Thursday, June 13, 2013

Family 2: Keluarga Yang Bermisi



Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
[Kotbah ini adalah rangkaian dari kotbah mengenai seri keluarga di MBA tahun 2008. Ktbah ini merupakan bagian kedua dari seri keluarga ini. Bagian 1: Rancangan Allah Bagi Keluarga, dan Bagian 3: Preparing For Godly Family]

Hari ini kita akan berbicara tentang misi dalam keluarga. Dalam Kej 1:27-28 dikatakan, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Allah memberi mandat kepada manusia. Mandat umum ini sekaligus mandat dalam pernikahan bahwa Tuhan menghendaki kita berketurunan memenuhi bumi dan Tuhan juga mau kita melakukan mandat budaya yaitu menaklukkan dan menguasai bumi, bukan eksploitasi, tetapi eksplorasi, dan Tuhan juga ingin agar kita menghadirkan Kerajaan Allah. Inilah mandat Allah bagi keluarga.
Ketika kita berpikir untuk menikah, maka misi kita dalam keluarga harus dilihat dalam bingkai mandat ini, walaupun ada mandat khusus dimana tidak setiap keluarga yang menikah harus memiliki keturunan. Mandat umum harus digenapi, tetapi mandat khusus dapat terjadi di dalam rangka kemuliaan Allah. Tujuan pernikahan bukan hanya sekedar memiliki anak. Kalau tujuan pernikahan hanya anak, maka jika tidak punya anak akan ada kehancuran. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan belum memberikan anak dalam satu keluarga. Tetapi satu hal yang saya pahami, menikah bukanlah untuk anak, tetapi anak adalah buah pernikahan.
Mandat berikutnya adalah mandat budaya, supaya manusia menaklukkan dan menguasai bumi agar bumi semakin sejahtera dan menghadirkan shalom Allah di tengah-tengah keluarga. Karena itu ada beberapa misi dalam keluarga.
Misi Internal
Objek misi kita yang pertama dalam keluarga adalah pasangan kita. Makanya tidak benar jika seseorang aktif dalam pelayanan tetapi pasangannya diabaikan. Kita harus melakukan yang terbaik. Melayani pasangan kita dengan sungguh-sungguh. Bagaimana kita mau jadi berkat ke luar jika pasangan kita tidak terlayani dengan baik. Oleh karena itu menolong pasangan untuk bertumbuh secara rohani agar pasangan kita semakin hari semakin menyerupai Kristus (Kol 1:28-29; 1 Kor 7:33-34). Ini adalah pergumulan bagi kita seluruhnya yang (akan) menikah. Ingat Kej 2:18, “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Kita harus menjadi penolong yang sepadan bagi pasangan kita untuk semakin bertumbuh baik secara rohani dan karakter. Oleh sebab itu pernikahan yang tidak memiliki misi yang tidak bagus maka semangat pelayanan mereka bisa hilang dan melupakan tanggung jawab dalam melakukan misi. Jadi kita harus membahagiakan dan menyenangkan pasangan kita secara benar. Bukan berarti demi menyenangkan pasangan, kita jadi tidak melayani. Ini juga adalah hal yang salah.
Kedua, misi kita adalah menolong pasangan agar maksimal berkarya dan bemisi bagi Allah. Misalnya pasangan kita adalah seorang guru. Oleh karena itu sebagai pasangan yang bermisi kita harus mendorong dan memperlengkapinya agar betul-betul bermisi melalui profesinya sebagai guru. Jika pasangan kita pegawai negeri, maka dengan hidup dan pelayanan, kita mendorong dirinya untuk hadir dan menghadirkan Kerajaan Allah di tempat dia bekerja. Jangan karena kita, pasangan kita tidak bisa berkarya bagi Allah. Ingat, pasangan itu bisa jadi hambatan untuk bertumbuh, melayani, atau bergerak untuk pelayanan Tuhan. Pasangan tidak menjadi penolong, tetapi perongrong.
Misi di dalam keluarga adalah mendidik dan mempersiapkan anak-anak agar menjadi keturunan kekekalan- anak-anak yang takut pada Tuhan. Efesus 6:1-4 mengatakan, ”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Masih ingat kasus Eli? Eli adalah seorang imam tetapi memiliki anak yang badung yang menjarah, mencuri dan memperkosa di bait Allah. Ini adalah kegagalan Eli dalam mendidik anak. Ini adalah katakutan banyak pengkhotbah jika memiliki anak yang badung. Oleh karena itu kita harus mendidik anak sesuai dengan ajaran Tuhan. Dalam Amsal dikatakan, ”Rotanlah anak jika masih bisa dirotan!” Ini adalah objek misi kita, dimana kita mempersiapkan anak kita menjadi anak-anak yang takut pada Tuhan.  Dalam 1 Tim 3:4-5 di katakan bahwa salah satu syarat Diaken adalah bisa mengepalai keluarganya dan dihormati oleh anak-anaknya. Seorang penilik jemaat haruslah ” seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah””? Oleh sebab itu akan menjadi sesuatu yang berat untuk melayani ke luar jika anak-anak kita bukanlah anak-anak yang terdidik dan tidak takut pada Tuhan.
Misi berikutnya adalah membuat keluarga menjadi surga bagi setiap anggota keluarga. Dalam kenyataan sekarang ini, banyak rumah menjadi neraka bagi anak-anak karena orangtuanya selalu bertengkar. Tidak ada damai dan shalom dalam keluarga dan misi kita adalah menghadirkan shalom Allah dan menjadikan rumah tangga menjadi satu miniatur Surga di bumi. Itulah sebabnya dalam Maz 128:1-6 dikatakan, ”Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!” Inilah metafora yang dipakai oleh pemazmur.  Rencanakanlah keluarga yang menjadi miniatur Surga di bumi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersiapkan pernikahan dengan baik. Bertbahagia dan diberkatilah laki-laki yang takut akan Tuhan. Salah satu kunci utama membuat keluarga bahagia adalah suami yang takut akan Tuhan, karena suami adalah imam dalam keluarga.
Misi Eksternal.
Pertama, menjadi saluran berkat (misi) bagi kedua belah pihak keluarga [band Gal 6:9-19, ” Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman]. Objek misi kita adalah mertua dan saudara dua belah pihak. Itu sebabnya kita harus menciptakan peluang untuk membina mereka. Kita dapat melakukan sesuatu melalui kebaikan yang kita buat sebelum menyampaikan injil. Mari menolong mereka melalui perhatian kita. Menangkan keduabelah pihak keluarga melalaui pernikahan kita bagi Kristus. Cara yang terbaik adalah mari menjadikan kelraga kita menjadi teladan diantara keluarga lain [band 1 Pet 2:12, “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka]. Mari menjadi menantu yang terbaik dari sekian menantu dari mertua kita. 
Kedua, mari kita terlibat dalam pelayanan gereja, menjadi anggota dalam satu gereja agar kita bisa terlibat dalam pelayanan. Kemudian membangun relasi yang baik bagi tetangga dan bersosialisasi dengan mereka. Mari memiliki cara hidup yang baik di tengah-tengah mereka. Mari juga mengambil peran dalam kumpulan atau gerakan sosial seperti Serikat Tolong Menolong (STM). Kita juga dapat Mendukung gerakan misi holistik (doa, dana dan tenaga); study dan kehidupan hamba Tuhan.

Mari melihat satu teladan sebuah keluarga yang melayani. Mari melihat Kis 18:1-28, kisah mengenai Akwila dan Priskila. Mari kita perhatikan beberapa hal.
  1. Priskila dan Akwila adalah orang Yahudi yang percaya yang di usir. Mereka adalah keluarga yang memberi tumpangan pada pekerja Kristus. Apakah kita pernah berpikir bahwa rumah kita adalah rumah yang bisa dipakai untuk pelayanan? Akwila dan priskila melayani dengan harta mereka melalui rumah mereka untuk menampung Paulus. Dalam ay 24-26, mereka juga menjamu Appolos, seorang hamba Tuhan, ke rumah mereka. Oleh karena itu mari menjadi keluarga yang bermisi melalui apa yang Tuhan berikan, dalam hal ini adalah rumah kita.
  2. Ayat 3-4, dikatakan bahwa Akwila, Priskila dan Paulus memiliki profesi yang sama dan melalui profesi, mereka melayani Tuhan, yaitu tent-making ministry. Keluarga ini melayani melalui profesinya. Oleh karena itu jangan berpikir bahwa melayani itu harus fulltime. Mari melayani Tuhan melalui pekerjaan kita apakah guru, pegawai negeri, dll. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa pengkhotbah lebih rohani daripada guru atau pekerjaan lainnya. Kita akan lebih rohani jika kita melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan Tuhan daripada seorang pengkhotbah yang berkhotbah hanya untuk mencari nama bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, mari lakukan dengan tulus apapun pekerjaan kita.
  3. Ayat 18-19 mengatakan bahwa Akwila dan Priskila menyertai Paulus pergi bermisi. Pernah ada pelayanan Tanah Karo Simalem. Pelayanan ini dilakukan oleh keluarga-keluarga yang bekerja dalam dunia Profesi. Setiab Sabtu Minggu mereka mengkhususkan waktu untuk pergi ke daerah Karo untuk melayani dan Minggu sore kembali ke Medan. Mari kita bermisi karena jika kita tidak bermisi, keluarga kita bukanlah keluarga yang lengkap.
  4. Di dalam ayat 26 dikatakan Akwila dan Priskila membawa Apolos, seorang pengajar yang rajin tetapi belum begitu paham kebenaran. Jadi Akwila dan Priskila membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarinya adalah Firman Tuhan. Ini adalah hospitality. Sangat baik jika keluarga kita menjadi tempat PA, dimana setiap orang yang datang kita layani termasuk melayani mereka dalam kehidupan rohani mereka. Anak-anak Tuhan seharusnya tidak menjadi seorang yang pelit. Oleh karena itu jangan menggerutu jika banyak keluarga datang ke rumah kita. Bermisi juga dapat dilakukan melalui pemberian atau hospitality. Inilah yang dilakukan oleh Akwila dan Priskila. Mereka menjamu Paulus dan Apolos dan mereka juga mengajarkan kebenaran kepada Apolos, pengajar yang rajin ini. Mari buat rumah kita bukan sekedar rumah doa atau persekutuan, tetapi mari jadikan rumah kita menjadi rumah berkat dimana setiap orang menikmati kasih, kemurahan, dan kebaikan Allah melalui pasangan suami-isteri.