Indrawaty Sitepu
Hari ini kita akan belajar tentang Musa. Kisah Musa dapat kita temukan dari Keluaran pasal 2-4. Tetapi kita akan membaca cuplikan-cuplikan dari ayat Alkitab yang menceritakan tentang Musa. Cuplikan ayat ini akan memungkinkan kita untuk menarik benang merah dari tokoh Musa. Sebelum kita belajar tokoh Musa, kita akan lebih dahulu melihat era sebelum pemanggilan Musa. Apa sebenarnya yang terjadi?
Mari melihat Kej 15:13-14, ”Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak.” Bagian ini menceritakan bahwa ada nubuatan dan janji yang tetap berlaku (antara Allah dan Abraham). Perjanjian ini bukan hanya kepada Abraham, tetapi juga kepada Yakub. Mari melihat Kej 46:3-4, ”Lalu firman-Nya: "Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali; dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti." Kemudian, mari melihat Kel 1:10, 15, 16, 22, ” 10Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan - jika terjadi peperangan - jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini." ... 15Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: ...16"Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."... 22Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup." Bagian ini menceritakan bagaimana Firaun menjadi gelisah karena bangsa Israel sudah semakin banyak di Mesir, sampai akhirnya mereka membunuh smeua anak laki-laki. Mari juga melihat Kel 2: 1, 2, 11, 15, ” 1Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; 2lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya…. 11Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu….15Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.” Kemudian Kel 2:23-25, ”Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” Dan bagian terakhir mari melihat Kel 3:1-12. Kisah ini meceritakan bagaimana Musa yang berada dipadang gurun berjumpa dan berbicara dengan Allah melalui semak belukar yang dipenuhi api tetapi tidak terbakar [Kel 3: 1-4, ”Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."]
Dalam proses pemanggilan Musa, kita melihat bahwa Allahlah yang berinisiatif, berbelaskasihan dan bertindak. Kita akan melihat bagaimana Allah melakukan pemanggilannya ke Musa. Dalam Kel 2 dan 3, kita melihat bagaimana Allah melihat dan memperhatikan kesengsaraan umat Israel. Umat Israelpun berseru kepada Allah dan Allah mengingat perjanjiannya kepada Abraham dan kepada Yakub. Kita juga melihat keunikan sejarah hidup Musa. Hidup Musa tidak sama dengan yang lain. Keberadaan Musa di dalam kandungan bukanlah pada waktu yang tepat karena akan ada pembunuhan bagi bayi laki-laki. Tetapi keluarganya berupaya demikian rupa untuk menjaga Musa dan akhirnya dia menjadi anak angkat putri Firaun dan inang pengasuhnya adalah ibunya sendiri. Dan di dalam Kel 3, kita melihat bagaimana Allah secara pribadi menjumpai Musa. Kita melihat bagaimana Allah menyatakan otoritas, karakter dan eksistensiNya. Dari berbagai ayat yang kita baca, kita bisa menarik satu poin, bahwa Allah menyatakan beban, visi, dan kehendak, dan hatiNya bagi umatNya.
Dalam bagian Kel 3 tadi kita melihat Allah mengutus. Tentu saja ada prosesnya. Jika kita lihat kehidupan Musa, dia tidak serta merta dipanggil oleh Allah. Secara pendidikan Musa sangat hebat karena 40 tahun dididik dengan pendidikan Istana. Tetapi Allah tidak memanggil dia pada saat ini. Tetapi Allah justru melakukan proses sedemikian rupa sampai Musa membutuhkan 40 tahun yang kedua sampai dia benar-benar siap diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Di padang gurun Allah memberi perintah kepada Musa, menyatakan pengutusanNya, memberikan tugas dengan jelas dan menyatakan penyertaanNya. DL Moody menyatakan bahwa di 40 tahun pertama Musa menganggap dirinya sangat penting (I’m Something), tetapi pada 40 tahun kedua, ketika dia berada di padang gurun dia Musa menganggap dirinya tidak ada (I’m Nothing), dan pada 40 tahun ketiga, ketika dia memimpin bangsa Israel, dia berkata Bahwa Tuhanlah segalanya (God Is Everything). Bukan hanya hal itu saja, tetapi Allah juga memperlengkapi Musa dengan kuasa dan muzijat-muzijatNya. Lalu Allah juga menyatakan cara/strategi dalam mengerjakan tugas tersebut. Allah juga menyatakan hasil akhir/goalNya lalu resiko tugas tersebut dan Allah meneguhkan Musa dengan berbagai cara.
Ada yang menarik dalam proses pemanggilan Musa. Allah berotoritas memutuskan. Jika dipikir-pikir, mengapa harus Musa - yang tidak pintar bicara - yang Allah utus bukannya Harun - yang pintar bicara? Hal ini menunjukkan bahwa Allah berotoritas dalam seluruh keberadaanNya termasuk pada saat Ia memilih Musa dan dalam seluruh keberadaan Musa, ia dipilih dan dipanggil oleh Allah. Sangat menonjol bagaimana Allah berinisiatif, berbelaskasihan, dan bertindak untuk proses pemanggilan Musa.
Mari melihat respon Musa terhadap panggilan Allah tersebut dimana hal ini juga yang menjadi gambaran kita. Mari melihat dari Kel 3:11-4:17. Pada bagian ini Musa mengajukan keberatan-keberatannya dan dalih-dalihnya. Keberatan Musa yang pertama adalah dia berdalih dengan ketidak percayaan dirinya (ay 11, ” Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"). Keberatan yang kedua, Musa berdalih dengan ketidak mampuan menjelaskan karakter dan tindakan nyata Allah dalam situasi umat Israel yang tertindas (ay 13, ” Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?"). Keberatan yang ketiga adalah Musa berdalih dengan kemampuan respon ketidak percayaan umat Israel kepadanya [4:1, ” Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"]. Keberatan ke empat adalah Musa berdalih dengan ketidak mampuannya berhadapan/berbicara dengan umat Israel dan Firaun [4:10, ”Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."]. Keberatan kelima Musa berdalih agar Tuhan mengutus orang lain saja [4:13, ” Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."]. Musa banyak mengajukan keberatan-keberatannya untuk menolak pengutusannya. Tetapi setelah murka Allah bangkit terhadap dirinya, ia menerima tugas tersebut (4:14-31).
Apa yang dapat kita pelajari dari Musa? Di luar dari semua dalih-dalihnya, ada satu sikap yang menarik dari Musa yang terlihat sejak awal. Dalam Kel 2:11-15 ada peristiwa Musa membunuh seorang Mesir karena menganiaya orang Israel [ay 11 dan 12, ” Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.] Dengan kata lain, Musa yang didik dengan pendidikan Istana, melakukan pembunuhan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahanannya melihat penderitaan bangsanya sementara dia hidup dengan nyaman di lingkungan istana. Tentu saja yang kita teladani bukan soal membunuhnya, tetapi kepedulian (concern) pada ada yang sekelilingnya. Dia tidak puas dan tidak tahan melihat bangsanya menderita. Bill Hybes menggunakan sebuah istilah Holy Discontenment yang diterjemahkan dengan ketidakpuasan yang suci yaitu ketidak puasan Tuhan. Dan kita perlu memiliki hal ini, Holy Discontenment. Banyak sekali karya-karya besar terjadi di dunia ini lahir karena ketidakpuasan/ketidak tahanan. Hal inilah yang menyebabkan Musa membunuh dan lari ke luar dari Mesir (tentu saja pembunuhan yang dilakukan Musa tidak bisa dibenarkan). Kemudian di gurun Allah membentuk dia selama 40 tahun lagi. Demikian juga dengan DR Bob Pierce pendiri World Vision. Dia mendirikan World Vision adalah karena dia tidak tahan melihat anak-anak korban perang harus mengantri untuk mendapatkan makanan. Karena antrian tersebut sangat panjang, tidak jarang ada anak yang meninggal selama mengantri. Dia kemudian kembali ke Amerika dan mengumpulkan orang-orang kaya dan lahirlah World Vision (kurang lebih 50 tahun yang lalu). Begitu juga dengan Marthin Luther King, Jr. Selalu saja dia melihat ada tulisan white only di tempat-tempat umum termasuk pendidikan yang bagus hanya untuk white only. Dia tidak tahan dan tidak puas dengan keadaan itu. Dia memperjuangkan persamaan ras. Walaupun akhirnya dia ditembak dan mati, tetapi perjuangannya berhasil. Demikian juga dengan Mother Theresia. Di Calcuta dia selalu melihat manusia yang diperlakukan seperti tidak manusia. Dia pernah berkata: ”Kalau anda tidak menginginkan bayi itu, berikan kepada saya.” Dia juga pernah mengatakan hal yang sangat menyentuh: ”Saya akan berjuang. Saya tidak tahan dengan keadaan ini. Walaupun mereka tidak dapat untuk hidup layak sebagai manusia, paling tidak saya akan berjuang mereka bisa mati sebagai seorang manusia.” Di Calcuta, orang mati bisa saja dibiarkan di tempat sampah. Mother Theresia tidak puas dengan keadaan itu. Inilah yang disebut dengan Holy Discontenment. Mari kita memiliki Holy Discontenment. Tidak puas dengan keadaan bangsa ini. Ketidak puasan terhadap apa yang ada disekeliling kita, sehingga kita berjuang untuk memberikan karya-karya yang terbaik, tidak menyerah atau berpikir bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Akhirnya Musa bersedia diutus ke Mesir. Walaupun banyak sekali dalihnya, dia menyerah kepada kedaulatan Tuhan karena sesungguhnya dia juga punya hati yang tidak tahan dari awalnya. Dia lalu meminta ijin kepada mertuanya, Yitro [4:18, ”Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: "Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup." Yitro berkata kepada Musa: "Pergilah dengan selamat.”]. Kita melihat dan belajar bagaimana Musa mempercayai Allah di tengah banyaknya tantangan dan keterbatasan dalam menunaikan tugas panggilan.
Dalam zaman ke zaman, Tuhan memakai setiap sarana dalam hidup orang pilihan-Nya sebagai benang merah dari proses persiapan tugas kepemimpinannya. Pemimpin lahir dari sarana kondisi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, penderitaan,visi-panggilan, pendidikan dll. Dan kita sebagai alumni bertanggung jawab untuk ratusan juta penduduk Indonesia. Kita berhutang untuk bangsa ini. Kita tidak boleh hanya diam saja, tetapi kita harus memelihara ketidakpuasan yang kudus-ketidakpuasan hati Tuhan-dalam hidup kita.
Mari kita reflesikan poin-poin dibawah ini?
• Situasi apa disekitar saudara yang membuat saudara ”tidak puas/tidak tahan”– holy discontentment. Mungkin dikantor atau di tengah masyarakat.
• Apakah di lingkungan saudara membutuhkan pemimpin untuk mengubah keadaan tersebut? Mungkin Tuhan sedang menyatakan hal itu kepada kiat, dan kita seharusnya memberi diri.
• Apa respon Anda terhadap hal yang demikian? Apakah kita menganggap hal itu hanya angin lalu atau bukan merupakan tanggung jawab kita? Menyerahkan kepada orang lain atau menyadari bahwa hal itu seharusnya adalah tugas kita.
• Kapan atau dalam kondisi seperti apa saudara merasa tidak mampu (berdalih) untuk mengerjakan suatu tugas yang Allah kehendaki untuk Anda lakukan?
• Bagaimana Allah menjawab sikap saudara tersebut?
Tidak secara kebetulan kita berada ditempat kita bekerja, di keluarga kita, di masyarakat atau di pelayanan kita. Mari melihat holy discontenment di tempat dimana Allah menempatkan kita. Sama seperti Musa, Bob Pierce, Marthin Luther King, Jr, Mother Theresia, ketidakpuasan itu membuat kita melakukan sesuatu, suatu karya yang terbaik. Yang kita hadirkan ditengah-tengah dimana kita berada.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment