allah kita lebih besar daripada pergumulan kita.

Salah satu kekuatiran kita adalah bahwa penghayatan/ kosep kita akan Tuhan sudah bergesar dari seharusnya. Mari melihat contohnya. Jika ditanya kepada kita ‘Apakah Tuhan maha kuasa?’, kita pasti menjawab ‘ya’. Demikian juga dengan pertanyaan ‘Apakah Iblis maha kuasa?’, maka kita sepakat menjawab ‘Tidak’. Apakah Tuhan maha hadir? Ya! Apakah Iblis maha hadir? Jawabannya pasti tidak. Kenyataan menunjukkan bahwa kita sering sekali kita takut kepada hantu di tempat gelap dan sepi, sesuatu yang mungkin ada (karena Iblis tidak maha hadir) dan tidak memegang sesuatu yang pasti ada (Allah maha hadir). Banyak orang Kristen tidak tahu siapa Allahnya. Kita dididik begitu rupa dengan tayangan yang ada di televisi yang membuat banyak orang Kristen tidak memiliki iman yang benar kepada Allah yang besar sehingga dalam menghadapi pergumulan hidup kita menjadi takut.

Yakobus mengingatkan bahwa apapun pergumulan yang kita hadapi, kita memiliki Tuhan. Tuhan memiliki rencana di mana kita tidak akan terpuruk di dalam pergumulan. Ketika kita melewati pergumulan itu bersama dengan Tuhan, maka kita akan dikuatkan. Apa yang menjadi pergumulan kita saat ini? Apakah pekerjaan, keluarga, kesehatan, atau yang lain? Mungkin kita memiliki banyak pergumulan. Ingatlah bahwa kita sedang Tuhan latih di dalam pergumulan tersebut.

Ayat 5 berkata, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Apa itu ‘hikmat’ ? hikmat dalam konsep kita bahasa Indonesia adalah sesuatu yang abstrak. Tetapi bagi orang Israel, hikmat itu adalah pimpinan Tuhan untuk memutuskan hal apa dalam keputusan praktis dalam kehidupan. Jadi Yakobus menekankan bahwa jika ada orang yang kekurangan hikmat (memilih antara yang baik dan jahat) dapat memintanya kepada Tuhan. Sewaktu di dalam pergumulan berarti kita sedang belajar sesuatu dari Tuhan, yaitu kehendak dan rencanaNya. Hal ini bukan sesuatu yang gampang. Bahkan mungkin sampai kita melewati pergumulan itu, kita tidak melihat apa rencana Tuhan. Tetapi apa yang Tuhan inginkan adalah ketika kita mengalami pergumulan maka kita sedang belajar untuk taat.

Dalam ay 5-6 dikatakan, “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.” Seorang ibu yang sudah lama sakit-sakitan sering mengunjungi kebaktian-kebaktian penyembuhan. Pada satu waktu, dia mendengar bahwa ada ibadah penyembuhan di sebuah kota. Dia datang kesana. Ketika menerima pengobatan, dia mulai ragu akan dengan cara pengobatan yang ia terima karena mengarah kepada hal yang tidak benar. Dia bergumul antara keinginan untuk sembuh tetapi menyangkal imannya atau tetap sakit tanpa menyangkal imannya. Ini adalah satu pergumulan yang berat. Dalam pergumulan penting sekali untuk tidak bimbang. Dalam pergumulan kepada siapakah kita percaya? Tuhan atau berhala-berhala? Lebih baik berjalan bersama Tuhan di tempat gelap daripada berjalan sendiri di tempat terang. Ayat 7-8 berkata, “Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”
Percaya kepada Tuhan adalah sesuatu yang kita butuhkan di dalam pergumulan. Percaya artinya percaya. Kita sering menganggap bahwa kita lebih tahu apa yang perlu bagi kita sendiri. Ini bukan percaya. Percaya adalah berserah. Bukan kekuatan kita tetapi rencana Tuhan. Bagaimana mengetahuinya? Tentu saja dengan menjaga persekutuan dengan Tuhan. Kita membutuhkan Firman Tuhan dan doa dalam menghadapi pergumulan untuk memilih yang mana, trial atau temptation.

Meskipun pergumulan kita kelihatannya tidak memiliki jalan keluar dan suram, ingatlah bahwa ada satu hal yang pasti, yaitu Allah baik. Allah baik bukan tidak tergantung kepada kita baik atau tidak. Allah baik juga bukan karena Allah memeberikan hal-hal yang baik kepada kita. Jadi, kita harus belajar untuk percaya bahwa Allah baik dalam setiap pergumulan hidup yang kita alami. Kita tidak serta merta menyalahkan Tuhan ketika kita mengalami pengalaman pahit di dalam hidup kita. Ingat, Allah adalah baik.

Dalam ay 16-18 Yakobus mengingatkan, “Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.” Allah mengasihi kita dan itu adalah jaminan bahwa Allah tidak tidak akan membiarkan kita jatuh diluar dari kontrolNya. Tuhan memperhatikan hidup kita dan Ia tahu pergumulan kita. Jangan menyerah dalam menghadapi pergumulan tetapi hadapi bersama dengan Tuhan.

Saat ini mungkin kita di dalam pergumulan, tetapi Tuhan yang ingin kita kuat di dalam iman, sedang memakai semua pergumulan untuk memperkokoh kita.
Solideo Gloria!