Drs. Tiopan
Manihuruk, M. Div
[Kotbah ini adalah rangkaian dari kotbah mengenai seri keluarga di MBA tahun 2008. Ktbah ini merupakan bagian kedua dari seri keluarga ini. Bagian 1: Rancangan Allah Bagi Keluarga, dan Bagian 3: Preparing For Godly Family]
[Kotbah ini adalah rangkaian dari kotbah mengenai seri keluarga di MBA tahun 2008. Ktbah ini merupakan bagian kedua dari seri keluarga ini. Bagian 1: Rancangan Allah Bagi Keluarga, dan Bagian 3: Preparing For Godly Family]
Hari ini kita akan berbicara tentang misi dalam keluarga. Dalam Kej 1:27-28
dikatakan, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi." Allah memberi mandat kepada manusia.
Mandat umum ini sekaligus mandat dalam pernikahan bahwa Tuhan menghendaki kita
berketurunan memenuhi bumi dan Tuhan juga mau kita melakukan mandat budaya
yaitu menaklukkan dan menguasai bumi, bukan eksploitasi, tetapi eksplorasi, dan
Tuhan juga ingin agar kita menghadirkan Kerajaan Allah. Inilah mandat Allah
bagi keluarga.
Ketika kita berpikir untuk menikah,
maka misi kita dalam keluarga harus dilihat dalam bingkai mandat ini, walaupun
ada mandat khusus dimana tidak setiap keluarga yang menikah harus
memiliki keturunan. Mandat umum harus digenapi, tetapi mandat khusus dapat
terjadi di dalam rangka kemuliaan Allah. Tujuan pernikahan bukan hanya sekedar
memiliki anak. Kalau tujuan pernikahan hanya anak, maka jika tidak punya anak
akan ada kehancuran. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan belum memberikan anak
dalam satu keluarga. Tetapi satu hal yang saya pahami, menikah bukanlah untuk
anak, tetapi anak adalah buah pernikahan.
Mandat berikutnya adalah mandat
budaya, supaya manusia menaklukkan dan menguasai bumi agar bumi semakin
sejahtera dan menghadirkan shalom Allah di tengah-tengah keluarga. Karena itu
ada beberapa misi dalam keluarga.
Misi Internal
Objek misi kita yang pertama dalam
keluarga adalah pasangan kita. Makanya tidak benar jika seseorang aktif
dalam pelayanan tetapi pasangannya diabaikan. Kita harus melakukan yang
terbaik. Melayani pasangan kita dengan sungguh-sungguh. Bagaimana kita mau jadi
berkat ke luar jika pasangan kita tidak terlayani dengan baik. Oleh karena itu
menolong pasangan untuk bertumbuh secara rohani agar pasangan kita semakin hari
semakin menyerupai Kristus (Kol 1:28-29; 1 Kor 7:33-34). Ini adalah pergumulan
bagi kita seluruhnya yang (akan) menikah. Ingat Kej 2:18, “TUHAN Allah
berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Kita harus
menjadi penolong yang sepadan bagi pasangan kita untuk semakin bertumbuh baik
secara rohani dan karakter. Oleh sebab itu pernikahan yang tidak memiliki misi
yang tidak bagus maka semangat pelayanan mereka bisa hilang dan melupakan
tanggung jawab dalam melakukan misi. Jadi kita harus membahagiakan dan
menyenangkan pasangan kita secara benar. Bukan berarti demi menyenangkan
pasangan, kita jadi tidak melayani. Ini juga adalah hal yang salah.
Kedua, misi kita adalah menolong
pasangan agar maksimal berkarya dan bemisi bagi Allah. Misalnya pasangan kita
adalah seorang guru. Oleh karena itu sebagai pasangan yang bermisi kita harus
mendorong dan memperlengkapinya agar betul-betul bermisi melalui profesinya
sebagai guru. Jika pasangan kita pegawai negeri, maka dengan hidup dan
pelayanan, kita mendorong dirinya untuk hadir dan menghadirkan Kerajaan Allah
di tempat dia bekerja. Jangan karena kita, pasangan kita tidak bisa berkarya
bagi Allah. Ingat, pasangan itu bisa jadi hambatan untuk bertumbuh, melayani,
atau bergerak untuk pelayanan Tuhan. Pasangan tidak menjadi penolong, tetapi
perongrong.
Misi di dalam keluarga adalah mendidik
dan mempersiapkan anak-anak agar menjadi keturunan kekekalan- anak-anak yang
takut pada Tuhan. Efesus 6:1-4 mengatakan, ”Hai anak-anak, taatilah orang
tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu --
ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu, bapa-bapa,
janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka
di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Masih ingat kasus Eli? Eli adalah
seorang imam tetapi memiliki anak yang badung yang menjarah, mencuri dan
memperkosa di bait Allah. Ini adalah kegagalan Eli dalam mendidik anak. Ini
adalah katakutan banyak pengkhotbah jika memiliki anak yang badung. Oleh karena
itu kita harus mendidik anak sesuai dengan ajaran Tuhan. Dalam Amsal dikatakan,
”Rotanlah anak jika masih bisa dirotan!” Ini adalah objek misi kita, dimana
kita mempersiapkan anak kita menjadi anak-anak yang takut pada Tuhan. Dalam 1 Tim 3:4-5 di katakan bahwa salah satu
syarat Diaken adalah bisa mengepalai keluarganya dan dihormati oleh
anak-anaknya. Seorang penilik jemaat haruslah ” seorang kepala keluarga yang
baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.Jikalau seorang tidak tahu
mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah””?
Oleh sebab itu akan menjadi sesuatu yang berat untuk melayani ke luar jika
anak-anak kita bukanlah anak-anak yang terdidik dan tidak takut pada Tuhan.
Misi berikutnya adalah membuat
keluarga menjadi surga bagi setiap anggota keluarga. Dalam kenyataan sekarang
ini, banyak rumah menjadi neraka bagi anak-anak karena orangtuanya selalu
bertengkar. Tidak ada damai dan shalom dalam keluarga dan misi kita adalah
menghadirkan shalom Allah dan menjadikan rumah tangga menjadi satu miniatur
Surga di bumi. Itulah sebabnya dalam Maz 128:1-6 dikatakan, ”Nyanyian
ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut
jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon
anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun
sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang
takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau
melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari
anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!” Inilah metafora yang dipakai
oleh pemazmur. Rencanakanlah keluarga
yang menjadi miniatur Surga di bumi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempersiapkan pernikahan dengan baik. Bertbahagia dan diberkatilah laki-laki
yang takut akan Tuhan. Salah satu kunci utama membuat keluarga bahagia adalah
suami yang takut akan Tuhan, karena suami adalah imam dalam keluarga.
Misi Eksternal.
Pertama, menjadi saluran berkat
(misi) bagi kedua belah pihak keluarga [band Gal 6:9-19, ” Janganlah
kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan
menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan
bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada
kawan-kawan kita seiman]. Objek misi kita
adalah mertua dan saudara dua belah pihak. Itu sebabnya kita harus menciptakan
peluang untuk membina mereka. Kita dapat melakukan sesuatu melalui kebaikan
yang kita buat sebelum menyampaikan injil. Mari menolong mereka melalui
perhatian kita. Menangkan keduabelah pihak keluarga melalaui pernikahan kita
bagi Kristus. Cara yang terbaik adalah mari menjadikan kelraga kita menjadi
teladan diantara keluarga lain [band 1 Pet 2:12, “Milikilah cara
hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila
mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari
perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat
mereka]. Mari menjadi menantu yang terbaik dari sekian menantu
dari mertua kita.
Kedua, mari kita terlibat dalam
pelayanan gereja, menjadi anggota dalam satu gereja agar kita bisa terlibat
dalam pelayanan. Kemudian membangun relasi yang baik bagi tetangga dan
bersosialisasi dengan mereka. Mari memiliki cara hidup yang baik di
tengah-tengah mereka. Mari juga mengambil peran dalam kumpulan atau gerakan
sosial seperti Serikat Tolong Menolong (STM).
Kita juga dapat Mendukung gerakan misi holistik (doa, dana dan tenaga); study
dan kehidupan hamba Tuhan.
Mari melihat satu teladan sebuah keluarga yang melayani. Mari melihat Kis 18:1-28, kisah mengenai Akwila dan Priskila. Mari kita perhatikan beberapa hal.
- Priskila dan Akwila adalah orang Yahudi yang percaya yang di usir. Mereka adalah keluarga yang memberi tumpangan pada pekerja Kristus. Apakah kita pernah berpikir bahwa rumah kita adalah rumah yang bisa dipakai untuk pelayanan? Akwila dan priskila melayani dengan harta mereka melalui rumah mereka untuk menampung Paulus. Dalam ay 24-26, mereka juga menjamu Appolos, seorang hamba Tuhan, ke rumah mereka. Oleh karena itu mari menjadi keluarga yang bermisi melalui apa yang Tuhan berikan, dalam hal ini adalah rumah kita.
- Ayat 3-4, dikatakan bahwa Akwila, Priskila dan Paulus memiliki profesi yang sama dan melalui profesi, mereka melayani Tuhan, yaitu tent-making ministry. Keluarga ini melayani melalui profesinya. Oleh karena itu jangan berpikir bahwa melayani itu harus fulltime. Mari melayani Tuhan melalui pekerjaan kita apakah guru, pegawai negeri, dll. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa pengkhotbah lebih rohani daripada guru atau pekerjaan lainnya. Kita akan lebih rohani jika kita melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan Tuhan daripada seorang pengkhotbah yang berkhotbah hanya untuk mencari nama bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, mari lakukan dengan tulus apapun pekerjaan kita.
- Ayat 18-19 mengatakan bahwa Akwila dan Priskila menyertai Paulus pergi bermisi. Pernah ada pelayanan Tanah Karo Simalem. Pelayanan ini dilakukan oleh keluarga-keluarga yang bekerja dalam dunia Profesi. Setiab Sabtu Minggu mereka mengkhususkan waktu untuk pergi ke daerah Karo untuk melayani dan Minggu sore kembali ke Medan. Mari kita bermisi karena jika kita tidak bermisi, keluarga kita bukanlah keluarga yang lengkap.
- Di dalam ayat 26 dikatakan Akwila dan Priskila membawa Apolos, seorang pengajar yang rajin tetapi belum begitu paham kebenaran. Jadi Akwila dan Priskila membawa Apolos ke rumah mereka dan mengajarinya adalah Firman Tuhan. Ini adalah hospitality. Sangat baik jika keluarga kita menjadi tempat PA, dimana setiap orang yang datang kita layani termasuk melayani mereka dalam kehidupan rohani mereka. Anak-anak Tuhan seharusnya tidak menjadi seorang yang pelit. Oleh karena itu jangan menggerutu jika banyak keluarga datang ke rumah kita. Bermisi juga dapat dilakukan melalui pemberian atau hospitality. Inilah yang dilakukan oleh Akwila dan Priskila. Mereka menjamu Paulus dan Apolos dan mereka juga mengajarkan kebenaran kepada Apolos, pengajar yang rajin ini. Mari buat rumah kita bukan sekedar rumah doa atau persekutuan, tetapi mari jadikan rumah kita menjadi rumah berkat dimana setiap orang menikmati kasih, kemurahan, dan kebaikan Allah melalui pasangan suami-isteri.