Thursday, February 19, 2015

Visi & Panggilan

[Kotbah ini merupakan Kotbah MBA yang dibawakan oleh Pdt. Parlindungan Situmorang pada Jumat 17 Januari 2014]
 
Setiap pribadi harus punya visi, jika tidak maka hidupnya akan berantakan. Visi membuat kehidupan seseorang memiliki arah kemana harus berjalan. Visilah yang menentukan kemana tujuannya. Dan visi harus dimiliki bersama dengan strategi untuk mencapainya agar tidak sekedar impian belaka.

Anak-anak Tuhan seperti kita, saatnya punya pribadi punya visi. Dalam Ams 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” Dalam terjemahan NIV kata yang dipakai untuk wahyu adalah vision. Jadi jika tidak ada visi, maka rakyat akan menjadi liar. Liar di sini bukan menunjukkan rakyat yang sedang huru-hara atau terlibat dalam kerusuhan, tetapi rakyat yang rakyat yang tidak memiliki arah yang jelas.

Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, kita juga harus memiliki visi agar hidup kita jelas mau kemana. Dengan kata lain kita seharusnya sudah menetapkan mau jadi apa kita 10 tahun lagi. Hal ini bukan mengada-ada tetapi sesuatu yang terencana di mana dalam 10 tahun ke depan kita sudah menetapkan dasar yang membuat kita disebut mapan dalam hidup ini. Supaya hidup kita tidak lagi terombang-ambing ke sana kemari khususnya dalam  dunia kerja.

Sebagai anak Tuhan, visi kita dalam dunia kerja haruslah jelas. Mengapa demikian? Jika kita tidak memiliki visi yang jelas maka akan berdampak kepada beratnya pekerjaan yang kita lakukan. Visi yang jelas akan melahirkan misi atau strategi yang mantap untuk mencapai visi itu. Jadi, jika kita tidak memiliki visi, maka tidak ada strategi untuk bisa mengerjakan satu pekerjaan dengan baik, dan hal ini membuat beban pekerjaan itu menjadi sesuatu yang memberatkan. Hal inilah yang membuat anak-anak Tuhan tidak maksimal dalam dunia pekerjaan bahkan cenderung berpindah-pindah pekerjaan.

Saya tidak sedang mengatakan bahwa anak-anak Tuhan dilarang untuk pindah pekerjaan dan harus menggeluti satu pekerjaan sampai akhir. Tidak! Tetapi apa yang membedakannya adalah visi. Ada saat-saat tertentu dimana kita harus ‘banting setir’ dalam pekerjaan karena kita menangkap panggilan Tuhan bagi kita untuk segera bekerja di tempat lain. Semua didasari oleh visi. Visi membuat kita untuk fokus dan lebih maksimal dalam dunia kerja. Dunia juga memahami benar pentingnya sebuah visi demikian juga dengan motivator-motivator terkenal dalam dunia ini.

Banyak orang (dan juga terjadi kepada orang percaya) yang menganggap pekerjaan sebagai kutuk karena mereka tidak memiliki visi. Dalam pandangan mereka pekerjaan itu adalah beban yang merongrong hidup. Keluhan-keluhan senantiasa keluar dari orang-orang seperti ini, khususnya pada hari Senin.

Ada sebuah kisah yang menyedihkan mengenai orang yang tidak memiliki visi ini, yang notabene adalah orang percaya:

Ada teman saya pejabat di departemen dalam pemerintahan. Dia dipercaya atasannya menangani penyaringan penerima beasiswa untuk study lanjut dari Korea Selatan. Dia kemudian membedakan alumni pelayanan mahasiswa dan non alumni pelayanan (atau beragama lain). Hasilnya menyedihkan karena justru betapa yang bukan alumni pelayanan yang jauh lebih baik dalam merespon beasiswa itu, baik dari segi mempersiapkan berkan dan surat lamaran dan juga dari segi semangat dan kuatnya keinginan mereka untuk beasiswa tersebut. Kerinduan mereka yang besar ditunjukkan dengan mempersiapkan diri dengan baik. Akhirnya yang paling banyak menerima beasiswa itu adalah mereka yang bukan Kristen. 

Yang menyedihkan dari kisah di atas adalah bukankah nanti mereka – yang menerima beasiswa – yang akan banyak menempati posisi sebagai pemimpin ketika mereka kembali dari studynya? Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki visi dalam hidup kita yang menganggap pekerjaan sebagai kutuk. Sedangkan bagi orang-orang yang memiliki visi, pekerjaan adalah anugerah dan tanggung jawab Allah kepada manusia yang harus dikerjakan dengan tanggungjawab. Visi yang jelas membuat mereka memiliki energy yang meluap dan semangat dalam mengerjakan pekerjaannya.

Visi dalam dunia kerja harus mantap. Jangan menganggap pekerjaan formal itu adalah kutuk karena dosa. Pekerjaaan adalah sesuatu yang alkitabiah. Jangan pernah dualisme dalam memandang hidup dimana kita memandang suasana rohani hanya pada hari minggu, sedangkan sisa hari lainnya itu bukan dunia rohani, tetapi sekuler. Pandangan ini bisa membuat kita memiliki sikap bahwa di luar hari Minggu tidak membutuhkan hal-hal yang rohani. Ini dualisme dan TIDAK alkitabiah. Kita dipanggil bukan untuk dualisme seperti ini. Keseluruhan waktu kita (setiap harinya) adalah waktu untuk Tuhan dan harus mempermuliakan Tuhan. Panggilan bagi kita semua adalah agar tetap mempermuliakan Tuhan di manapun kita berada dan apapun profesi kita. Semua kegiatan dalam mencari nafkah dalam arti positif, adalah tempat bagi kita untuk bisa melayani Tuhan. Jadi bidang apapun kita baik itu kesehatan, pemerintahan, hukum, guru, bisnis, ataupun entertanintment, semuanya adalah ranah atau ladang dimana nama Tuhan harus dipermuliakan. Jadi sepanjang hari kita melayani Tuhan. Jika memahami hal ini dengan baik, ketika kita masuk dalam dunia pekerjaan kita bisa melihat bahwa di sini Tuhan memanggil saya dan saya harus memberikan yang terbaik.
Dalam Mat 9:35-36 dikatakan, “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”, dan dalam Luk 4:18-19, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Bagian Firman ini menggambarkan dunia yang kita layani. Sebuah dunia yang lebih baik ketika kita hadir dan berkarya di situ.

Anak-anak Tuhan tidak hanya dipanggil untuk pelayanan formal (seperti kotbah, dll), tetapi juga dalam dunia kerja. Di tempat kerja kita bisa melakukan banyak hal yang positif seperti mengangkat hidup harkat hidup orang lain sehingga mereka jauh lebih baik hidupnya. Banyak hal yang bisa kita lakukan seturut dengan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan teladan dalam hal meembuang sampah dan menjaga kota ini tetap bersih, mendidik anak-anak di sudut lorong agar memiliki budaya bersih, juga adalah sesuatu yang baik, dunia dimana kita dipanggil Tuhan.  Artinya semua lini kita bisa ambil bagian untuk menunaikan panggilan Tuhan.
Dalam Mat 9:35-36 tadi Yesus mengajar kita bagaimana melihat orang banyak itu. di sini bukan sekedar melihat sepintas dan tidak berbuat apa-apa. Cara melihat kita harus seperti cara melihat Yesus. Bagaimana kita melihat tempat di mana kita bekerja. Bagaimana kita melihat atasan, perusahaan, teman-teman kolega, bawahan, orang yang lalu lalang datang ke kantor, melihat siswa, atau melihat orang tua yang mengantar anak ke sekolah. Apakah kita hanya sekedar melihat sepintas? Sebagai guru bagaimana kita melihat murid-murid? Apakah kita hanya sekedar mengeluarkan ilmu dan seperti senjata menembakkannya kepada mereka? Atau kita ingin anak ini suatu hari kelak menjadi orang yang berguna. Ada passion kita, doa kita, rindukan terhadap murid-murid.
Semua bidang yang bisa kita garap adalah bidang di mana kita bisa memuliakan Tuhan maka di sana cobalah memiliki integritas yang mantap. Kita harus menunjukkan identitas kita sebagai orang percaya yang mungkin salah satunya adalah melalui persekutuan kantor yang kita usahakan. Kita bersyukur bahwa di Medan sekarang banyak kantor-kantor yang sudah memiliki persekutuan. Ini menjadi tempat bagi mereka untuk saling menopang dan menjaga kualitas hidup mereka. Mari bertindak nyata untuk membangun kerohanian yang baik dalam dunia kerja masing-masing. Jangan tinggalkan atau lupakan persekutuan atau upaya untuk memajukan Kerajaan Allah, apapun pekerjaanmu.

Dalam mengerjakan hal ini kita juga butuh pengaturan waktu yang baik. kita harus tahu kapan haru melayani dan kapan harus bekerja. Mari bertanggung jawab terhadap waktu kita ketika berada di tempat kerja. Kita juga harus menunjukkan bahwa kita adalah orang yang suka kerja keras. Jangan sampai dikatakan orang bahwa kita adalah seorang yang pemalas. Tetapi kita dengan semangat yang kuat mengerjakan setiap pekerjaan kita dan hal ini menjadi berkat bagi orang lain.

Kemudian kita juga memerlukan ketekunan agar jangan cepat menyerah. Mari melakukan yang terbaik. Kita juga harus menjaga kejujuran. Jangan sampai ada anak-anak Tuhan yang ditangkap oleh KPK. Sekecil apapun kita harus jujur termasuk dalam penggunaan keuangan. Bertanggung jawab dan sikap positif dalam situasi apapun. Inilah keistimewaan anak-anak Tuhan.

Jika kita memiliki cara pandang seperti ini, visi dan panggilan hidup seperti ini kita jalani, pasti kita keluar sebagai  yang terbaik dari antara yang baik. Ada banyak orang di luar sana yang baik-baik, tetapi kita bisa muncul menjadi yang terbaik. Panggilan mari terus menerus memaksimalkan hidup untuk memuliakan nama Tuhan.

Solideo Gloria!

Monday, February 9, 2015

NEW AGE MOVEMENT


[Kotbah ini disampaikan pada Mimbar Bina Alumni, Jumat 12 September 2014 oleh Aswindo Sitio]
Pendahuluan
“New Age” adalah sebuah istilah yang menggenggam imajinasi dari banyak manusia di seluruh dunia (khususnya dunia barat), termasuk bagi orang Kristen. “New Age” pada dasarnya adalah sebuah sinkritisme dari ide-ide yang berasal dari variasi agama yang luas dari agama non-Kristen yang bercampur dengan teori filosofi dan psikologi modern. Era modernisasi telah mengabaikan dimensi spiritual dari kemanusiaan kita demi metode ilmiah. Namun pergeseran worldview ke arah postmoderisme menekankan kembali pentingnya kontemplasi dan realitas spiritual dan memunculkan pencarian spiritual, khususnya spiritualitas timur. New Age disadari sebagai manifestasi agama dari postmodernisme.
New Age Movement atau Gerakan Zaman Baru adalah nama yang berkembang untuk memberi ciri pada gerakan pada tahun 1960-an sebagai subkultur yang melanda seluruh dunia. NAM sebenarnya merupakan kebangunan kembali faham kuno yang sudah dikenal dalam agama animisme, dinamisme, mistis (timur), dan juga gnostik (Kaum gnostis meyakini bahwa orang-orang yang taat telah mendapatkan pencerahan yang istimewa, dimana mereka telah mendapatkan satu tingkat pemahaman yang rahasia atau lebih tinggi yang tidak dapat diakses oleh mereka yang tidak terpilih) yang secara turun temurun dikenal dan dipraktekkan dalam budaya tradisional yang prinsipnya bersifat panteisme, yaitu bahwa alam adalah realita utama (macro cosmos) dan manusia adalah bagian dari realita itu (micro cosmos).
Sejarah dari New Age Movement (NAM)
Walaupun gerakan ini memberi ciri mulai tahun 1960-an, sebenarnya akar gerakan ini sudah mulai muncul mulai dari abad ke-19, tepatnya tahun 1875, ditandai dengan munculnya banyak gerakan spiritual di Eropa dan Amerika, salah satunya adalah Theosophany. Gerakan ini disebut dengan The Theoshiopical Society (yang kelak dikenal dengan New Age), yang didirikan oleh Madame Helena Petrovna Blavatsky. Idenya memberikan kontribusi akan harapan akan sebuah New Age (Era Baru) diantara pelaku spiritualitas dan orang yang percaya kepada astrologi, yang bagi mereka datangnya era New Aquarian menjanjikan sebuah periode dari brotherhood and enlightenment.
Doktrin-doktrin yang prinsipil dalam gerakan ini sangat dekat dengan tradisi Hindu. Gerakan ini meyakini bahwa alam semesta harus dihormati sebagai kesatuan hukum yang fundamental di alam semesta. Umat manusia adalah bagian dari proses evolusi. Tubuh adalah sementara sedangkan kehidupan roh itu kekal. Jadi ketika seseorang meninggal maka kehidupannya secara roh akan tetap berlanjut dan pada saatnya roh tersebut akan lahir kembali (bereinkarnasi) melalui tubuh yang baru. Kehidupan manusia dibatasi dan diatur oleh yang namanya hukum Karma. Walaupun demikian, individu memiliki kekuatan untuk membebaskan diri mereka dari keterbatasan manusiawi melalui meditasi.
Dan gerakan ini terus berkembang sampai mencapai puncaknya pada tahun 1960-an.
Tema-tema dalam New Age Worldview
Tema-tema dalam Nam banyak yang mirip dengan ajaran Hindu. Norman Geisler menuliskan doktrin dasar dalam NAM yang dikombinasikan dalam hal-hal berikut:
The Cosmos
Kosmos diyakini sebagai sesuatu yang murni, tidak bisa dibedakan, energi dari alam semesta, atau kekuatan dari hidup (life force). Segala sesuatu merupakan satu kesatuan, proses yang interconnected yang bisa disadari sebagai sesuatu yang ilahi. Dengan kata lain Tuhan ada di dalam semua dan semua adalah Tuhan. Jika kita semua adalah Tuhan, maka otoritas tertinggi ada di tangan kita. Tuhan adalah energi bukan sebagai satu pribadi. Inilah yang disebut dengan karakteristik Pantheisme dari Hindu worldview. Semua benda mengambil bagian dari satu esensi ilahi. Karena itu segala sesuatu adalah sempurna.
Dalam pandangan ini, kosmos dihormati sebagai keberadaan yang sungguh-sungguh ada dan hidup dari pada hanya sekedar objek material. Realita adalah sebuah totalitas, dimana tidak ada perbedaan antara natural dan supranatural. Mimpi dan fantasi sama dengan realita dari pengalaman objektif. Nature itu sendiri dihormati sebagai sebuah refleksi dari realita yang ultimate, sehingga lingkungan harus dijaga dan dipelihara. Ekologi, atau biasa dinamakan green issues, adalah isu yang penting dalam agenda NAM.
Pandangan ini juga memandang bahwa semua agama memiliki esensi yang sama. Yesus, Budha, Muhammad, dan Lao-tzu mengajarkan hal yang sama, di mana semuanya bisa menyatu dengan the One. Itulah sebabnya tidak mengejutkan jika gerakan ini sangat toleran dengan pluralisme. Mereka toleran dengan semua agama, dan memiliki keinginan untuk menggabungkan agama-agama tersebut (sinkritisme).
The Self
Dibangun berdasarkan pemahaman bahwa semua adalah satu, maka umat manusia juga adalah satu. Manusia adalah bagian dari ilahi karena semua kosmik adalah Tuhan. Shirley McLaine meneriakkan: ”Saya adalah Tuhan!”
Menurut NAM, manusia pada dasarnya adalah spiritual dan tidak hanya fisik. Manusia, seperti halnya yang lain, hanya eksistensi dari the Oneness dan individualitas adalah bagian dari ilusi. Kemanusiaan tidak dibangun berdasarkan manusia itu sendiri tetapi dari The One Self. Tugas utama manusia adalah menemukan realita bahwa dia itu devine (ilahi). Hal ini tidak dicapai melalui sesuatu yang objektif, tetapi berdasarkan pengalaman subjektif yang terjadi di dalam pikiran.
Jadi, menurut gerakan ini, kita tidak bisa hanya memaksimalkan satu bagian dari otak, tetapi keduanya – baik otak kiri maupun otak kanan (hemisphere kiri dan hemisphere kanan) – harus dimaksimalkan.
Reinkarnasi adalah konsep umum yang lain dari NAM (merupakan ide dari agama Hindu). Reinkarnasi adalah lingkaran hidup manusia dalam lingkaran karma. Tujuan akhir adalah bergabung dengan absolute One. Keluar dari lingkaran karma ini hanya dapat diraih melalui pemahaman mistikal yang merupakan kunci untuk disadarkan dari ketidaktauan akan keilahian diri kita sendiri.
Rasa sakit dan penderitaan berasal dari ketidakseimbangan energi (dalam China dikenal dengan Chi, dalam Hindu, Prana). Penyembuhan terjadi jika energi ini diseimbangkan yang dapat diraih melalui Yoga, akupuntur, natural herbal, bahkan pembedahan fisik. Pengobatan secara holistik adalah aspek yang paling berkembang dan berpengaruh dalam NAM.
Community
Penekanan kepada pembebasan individu dari karma melalui pencerahan cenderung menempatkan penekanan pada individual. Penting bagi individu untuk mencapai kesadaran kosmis melalui pencarian pribadi. Walaupun tujuan utamanya untuk mencapai penyatuan dengan the One, hal tersebut dicapai secara pribadi. Istilah seperti ’aktualisasi diri’, ’human potential’, dan ’self-potential’ telah menjadi kosa kata NAM.
Jika dalam Hindu Worldviw, efek dari karma didasarkan dengan adanya penekanan akan kasta, maka dalam NAM hal ini tidak ada. NAM menekankan bahwa semua orang sama, termasuk tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan.
Penekanan pada komunitas memimpin pada satu kebutuhan yaitu, perdamaian. Perdamaian telah menjadi tema yang penting dalam NAM. Batasan politik menjadi sesuatu yang tidak terpakai. Satu pemimpin untuk satu dunia adalah prinsip dari NAM. Marxism dan Capitalism menjadi hal yang dihormati sebagai dua sistem politik yang saling melengkapi dimana keduanya saling mengisi dan perlu untuk disatukan.
What is needed now is for an explicit recognition [pengakuan] that Marxism vs Capitalism is not a ”holy war” as some crusaders [salib] of dogma would have it but is an example of a Complementarity. Marxist and Capitalist socio-economies are complementary concepts, neither one is wrong or better than the other and that both perspectives are needed to fully understand a social system that works without detrimental [merugikan] effects on groups or individuals.
Time
NAM melihat waktu sebagai sebuah siklus yang tidak berakhir. Pandangannya sangat mirip dengan pandangan Hindu. Hal ini dilihat dari konsep reinkarnasi dan juga dalam konsep peroidisasi sejarah. Periode universal dinyatakan dalam zaman astrological. Gerakan dalam era Pisces ke Aquarius dilihat sebagi waktu yang sangat penting.
Pandangan ini berbeda dengan sekular worldview yang melihat waktu sebagai sebuah garis lurus. NAM melihat bahwa aliran waktu dapat berbeda yang dapat ditemukan selama meditasi dan pengalaman out-of-body.
Value
Sebagaimana dengan pandangan Hindu, thesis mengenai monisme membawa asumsi bahwa tidak ada yang absolut. Semua adalah relatifitas! Jadi tidak ada perbedaan antara baik dan jahat. Baik atau jahat hanyalah label yang diberikan manusia. Orang bisa saja pada dasarnya baik, tetapi melakukan hal yang jahat.
Dosa yang hanya terjadi di NAM adalah katidaktahuan akan kesatuan dan keyakinan dalam individual self.
Apa Kata Alkitab?
Sebagai pengikut Kristus kita percaya percaya bahwa Alkitab adalah kebenaran yang objektif dan diinspirasi oleh Tuhan (baca 2 Tim 3:16; 2 Pet 1:21;Mat 5:18). Dan mari melihat semua tema NAM ini dari kebenaran Alkitab.
The Cosmos
Kejadian mencatat bahwa Allah adalah Pencipta dan yang lain adalah ciptaan. Jadi pernyataan bahwa Allah adalah semua bukanlah pernyataan Alkitabiah. Dan Tuhan adalah satu pribadi bukan energi. Di dalam Alkitab Yesus tidak sama dengan guru-guru lain. Dia bukanlah nabi, atau orang suci. Tetapi Yesus adalah anak Allah yang hidup, yang berinkarnasi untuk menyelamatkan manusia.
Ideologi inti dari Gerakan Zaman Baru adalah “pantheisme”: God is all and all is god. Paham ini sama sekali bertentangan dengan apa yang dikatakan Alkitab. Rasul Paulus menjawabnya dengan sangat tepat. “Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” [Efesus 4:6]. Kembali ke agama alam jelas tidak ada faedahnya. Bukankah alam semesta ini ciptaan Tuhan? Mengapa tidak datang langsung kepada Sang Pencipta?
Allah juga adalah Allah yang berpribadi yang memiliki kehendak, bukan sekedar energi atau the force.
The Self
Manusia adalah gambaran Allah, bukan Allah itu sendiri. Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan diriNya. Kej 1:26 mengatakan, ”Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Hal ini berarti manusia diciptakan berbeda dengan ciptaan lainnya.
Tugas manusia bukan menemukan keilahiannya, tetapi menjadi rekan sekerja Allah mengerjakan misi Allah di tengah-tengah dunia ini.
Community
Komunitas Kristen adalah tema yang sangat besar di Alkitab. Siapapun anda, orang Barat, Cina, Afrika, Asia, semuanya berasal dari Adam dan Hawa. Karena itu Alkitab pertama sekali menggagas bahwa manusia adalah satu universalitas di mana semuanya duduk dan berdiri secara equal. Dalam Christian worldview individualistik tidak hilang, tetapi dihargai dan diterima. Setiap orang punya nilai-nilai insintrik di dalam dirinya. Dia berharga dan dihormati.
Bahkan Alkitab mencatat dimana orang-orang yang dipanggil menjadi sebuah komunitas yaitu ekklesia atau gereja.
Time
Kita tidak hidup dalam sebuah siklus. Tetapi kita hidup dalam satu metanarasi Allah, mulai dari Penciptaan – Kejatuhan – Penebusan – Pemulihan. Manusia hanya hidup sekali dan kemudian mati, dan akan menghadapi tahta pengadilan Allah di dalam kekekalan.
Value
Gerakan zaman baru menganut pandangan: tidak ada kebenaran yang absolut karena semua agama tidak lebih dari sekadar jalan menuju Tuhan (pluralisme). Pemahaman ini sangat bertentangan dengan kesaksian Alkitab dalam Injil Yohanes 14:6 dan Kisah Para Rasul 4:12. Baik Yohanes maupun Kisah Para Rasul tegas menyatakan KESELAMATAN HANYA DI DALAM DAN MELALUI TUHAN YESUS KRISTUS. Kebenaran kita adalah kebenaran yang dinyatakan Allah dalam Alkitab.
Allah adalah standar moral yang menjadi ukuran dari penilaian moral. Ada satu kebenaran yang absolut, yang diakarkan kepada PENCIPTA.
Penutup
Ada banyak pandangan dari NAM yang sangat berbeda dengan kebenaran Alkitab. Bagaimana mereka memandang kosmos, memandang manusia, memandang komunitas, memandang waktu, dan nilai. Semuanya ini menjadi tantangan bagi kita. Banyak pengaruh NAM yang memasuki gereja yang membuat kotbah menjadi tidak alkitabiah, bahkan pengaruh NAM bisa membuat gereja kehilangan kebenaran biblikanya karena pengaruh NAM. Mari mewaspadai hal ini.
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.(Kolose 2:8-9)
Karena ...
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7). 
Solideo Gloria!






YOKE FELLOW



[Kotbah MBA tanggal 30 Januari 2015 yang dibawakan oleh Desmiyanti Tampubolon, STP]


1 Tesalonika 5 :11, 14

Dalam bukunya The Four Loves, C.S Lewis mengatakan: “kekasih-kekasih pada umumnya berdiri berhadapan muka, saling terpikat satu sama lain, teman-teman berdiri berdampingan, terpikat pada minat yang sama. Pernyataan khas yang membuka persahabatan biasanya seperti ini: “Apa? Kamu juga? Kukira cuma aku”. 

Allah menciptakan kita sebagai mahluk-mahluk yang tumbuh lewat interaksi satu sama lain. Dalam Pengkhotbah 4:9-12 dikatakan, “Berdua lebih baik daripada seorang diri karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya. Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan” Keuntungan jika berdua: ada upah yang lebih baik ,kalau ada yang jatuh bisa menolong, tidak mudah dikalahkan.” 

Kata ‘Yoke’ (Ing) memiliki arti ‘kuk’, ‘beban’, sedangkan ‘Fellow’ (Ing) berarti teman atau sahabat. Jadi, Yoke fellow bisa diartikan sebagai teman sejawat atau sahabat, khususnya patner dalam sebuah pernikahan. Itulah sebabnya pasangan disebut sebagi yoke fellow. Yoke fellow juga bisa berarti sahabat berbagi beban, sahabat dalam suka dan duka, sahabat sepenanggungan. Persahabatan menimbulkan goresan bahkan kesakitan, tetapi saat kita berbenturan satu sama lain dalam konflik, kita saling mengasah sehingga terkikis sisi-sisi yang menghambat kita menjadi apa yang Allah rancangkan. Kita saling memerlukan satu sama lain, kadang-kadang kita jatuh, dan membutuhkan orang lain untuk menolong kita. 

Orang bisa saja tidak menikah, tetapi setiap orang harus memiliki sahabat. Dalam persahabatan, kita harus bergaul dengan orang yang memiliki passion yang sama, sehingga dapat saling menguatkan. Jika kita berdiskusi tentang kerinduan kita menjadi pengurus/ melayani pada orang yang sudah kehilangan passion, ia pasti meminta kita untuk tidak usah lagi melayani.  Seperti bara api, bara tersebut akan terbakar jika diletakkan di sekeliling bara yang terbakar. Jika bara api kita letakkan sendiri, maka bara api itu akan padam. Karena itu jangan berdiskusi dengan “pemadam” passion.
Kita harus memiliki komunitas yang dapat menolong kita bertumbuh dan tetap setia. Keuntungan hidup dalam komunitas orang beriman:
  • Relasi yang banyak akan membuat pribadi kita lebih baik, bergaul dengan lebih banyak karakter, latar belakang, akan membuat kita semakin dewasa dan bertumbuh.
  • Komunitas memberi rasa saling memiliki dan kebutuhan dicintai. Jika kita memiliki sahabat, kita bisa berbagi suka dan duka bersama, kunjungan di saat sakit/kemalangan.
  • Menyediakan ruang untuk memberi pengaruh yang sehat sehingga dapat berpikir dan bertindak lebih baik.
  • Mampu mengambil keputusan sesuai dengan iman yang dipercayai.
  • Memberi prinsip hidup benar ditengah-tengah pengaruh buruk lingkungan kerja/masyarakat.
  • Mengizinkan kita untuk menguji iman kita apakah sudah sesuai dengan pilihan-pilihan di dunia kerja, jadwal sehari-hari, “pertempuran” pribadi, keputusan-keputusan atau prilaku.
Orang yang kurang berteman bisa menjadi orang yang egois, kaku, dan jarang merasakan kesusahan orang lain serta kurang mendapat dukungan dalam masa kesusahan. Orang yang terlalu sibuk dengan masalah sendiri biasanya tidak punya waktu untuk menolong orang lain.

Dalam 1Tes 5:11, 14 kita menemukan ada beberapa hal yang terjadi dalam persahabatan, yaitu:
  • Saling menasihati
  • Saling membangun.
  • Tegorlah mereka yang hidup tidak tertib, kesalahan sahabat harus ditegur agar dia menjadi lebih baik dan tidak menjadi sandungan bagi orang lain.
  • Hiburlah mereka yang tawar hati. Kehadiran sahabat di saat dukacita, sakit, akan sangat menghibur, perhatian-perhatian kecil akan menolong hati yang berduka.
  • Belalah mereka yang lemah.  
  • Sabarlah terhadap semua orang.
Kenyataannya, cukup sulit menemukan sahabat sejati seperti itu dalam hidup kita, karena untuk menemukan sahabat sejati, diperlukan komunikasi yang intens, proses kebersamaan yang akan membuat persahabatan itu langgeng.

Hal-hal yang dapat menjadi penghalang menjalin persahabatan:
  1. Perbedaan usia. Akan lebih mudah bersahabat dengan orang yang sebaya dengan kita dibanding dengan mereka yang jauh lebih tua/muda. Orang yang lebih senior cenderung lebih ditakuti untuk dijadikan teman karena merasa tidak mungkin cocok dengan orang yang jauh lebih tua.
  2. Perbedaan karakter. Misalnya perbedaan temperamen seperti Itrovert - ekstrovert, sanguine – melankolis – plegma - kolerik. Seorang yang pendiam cenderung sulit berteman dengan orang yang senang bicara, yang selalu dapat berteman dengan siapa saja.
  3. Perbedaan pertumbuhan rohani. “Dewasa” rohani vs “muda” rohani. Orang yang dewasa rohani, apalagi dia seorang senior, dapat membuat orang-orang semakin takut berkenalan apalagi bersahabat
  4. Perbedaan gender. Perbedaan gender (pria - wanita) juga mempengaruhi. Persahabatan pria-wanita sering dicurigai dapat berujung dengan saling jatuh cinta, sehingga sering dihindari kedekatan dengan lawan jenis, walaupun kenyataannya sahabat berbeda gender tetap bisa bersahabat tanpa saling jatuh cinta.
  5. Perbedaan latar belakang. Misalnya asal fakultas/universitas. Jika kita hanya memiliki teman dari satu fakultas/universitas, kita akan segera kehilangan teman, karena pekerjaan bisa membuat kita dipisahkan oleh kota yang berbeda.
  6. Perbedaan jenis/bidang pekerjaan. Bersahabat dengan orang yang bekerja di bidang yang sama bisa lebih mudah, karena topik pembicaraan tentang pekerjaan akan membuat obrolan menjadi lancar.
  7. Perbedaan minat/hobby. Orang yang sama-sama hoby elektronik akan sangat cocok mengobrol tentang kemajuan/info tentang elektronik dan akan membosankan bagi mereka dengan minat yang berbeda.
Tapi dalam alkitab kita melihat persahabatan yang dapat terjadi dengan perbedaan seperti di atas. 
Contoh:
  • Persahabatan Rut dan Naomi (Rut 1:16 “sebab kemana engkau pergi,kesitu jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam”). Dari segi usia, pastilah Naomi usianya jauh lebih tua dari Rut, dan secara rohani, Naomi pasti lebih lama mengenal Allah dibanding Rut seorang Moab.  
  • Persahabatan nabi Natan dan Daud (2Sam 12:7-12). Status Daud sebagai raja tidak menghalangi nabi Natan untuk menegur dosanya. Natan berani menegur Daud seorang pemimpin, akan dosanya, dan teguran itu tidak membuat persahabatan mereka berakhir. Orang yang berada di posisi puncak, sering merasa kesepian, karena tidak ada teman yang berani bersahabat dengan dia, tapi Natan menjadi sahabat seorang raja seperti Daud
  • Persahabatan Tuhan Yesus dengan Lazarus, Maria dan Marta (Yoh 11:1-44, Yoh 12:1-8). Tuhan Yesus Anak Allah bisa bersahabat dengan sebuah keluarga sederhana
  • Persahabatan Daud dan Yonatan (1Sam 18:1-3, 1 Sam 20). Yonatan yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan dari ayahnya Saul, justru bersahabat dengan Daud yang akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Yonatan bersedia mengingatkan Daud dan rela dimarahi ayahnya karena melindungi Daud. Bahkan persahabatan mereka dibuktikan Daud dengan mengangkat Mefiboset (anak Yonatan) menjadi anaknya, setelah Yonatan meninggal.
Kriteria seorang Yoke fellow :
  • Warmth (hangat).
  • Genuineness (tulus).
  • Empathy (merasakan penderitaan orang lain).
  • Perhatian.
  • Mendengar (listening).
  • Support (memberi dukungan).
  • Good interpersonal in God (memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan).
  • Responding (meresponi).
Model persahabatan sejati
  • Seorang sahabat sejati selalu berkomunikasi.
  • Memiliki prinsip hidup yang sama, ada kecocokan dalam percakapan tentang apa saja.
  • Saling membangun dan memperkaya.
  • Mau menerima dan dapat dipercaya (Ams 11:12).
  • Bersedia berkorban, bersedia ditegur, bersedia berubah.
  • Jujur, saling mengampuni.
  • Saling mendoakan.
  • Menghindari konflik (Ams 25:8, “Jangan terburu-buru kau buat perkara pengadilan, karena pada akhirnya apa yang engkau dapat lakukan, kalau sesamamu telah mempermalukan engkau?”).
  • Menjaga rahasia (Ams 11:12).
  • Mengusahakan keterbukaan.
  • Ikut serta dalam setiap kemajuan (Ams 2:11, “kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau”).
  • Respon yang tulus.
Sahabat sejati adalah seseorang yang kepadanya anda berani untuk berbicara tanpa rasa takut/malu menghadapi kegagalan, memberitahukannya semua kemajuan yang anda capai, orang yang kita percayakan semua rahasia kita.

Apakah bukti seseorang/anda sudah menjadi yoke fellow bagi sesama?
  1. Seorang sahabat yang bisa dengan tersenyum menatap dan bertanya “ada apa”. Hanya sahabat yang akan mengangkat telepon kita pada pukul 4.00 pagi.
  2. Mereka yang bisa melihatmu terluka dari matamu disaat orang lain percaya dengan senyummu. Kepadanya kita tidak dapat menyembunyikan kesedihan/masalah kita.
  3. Sahabat yang bukan menghampirimu ketika butuh namun tetap bersamamu ketika seluruh dunia menjauh.
  4. Sahabat yang ketika melihatmu akan menangis, akan mengeluarkan hal terkonyol yang akan bisa  membuatmu kembali tersenyum.
  5. Sahabat sejati terdiri dari telinga yang mau mendengar, hati yang mau memahami dan tangan yang siap menolong.
Penutup

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Apakah anda ingin ada seorang yoke fellow dalam hidup anda? Mulailah dengan menjadi yoke fellow bagi orang lain, dan anda akan mendapatkan banyak sahabat yang menjadi yoke fellow juga bagi anda.

Solideo Gloria!