Saturday, February 11, 2012

Mission of God's People 2: The World Mission and the Bible story

[Kotbah ini dibawakan oleg Drs. Tiopan Maniahuruk, M. Th pada ibadah Mimbar Bina ALumni, Jumat, 27 Januari 2012]

Hari ini kita akan berbicara mengenai The Mission of God dalam ruang lingkup The World Mission and the Bible Story – bagaimana Alkitab mengisahkan tentang misi Allah di tengah dunia ini.

John Stott mengatakan bahwa misi adalah penjangkauan global sebuah umat yang bersifat global sebagai milik Allah yang global. Misi itu tidak parsial tetapi bersifat holistik atau dikenal juga dengan integrated mission. Karena misi itu bersifat global maka misi itu tidak dibatasi oleh suku, agama, geografis, maupun status sosial. Umat dan dunia adalah milik Allah yang global dan berkuasa atas segalanya. Satu slogan dari Laussen mengatakan demikian the whole Church bring the whole Gospel to the whole world. Misi dalam kisah (cerita) Alkitab harus kita pahami dengan jelas. Misi bukan hanya kita temukan setelah peristiwa turunnya Roh Kudus dalam Kis 1:6-8, bukan juga sebatas Amanat Agung (Mat 28:18-20), tetapi mengalir mulai dari kitab Kejadian - Wahyu. Jika kita memahami bahwa PB tidak lebih penting dari PL dalam memahami misi, maka seharusnya kita berpikir bahwa misi dunia merupakan aspek pertama dan sekaligus paling menonjol dalam praksis kekristenan. Seluruh praksis kekristenan adalah bagian dari sebuah misi. Jadi bisa dikatakan berpacaran, marketing, berkeluarga, mengajar, berdagang, dan apa aja yang kita lakukan adalah misi.

John Stott juga mengatakan bahwa mandat kita bagi penginjilan sedunia adalah keseluruhan Alkitab (bukan hanya sebatas Mat 28 atau Kisah Para Rasul, atau Mark 3:13-15). Mandat itu bisa ditemukan dalam penciptaan oleh Allah (yang karenanya semua manusia bertanggungjawab kepada-Nya), di dalam sifat Allah (sebagai Dia yang berpribadi hangat, pengasih, berbelaskasihan, tak menghendaki seorangpun binasa, tetapi menginginkan semua orang beriman dan bertobat), di dalam janji-janji Allah (bahwa semua bangsa akan diberkati melalui benih Abraham dan akan menjadi warisan Sang Mesias), di dalam Kristus (yang kini ditinggikan dengan otoritas universal), di dalam Roh Allah (yang menyadarkan akan dosa, bersaksi tentang Kristus, dan mendorong gereja melakukan penginjilan) dan di dalam gereja milik Allah (yang merupakan sebuah komunitas multinasional yang missioner, di bawah perintah untuk menginjili hingga Kristus datang kembali). Inilah mandat Injil.

Misi berarti sebuah tindakan penebusan (secara global) oleh Allah. Penebusan dosa spiritual diselesaikan dengan iman kepada Kristus dan pertobatan dari dosa serta penebusan dosa sosial dan struktural serta ciptaan Allah (ekologi) diselesaikan melalui transformasi dengan partisipasi umat tebusan. Dalam Kej 1:28-30 dikatakan, “28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.” Pasca penciptaan (setelah Allah menciptakan segala sesuatu), maka Allah menciptakan manusia dan kepada manusia diberikan mandate untuk bermisi, yaitu: pertama misi Creatio Continua (Penciptaan yang berkesinambungan). Memang penciptaan dari yang tidak ada menjadi ada berhenti pada hari yang ke enam dan ketujuh beristirahat. Tetapi creation continua berkesinambungan sampai Yesus datang kedua kali. Artinya ada sebuah penciptaan yang berkesinambungan untuk pemeliharaan alam semesta. Setelah itulah diberikan mandat ‘beranak cucu dan bertambah banyaklah’.
Kedua, dalam Kej 1:28-30, ketika Allah memberikan mandat untuk menguasai dan menaklukkan, hal ini tidak berarti eksploitasi tetapi eksplorasi untuk dipergunakan bagi kebutuhan manusia. Dalam hal ini ada keberlangsungan hidup yang mutualis untuk mempertahankan kehidupan. Jadi ada prinsip ‘peliharalah alam maka alam akan memelihara kamu’. Bukankah ketika kita memelihara pohon, maka pohon juga memelihara kita dengan menyediakan oksigen? Jangan berpikir misi kita hanya sebatas memanggil orang untuk PI dan mereka lahir baru serta bertobat. Bukan hanya itu! Tetapi kita juga bertanggung jawab akan kesinambungan yang mutualis dalam eksplorasi alam untuk kebutuhan manusia.

Ketika Adam jatuh ke dalam dosa (Kej 3) maka ada sebuah penghukuman yang diberikan kepada Adam dan Hawa. Ketidaktaatan dan pemberontakan manusia melawan Allah mendatangkan bencana bagi manusia (Kej 3-11). Kejatuhan ke dalam dosa juga mendistorsi seluruh aspek kehidupan manusia dan alam ciptaannya (Kej 3: 17b). artinya, secara jasmani, manusia berada di bawah kehancuran dan kematian, hidup dalam lingkungan jasmani yang juga berada di bawah kutukan Allah (Kej. 2: 17). Kemudian, secara intelektual manusia memberi alasan yang rasional untuk menjelaskan, membela dan merasionalisasikan atau membenarkan kejahatannya. Secara sosial, lahirnya konflik dan friksi antar pribadi, kelompok, etnis dan kebudayaan pada setiap generasi (Kej 11). Dan secara rohani, manusia terasing dari Allah, menolak kebaikan dan otoritas-Nya di dalam hidupnya.

Bagaimana hal ini terjasi, soal misi kejatuhan dan misi penebusan? Mari kita perhatikan kisah dalam Kej 7-8 yaitu kisah mengenai air bah dan new living (penghancuran bumi pada zaman Nuh). Setelah kisah air bah ada panggilan kepada Abraham dan janji berkat bagi seluruh bangsa (Kej 12:1-3). Kita harus menyadari adanya general blessing dan special blessing. Seluruh alam dan dunia ini diberkati oleh general blessing dan mereka pun keturunan Abraham secara umum. Tetapi bagi orang beriman kepada Kristus kita mendapatkan general blessing dan special blessing. Itulah sebabnya dikatakan semua bangsa didunia ini diberkati oleh Tuhan. Inilah misi Allah melalui Abraham. Jadi jangan berpikir bahwa hanya kita yang beriman diberkati oleh Allah. Janji melalui keturunan, kehadiran dan karya Abraham kemanapun ia pergi digenapi sebagai misi Allah.

Bagaimana dengan kisah Yusuf? Apa yang dialaminya memang diluar perhitungannya. Apa yang dilakukan oleh abang-abangnya dimana ia diperjual belikan sampai menjadi budak di rumah Potifar dan akhirnya dipenjarakan oleh kesalahan yang tidak ia lakukan dan akhirnya tiba di Istana (Kej 37-50). Yusuf tidak menyangka hal itu terjadi di dalam hidupnya. Tetapi, kita melihat bahwa Allah bekerja melalui misiNya. Mari membayangkan jika Yusuf tidak menjadi orang kedua di Mesir pada masa itu, apa yang akan terjadi? Mesir akan menderita kelaparan selama tujuh tahun demikian juga dengan keluarga Israel. Tetapi, dalam hal ini ada providensia Allah dan itulah pernyataan misi Allah bagi umatNya, Israel, dan bagi non Israel. Allah memelihara orang Israel dan Mesir melalui kehadiran Yusuf yang berkuasa di dalam kerajaan Mesir. Ketika kakak-kakak Yusuf datang ke Mesir untuk minta maaf, Yusuf menjawab dengan kata-kata yang sangat luar biasa. Yusuf menjawab: ”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kej 50:20). Kebaikan bagi dia, bagi saudara dan bangsanya, dan bagi orang Mesir, inilah cara Allah bemisi melalui Yusuf pada zaman itu.

Saya tidak tahu bagaimana kita memahami profesi yang kita kerjakan sekarang ini. Apakah kita merasa terhina dengan profesi kita sekarang ini? Atau ada yang merasa malang dengan pekerjaannya sekarang ini? Jika kita memahami misi Allah maka kita akan memahami bahwa ada misteri di dalam providensia Allah, dan kita akan melihat bahwa apa yang Allah sedang percayakan kepada kita adalah perwujudan dari sebuah misi yang bersifat global di mana kita bisa dipakai oleh Allah.

Meri melihat kehidupan Musa. Israel yang tinggal di Mesir pada masanya Yusuf akhirnya diperbudak. Setelah sekian ratus tahun diperbudak di Mesir, maka Allah yang mendengan teriakan mereka (Kel 2:21-23), dimana mereka mengearang kepada Allah. Allah akhirnya memanggil Musa yang sedang menggembalakan domba mertuanya, Yitro, di Midian. Allah membukakan isi hatinya dan erangan Israel yang sampai kepadaNya. Allah memanggil Musa untuk membebaskan mereka. Dalam pemanggilan ini ada dialog yang menghadirkan murka Allah. akhirnya Musa berkata ya, dan pergi. Apa yang ingin kita lihat disini adalah bahwa allah sendiri yang membebaskan dan berperang. Meskipun pada awalnya Allah mengeraskan hati Firaun dengan berkali-kali maka ada tanda muzijat. Dan karena tulah terakhir (matinya semua yang sulung di Mesir) akhirnya Firaun mengijinkan bangsa Israel untuk keluar dari Mesir. Ketika mereka dalam perjalanan pembebasan itu, Allah bermisi membentuk kerohanian dan moralitas mereka. Itulah sebabnya Allah memberikan taurat ke pada Musa untuk pengaturan pola hidup dan tata hidup bangsa Israel yang benar. Allah juga menyertai mereka sepanjang perjalanan itu. Sebenarnya perjalanan Mesir ke Kanaan bisa ditempuh selama 40 hari. Tetapi karena ketidaktaatan mereka, bangsa Israel akhirnya memakan perjalanan selama 40 tahun. Dan selama 40 tahun ini Allah memelihara mereka melalui manna dan tiang awan (pada waktu siang) dan tiang api (pada waktu malam). Dalam perjalanan itupun Alah member kemenangan atas musuh-musuh mereka melalui kepemimpinan Musa. Allah bermisi melalui Musa.

Ketika Musa mati dan bangsa Israel belum sampai di tanah Kanaan (tinggal menyeberang sungai Yordan), maka Allah memanggil Yosua. Inilah sebuah misi dalam kepemimpinan yang berkesinambungan. Maka ada penaklukan tanah Kanaan melalui Yosua, kemudian ada pembagian tanah dan penataan umat Tuhan sebelum Yosua mati. Pada Yosua 24 Yosua mengatakan bahwa dia sudah tua dan menyerahkan mereka pada pimpinan Tuhan dan ada sebuah komitmen ketika ia berkata, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15b).

Allah juga bermisi melalui kepemimpinan Hakim-Hakim, juga masa nabi-nabi. Kemudian karena permintaan bangsa Israel, maka oleh Samuel mengurapi Saul menjadi Raja. Tetapi Israel Raya belum tercipta, dan pada masa Daudlah Israel raya tergenapi. Setelah Daud ada dilanjutkan kepada Salomo. Setelah masa Salomo, terjadilah perpecahan antara Yerobeam dan Rehabeam yang membuat srael pecah menjadi dua yaitu Israel Utara dan Israel Selatan (Yehuda). Pada masa Yoyakim terjadilah pembuangan, yaitu pembuangan ke Babel.

Tetapi Allah tidak berhenti bermisi untuk bangsa Israel meskipun mereka dibuang. Ketika mereka dalam pembuangan Allah juga menyertai mereka. Allah memelihara mereka di sana selama mereka tinggal di pembuangan. Pemeliharaan Allah bukan hanya sekedar mereka hidup berkecukupan, tetapi Yer 29:7 mengatakan, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Inilah perintah Tuhan yang menjadi misi bagi orang Israel meskipun dalam pembuangan. Artinya, tidak ada alasan bagi kita masih miskin, belum punya jabatan, pengaruh, bahwa dalam kondisi apapun misi harus tetap dikerjakan melalui kita oleh Allah.

Setelah itu Allah bermisi untuk membebaskan bangsa Israel melalui Cyrus yang adalah Raja Persia. Pada masa ini Babel ditaklukkan dan ada izin untuk bangsa Israel pulang. Kemudian Nehemia membangun kebangsaan dan Ezra membangun restorasi spiritualitas (termasuk dalam hal perkawinan) (Ez 10). Ini adalah misi. Apa yang dikerjakan Nehemia dan Ezra adalah sebuah misi.

Setelah masa Nehemia dan Ezra, maka muncullah masa nabi-nabi dan kedatangan Kristus. Muncullah kegenapan nubuatan dari inkarnasi Kristus. Inilah misi. Misi adalah from heaven to earth and from glory to egony. Jadi misi adalah from heaven to earth. Jadi jika kita dari Medan disuruh bermisi ke siantar, atau Berastagi, atau Balige, itul belum terlalu jauh. Surga ke bumi masih lebih jauh. Jadi jika memipin KTB dari Simalingkar ke UNIMED, itu belum terlau jauh. Misi juga adalah from glory to egony (dari kemuliaan kepada kehinaan atau penderitaan). Jadi misi bukan sesuatu yang membuat nyaman atau sesuatu singkat. Dan semua hal ini terjadi di dalam Kristus yang berinkarnasi.

Apa yang terjadi ketika Yesus berinkarnasi adalah logos menjadi daging (Yoh 1:14). Jangan hanya berpikir bahwa misi hanya dimulai di dalam diri Kristus. Tidak, tetapi mulai dari penciptaan sampai pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Yesus kemudian melayani sekitar tiga tahun. Karya penebusan melalui salib, kematian, dan kebangkitanNya. Kemudian ada kenaikan dan pentakosta, dan ada masa para rasul (Kisah Para Rasul) dan misi gerja. Kemudian ada parousia (kedatangan Yesus keduakali), kebangkitan orang mati, penghakiman, dan langit serta bumi yang baru. Sampai disinilah misi dilakukan.

Mari melihat sekilas tentang misi ini kembali. Kisah misi diawali di dalam penciptaan yang menyediakan nilai-nilai dan prinsip dasar bagi kita. Kejatuhan memerosotkan manusia ke dalam realitas bumi yang telah dikutuk serta kefasikan manusia. PL menunjukkan cakupan maksud penebusan Allah yang dijabarkan dalam sebuah konteks sejarah dan budaya yang spesifik dan model yang detail (melalui kitab taurat, sejarah, kitab para nabi, kitab hikmat serta ibadah Israel).
Inkarnasi menghadirkan Allah ada bersama kita dalam pergumulan serta memanggil manusia untuk mewujudkan sekaligus menjadi agen dari pemerintahan Allah melalui Kristus. Inilah menghadirkan shalom atau kerajaan Allah melalui pemberitaan Injil. Salib dan kebangkitan memampukan kita untuk mengalami dan ikut serta dalam kuasa rekonsiliasi, kasih, pengharapan serta mencari karya Allah yang menebus dan menyelamatkan. Jika orang belum menikmati kuasa salib yang menyelamatkan dan menyucikan, dan mengalami kuasa kebangkitan yang membenarkan dan memberikan kebenaran, maka sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa memahami hati dan misi Allah dan melibatkan diri secara maksimal dalam rangka misi Allah.

Roh Kudus dalam gereja menyediakan tuntunan dan kuasa untuk menantikan hadirnya perubahan nyata di dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, sambil tetap memperhatikan berbagai dimensi misi Kristen yang bersifat personal dan sosial. Seringkali kita selama ini terjebak hanya kepada misi yang bersifat personal, yaitu melayani yang terlibat okultisme, depresi, belum lahir baru, dll. Hal ini penting, tetapi restorasi sosial juga penting. Karena itu kita harus memadukan keduanya sekaligus dan jangan masuk dikotomi bahwa ada yang superior dan ada yang inferior. Tetapi kita, dengan kuasa Roh Kudus, kita terlibat di dalam misi yang personal dan sosial. Hal ini sesuai dengan yang mana Tuhan berikan kepada kita: kemampuan, kesempatan, panggilan, talenta, atau karunia.

Pengharapan akan masa depan kita yang dahsyat memberikan nilai dari segala sesuatu yang kita lakukan masa kini karena jerih payah kita dalam Tuhan tidaklah sia-sia dan juga membentuk respon kita kepada masa kini melalui wujud masa depan yang telah diwahyukan. Kalau pengharapan kita akan kehidupan kekal bersama dengan Kristus betapa indah mulia dan agung umat pilihan Allah memuliakan Allah dan pengharapan bahwa seluruh mahluk akan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan akan mengagumi dan memuja Allah maka hal itu akan memacu kita untuk semangat untuk bermisi.

Mengapa kita membukakan hal ini di awal tahun adalah agar tidak ada diantara alumni yang tidak terlibat dalam misi Allah bagi dunia ini. Apakah berjuang untuk buruh, nelayan, petani, untuk ketidakadilan akan tanah, pendidikan, kesehatan, kesejahteraaan kota, misi penginjilan untuk pertobatan, mari kita serius mengerjakan hal ini. Apa yang kita lakukan di sini dan masa kini akan berdampak kepada kekekalan. Ingat, jerih payah kita dalam Tuhan tidak akan sia-sia (1 Kor 15:58). Saya tidak tahu bagaimana kita memandang dunia (khususnya Medan) ini yang semakin kacau balau. Juga kondisi sosial, ekonomi, politik yang semakin hancur di negara ini. Tidak cukup kita memiliki pemikiran bahwa kita tidak terlibat dalam setiap dosa yang ada di sekeliling kita. Tanggung jawab kita adalah membawa perubahan yang berujung kepada restorasi dan pemulihan yang dari Allah. mari menyadari bahwa seluruh dunia ada dalam sebuah bingkai misi Allah yang dikerjakan melalui kita.
Solideo Gloria!

Mission of God's People 1: The Mission of GOD

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th pada Mimbar Bina Alumni, Jumat 20 Januari 2012]

Hari ini kita akan berbicara mengenai misi Allah di tengah-tengah dunia. Setelah penciptaan hari ke enam, ada mandat yang diberikan Allah kepada manusia yaitu "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Mandat ini sekaligus menolak pandangan deisme yang menyatakan bahwa Allah itu pasif setelah penciptaan dan menyerahkan ciptaan kepada hukum alam. Sebuah pandangan yang mengarahg kepada pemahaman bahwa semua manusia mengatur hidupnya sendiri tanpa keterlibatan Allah (band Rom 8:28). Tetapi dari Kej 1:28 kita menemukan bahwa Allah itu adalah Allah yang aktif dan senantiasa berkarya.

Misi dalam bahasa latin dipahami dalam pengertian ‘mengutus’ dan ‘diutus’. Perintah Allah dalam Kej 1:28 adalah sekaligus pengutusan kepada manusia yang pertama untuk mengeksplorasi (bukan eksploitasi) alam. Allah mengutus manusia ke dunia untuk berkarya bagi dunia ciptaanNya. Allah mengutus umat untuk mengerjakan misi-Nya. Jadi ada pertanyaannya adalah apa pertarungan kita saat ini (What is the battle to be fought?) atau apa yang menjadi kebutuhan dasar yang harus kita sediakan? (What is the basic need to be supplied?). Jadi, apakah misi Allah dan misi umat Allah? Untuk tujuan apa kehadiran umat Allah di bumi?

 Misi bukan milik misionaris atau gereja tetapi misi adalah itu milik Allah dan gereja ada untuk menggenapi misi Allah tersebut. Allah sendiri yang punya sebuah misi. Artinya bahwa Allah punya sebuah maksud atau tujuan bagi seluruh ciptaan-Nya. Jadi semua misi umat bersumber mengalir dari misi Allah. Misi itu lahir dari Allah dan dikomunikasikan kepada orang-orang percaya. Hal inilah yang membedakan apa yang kita kerjakan dengan mereka yang belum mengenal Tuhan. Memang apa yang mereka kerjakan toh mendatangkan kebaikan. Tetapi nilainya berbeda dengan ketika kita melakukannya karena apa yang kita lakukan bersumber dari Allah. Orang melakukan penanaman pohon mungkin sebatas menjaga ekologi tetapi ketika kita menanam pohon maka kita sedang melakukan misi melalui ekologi. Misi adalah penjangkauan global sebuah umat yang bersifat global milik Allah yang global (John Stott). Karena itu misi Allah ada demi seluruh dunia milik-Nya – bahkan seluruh ciptaan milik-Nya. Misi juga tidak bersifat partikularistik dan mengesampingkan yang lain.

Karena itu misi adalah segala sesuatu yang Allah lakukan di dalam maksud akbar-Nya bagi seluruh ciptaan, dan segala sesuatu yang untuk itu Dia memanggil kita untuk melakukannya sejalan dengan maksud tersebut. Segala sesuatu yang menjadi jati diri, diucapkan serta dilakukan seorang Kristen dan sebuah jemaat semestinya bersifat missioner karena merupakan partisipasi sadar di dalam misi Allah di dunia yang adalah milik-Nya. Apa yang merupakan jati diri orang beriman, diucapkan, dilakukan merupakan bagian dari pernyataan sebuah misi karena merupakan partipasi sadar bahwa kita sedang terlibat dalam misi Allah.

Ada beberapa dikotomi tentang misi. Pertama, apa tujuan mandat Allah paska penciptaan? Dalam menjawab pertanyaan ini terjadi dikotomi dimana muncullah mandat budaya dan madat injil. Orang kelompok tertentu hanya menekankan mandat budaya menjawab pertanyaan tersebut. Dan kemudian pertanyaan lain juga muncul. Dimanakah Allah setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa? Mengacu pada Kej 3:21 dan dihubungkan dengan analogi kematian Kristus dimana ketika pakaian binatang disematkan kepada Adam dan Hawa sebagai pakaian, ada hewan yang dikorbankan. Dari sudut pandang ini, orang-orang menganggap bahwa misi yang vertikalistik (penginjilan) adalah yang terpenting. Pertanyaan lain juga muncul seperti dimanakah Dia waktu Israel ditindas di Mesir dan pembuangan di Babel? Apakah Allah berdiam diri ketika umat ditindas bangsa lain? Dimanakah para nabi, Yesus, para rasul ketika manusia menderita? Dimanakah Allah di tengah kaum tertindas, miskin dan termarginalkan yang berteriak dan haus akan kebenaran dan keadilan sementara kejahatan bergerak massif dan sepertinya menihilkan segala perjuangan yang terbaik? Pertanyaan-pertanyana ini muncul dari bagian dikotomi.

Apakah misi hanya perkabaran Injil (PI)? Ada dua pandangan. Pertama, bagi sekelompok orang, PI adalah aksi sosial (pandangan yang dianut oleh kaum Injili). Perlu diketahui bahwa sampai abad pertengahan gereja sangat besar pengaruhnya (menguasai nilai ekonomi, etika, nilai dan pandangan politik). Setelah zaman renaisans dan munculnya humanism oleh David Hume, maka terjadi perubahan di dalam gereja dan memunculkan teologi liberal yang menekankan aksi sosial. Kemudian masuk kepada abad ke-19, lahirlah gerakan kaum injili. Dan pada abad ke-20 awal muncullah gerakan kharismatik.

Dalam pemahaman PI adalah aksi sosial mereka mengatakan mengubah masyarakat adalah dengan cara mengubah manusia di dalamnya melalui kuasa transformatif Injil. Dosa dalam struktur dan masyarakat dilakukan oleh manusia yang berdosa, karena itu tugas kita adalah menyelesaikan masalah sosial dari akarnya, yaitu dosa. Jika orang sudah lahir baru maka masyarakat akan berubah. Slogan: ‘Ubah manusianya, maka dengan sendirinya masyarakatnya akan berubah’. Oleh sebab itu penginjilan adalah hal yang paling penting dan mendesak.

Menurut Melba Padilla Maggay ada dua kegagalan pandangan ini, yaitu: pertama, orang mengalami iman yang menyelamatkan, tetapi ia tidak tergerak ke arah implikasi sosial yang lebih jauh baik karena ketidaktahuan maupun karena kegagalan untuk menaatinya. Kekristenan yang kerdil membuat seseorang tidak mampu menghasilkan pengaruh dan kesaksian sosiologis di lingkungannya. Kedua, situasi masyarakat yang kompleks sehingga tidak mudah diubah dan tidak bisa penggeneralisasian dengan menganggap pelaksanaan keadilan semata-mata sebagai ketaatan pribadi saja. Realitanya adalah bahwa ada kekuasaan yang kuat dan terlindung dan ada struktur raksasa yang harus dilawan.

Pandangan kedua, Aksi Sosial adalah PI (dianut oleh kaum sosialis). Mereka berpendapat bahwa pergumulan demi keadilan dan martabat manusia itu sendiri sudah merupakan sebuah tindakan penginjilan. Kelompok ini menghilangkan aspek proklamasi Injil, melupakan bahwa Injil adalah sebuah berita verbal kepada semua orang yang menuntut iman percaya kepada Yesus Kristus dan pertobatan dari dosa dan kesalehan pribadi.

Kita juga menemukan kelompok ketiga yang memisahkan antara sacral vs sekuler atau dunia natural vs dunia kasih karunia. Kelompok ini mengatakan bahwa aksi sosial dikategorikan dalam dunia temporer dan fisik, sedang PI dalam dunia spiritual dan kekal. Lebih menekankan PI verbal (proclamation) daripada aksi sosial (presence). Jadi memberi kopi adalah memberi kopi, memberiitakan Injil tidak sama dengan memberi kopi dan member kopi tidak sama dengan penginjilan. Menolong orang miskin dan kaum tertindas adalah tindakan sekunder sehingga memprioritaskan misi penginjilan. Memenuhi kebutuhan temporer bisa dilakukan oleh siapa saja, sementara PI hanya oleh orang beriman dan berguna untuk hidup kekal.

Kelompok ini gagal melihat kehidupan secara utuh, bahwa semua aspek hidup membutuhkan kuasa penebusan Kristus dan harus tunduk di bawah ketuhanan-Nya. Misalnya, kerja itu suci sebelum kejatuhan. Ketika Adam jatuh ke dalam dosa, kerja juga terdistorsi. Oleh sebab itu, kerja juga harus dipulihkan agar memiliki teologia kerja dan etika kerja yang benar. Sering kita menganggap bahwa seorang pendeta lebih rohani dibandingkan dengan pegawai. Pemahaman dikotomi seperti ini harus disingkirkan pemahaman dikotomi seperti ini. Misi Allah itu mendatangkan shalom dalam kehidupan presentis (kini dan di sini) dan eskatologis. Meskipun keduanya berbeda, tetapi kedua hal itu merupakan misi atau tugas umat Allah. Injil tidak hanya berimplikasi sosial, melainkan dari substansi intinya sendiri ia memiliki karakter sosial. Aksi sosial bukan hanya implikasi atau embel-embel Injil, tetapi merupakan bagian intrinsik dari Injil. Sering terjadi pembagian sembako atau bantuan-bantuan yang ada dianggap sebagai kendaraan untuk pemberitaan Injil. Konsep seperti ini harus kita perbaiki. Mari memberikan bantuan dengan hati yang murni, dan jika dengan cara seperti itu mereka datang kepada Kristus, puji Tuhan! (band. I Pet 2:12; Fil 4:5). Gereja tidak bisa hanya mementingkan salah satu aspek misi ini dan mengabaikan yang lain. Ortopraksis adalah ajaran Alkitab jauh sebelum munculnya Marxisme (lih. Yes. 58; Yer. 22 dll).

Mandat budaya (Kej. 1: 28) dan mandat Injil (Mt. 28: 18-20) adalah misi Allah secara menyeluruh bagi kehidupan masyarakat. Dikotomi antara yang mana lebih superior dan inferior harus dihilangkan. Dua mandat ini tidak bisa dipisahkan dan terjadi secara simultan. Dunia ini terjalin erat dengan kita di mana gereja dan kita hadir sehinga tidak mungkin dipisahkan dari diri kita. Chris Wright mengatakan: ’Yang terjadi bukanlah Allah memiliki sebuah misi bagi gereja-Nya di dunia, tetapi bahwa Allah punya sebuah gereja bagi misi-Nya dalam dunia. Misi tak diciptakan bagi gereja; gerejalah yang diciptakan bagi misi, yaitu misi Allah’.

Gereja ada di dunia tetapi bukan dari dunia namun hadir untuk dunia. Kalimat ini selain memaparkan identitas gereja (sumber dan sebagai yang membedakannya) tetapi juga tujuan kehadirannya di dunia. Orang percaya di satu sisi harus luput dari distorsi nilai dunia, namun di pihak lain dia dibutuhkan oleh dunia. Karena itu gereja (umat) tidak bisa menarik diri dari pergulatan dunia karena untuk itulah dia hadir. Ingat, ikan laut, walaupun tinggal di laut yang asin tetapi tetap rasa tawar. Demikian juga kita sebagai orang Kristen dimana kita tingga di dunia yang tercemar oleh dosa, sangat najis dan kotor, tetapi mari hidup di dunia seperti ini tetapi tidak najis. Kita juga dituntut untuk hidup suci dan tidak ditarik dari dunia tetapi diperintahkan Allah untuk berkarya di tengah-tengah dunia. Menurut Maggay, hubungan gereja dengan dunia selama berabad-abad berayun dari dominasi ke kapitulasi dan dari separasi ke solidaritas. Dominasi artinya bahwa gereja menguasai mayoritas seperti pada masa Konstantine sampai masa abad pertengahan. Gereja memliki warna dan suara kenabiannya jelas. Gereja menentukan banyak hal. Meskipun negara barat banyak ateis, tetapi etika mereka adalah etika Kristen. Hal ini disebabkan besarnya pengaruh gerja pada masa lalu. Kemudia kondisi ini berayun ke arah kapitulasi dimana gereja melemah menjadi minoritas sehingga agenda utamanya adalah untuk bertahan hidup. Inilah kondisi gereja di Indonesia sekarang. Sebagai minoritas yang penting bisa bangun gereja dan beribadah, seolah-olah berkarya itu tidak prioritas. Kita harus mengubah ini walaupun kita adalah minoritas.

Separasi adalah reaksi gereja ketika menghadapi pembusukan dan penggerogoratan dari dalam gereja dan gereja sibuk dengan urusan internal. Gereja menarik diri dari persoalan bangsa ataupun persoalan ekologi dan menarik diri dari isu-isu sosial. Ini adalah separasi. Gereja yang benar adalah solider dimana gereja bersikap dan memiliki suara kenabian pada masa penindasan dan menyuarakan suara kaum tertindas. Gereja disini bukan institusi, tetapi umat baik personal maupun kolektif.

Pemuridan dan transformasi masyarakat merupakan dua tugas (misi) gereja yang tidak dapat dipisahkan. Kita bergerak di dalam kedua hal ini. Ini adalah tugas rangkap kita. Manusia perlu dilahirkan kembali, bertobat dan mengalami kesalehan pribadi, tetapi struktur dan dosa sosial juga perlu ditransformasi. Dosa individu diselesaikan dengan pertobatan tetapi dosa sosial harus dibongkar dan digantikan dengan struktur yang baru yang tidak memerangkap manusia ke dalam dosa dan nista. Kenapa banyak alumni yang jatuh ke dalam dosa (khususnya PNS) adalah karena sistem. Jika kita bisa mengubah sistem menjadi lebih baik, bukankah tekanan untuk berbuat dosa bisa berkurang? Jangan cukup berdoa dan baca alkitab, tetapi mari berjuang mengubah sistem menjadi lebih baik.

Allah yang misisoner aktif sepanjang zaman untuk menghadirkan shalom dan kerajaan-Nya di bumi. Umat Allah dipanggil berpartisipasi aktif dalam pembentukan sejarah kehidupan dunia dan bukan berkutat pada kehidupan pribadinya. Kesalehan vertikal (individu) harus disejajarkan atau berimplikasi pada kesalehan horizontal (sosial). Dengan kita mengalami transformasi pribadi kita akan melakukan misi Allah untuk mentranformasi masyarakat. Oleh sebab itulah tidak mungkin penginjilan dan pemuridan tidak dikerjakan. Misi proklamasi dan kehadiran harus terjadi simultan dan tidak saling mengeksklusifkan. Jadi mana yang menjadi perioritas adalah sesuai dengan kebutuhan, tantangan, keadaan, dan panggilan pribadi.

Misi menghadirkan shalom Allah dengan menentang all kinds of evil bukan hanya spiritual evil. Mark Labberton mengatakan bahwa misi (Injil) harus dikontekstualisasikan ulang di mana kita hadir. Kita hidup di bumi yang sama tetapi dengan tuntutan dan tantangan serta memahami dunia dengan cara yang berbeda.

Semua area kehidupan dan dunia ini adalah ladang misi Allah yang dipercayakan kepada umat-Nya. Misi Allah mengubah dan mewarnai seluruh aspek dalam dunia ini (ekologi, ekonomi, politik, sastra, budaya, pendidikan, bisnis, teknologi, medis dst). Karena itu gereja Tuhan haruslah menjadi ekklesia visibilis. Kenyataannya adalah, orang Kristen sekarang kebanyakan adalah orang Kristen tertutup dan saleh hanya pada saat tertentu. Tugas profetik dan misi bersifat inklusif, artinya tanpa batas. (bd. Yer. 29: 7; 1 Ptr. 2: 11-17). Misi adalah menghadirkan shalom Allah bagi semua orang tanpa batas. Misi berarti memobilisasi seluruh anggota tubuh Kristus untuk bekerja dan menjadi tanda lahiriah dari Kerajaan Allah. adakah tanda kehadiran secara lahiriah nyata melalui gereja atau mellualui kita di tempat kerja terjadi? Jika belum, maka hal ini terjadi karena kita lebih berfokus kepada yang verbalistik dan mengabaikan yang horizontal. Gereja adalah tanda lahiriah kelahiran Allah di dunia ini. Orang percaya dan gereja merupakan bukti utama tanda lahiriah kehadiran Allah di bumi. Jadi jangan berpikir yang penting saya tidak berdosa dan tidak terlibat di dalam dosa, tetapi mari menyadari bahwa kita adalah tanda kehadiran Allah dimana kita membawa shalom dimana pun kita hadir dan orang-orang menikmati rahmat dan kebaikan Allah melalui kehadiran kita. Inilah misi yang harus kita lakukan, yang bersifat menyeluruh dimana kita menhadirkan rahmat Allah di dunia ini. Mari menyadari dan mulai bermisi dengan misi yang menyeluruh dalam karya Allah di dalam dan meallui kita di tahun 2012 ini.

Solideo Gloria!