Tuesday, February 9, 2010

Knowing God 4: The Silence of God

Denni B. Saragih, M. Div


Hari ini kita akan membahas mengenai karakter Allah yaitu The Silence God. Ada sebuah peristiwa dimana seseorang kena jambret ketika pulang bekerja. Pada saat peristiwa ini, ada beberapa orang yang sedang di kedai kopi dan melihat peristiwa ini berlangsung. Peristiwa penjambretan ini tidak sesaat, tetapi ada moment dimana korban dan si jambret tarik menarik yang akhirnya dimenangkan oleh jambret. Tetapi orang di kedai kopi tersebut tidak bernuat apa-apa. ini adalah sebuah peristiwa dimana diamnya orang-orang di kedai kopi adalah sesuatu yang menyakitkan dari kacamata korban dan meninggalkan pertanyaan ”Mengapa mereka tidak membantu?’.

Peristiwa lain, dimana banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri ketika mereka sakit. Tetapi di sana mereka tidak diberi obat. Bandingkan dengan pengobatan di Indonesia, dimana seorang pasien diberi dengan berbagai macam obat. Bahkan menurut kedokteran di sana, yang paling baik dalam menangani pasien adalah diam (tidak memberi obat). Diam itu memberi efek terapi dan menyembuhkan. Walaupun tidak cepat tetapi menyembuhkan.

Dari dua peritiwa ini kita melihat dua wajah dari diam yaitu menyakitkan dan menyembuhkan. Demikian juga ketika Allah diam, ini adalah sebuah peristiwa yang menyakitkan, yang membuat kita berseru-seru kepada Tuhan. Tetapi kediaman Allah ini juga bisa menjadi sesuatu yang menyembuhkan.

Apa yang dimaksud denagn kediaman Allah? Kediaman Allah bukan berarti Allah tidak bertindak. Tetapi Allah bertindak dengan memilih untuk diam. Allah kadang kala memilih untuk bertindak dengan cara berdiam, baik untuk sementara, jangka waktu tertentu ataupun sampai dengan hari penghakiman berdasarkan kasih, hikmat dan rencanaNya yang mulia.

Mari melihat enam sisi dari kediaman Allah.

1. Kediaman Allah dan pertumbuhan kita.

Allah terkadang diam karena mempertimbangkan kebutuhan kita. Di dalam Rom 8:28-29 dikatakan: ”28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Allah selalu bekerja. Dikatakan bahwa Allah turut bekerja dan Allah sering berkerja dengan tidak cara tidak melakukan apa-apa. Tujuan Allah bukan untuk menyelesaikan masalah kita. Tetapi tujuan Allah adalah mengubahkan anak-anakNya menjadi serupa dengan Kristus. Karena itu dalam penderitaan, pergumulan dan masalah kadang kala Allah memilih untuk membiarkan persoalan itu membentuk kita. Seperti kata pepatah mengatakan ’No Criciss, No Growth’. Jadi, ketika kita di dalam pergumulan, jangan pernah meminta agar Allah menjauhkan cawan pergumulan tersebut dari hadapan kita. Tetapi berdoa agar cawan pergumulan tersebut membuat kita semakin meyerupai Tuhan Yesus dan bahkan kita mengijinkan penderitaan itu terjadi maksimal asal penderitaan atau pergumulan tersebut membuat kita semakin serupa dengan Yesus.

Ada sebuah ilustrasi yang menggambarkan hal ini yaitu ilustrasi mengenai burung rajawali dengan anak-anaknya. Sarang burung rajawali terletak di atas tebing yang terjal dan memiliki beberapa lapisan. Lapisan yang paling luar terdiri dari ranting-ranting kayu yang kasar. Kemudian diikuti dengan lapisan duri-duri. Lapisan ketiga adalah rerumputan dan yang terakhir adalah dedaunan. Ketika baru menetas dari telur anak rajawali berada di atas dedaunan yang lebut. Ketika semakin besar, sang induk membuang lapisan dan tinggallah lapisan rerumputan. Setelah semakin besar, lapisan rumput ini dibuang sehingga si anak tinggal dalam sarang dengan lapisan duri. Seiring dengan perkembangan si anak, sang induk membuang lapisan duri dan tinggallah ranting yang kasar. Kemudian satelah semakin besar, sang indiuk akan melemparkan anaknya ke luar sarang untuk belajar terbang. Jika si anak belum bisa terbang dan terjun bebas menuju tanah, sang induk akan terbang dan menangkap anaknya dan demikan terus sampai si anak sudah bisa terbang.

Demikian juga Tuhan dalam mendidik kita. Tahap demi tahap sampai kita bisa mengembangkan dan mengepakkan sayap dan membangun otot-otot kita dan terbang mengangkasa.

2. Kediaman Allah dan waktu Allah.

Dalam Mat 7:11 dikatakan, ”Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.". Dan Pengk 3:1 berkata, ”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”

Ada seorang alumni yang sangat atraktif dan mengenal banyak wanita yang cantik. Kemudian ia berkenalan dengan seorang wanita yang biasa-biasa saja yang kelak menjadi isterinya. Suatu waktu dia mengalami krisis dan dalam krisis ini dia banyak didukung wanita ini. Setelah krisis selesai, ia kemudian marah kepada Tuhan dan berkata: ”Mengapa baru aku baru Engkau pertemukan dengan pacar seperti ini?” Alumni ini akhirnya merasakan bagaimana wanita ini menjadi penolong yang sepadan dengan dirinya.
Allah sering melakukan hal yang demikian, dimana ketika waktunya tiba, kita baru merasakan setiap hal yang telah Allah lakukan dalam kehidupan kita.

Ibarat minyak goreng, ada satu masa, saat minyak tersebut betul-betul panas, baru kita memasukkan makanan yang ingin kita goreng. Jika belum panas besar, maka hasil gorengan tidak maksimal. Ibarat ketika kita membuat sebuah kue maka ada tahapan-tahapan yang berurutan dalam membuat kue. Demikian juga ada tahapan-tahapan di dalam kehidupan kita. Pertanyaannya adalah berada di tahap mana sekarang?

3. Kediaman Allah dan Kesabaran Allah.

Dalam 2 Pet 3:9 dikatakan: ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Sering kita memiliki pemikiran agar semua orang jahat langsung dimusnahkan saja. Ketika dia melakukan kejahatan, Allah langsung mengambil nyawanya. Demikian juga bagi mereka yang membakar gereja. Mereka musnah oleh karena terbakar api mereka sendiri. Jika hal ini terjadi, maka dunia pasti aman.

Tetapi Allah tidak melakukan hal yang demikian. Ia sering menunjukkan kesabaranNya. Jika Allah tidak sabar dalam kediamanNya maka tidak ada Yusuf Roni. Ia adalah seorang yang pernah membakar gereja. Setelah gereja tersebut terbakar, ia datang untuk melihat hasil pekerjaannya. Kemudian ia melihat ada meja yang tidak terbakar dimana ada Alkitab. Dari bacaan inilah akhirnya ia bertobat. Sejak dahulu Allah selalu bersabar dalam kediamanNya. Mari melihat Paulus. Seorang penganiaya jemaat Yesus untuk menyenangkan hati Tuhan akhirnya menjadi pembela Kristus sampai akhir hidupnya.

4. Kediaman Allah dan murka Allah.

Allah juga bisa diam karena terlalu marah. Dalam Rom 1:18 dikatakan: ”Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” Dengan jelas dikatakan bahwa Allah marah dengan kefasikan manusia khususnya di kota Roma. Pada saat itu kebenaran ditindas, orang yang rendah hati ditertawakan dan diejek, dan orang benar dianggap salah. Intinya adalah orang Roma semakin jahat. Oleh karena inilah Allah menghukum mereka dan murka Allah itu nyata. Tetapi murka Allah ini bukan seperti ketika Allah menunjukkan murkanya atas Sodom dan Gomora. Kemurkaan Allah digambarkan dalam ayat 24, 26, dan 28. dikatakan disana: ay 24, ”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.; 26, ”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar”.; 28, ”Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:”. Dari ketiga ayat ini kita melihat ada tiga kata yang diulang yaitu ’Karena itu Allah menyerahkan mereka’. Inilah bentuk murka Allah dimana Allah membiarkan manusia semakin jahat di dalam kejahatannya.

Murka Allah ada dua, yaitu, pertama, menghukum demi kebaikan kita dan kedua, membiarkan kejahatan sampai titik moral terendah dan perilaku manusia menjadi perilaku binatang.

Orang Roma pada masa itu sangat jahat. Banyak dari mereka memelihara remaja-remaja untuk disodomi. Bahkan tidak jarang juga mereka memberi anak remaja sebagai hadiah untuk pejabat yang berulang tahun. Bahkan kehidupan seks mereka dipertontonkan untuk dilihat orang. Sungguh kehidupan yang tidak memiliki moral sama sekali. Mengapa manusia memiliki ide sebejat ini? Karena Allah membiarkan mereka dalam murkanya untuk jatuh lebih lagi ke dalam kejahatan.

Diamnya Allah oleh karena murkaNya adalah sesuatu yang bahaya. Banyak orang yang bergelimang dosa berada dalam neraka saat ini. Mereka jatuh ke dalam dosa, menderita, kemudian mencari solusi melalui narkoba maupun kejahatan lainnya. Mereka hidup penuh penderitaan. Mengapa demikian? Karena mereka sudah berada di dalam neraka.

5. Kediaman Allah dan hari Penghakiman.

Prinsipnya adalah 2 Pet 3:3-7, ”3 Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. 4 Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." 5 Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, 6 dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. 7 Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.”

Keadilan Allah tidaklah sepenuhnya bisa dijelaskan dengan hanya melihat dunia masa kini. Dunia sekarang ini penuh dengan ketidakadilan. Banyak orang jahat tidak dihukum dengan sepantasnya tetapi orang benar tidak dibela dan selalu tersudut. Inilah dunia sekarang ini. Oleh sebab itulah ada hari penghakiman. Hari ini ada untuk menegakkan keadilan di dunia ini dimana yang jahat akan dihukum dan yang benar akan dibela dan dideklarasikan. Akhir zaman mengantisipasi keadilan Tuhan dalam bentuknya yang paling sempurna. Dunia ini tidak sama dengan dunia dalam film India dimana yang benar selalu kalah di awal tetapi pada akhirnya selalu menang. Ada orang yang baru pertama sekali mencopet karena situasi yang memaksanya (anaknya sakit keras) dikeroyok pencopet lain karena dianggap mengambil daerah kekuasaan. Banyak ketidakadilan lagi yang muncul dan kita akhirnya bertanya ’Mengapa Allah tidak berbuat sesuatu?’. Allah bukannya tidak berbuat sesuatu. Allah lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan menyimpan semua untuk hari penghakiman.

6. Kediaman Allah dan Iman kita.

Beriman bukan berarti segala sesuatu menjadi lebih baik. Tetapi kita beriman kepada karakter-karakter Allah dimana Ia adalah baik dan penuh kasih karunia. Allah memilih diam bukan berarti karena Ia tidak peduli tetapi karena hikmat dan kebijaksanaanNya. Jangan takut jika ada banyak kejahatan tetapi tidak kena hukum. Alalh bertindak dalam keadilan dan kebenaranNya.

Allah tidak selalu impulsif dalam bertindak. Allah sering memilih diam dalam setiap pergumulan kita. Tetapi kita akan semakin dewasa dan bertumbuh dalam kediaman Allah.
Soli Deo Gloria!

No comments: