Prasasti Perangin-angin
Tema kita hari ini adalah Kasih Karunia Allah, dimana kia akan mengenal Allah dalam hal kasih karuniaNya. Dunia ini sedang kekosongan kasih karunia Allah. Gereja, sebuah tempat dimana seharusnya kasih karunia dapat ditemukan, tidak memiliki kasih karunia tersebut. Philip Yancey memberikan contoh di dalam bukunya dimana seseorang dokter bernama Tpurnier menceritakan tentang pasien-pasien yang datang kepadanya. Seorang pria yang memendam rasa bersalah karena dosa lama. Seorang wanita yang tidak bisa melupakan aborsi yang ia lakukan sepuluh tahun yang lalu. Dokter ini menemukan bahwa passien-pasiennya ini merindukan kasih karunia. Dan ketika mereka datang ke Gereja, mereka tidak menemukan kasih karunia, tetapi rasa malu dan sebuah penghakiman. Mereka mencari kasih karunia di gereja tetapi mereka tidak menemukanya.
Contoh lain mengisahkan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya dimana sebenarnya mereka aberdua adalah nak Tuhan. Suatu hari si perempuan pergi ke gereja bersama dengan putrinya yang berumur 15 tahun. Selesai ibadah, istri pendeta gereja menjumpai perempuan ini dan berkata: ”Saya dengar anda bercerai? Apa yang tidak saya pahami adalah kalau anda mengasihi Yesus dan ia mengasihi Yesus mengapa itu kalian lakukan?” Padahal isteri pendeta ini belum pernah berbicara dengan perempuan ini mengenai permasalahannya yang menyebabkan ia bercerai. Perempuan ini mendapatkan penghakiman dari isteri pendeta bukan sebuah pelukan hangat yang mengandung empati. Inilah yang terjadi di dalam dunia ini. Tidak ada tempat bagi orang-orang yang jatuh di dalam dunia ini.
Ada empat konsep kebenaran yang akan menghantar kita memahami kasih karunia.
1. Hilangnya nilai moral seseorang
Dunia melihat prestasi ilmiah mereka yang luarbiasa dan cenderung meninggikan diri sendiri. Kekayaan materi jauh lebih penting ketimbang karakter moral. Secara tegas bersikap terhadap diri sendiri, melakukan sedikit kebaikan sebagai pengganti kejahatan yang besar dan menolak pemikiran bahwa secara moral ada sesuatu yang salah dengan mereka. Hari nurani yang buruk mereka abaikan dan menganggap hanyalah gangguan psikologis yang tidak sehat, suatu tanda penyakit atau penyimpangan mental, bukan sebagai indeks realitas moral manusia. Mereka memandang dosa kecil tidaklah mengambarkan diri mereka sebenarnya karena mereka pada dasarnya adalah baik di dalam hati mereka. Gagasan bahwa mereka adalah ciptaan yang jatuh dari gambar Allah yang telah rusak, pemberontakan terhadap Allah, berdosa dan najis dalam pandangan Allah, dan hanya pantas mendapat murka Allah tidak pernah masuk di dalam pikiran mereka. Gagasan seperti ini tidak akan bisa membawa kita mengerti apa arti kasih karunia Allah.
2. Keadilan retributif Allah
Allah adalah hakim atas seluruh bumi dan Ia akan melakukan penghakiman-Nya dengan benar. Keadilan adalah yang bersifat penghukuman Allah terhadap dosa. PenghakimaNya benar “Ia membela orang yang tidak bersalah”. Allah akan menghukum dengan adil para pelanggar (Kej 18:25, ”Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"). Allah tidak benar terhadap diri-Nya sendiri jika Ia tidak menghukum dosa. Tetapi jika orang yang berbuat salah tidak dapat mengharapkan apapun dari Allah kecuali hukuman yang setimpal maka kita tidak bisa mengerti apa arti kasih karunia Allah.
Keadilan mengharuskan adanya hukuman. Tetapi dalam hal ini keagungan kasih karunia Allah bekerja. Serring sekali dalam pemahaman kita konsep ’keadilan yang mengharuskan adanya penghukuman’ sangat melekat dengan baik. Dan konsep inilah yang kita pegang sehingga pelayanan kita dipenuhi dengan hukum-hukum ‘taurat’ yang baru dimana orang yang bersalah harus dihukum dan orang yang baik akan dipuji. Tidak ada tempat bagi orang ‘tidak baik’ atau memiliki aib di dalam pelayanan.
3. Ketidakberdayaan Rohani Manusia
Toplady berkata: “Bukan perbuatan tanganku yang dapat memenuhi tuntutan hukumMu, sekalipun semangatku tidak berhenti mengerti, sekalipun airmataku mengalir tanpa henti semua itu tidak dapat menebus dosa”. ita akan bisa mengerti kasih karunia Allah ketika kita menyadari bahwa tidak ada yang berdaya. Pernyataan ini menuntun pada pengakuan tentang ketidakberdayaan manusia. Untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan untuk mendapatkan kembali perkenaan Allah setelah kita terhilang adalah diluar kekuatan kita. Orang harus menerima kenyataan ini sebelum ia dapat mengerti apa arti kasih karunia. Mari merenungkan hidup kita, nafas yang setiap hari kita hirup bisa kah kita pahami semuanya. Dimana awal dan akhir dari hidup kita, apakah kita sanggup membawa apa yang kita miliki sampai akhir hidup ini? Bukankah semua hal ini bisa terjadi karena karya dari Allah. Kasih Karunia Allah nyata bagi kita.
4. Kasih Karunia adalah Kebebasaan Allah yang berdaulat
Agama orang kafir memandang semua ilah terikat pada para penyembahnya dengan ikatan kepentingan pribadi, sebab ia tergantung pada pelayanan dan pemberian mereka untuk kesejahteranya. Orang modern juga berpikir demikian oleh karena satu alasan tertentu Allah wajib mengasihi dan menolong kita meskipun kita tidak berhak mendapatkanya. Allah menyelamatkan manusia untuk kepentingan Allah sendiri. Allah menyelamatkan manusia karena ketergantungan Allah terhadap manusia. Allah berharap sesuatu dengan menolong kita. Seorang pemikir prancis berkata “Allah akan mengampuni karena itulah pekerjaanya” sampai meninggal dunia ia berkata berulang-ulang demikian.
Pandangan diatas tidak memiliki dasar yang kuat. Karena Allah Alkitab tidak pernah tergantung kepada ciptaaNya untuk kesejahteranNya ( Maz 50:8-13, Kis 17:25). Dan karena kita telah berdosa Ia tidak terikat untuk menujukan kemurahaNya kepada kita. Allah tidak berhutang sehingga harus menghentikan proses keadilaNya. Ia tidak wajib memberi belas kasihNya atau memberi ampun. Kalaupun semuanya itu dilakukan, semua itu sesuai dengan kehendak bebas-Nya dan tidak ada sesorang pun yang memaksa Dia untuk melakukanNya (Rom 9:16). AnugrahNya bersifat sukarela dan keputusan ini merupakan keputusan yang tidak perlu dibuat Allah dalam kasus apapun. Di sinilah sesorang bisa memulai memahami padangan Alkitab tentang kasih karunia. Dalam kebebasan dan sukarela, Allah memilih mengasihi kita dan menyelamatkan kita.
Jadi, kasih karunia Allah merupakan kasih yang secara sukarela ditunjukan kepada orang yang berdosa dan yang bersalah, sesuatu yang berlawanan dengan apa yang pantas orang berdosa terima dan sesungguhnya bertentangan dengan keburukan orang berdosa. Allahlah yang menunjukan kebaikanNya kepada orang-orang yang hanya pantas mendapatkan hukuman yang berat dan mereka tidak memiliki alasan untuk mengharapkan apa pun kecuali hukuman yang berat.
Kasih keagungan Allah dapat dilihat dari tiga hal.
1. Kasih karunia adalah sumber pengampunan dosa
Injil berpusat pada pembenaran. Penghapusan dosa dan penerimaan diri kita oleh Allah. Pembenaran dari status sebagai penjahat terkutuk yang menantikan hukuman mengerikan menjadi ahli waris yang menantikan warisan yang menakjubkan. Pembenaran terjadi karena iman. Menaruh percaya kepada Tuhan Yesus sebagai juruselamat. Pembenaran ini adalah cuma-cuma bagi kita tetapi sangat berharga bagi Allah yakni dibayar dengan kematian anak Allah sebagai penebusan dosa. (bd Roma 8:32) Mengapa Allah tidak menyayangkan anakNya itu adalah karena kasih karuniaNya yang secara sukareal menyelamatkan dan menebus manusia. Kasih karunia seperti kita menikmati danau toba, kita duduk dipinggir penginapan menikmati pegunungan, menikmati udara yang sejuk menikmati danau yang mengagungkan. Kita tidak diwajibkan untuk melakukan atau membayar apapun untuk menikmati keindahan tersebut.
2. Kasih karunia sebagai motif dari rencana keselamatan
Jadi seharusnya ada sukacita karena tahu bahwa pertobatan kita tidak terjadi secara kebetulan tetapi merupakan tindakan Allah yang telah direncananNya dari kekekalan untuk keselamatan manusia.
Bintang-bintang bisa jatuh tetapi janji Allah akan tetap teguh dan digenapi. Rencana keselamatan dituntaskan dengan penuh kemenangan. Jadi, kasih karunia akan terbukti sebagai sesuatu yang penuh kuasa. Itu sebabnya, orang akan mengalami sukacita dalam menikmati kasih karunia Allah.
Kasih karunia adalah sebab dan keselamatan adalah akibat (band. Efesus 2:8, Titus 2:11, Yoh 3:16, Roma 5;8, Zak 13:2). Jaminan keselamatn ini lah yang memberi kekuatan kepada kita untuk bisa hidup dengan jujur di temat dimana kita berada, termasuk di dalam dunia kerja kita. Apa yang kita kuatirkan ketika Allah telah menjaminkan kesematan dalam kasih karuniaNya kepada kita?
3. Kasih karunia sebagai jaminan perlindungan terhadap orang percaya.
Jika rencana keselamatan pasti digenapi, maka masa depan orang Kristen terjamin. Saya saat ini dan selamanya akan terpelihara dalam kekuatan Allah karena iman, sementara menantikan keselamatan (1 Petrus 1:5, ”Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”).
Doddridge mengatakan ”kasih karunia pertama-tama mengoreskan namaku, dalam buku kekal Allah. Waktu itulah kasih karunia membawaku kepada Anak Domba yang mengangkat semua dukacitaku. Kasih karunia mengajar jiwaku untuk berdoa dan mengenalkan kasih yang mendatakankan pengampunan, waktu itulah kasih karunia memelihara aku sampai hari ini dan tidak akan membiarkan aku pergi”.
Apa tanggapan kita akan kasih akrunia Allah? Seharusnyalah kita tidak bisa bersikap lain selain, menyenangkan hati-Nya dengan perasaan heran dan sukacita. Sebab injil menceritakan kepada kita bagaimana Sang Hakim itu telah menjadi Juru Selamat kita. Kita yang seharusnya mendapatkan hukuman, beroleh kasih karunia di dalam Dia. Cinta Romantis adalah pengalaman yang paling mirip dengan kasih karunia murni. Seorang akhirnya merasa bahwa saya adalah makhluk yang paling dirindukan, paling menarik, paling diinginkan di seluruh planet. Seseorang tidak bisa tidak pada malam hari unutk memikirkan saya. Seseorang memaafkan saya sebelum saya mememintanya, memikirkan saya ketika ia berdandan, menyesuaikan hidupnya dengan hidup saya. Seorang yang mencintai saya apa adanya. Itulah kasih karunia. Jadi, mari hidup di dalam kasih karunia itu.
“Oh bertapa besar aku berhutang terhadap kasih karunia,
Setiap hari aku didesak untuk bersyukur,
Biarlah kasih karunia itu sekarang seperti belenggu
Mengikat hatiku yang senang mengembara kepada-MU,
Ada orang yang berpendapat bahwa doktrin tentang kasih karunia Allah cenderung mendorong pangabaian moral (‘bagaimanapun kita akan selamat, tidak peduli apa pun yang kita lakukan karena tindakan kita tidak akan berpengaruh apa-apa’). Tetapi J.I Packer mengatakan bahwa orang yang memiliki pikiran seperti ini adalah orang yang tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan. Karena pada giliranya kasih akan membangkitkan kasih. (Efesus 2:10, ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”; Titus 2:11-12, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”). Anugrah itu berujung kepada “melakukan perbuatan baik’. Kasih karunia itu mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan, keinginan-keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana dan adil (2 Tim 2:12). Orang yang mengalami kasih karunia akan semakin berubah menjadi lebih baik.
Sebuah kisah lain menceritakan bahwa ada seorang ayah di Spanyol memutuskan untuk berdamai dengan putranya yang melarikan diri ke Madrid. Dengan penuh rasa sesal, sang ayah memasang iklan di surat kabar El Libral yang berbunyi demikian: “Paco, temui saya di Hotel Montana hari Selasa tengah hari. Semua sudah dimaafkan. Papa.” Ternyata Paco adalah anma yang umum di Spanyol. Ketika Selasa tengah hari tiba, dan sang ayah datang ke hotel, ada sekitar 800 pemuda yang bernama Paco yang datang dan menungguh ayah mereka untuk memperoleh pengampunan. Dunia ini membutuhkan kasih karunia, Allah merindukan pelayanan kita dan setiap kita akan membagaikan kasih karunia itu kepada mereka”
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment