Tuesday, July 3, 2012

Doktrin Roh Kudus 3: Karunia Roh

[Kotbah ini dibawakan oleh Danny Philip Bukitz pada ibadah MBA, Jumat 1 Juni 2012]


LATAR BELAKANG JEMAAT DI KORINTUS
Jemaat Korintus bukan jemaat yang ideal seperti Efesus dan Filipi. Justru jemaat ini banyak mengecewakan Paulus. Berbagai dosa ada di dalamnya (perpecahan, perzinahan, menuntut sesama Kristen di pengadilan, dsb.). Hampir semua masalah yang timbul dalam jemaat Korintus berhubungan langsung dengan latar belakang kehidupan kota Korintus. Perzinahan, yang dilakukan beberapa warga jemaat, jelas masih berhubungan dengan perzinahan sakral yang dipromosikan para pelacur kuil penyembahan Venus. Demikian pula keasyikan mencari berbagai karunia masih berhubungan dengan gairah menyombongkan diri dari warga kota yang mementingkan hikmat itu.

Berdasarkan I KOR 1:7, menyatakan bahwa Jemaat Korintus merupakan jemaat yang kaya akan Karunia Roh tetapi bermasalah dalam pemahaman dan penggunaannya.

I KORINTUS 12:1-12
Dalam kitab 1 Korintus ini, kita menemukan bahwa kata ‘now about’ diulang sebanyak tiga kali (7:1, 8:1, 16:1) Artinya, ini adalah bagian yang sangat penting yang ingin Paulus sampaikan kepada Jemaat di Korintus. Paulus ingin menjelaskan tentang kebenaran akan Karunia Roh (ay 1). Sebab bisa terjadi bahwa apa yang mereka hayati seolah-olah pengalaman, Kristen, namun di baliknya terjadi semacam sinkretisme. Bukankah gejala yang tampak bukan jaminan bahwa hal itu pasti benar? Sering kita menemukan bahwa "gejala-gejala adi kodrati" juga bisa pula dibuat oleh para dukun dalam penghayatan iman yang berbeda dari orang Kristen. Bagaimana kita menilai suatu pengalaman rohani, benar atau salah adalah dari sumbernya, bukan dari gejalanya!

Paulus membedah tajam bahwa semua gejala adikodrati yang bisa diberi oleh berbagai sistem penyembahan non-Kristen pada dasarnya adalah berasal dari Iblis. Bagaimana mungkin berhala yang bisu, alias mati, dapat "menarik" orang sehingga "tanpa berpikir" mereka diikat oleh kepercayaan sia-sia itu. Jelas, iblislah yang menipu dan menggelapkannya dengan berbagai gejala serba meyakinkan! Paulus juga menekankan bahwa karya utama Roh Kudus ialah memuliakan Yesus. Mengakui Yesus untuk jemaat abad pertama jauh berbeda dari kita sekarang. Mengaku Yesus adalah Tuhan berarti meresikokan hidup. Maka bukan sekedar ucapan bibir yang disinggung Paulus di sini, tetapi sikap iman yang bulat, ketahanan menderita, kesediaan menjalani konsekuensi kemuridan kita.

Adanya Pengaruh Roh Zaman yang begitu kuat menarik orang Korintus (ay 2). Dan penyembahan berhala dan hal-hal yang menyebabkan mereka terpengaruh secara pribadi maupun sosial.

KARUNIA-KARUNIA ROH
Sumber karunia-karunia Roh adalah Allah Tritunggal (4-6), bukan hanya Roh Kudus tetapi dalam bagian ini dinyatakan bahwa karunia-karunia Roh berasal dari Allah Tritunggal melalui Roh Kudus yang ber-subordinasi dengan Roh Kudus. Ini merupakan pekerjaan Roh Kudus tetapi bukan berarti Allah Anak dan Bapa tidak berperan dalam hal ini.

Ketika kita memahami bahwa sumber dari Karunia-karunia Roh yang bersumber dari Allah Tritunggal yang Esa dalam kepelbagaian. Inilah yang menyebabkan karunia-karunia berbeda namun satu dalam Tubuh Kristus. Sama halnya dengan sumbernya demikian juga karunia-karunia yang dimiliki oleh Gereja demikian juga kita sadar ini adalah bagian penting untuk terus membangun Tubuh Kristus dan kemuliaan Kristus.
Tujuan dan kepentingan dari karunia-karunia ini hadir adalah untuk pembangunan tubuh Kristus di dunia. Semua karunia sangat penting sehingga tanpa ada karunia yang satu akan bermasalah dengan Gereja.

HAKEKAT KARUNIA-KARUNIA ROH
Paulus menggunakan empat istilah untuk menyingkapkan hakekat karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh, pertama sekali harus dilihat sebagai karunia, bukan sebagai kebolehan pribadi yang dapat dijadikan alasan untuk menonjolkan diri. Allah, Pemberi karunia itulah yang harus diagungkan, dibanggakan dan dimuliakan. Kedua, karunia adalah pelayanan. Pemberian karunia bukan dengan fokus kepentingan si penerima karunia. Karunia diberikan dengan fokus kepentingan orang lain. Penerima karunia adalah alat penyalur berkat Allah kepada orang lain, Ketiga, karunia adalah perbuatan ajaib. Keajaiban Allahlah yang menyebabkan pelayanan kita menghasilkan buah Injil, perubahan hidup, dlsb. Dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib ini, tidak selalu Allah akan membangkitkan kemampuan-kemampuan baru dan mem-by-pass kemampuan-kemampuan alami kita. Bisa juga Allah memberi efektivitas baru, mutu dan dampak baru pada kapasitas natural kita yang notabene dari Dia juga asalnya. Keempat, karunia-karunia Roh adalah "penyataan" Roh yang dalam kebersamaan menyebabkan kita lebih jelas menghayati realita Allah dan kemuliaan-Nya.

Jika kita perhatikan surat Paulus kita melihat bahwa surat I Korintus ini adalah pembeberan aspek-aspek peran Roh Kudus yang memuliakan Kristus. Dalam pasal 1Kor 12, Kristus dimuliakan Roh Kudus dalam persatuan dan keberbagaian gereja. Dalam pasal 1Kor 13, dalam kasih dan perangai Kristus terwujud dalam kehidupan orang beriman. Dalam pasal 1Kor 14, melalui pelaksanaan karunia-karunia Roh sesuai tujuan pembangunan kehidupan bergereja.

MACAM-MACAM KARUNIA
Ada sembilan jenis karunia Roh disinggung Paulus dalam 1Kor 12:8-11. Kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, iman, karunia untuk menyembuhkan, kuasa mengadakan mujizat, nubuat, membedakan macam-macam roh, bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh. Untuk sementara kita hanya akan menyoroti 6 karunia saja. Tiga lainnya kita tunda sampai pembahasan tentang masing-masingnya lebih diteropong Paulus dalam pasal 1Kor 14.


  1. Karunia kata-kata hikmat. Contoh paling jelas tentang karunia jenis ini kita saksikan pada Salomo ketika menyelesaikan kasus perebutan bayi. Juga pada Yesus ketika dipojokkan orang Farisi dalam kasus perempuan yang tertangkap berzinah. Karunia ini rupanya diberi Tuhan sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan.
  2. Karunia kata-kata pengetahuan. Ketika Petrus menghadapi kasus Ananias, tiba-tiba dia mendapatkan karunia berkata-kata dengan pengetahuan itu. Karunia ini sering muncul dalam konteks khotbah atau konseling, tatkala Tuhan memberikan karunia sehingga kata-kata kita mengandung pengetahuan tentang keadaan dan kebutuhan pendengar kita.
  3. Karunia iman. Yang dimaksud di sini bukan karunia iman yang dimiliki setiap orang beriman sebagai syarat keselamatannya. Bukan pula optimisme seperti yang banyak dianut orang masa kini. Karunia ini adalah kemampuan untuk melihat janji dan rencana Allah dalam suatu situasi tertentu. Karunia ini bisa berhubungan dengan dua karunia berikutnya (kesembuhan dan mujizat) seperti yang ditunjukkan dalam 1Kor 13:2b. Kisah pelayanan George Muller menunjukkan bahwa dia dikaruniai iman untuk hal-hal yang dibutuhkannya dalam pelayanannya. Kita harus hati-hati terhadap buku-buku semacam yang ditulis oleh Cho Yonggi. Sebab dikesankan seolah-olah siapa Baja boleh memiliki iman untuk meminta dan mendapatkan apa Baja yang dia inginkan. Karunia iman adalah karunia. Maka tidak semua orang memilikinya. Permohonan doa adalah permohonan, maka tidak boleh dijalani seolah mendikte dan menggurui Tuhan!
  4. Karunia untuk menyembuhkan. Baik karunia maupun penyembuhan, keduanya ditulis dalam bentuk jamak, maka lebih tepat bila disebut "karunia-karunia berbagai jenis penyembuhan". Bila demikian bisa diartikan bahwa ada berbagai kesembuhan bisa terjadi atas berbagai sakit atau gangguan, bisa kesembuhan fisik, jiwa, sosial, dlsb. Tuhan Yesus pun beberapa kali melakukan penyembuhan berdampak multi aspek. Misalnya, ketika menyembuhkan orang kusta, Dia menyembuhkan dulu mentalnya dengan menyentuh si kusta, lalu fisiknya dengan ucapan-Nya, dan akhirnya sosialnya dengan menyuruhnya pergi meminta peneguhan imam. Di pihak lain ada berbagai karunia untuk penyembuhan. Maka tidak boleh kita menutup kemungkinan bagi penyembuhan dengan kuasa Ilahi dengan hanya menekankan proses penyembuhan medis. Juga tidak boleh kita merendahkan proses penyembuhan medis dengan hanya menekankan kesembuhan Ilahi.
  5. Kuasa untuk mengadakan mujizat. Kuasa dan mujizat keduanya berakar pada kata-kata yang menampung makna kuasa (energemata dynameon). Penekanan ganda ini menunjuk kepada kuasa adikuasa yang dibutuhkan untuk menundukkan kuasa-kuasa besar yang melampaui kekuatan manusia, yaitu kuasa untuk mengusir setan.
  6. Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Melihat mungkinnya terjadi suatu gejala mujizat atau suatu pengajaran tidak berasal dari Tuhan, diperlukan karunia yang memampukan orang untuk membedakan siapa sumber sebenarnya.

Semua karunia ini jelas perlu, sebab diberi Tuhan untuk kepentingan pembangunan jemaat dan perluasan Injil Yesus Kristus. Tetapi dapatkah atau haruskah tiap orang menerima karunia yang sama seperti yang diinginkannya?

Pada kalangan Karismatik sering diajarkan bahwa apabila kita telah dibaptis Roh Kudus, maka semua karunia yang memang berasal dari Roh Kudus, seharusnya ada dan dapat dimiliki oleh orang bersangkutan. Ayat 1Kor 13:11 menolak pandangan ini. Memang semua karunia tadi dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama. Tetapi tiap-tiap (lawan dari kata semua) diberikan karunia secara khusus seperti yang dikehendaki-Nya. Spesialisasi atau kekhususan masing-masing dalam rencana Allah dan kedaulatan Roh dalam memberi karunia tidak memungkinkan kita memiliki semua karunia secara pukul rata. Pembicaraan berikut akan memperjelas ajaran Paulus ini.

TO BE CONTINUED
Keesaan Dan Keberbagaian Dalam Jemaat (I Kor. 12:12-31)
Kesatuan Kristen adalah salah satu mujizat terbesar yang Allah buat dalam dunia ini setiap hari! Tidak peduli dari latar belakang agama (Yahudi dan non-Yahudi) dan sosial (merdeka dan budak) macam apa pun kita berasal, kita adalah satu. Satu tubuh dikarenakan satu Tuhan dan satu Roh. Keesaan gereja yang bersumber pada ke-Esa-an Allah ini lebih jelas dibeberkan dalam Ef 4:4-6. Satu Tuhan, satu Roh dan satu Bapa, sumber dari kesatuan penghayatan Kristen kita; satu panggilan, satu iman, satu baptisan dan satu pengharapan. Kesatuan itu dihayati Kristen melalui dua pengalaman yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan Roh karena itu, bukan pengalaman kedua seperti yang diajarkan Gerakan Karismatik, tetapi pengalaman dasar kekristenan kita. Itulah baptisan Roh yang menjadikan seseorang bagian dari Tubuh Kristus. Di Efesus karya Roh Kudus ini dijelaskan dengan dua aspek yaitu: meterai Roh dan jaminan Roh. Bagaimana pun kita mengartikan keduanya, jelas keduanya berhubungan dengan peristiwa keselamatan kita di dalam Kristus.

Kalau diperhatikan baik-baik bagian ini ditandai oleh silih ganti permainan kata antara satu dan banyak. Keduanya harus dihayati selaras, bila tidak akan timbul bahaya. Pertama "inferioritas" rohani menyebabkan seseorang memisahkan diri dari tubuh Kristus karena menjadikan keadaan rohani orang lain menjadi ukuran bagi dirinya. Kedua, "superioritas" rohani menyebabkan sementara pihak menjadikan dirinya ukuran bagi pengalaman dan keadaan rohani orang lain dan meremehkan mereka. Keduanya tidak benar. Keduanya akan menghancurkan kesatuan Kristen kita. Dalam kasus pertama (15-20) terjadi kecenderungan untuk merubah kesatuan menjadi keseragaman. Akibatnya, hilanglah fungsi keseluruhan tubuh Kristus. Dalam kasus kedua terjadi kecenderungan perpecahan. Dalam tubuh kita ketahui bahwa organ yang bertumbuh melampaui batas menjadi tumor atau daging lebih yang merusak dan mengancam kehidupan kebersamaan.
Dari pembahasan sejauh ini jelaslah bahwa karunia-karunia yang kita terima dari Allah berbeda pada masing-masing individu. Keberbagaian itu terpulang pada kedaulatan Allah dan pada kekhususan masing-masing kita dalam rencana-Nya. Dua hal ini menyebabkan tubuh Kristus dapat berfungsi penuh. Tanpa adanya perbedaan karunia dan fungsi pelayanan, tidak mungkin terjadi keesaan yang harmonis, kreatif, indah, dan kaya.

Karunia Yang Utama (I Kor 13)
Kita melihat bahwa 1Kor 13 (pengajaran tentang kasih) ada diantara 1Kor 12 dan 1Kor 14 (pengajaran tentang karunia). Hal ini bermakna bahwa 1Kor 13 ini adalah kunci untuk kita mengerti kedua pasal lainnya itu. 1Kor 12:31 seharusnya dibaca dalam konteks 1Kor 13, demikian pula 1Kor 14:1.

Jelas-jelas dalam pasal 1Kor 13 ini Paulus "meremehkan" semua karunia yang ditonjol-tonjolkan orang Korintus, bila tidak disemangati oleh karunia yang utama yaitu kasih. Bila tidak ada kasih, apa akibatnya? Pertama, semua karunia-karunia bahasa roh yang serba canggih itu menjadi sekedar gong dan canang yang mengganggu. (Para penyembah berhala di Korintus kemungkinan menggunakan kedua alat ini untuk menarik para pemuja berhala menyembah di kuil-kuil mereka). Kedua, segala karunia nubuat, rahasia, pengetahuan dan iman, menjadi sia-sia atau tak bernilai. Ketiga, semua pengorbanan dan perbuatan baik hanya show yang mementingkan penonjolan diri belaka.

Kasih yang dibicarakan Paulus di sini tidak diuraikan dalam bentuk definisi tetapi dalam bentuk aksi. Kita perlu mengingatkan diri kita terus bahwa Kekristenan harus dihayati secara konkrit dan praktis. Apa yang kita pelajari dari uraian Paulus tentang kasih? Pertama, kasih Kristen adalah kasih yang beraksi dalam hubungan-hubungan nyata: sabar dan murah hati. Kedua, kasih adalah lawan dari sifat-sifat. buruk kita. Kasihlah yang menyebabkan kita tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ketiga, kasih mampu membuat kita mengatasi diri dalam menghadapi sifat-sifat buruk orang lain. Kasih membuat kita tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak sukacita dalam ketidakadilan tetapi dalam kebenaran. Akhirnya sifat kasih itu kekal. Ia tidak dikalahkan oleh keadaan tetapi justru mengatasinya. Ia menutupi (bukan menutup-nutupi) segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, tidak berkesudahan.

Jelaslah bahwa yang Paulus maksud bukan kategori kasih manusia tetapi kasih Allah. Kasih melampaui tiga karunia yang diunggul-unggulkan orang Korintus: nubuat, bahasa lidah dan pengetahuan. Paulus menantang orang Korintus untuk menjadi dewasa. Orang yang masih kanak-kanak secara rohani akan bertindak pula seperti seorang anak kecil, bertengkar, pecah, berebut karunia-karunia roh dsb. Orang yang dewasa imannya akan meninggalkan sifat-sifat demikian.

Karunia Bernubuat
Di kalangan penafsir ada dua pendapat berbeda tentang nubuat. Yang pertama mengartikan nubuat sebagai uraian Firman atau khotbah. Artinya, karunia ini kini diberikan pada para pengkhotbah. Kedua, mengartikan karunia nubuat sebagai kata-kata yang membeberkan rahasia-rahasia kehidupan dan masa depan seseorang. Artinya semacam kemampuan meramal.

Tafsiran pertama agak sulit diterima sebab Paulus menganjurkan supaya sebanyak orang memiliki karunia nubuat. Bila nasehat ini benar-benar dipraktekkan, dalam satu pertemuan semua orang berkhotbah, apa yang terjadi? Kekacauan! Tafsiran kedua pun sulit diterima. Sebabnya, dalam PL dan PB sedikit petunjuk bahwa nubuat ditujukan untuk masalah-masalah pribadi. Semua nubuat adalah menyangkut bangsa (Israel) dan Mesias. Sebab kedua, kanon Alkitab sudah selesai. Allah menginginkan supaya anak-anak-Nya menggumuli masalah-masalah kehidupannya sehari-hari dalam prinsip pemahaman Alkitab yang dipelajarinya. Allah ingin agar masalah-masalah kita diputuskan sendiri dengan akal yang diterangi Firman.

Ada dua petunjuk dapat kita gunakan untuk menafsir arti nubuat di sini. Pertama tujuan nubuat (#1Kor 14:3) ialah untuk membangun, menasihati, dan menghibur. Demikianlah sifat isi nubuat yang Paulus maksudkan. Kedua, kemungkinan disampaikan dalam konteks jemaat atau persekutuan rumah tangga (1Kor 16:19).

Bagaimanakah karunia nubuat ini dapat kita miliki, bila Paulus menganjurkan agar kita berusaha memperolehnya? Yes 50:4-6 memberi kita petunjuk bahwa faedah kenabian terjadi bila orang bersangkutan mendisiplin diri "mendengar Firman Tuhan" tiap hari. A.W. Tozer pernah memberi nasehat berikut: "Dengarkanlah orang yang mendengarkan Allah." Jelas dari sini bahwa karunia nubuat ini sulit dipahami sebagai ramalan atau kemampuan-kemampuan untuk membeberkan rahasia orang dsb. Karunia ini adalah penyampaian nasehat-nasehat Firman Tuhan kepada jemaat dengan dampak membangun, menasehati, dan menghibur. Yang pertama menunjuk pada dampak pembangunan kehidupan jemaat. Jelas tidak ada tempat bagi nubuat-nubuat privat. Yang kedua menunjuk pada fungsi supervisi seperti yang dilakukan Roh Kudus (istilah yang digunakan ialah paraklesis dekat dengan parakletos = Roh Penghibur). Yang ketiga membawa dampak peredaan ketakutan atau menenangkan orang yang sedang dalam tekanan hidup.

Bahasa Lidah: Anjuran Atau Batasan?
Dalam bagian ini jelas pula bahwa Paulus mengunggulkan karunia nubuat sambil di lain pihak membatasi karunia bahasa roh. Paulus menunjuk pada tiga kekurangan bahasa roh. Pertama, bahasa roh kurang dalam kejelasan, karena itu kurang bermakna (6-11, 16-17, 23). Bahkan untuk si pembicara sendiri apa yang diucapkannya itu tidak jelas. Karena itu penggunaannya di tengah jemaat harus dibatasi. Batas pertama ialah harus ada terjemahannya. Batas kedua, bila ada terjemahannya, hanya boleh dibawakan paling banyak dua atau tiga orang saja. Kekurangan kedua ialah dalam keutuhan diri orang bersangkutan (13-17, 19-21). Tegasnya yang berdoa dengan bahasa roh membuat akalnya tidak berfungsi. Padahal ciri doa Kristen beda dari doa-doa agama kafir yang rnengalami trance, ekstase dsb. Ciri doa Kristen ialah berjaga-jaga dan jelas mendoakan objek doanya (Contoh lihat Ef 6:18-20; Dalam bagian ini Paulus mengaitkan berdoa dalam Roh dengan soal berjaga-jaga dan secara jelas mendoakan dia dengan pokok-pokok permintaan yang jelas pula). Itu sebabnya Paulus ingin agar berdoa dalam bahasa roh dan dalam akal, supaya terjadi keseimbangan dan keutuhan diri. Paulus ingin agar semua orang Kristen dewasa dalam pemikiran (20). Tekanan ini dikonfirmasikan jelas dalam Rom 12:2 dan Mat 22:37. Dalam hal ini tekanan berbahasa lidah dalam Gerakan Karismatik sering seirama dengan tekanan anti intelektual dalam filsafat-filsafat masa kini. Kekristenan tidak meremehkan akal, tetapi menaklukkan dan mengisi akal dengan prinsip iman. Kekurangan ketiga ialah dampaknya yang negatif pada orang bukan Kristen (16-17, 21-25). Dalam hal ini bahasa lidah menjadi tanda bagi yang tidak beriman. Artinya, bila orang belum beriman menghadiri kebaktian yang diwarnai dominan oleh bahasa lidah, mereka akan dibuat menjadi makin tidak beriman. Mengapa? Karena pada intinya yang mereka temui tidak ada bedanya dari yang mereka sudah alami dalam agama-agama kafir mereka sebelumnya.

KESIMPULAN
1Kor 12; 13; 14, jelas dimaksudkan Paulus sebagai batasan terhadap jemaat yang telah menyalahgunakan praktek-praktek karunia-karunia Roh. Allah Tritunggal sebagai sumber pemberi, Roh Kudus bekerja dalam sub-ordinasi dengan Allah Bapa dan Anak. Karunia diberikan untuk memuliakan Sang Pemberi Karunia-karunia Roh. Beragam untuk membangun Gereja.

IMPLIKASI
Hati-hati terhadap dua ekstrim. Pertama, bahaya pertama ialah terlalu terbuka (sampai jatuh kepada kekacauan, perpecahan, peniruan, sugesti bahkan tipuan iblis). Kedua, bahaya kedua ialah tertutup pada pekerjaan Roh Kudus (jangan sampai gereja/ Persekutuan Kristen menjadi seperti ban kehabisan "pneuma" ).

Doktrin Roh Kudus 2: Baptisan dan Kepenuhan Roh

[Kotbah ini dibawakan oleh Danny Philip Bukitz pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 25 Mei 2012]

Berbicara tentang tema ini merupakan hasil dari isu-isu tentang baptisan dan kepenuhan. Ada pandangan yang menyatakan bahwa baptisan dan kepenuhan adalah hal yang sama. Di awalai dengan  baptisan Roh kemudian dimanifestasi melalui bahasa-bahasa Roh atau karunia-karunia Roh, dan keadaan inilah yang disebut dengan kepenuhan Roh. Ada pandangan tentang baptisan dan kepenuhan yang akhir-akhir ini cukup banyak terdengar orang memberikan kesaksian bahwa mereka telah mengalami kelepasan yang baru, mendapatkan sukacita yang tak terhingga setelah mereka merasakan "pengalaman kedua," "berkat tambahan" di luar pengalaman kelahiran baru ketika menerima Kristus sebagai Juruselamat. Tuhan menjadi lebih dekat dan lebih nyata, kedamaian yang dirasakan datang berlipat ganda, kuasa dan kemenangan selalu menjadi berita yang hangat setelah mendapatkan sentuhan dari Roh Kudus, demikian pengakuan mereka.
Pengalaman tersebut menjadi lebih kontras apabila dibandingkan dengan sebagian gereja yang mengalami kelesuan, kekuranggairahan, lunturnya kasih jemaat, kehilangan kuasa dan kemenangan, dan sebagainya. Dari sisi lain boleh di kata bahwa sebenarnya pengalaman mistis ini juga secara langsung merupakan reaksi internal terhadap gejala formalisme, dogmatisme, hirarkisme, tradisionalisme serta institusionalisme yang memang kerapkali sedikit banyak dapat kita jumpai di dalam gereja. Ini menjadi perdebatan dan masalah bagi dua kubu ini. Permasalahan ini karena kurang memahami tentang Baptisan dan kepenuhan.

PENGERTIAN BAPTISAN
Baptisan berasal dari kata Baptisma, merupakan tindakan dari pencuciaan atau memasukan kedalam air. Sebagai simbol penyucian, pembersihan. Simbolisme yang sering di lakukan oleh orang-orang di perjanjian lama. Ini adalah suatu tanda setiap orang yang masuk dalam komunitas baru. Baptisan juga memiliki pengertian sebagai tanda pertobatan seseorang, dari kehidupan yang lama untuk mendapatkan kehidupan baru. Baptisan ini digunakan oleh Yohanes ketika menyambut kedatangan Tuhan Yesus.
Baptisan biasanya disebut sebagai inagurasi dimana seseorang mempercayai tentang keselamatan di dalam Yesus. Bukan masalah baptisannya tetapi proses pekerjaan Roh kudus yang merupakan hal yang penting. Sama seperti orang wisuda bukan wisudanya yang membuat seseorang lulus kuliah, tetapi proses belajar dan ketekunan seseorang melewati studi itu. Sebuah inagurasi penting untuk menjadi pengingat tetapi bukan itu menentukan segalanya. Bapisan adalah symbol bagaimana dia diselamatkan.

BAPTISAN ROH KUDUS
Baptisan Roh Kudus secara langsung disebut dalam Alkitab 7 kali di Perjanjian Baru[1]. Pemunculan istilah ini yang pertama dalam Mat. 3:11(“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”) dan sama persis digunakan dalam Mark 1:8; Luk 3:16 dan Yoh 1:31-33. Ke empat ayat itu semua disebutkan oleh Yohanes Pembaptis.  Yesus juga mengungkapkan mengenai hal ini dalam Kis 1:4-5. Dikatakan demikian, “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”. Pengungkapan ini dilakukan Yesus pertama kali dan hanya sekali selama hidupNya. Selanjutnya istilah ini muncul dalam  Kis 11:15-17 (“Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?”). Di sini pemunculannya bukan dalam rangka janji Tuhan atau perintah untuk diterima tetapi justru mengingatkan kembali apa yang telah dijanjikan Tuhan dan yang telah terjadi pada hari Pentakosta yang telah berlalu. Petrus tidak sedang menganjurkan gereja lain untuk menerima baptisan Roh Kudus, tetapi membicarakan apa yang telah terjadi dalam sejarah, yang tidak pernah terulang kembali. Terakhir kali istilah baptisan Roh Kudus muncul di 1Kor 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Di sini juga Alkitab memberikan definisi atau menjelaskan makna baptisan Roh Kudus yang memberi pengalaman yang lebih luas bagi semua orang percaya, yaitu mempersatukan semua orang percaya menjadi satu tubuh.
Baptisan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, karena Kristus mengutus Roh Kudus sebagai penolong bagi orang percaya untuk  terus bertahan. Baptisan roh Kudus adalah suatu kata yang mana penulis PB gunakan untuk berbicara  tentang datangnya ‘a new convenant power of Holy Spirit’.
Perbedaan baptisan air dan baptisan Roh Kudus adalah bahwa baptisan dengan air adalah sebagai pernyataan iman (segi manusia). Kita mengimani, ketika kita dibaptis, bahwa kita adalah satu bagian keluarga kerajaan Allah dan kita adalah pribadi yang diselamatkan Tuhan. Ini adalah bukti bahwa kita sudah di dalam Kristus. Sedangkan baptisan dengan Roh adalah sebagai penyataan anugerah Allah (segi Tuhan).
Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah dibaptis secara Roh Kudus? Kita tidak bisa tahu, seperti angin berhembus kita tidak tahu, tapi kita bisa rasakan. Yang paling penting adalah baptisan adalah sarana kita menghayati keselamatan yang disediakan di dalam Kristus.
PRINSIP ALKITAB TENTANG BAPTISAN ROH KUDUS
·         Kita dibaptis menjadi satu tubuh dengan Kristus (1 Kor 12:12-13).
·         Kita dibaptis dengan Roh Kudus (oleh Tuhan Yesus). Jadi secara status atau fakta terjadi pada saat  hari Pentakosta (hari turunnya Roh Kudus) dan secara pengalaman terjadi pada saat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita.
·         Ada empat kali turunnya Roh Kudus, yaitu: dalam Kis 2:38 (di Yerusalem dan disertai bahasa roh), Kis 8:14-17  (di Samaria dan tidak disertai bahasa roh), Kis 10:44 (kepada Kornelius dan disertai bahasa roh), Kis 19:1-6 (di Efesus dan disertai bahasa roh dan bernubuat).

Jadi, kepenuhan Roh adalah akibat dari baptisan Roh (Kis 2:4).  Tuhan Yesus membaptis dengan Roh Kudus, kepenuhan Roh adalah akibat yang diterima. Kepenuhan Roh adalah akibat  yang diterima yang perlu terus menerus dijaga dan dipertahankan. Jika kita hidup dalam ketaatan terhadap Roh Kudus maka kita akan mengalami kepenuhan Roh Kudus. Sepanjang kisah dalam alkitab tidak ada seorang rasul yang mengatakan ‘Aku kepenuhan Roh Kudus’. Tetapi hal itu menjadi peryataan dari orang yang memandang mereka bahwa mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Kepenuha Roh Kudus adalah keadaan yang seharusnya dijaga dan dipertahankan. Dalam Ef 5:18-19 dikatakan, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati”. Ini adalah hidup yang dipenuhi oleh Roh.

CIRI-CIRI ORANG DIPENUHI ROH KUDUS
  1. Taat kepada Roh.
  2. Hidup kudus
  3. Menjunjung tinggi Firman Tuhan (Yohanes 14:26)
  4. Mengabarkan Injil (Kisah Para Rasul 1:8)
  5. Berani dipimpin Roh Kudus untuk menjalankan kehendak Allah (Kisah Para Rasul 16:9-40)
  6. Menghasilkan buah Roh (Kisah Para Rasul 13:52, Efesus 5:18)

Ketika kita menghayati baptisan dan kepenuhan Roh Kudus kita harus mengingat bahwa baptisan Roh Kudus terjadi satu kali di dalam kehidupan orang Kristen untuk selama-lamanya. Tidak ada pengulangan! Sedangkan kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang kali dalam perjalanan hidup kekristenan kita. Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman yang pasti tanpa diragukan, dialami oleh setiap orang percaya ketika dia menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Baptisan Roh Kudus bukan pengalaman kedua yang baru akan dialami setelah orang percaya tersebut menerima pelayanan khusus, misalnya penumpangan tangan, tetapi hal yang langsung dialaminya sama ketika ia menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Ingat, Baptisan Roh Kudus adalah kenyataan atau fakta seseorang menerima Kristus dan dengan demikian menjadi alat (means) yang melaluinya orang tersebut dipersatukan ke dalam Baptisan Roh Kudus terjadi satu kali di dalam kehidupan orang Kristen untuk selama-lamanya (tidak ada pengulangan), sedangkan kepenuhan Roh Kudus terjadi berulang kali di dalam perjalanan kehidupan keKristenan. Di dalam baptisan Roh Kudus, Roh Kudus masuk di dalam hati orang percaya, sedangkan di dalam kepenuhan Roh Kudus, Roh Kudus mencerahkan dan memimpin orang percaya menuju kepada kesempurnaan hidup seperti Kristus (Roh Kudus tidak masuk untuk kedua kalinya di dalam hati orang percaya).
Mari senantiasa hidup oleh Roh dan senantisa penuh dnegan roh yang menjadikan hidup kita taat, kudus, setia kepada Firman Tuhan, rajin melayani, mengerjakan kehendak Bapa, dan menghasilkan buah Roh dalam kehidupan kita.
Solideo Gloria!



[1] Stephen Tong, Baptisan dan Karunia Roh Kudus (Jakarta: LRII, 1996) h. 31-37

Doktrin Roh Kudus 1: Penolong dan Penghibur

[Kotbah ini dibawakan oleh Danni Philip Bukitz pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 11 Mei 2012]

Dalam mempelajari bagian ini kita akan mendekati dengan kajian biblika bukan konsep sistematika. Menyadari ini merupakan hal yang akan sulit untuk di mengerti secara logika dan rasional kita. Banyak pandangan untuk memahami ini dengan pendekatan sistematika, namun karena waktu pembahasan yang tidak terlalu banyak kita akan mengenal pribadi Roh Kudus melalui penggalian kebenaran Firman Tuhan dan relevansinya bagi kita sebagai murid Kristus di tengah zaman ini.

KONTEKS YOHANES 14:15-26
Ini merupakan perikop penting tentang pribadi ketiga dari Tritunggal. Melalui bagian ini konsep Roh Kudus dinyatakan. Sebelum kita membahas tentang bagian ini kita harus melihatnya dari konteks yang terjadi di saat itu. Yohanes menuliskan bagian ini saat hari-hari terakhir Tuhan Yesus di dunia. Ia menuliskan bahwa Yesus mengambil waktu bersama-sama dengan para murid dalam perjamuan makan. Dalam kondisi akhir ini Yesus memberikan perintah baru kepada para murid-muridNya. Perintah baru ini merupakan hal yang muncul ditengah pertengkaran siapa terlebih besar diantara para murid. Yesus menduga bahwa para murid akan bertengkar dalam kondisi ini dan akan ada perpecahan yang terjadi diantara para rasul.
Bukan hanya perpecahan yang muncul dalam hari-hari terakhir, tetapi Yesus mengetahui bahwa para murid akan akan meninggalkannya. Yesus tahu bahwa Petrus akan menyangkal diriNya. Yudas menjualNya dan para rasul lainnya akan meninggalkan Yesus karena ketakutan dan kondisi yang sangat mencekam. Inilah yang menjadi konteks mengapa Yesus berbicara kepada murid-murid dan dituliskan oleh Yohanes pada bagian ini.

KASIH = TAAT PERINTAH
Yesus memulai bagian ini dengan menyatakan bahwa “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku (ay 15)”. Perintah yang Yesus berikan dengan sebuah landasan dan dasar yaitu kasih kepada diriNya. Jikalau kita mengasihi Tuhan berarti kita harus menaati apa yang menjadi perintah Tuhan. Ini merupakan sebuah konsekuensi logis dan bukti nyata mengasihi Tuhan. Ketika mengasihi Tuhan kita harus mematuhi apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Yang menjadi pertanyaan perintah apa yang Yesus maksudkan kepada para murid
  1. Hukum kasih (13:34-35). Mengapa hal ini penting adalah karena ada kemungkinan para murid berpikir siapa yang menjadi terutaa (atau terbesar) diantara mereka, sehingga esus menyampaikan sebuah perintah agar mereka saling mengasihi.
  2. Hukum yang Terutama (Mrk 12:28-34). Hal ini berbicara mengenai hukum yangpaling utama yaitu mengasihi. Allah dan mengasihi sesama. Kedua hukum ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Mengasihi Allah.
  3. Matius 5:19-20. Ini adalah sebuah pernyataan bagaimana Yesus bukan sedang meniadakan hukum taurat.
  4. Tradisi / aturan-aturan


Yesus datang tidak menghapuskan atau membuang hukum taurat dan tradisi yang baik.  Yesus mengkoreksi hati dan motivasi para ahli Taurat. Mereka terjebak dalam legalisme yang membuat mereka melakukan aturan-aturan itu dengan penghakiman, paksaan dan kehilangan kasih dalam melakukan perintah itu. Kasih kepada Tuhan merupakan poin utama untuk melakukan perintah Tuhan. Yesus kembali kepada para murid-murid dengan menyatakan mulai dengan kasih. Ini merupakan hal terpenting bagi para murid. Namun kita sebagai orang Kristen sering gagal dan jatuh dalam melakukan hal tersebut. Kita mudah terjebak dalam dua kubu yaitu legalis dan liberal. Untuk terlepas dari permasalahan dua kubu tersebut kita membutuhkan penolong untuk tetap berada dalam motivasi antara kasih dan ketaatan. Dalam konteks inilah Yesus menyatakan bahwa Ia akan mengutus penolong untuk setiap para murid tetap memiliki kasih dan ketaatan melakukan perintahNya. Penolong dan Penghibur diberikan oleh Yesus agar para murid menjadi pribadi yang selalu hidup dalam kasih dan taat pada perintah Allah. Dua hal dimana kebenaran antara keadilan Allah dan kasih Allah hanya akan dimengerti jika kita diberi pengertian untuk memahaminya. 

ROH KEBENARAN = ROH KUDUS
Penolong yang Yesus berikan merupakan Pribadi bukan semangat. Ia menyatakan bahwa pribadi yaitu Roh da  Kebenaran. Roh itu akan menyertai murid dalam melakukan perintah Tuhan Yesus didalam motivasi kasih kepada Yesus. Ia tahu apa yang akan terjadi dengan para murid bahwa mereka akan gagal mengasihi diriNya, namun dengan adanya Roh kebenaran ini akan menolong mereka untuk terus setia dan bertahan. Ia bukan semangat tetapi Pribadi yang memiliki intelektual, perasaan atau emosi, sifat dan atribut-atribut.
Ia adalah pribadi yang berpikir karena kita sering mendengarkan bahwa Roh mengingatkan, mengajar, membimbing dan melakukan tindakan yang membutuhkan pemikiran. Intelektual dimiliki oleh Roh Kudus untuk menjalankan peran sebagai Roh Kebenaran bagi orang percaya untuk terus memahami setiap ketaatan yang dilakukan kepada Yesus.
Roh kudus juga memiliki emosi dimana bisa didukakan oleh dosa yang kita lakukan. Selain itu Ia juga bisa menghibur orang yang berjuang melakukan kebenaran.
Sifat dan atribut yang dimiliki oleh Pribadi Roh Kudus banyak di nyatakan oleh Alkitab.

Comforter (penghibur)
Roh kebenaran dan penolong. Ia sebagai penolong dengan berperan sebagai penghibur yang memberikan penguatan dan penghiburan yang sejati. Ilustrasi yang bisa dipahami yaitu ketika seseorang mengalami rasa duka hal yang perlu untuk dimengerti bahwa penghiburan sejati dari diri orang tersebut, namun kita tidak bisa memahami mengapa kita jadi ingat pernyataan Firman, dan lainnya pasti karena perbuatan pribadi yang bekerja menghibur.
Kita harus  menghayatinya bukan dalam dunia fisik tetapi dunia Roh, misalnya si X memiliki Roh X dan si Z memiliki Roh Z. Ketika X memberikan nasihat kepada Z bisakah dikatakan bahwa Roh X menasihati Roh Z?. Demikian kita menghayati pribadi Roh kudus dalam bertindak.

Counselor (Pembimbing)
Ia memiliki peran sebagai penghibur ketika kita para murid Kristus mengalami penderitaan. Ia akan mengingatkan tentang kasih itu dan menghibur kita.
Peran selanjutnya sebagai pembimbing atau pengarah untuk terus hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada perintah Kristus. Roh kudus akan mengajarkan segala sesuatu tentang perintah yang harus kita taati dan lakukan. Selain itu Ia akan mengingatkan perkataan Yesus yang kita sudah dengar. Bimbingan ini yang membuat kita akhirnya hidup mencapai keserupaan dengan Kristus.

Advokat (Pembela)
Makna ketiga yang kita bisa pelajari dari parakletos adalah pembela. Dalam memperjuangkan kebenaran terkadang para murid harus berada dalam situasi penuh dakwaan baik dari pihak luar maupun dari dalam pribadi. Yesus melihat setiap murid akan mengalami dakwaan dari dunia yang membenci mereka. Jadi hal yang perlu yaitu pembela yang membuat mereka berani membela kebenaran ditengah dunia yang membenci kebenaran itu. Pembela ini akan menolong kita untuk kita siap menghadapi kondisi-kondisi yang terjadi jika kita berjuang dalam kebenaran. Kita akan sendiri dan penuh penghakiman namun satu hal yang perlu kita pahami yaitu keyakinan untuk terus berjuang dan mengingat ada pembela yang membuat kita terus taat dan setia memperjuangkan kebenaran itu.

Refleksi
Siapakah kita ketika melakukan perintah Tuhan? Apakah kita orang yang taat hanya keharusan yang akhirnya harus dalam tindakan mekanis dan legalis? Atau kita adalah orang-orang yang bebas tanpa aturan akhirnya menjadi orang yang hidup tidak teratur. Hal yang Yesus inginkan bukan hanya ketaatan tetapi kasih yang menjadi dasar untuk melakukannya. Kristus sebagai Tuhan dan prioritas dalam hidup kita.
Kita memiliki Allah yang terus bekerja memelihara ketaatan dan kesetiaan kita untuk melakukan perintah dan visi Kristus bagi Dunia. Pribadi ketiga atau Roh kudus menghibur, membimbing dan membela kita hidup dalam kebenaran, sehingga kita dinamis dalam hidup keKristenan kita.
Ia adalah pribadi yang memiliki intelektual, emosi, sifat dan atribut jadi Roh kudus bukanlah semangat seperti yang didengungkan kaum unitarianisme (saksi Yehova). Ia pribadi yang hidup dan terus bekerja dalam diri orang percaya sampai Tuhan Yesus datang kedua kali.

Marilah kita mengucap syukur untuk Pribadi ketiga Tritunggal yang terus mengingatkan kita untuk hidup makin serupa dengan Kristus. TYM