Friday, December 3, 2010

Christology of Mission 3: THE SPIRIT OF MISSION

(The Power of Mission)
Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Mari melihat 1 Kor 2:1-5. Dikatakan di sana, “1 Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudaraku, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. 2 Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. 3 Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. 4 Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, 5 supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah”. Dalam 1 Korintus 1:18-21 banyak bicara mengnai apakah Yesus adalah Mesias. Oleh sebab itulah Paulus berkata bahwa kami tidak mencari hikmat dan tidak menuntut tanda, tetapi kami hanya memberitakan Kristus yang tersalib sebab Kristus itu adalah hikmat Allah dan Kristus itu adalah pernyataan rencana Allah’. setelah ini, Paulus kemudian berbicara dalam 1 Kor 2 tadi.

Dalam ayat 1 dikatakan, “Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudaraku, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu”. Berbicara mengenai tema kita, Spirit gift of Christ, ada pertanyaan yang timbul. Dengan kuasa apa kita melakukan pelayanan sehingga pelayanan kita berkenan kepada Allah? Jika orang Yahudi meminta ‘tanda’ untuk membuktikan apakah Yesus itu betul-betul mesias, dan orang Yahudi meminta dengan hikmat yaitu filsafat-filsafat manusia, maka Paulus mengatakan bahwa fokusnya adalah injil salib Kristus. Paulus datang bukan dengan kata-kata manusia. Artinya adalah bahwa pelayanan pemberitaan Injil bukan soal indahnya kata-kata, permainan kalimat, ataupun filosofi, melainkan soal kuasa Roh Kudus. Oleh sebab itu, jangan pernah berpikir ketika kita melakukan pelayanan - apakah di tempat kerja, gereja, atau di mana saja - jangan pernah berpikir bahwa orang akan berespon dan tertarik kepada Injil jika kita menyampaikan dengan kata-kata yang indah. Ingat, pemberitaan Injil tidak sama dengan membaca puisi atau karya sastra lain. Pemberitaan salib Kristus bukan di dasarkan pada kata-kata yang indah, walaupun dalam menyampaikannya kita perlu sistematis dan terarah, tetapi ingat bahwa kuasanya bukan di dasarkan pada kalimat tetapi Roh Kudus. Jika ada kesemp[atan membawa firman di mana saja, jangan berpikir dengan membuat kata-kata yang indah agar orang tertarik. Ingat kata-kata yang indah tidak akan pernah membawa orang datang kepada Allah. Jadi, kuasa dari misi Allah bukan dari kata-kata yang indah meskipun kalimat yang indah itu baik. Ingat, pemberitaan salib kristus bukanlah entertainment.
Dalam ayat 1 juga kita melihat bahwa pemberitaan Injil salib Kristus bukanlah dengan hikmat manusia (superior wisdom). Artinya, kita tidak lebih berkuasa dalam pelayanan jika menggunakan kalimat-kalimat yang hebat, hikmat duniawi, atau pernyataan-pernyataan yang luar biasa. Kuasa dalam kotbah atau misi bukan dengan hal ini. Mungkin kita akan dikagumi pendengar kita, tetapi mereka tidak mengagumi Kristus yang kita beritakan. Jangan pernah mencoba melayani dengan hikmat manusia yang seakan-akan membuat orang tertarik kepada Tuhan, tetapi justru orang kagum dan tertarik kepada si pemberita, bukan kepada Allah.
Di dalam ayat 2, dikatakan, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Kita melihat bahwa isi pemberitaan dalam misi Allah adalah mengenai Yesus yang disalibkan, bukan pengalaman atau lembaga di mana kita berada (band 1 Kor 15:3-4). Hati-hati jika dalam melakukan sebuah pelayanan atau misi kita tidak membawa inti berita yang benar. Misi pemberitaan salib Kristus tidak boleh bergeser dari esensinya dan inilah yang menjadi fokus dalam pelayanan misi kita. Bedakan kotbah dengan menasihati. Banyak orang ketika melakukan pelayanan mkimbar mereka tidak kotbah, tetapi menasihati. Kotbah harus menyatakan kebenaran firman dengan pemberitaan injil salib Kristus sebagai intinya.

Dalam ayat 3 dikatakan, “Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.” Paulus mengatakan bahwa kedatangannya bukan di dalam kekuatan dan keberanian tetapi di dalam kelemahan, takut dan gentar. Hal inilah yang membuat Paulus senantiasa bergantung kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Justru akan menjadi sesuatu yang aneh jika kita merasa cukup berani. Jika kita tidak merasa takut dalam melakukan pelayanan atau bermisi, justru berbahaya. Sering sekali dalam melakukan pelayanan pertama kali, apakah sebagai petugas acara, koita banyak berdoa dan bergantung kepada Tuhan. Tetapi ketika kita sudah sering melakukan pelanan ini dan kita diminta untuk melayani, kita bisa merasa percaya diri dan tidak taku, sehingga hal ini akan membuat kebergantungan kita kepada Tuhan semakin berkurang. Jika kita dalam kondisi seperti ini, maka pelayanan kita akan kehilangan kuasanya. Kuasa Tuhan akan bekerja bagi kita di dalam pelayanan kita jika kita bbergantung penuh kepada Allah karena kita datang dalam kelemahan, takut dan gentar.
Dalam ayat 4 Paulus berkata, “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,”. Dalam NIV ‘kata-kata hikmat yang meyakinkan’ diterjemahkan dengan ‘Not with wise and persuasive words’. Artinya, kuasa Roh Kudus sangat penting untuk membawa orang kepada Allah bukan dengan kata-kata rayuan atau menakut-nakuti orang agar mereka datang kepada Kristus. Persuasive memiliki makna bahwa kita membujuk orang datang kepada Tuhan. Dia mungkin datang tetapi bukan karena iman. Kuasa Roh Kuduslah yang membuat orang datang kepada Kristus. Orang datang justru dengan keyakinan akan kekuatan Roh (with a demonstration of the Spirit’s Power, band 1 Tes 1:5). Dalam Rom 1:14-15 kita melihat ada perpaduan yang kokoh antara Roh Kudus dengan keyakinan yang kokoh akan Injil. Perpaduan ini membuat kita diberi kuasa dalam pelayanan dan hal ini akan membuat iman pendengar tidak bergantung pada hikmat manusia, tetapi kepada Allah (ay 5).

Dalam pelayanan (dalam hal ini misi) kita melihat ada pertentangan antara teknik retorika yang tinggi dengan kuasa daripada Roh Kudus. Teknik retorika yang hebat bisa membuat kita melepaskan kebergantungan kepada Tuhan dan kita merasa bahwa kita dipakai dengan hebat oleh Tuhan. Perpaduan kedua hal ini bisa benar tetapi ingat akan menjadi salah jika kebergantungan kepada Allah menjadi hilang. Sangat baik jika kita memiliki wibawa dari kuasa Roh Kudus. Bandingkan dengan kebanyakan murid (yang banyak kelas bawah, kecuali Lukas) dimana ketika mereka menerima Roh Kudus mereka memiliki kuasa dan wibawa Roh Kudus yang luar biasa.

Dalam melihat The Power of Mission, kita harus menyadari beberapa hal, yaitu:

1. Allah sendiri adalah penginjil yang sejati dan utama. Oleh sebab itulah kita yang melayaniNya haruslah dengan kuasa sang penginjil sejati itu sendiri.

2. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, Kasih, Kesucian, dan Kuasa. Karena itu PI/misi tidak akan mungkin tanpa Roh Kudus. Berbicara mengenai Kisah Para Rasul, orang bisa mengatakan bahwa kitab itu adalah sejarah gereja mula-mula, tetapi kitab ini juga merupakan kisah bagaimana Roh Kudus bekerja di dalam misi (band Yoh 16:8-11). Dalam Yoh 16:8-11 ada tiga pekerjaan Roh Kudus, yaitu akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Artinya adalah tidak akan ada seorang manusia yang menyadari dan menyesali dosanya kalau bukan pekerjaan Roh Kudus. Tidak aka nada seorangpun yang mengerti, menginsafi, dan memahami kebenaran tanpa pekerjaan Roh Kudus. Tidak aka nada seorangpun yang akan mempertimbangankan penghakiman tanpa pekerjaan Roh Kudus. Itu sebabnya betapa penting kuasa Roh Kudus dalam pelayanan. Tanpa Roh Kudus kita tidak memiliki kuasa, tetapi dengan Roh Kudus kita memiliki kuasa di dalam pelayanan (band 1 Kor 12:3). Roh Kudus mengurapi si pembawa berita, mempersiapkan pendengar, menyadarkan pendosa, menerangi orang buta, memberi hidup kepada orang mati (Yoh 6:63), memampukan orang untuk bertobat dan percaya, meyakinkan kita sebagai anak-anak Allah (Rom 8:15-16), memimpin pada keserupaan dengan karakter Kristus (1 Pet 4:6), dst (band Yoh 16:8-11).

Bagaimana agar kuasa Roh Kudus itu bekerja dalam misi yang sedang kita kerjakan?

1. Dalam Ef 6:17 dikatakan bahwa senjata kita dalam peperangan rohani adalah Firman dan Roh Kudus dengan doa. Perjuangan kita bukan melawan darah dan daging tetapi penguasa-penguasa angkasa dan roh-roh jahat (Ef 6:12). Jadi,kalau berperang secara rohani kita harus melaean dengan rohani, dan Firman dan Rohlah senjata kita. Prayerless will be powerless, but prayerful will be powerful. Doa dalam pelayanan bukan formalitas atau mekanis. Semakin kita bergantung kepada Allah di dalam doa, maka kuasa Roh Kudus akan semakin nyata dalam hidup kita.

2. Hidup suci dengan ketaatan adalah dasar untuk kuasa Roh Kudus. Penghalang doa adalah dosa dan penghalang dosa adalah doa. Bukan soal kepintaran kita atau gelar teologia kita, tetapi kuasa hanya ddapat dengan hidup yang suci. Kita pasti akan merasa terdakwa jika kita jatuh ke dalam dosa. Mari belajar untuk hidup suci dalam semua aspek hidup kita.

3. Lepaskan sel - confidence. Semua keyakinan pribadi kita yang bersumber dari pengalaman dan pengetahuan kita harus di hancurkan dan kita harus bergantung penuh kepada kuasa Allah.

4. Dalam Efesus 5:18 dikatakan, ”Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”. Jadi kita harus penuh Roh dan memaksimalkan karunia Roh kita (1 Kor 12). Penuh Roh artinya seluruh aspek dari hidup kita (pikiran, perasaan, ucapan, tingkah laku) tunduk kepada Roh. Oleh sebab itu jangan biarkan diri kita berdosa, karena tidak mungkin orang berdosa penuh Roh.

5. Taat dan tunduk kepada pimpinan Roh Kudus (Kis 20:22-23). Paulus memperlihatkan bagaimana dia tunduk kepada Roh walaupun ada ancaman atau bahaya yang akan menimpanya. Kuasa di dalam misi adalah kemutlakan untuk tunduk kepada Roh bukan kenyamanan kita.

No comments: