Friday, March 2, 2012

Mission of God's People 3: CREATION

[Kotbah ini dibawakan oleh Esni Naibaho, M, Div pada ibadah MBA, Jumat, 3 Februari 2012]

Misi bukanlah soal bicara masalah pribadi dan mengajak orang bertobat. Bukan juga sekedar mengirim orang keluar negeri sebagai misionaris, tetapi meliputi banyak hal dimana maksud dan tujuan Allah akan digenapi. Oleh sebab itu penting sekali memahami di bagian mana kita terlibat di dalam misi Allah atas dunia ini.

Alkitab adalah buku yang berisikan grand story, suatu kisah metanaratif yang dimulai dari kisah dalam kitab Kejadian sampai kepada kitab Wahyu, sebuah kisah mengenai Allah dimana kita, manusia, terlibat di dalamnya. Alkitab bukan hanya berisikan etika, teologia, atau pengajaran, tetapi keseluruhan alkitab sedang bercerita tentang kisah besar Allah atas dunia dan tujuan Allah atas dunia tersebut.

Ada dongeng pada orang Hindu dimana ada enam orang buta yang ingin menggambarkan bagaimana gajah itu sebenarnya. Orang buta yang pertama mengatakan bahwa gajah itu sebenarnya sebuah dididing, karena dia meraba bagian yang rata dari badan gajah. Orang kedua mengatakan bahwa gajah itu seperti ular karena dia meraba belalainya. Orang buta yang memegang gadingnya mengatakan bahwa gajah itu seperti panah. Orang buta lainnya yang memegang kakinya mengatakan bahwa gajah itu seperti pohon. Orang buta kelima yang memegang telinga mengatakan bahwa gajah itu hanyalah telinga besar. Sedangkan orang keenam yang memegang ekornya mengatakan bahwa gajah itu seperti jubah berbulu yang dipilin. Tentu saja kita bisa melihat bahwa tidak ada satu pun dari keenam orang buta itu yang benar. Semuanya salah, tetapi jika disatukan maka kita melihat bahwa keenam orang buta sedang menceritakan keseluruhan atau metanarasi tentang gajah.

Ilustrasi ini mengingatkan kita bahwa pendekatan kita akan akan Alkitab sangat mungkin seperti enam orang buta tadi, dimana kadang kita lebih suka membaca PB dari PL, lebih suka membaca Injil daripada Wahyu, dst. Jika kita berpikir bahwa kita memahami keseluruhan Alkitab dengan hanya membaca PB, maka kita salah besar. Jika kita ingin memahami misi Allah maka kita harus memulainya dan memaknai kisah tersebut dari awal sampai akhir. Dengan memahami kisah penciptaan maka kita bisa memahami konsep misi Allah atas dunia dan hal ini akan mempengaruhi respon kita terhadap masalah bumi. Kemudian kita akan disadarkan bahwa sesungguhnya Allah tidak hanya peduli dan ingin menyelamat manusia saja melainkan seluruh ciptaanNya. Kisah alkitab adalah Allah yang menciptakan alam semesta, yang kemudian melihatnya dirusak oleh kejahatan dan dosa, berkomitmen kepada penebusan dan pemulihan total dari seluruh ciptaan, menggenapinya di muka melalui salib dan kebangkitan Yesus, dan akan membawanya kepada penggenapannya yang mulia dalam ciptaan yang baru saat Kristus kembali (C. Wright).

Mari melihat Kej 1-2:4. Pada ay 1 dikatakan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’. Bagian ‘pada mulanya’ menggambarklan sesuatu yang tidak ada sebelumnya. Dengan kata lain menggambarkan asal mula dari segala sesuatu. Inilah awal sejarah dimulai. ‘Allah’ menggambarkan ada satu pribadi yang disebut secara menonjol. Dialah sang pencipta, sumber dari segala kreatifitas dan pemilik tujuan penciptaan. Kemudian ‘langit dan bumi’ menggambarkan keseluruhan bumi.

Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada (creating out of nothing). Artinya Allah tidak menggunakan bahan atau materi yang telah ada untuk mencipta. Melalui perkataan yang keluar dari mulut Allah dijadikanNya ciptaanNya dan dengan tanganNya dibentukNya manusia. Ada tindakan kreatif Allah mendesign semua ciptaanNya sesuai dengan fungsi dan perannya. Misalnya dalam ay 6 kita melihat, “Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” Ketika Allah menciptakan cakrawala, maka Allah sendiri sudah menetapkan untuk apa cakrawala itu diciptakan. Dia sudah memberikan fungsi atau peran, yaitu memisahkan air dari air.

Allah juga mendesign adanya hubungan dan komunikasi antara pencipta dengan ciptaan (manusia dan isi bumi---Kej 2:4b-25). Kemudian Allah memberkati dan berbicara langsung kepada manusia itu: “beranakcucu dan bertambah banyaklah…..” dan memberi tanggung jawab untuk mengelola ciptaan lainnya. Natur dari hubungan antara manusia dengan Allah diekspresikan melalui bagaimana manusia memelihara dan mengelola ciptaan Allah. Dunia bukan sekedar tempat untuk singgah atau melakukan aktifitas semata, tetapi tempat kita hidup dan mengelola dunia ini.

Setelah Allah menciptakan dan selesai mengerjakan penciptaan, Allah mengagumi hasil karyanya ‘sungguh amat baik’. Ay 31 mengatakan, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.” Kata ‘baik’ dalam konteks ini sangat luas. Kata baik disini bukan sekedar ekspresi kita melihat keindahan sesuatu dengan kata lain mengangumi sesuatu, seperti kita mengangumi Danau Toba. Tetapi, ‘sungguh amat baik’ adalah sebuah pernyataan bahwa semua yang telah dijadikanNya itu cocok dan tepat dengan tujuan diciptakanNya ciptaan tersebut (Claus Westermann). Hal ini menjadi sebuah refleksi bagi kita bagaimana kita memainkan peranan kita. Kita diciptakan Allah untuk mengerjakan apa yang Tuhan inginkan seturut dengan kehendakNya. Ingat, Tuhan tidak asal mencipta, tetapi menciptakan sesuai dengan tujuanNya.

Kemudian mari melihat kisah penciptaan dalam Ayub 38:1-18 – pasal 41. Dalam bagian ini kita melihat bagaimana Allah menantang hikmat dan pengetahuan Ayub tentang seberapa mampunya Dia menyelami hikmat dan tindakan Allah khususnya melalui karya penciptaanNya. Dalam kisah ini juga kita melihat bagaimana semua ciptaan Tuhan berada pada posisi yang paling pas. Jika Tuhan sedemikian menciptakan bumi ini, tentu saja Tuhan tidak akan mengabaikan bumi ini begitu saja dan hanya peduli pada manusia. Allah sangat peduli dengan ciptaanNya yang lain.

Dalam maz 148 juga kita menemukan kisah penciptaan. Pasal ini menggambarkan mengenai Pencipta dan ciptaan. Kita melihat bahwa seluruh memuji Allah dan hal ini berarti bahwa Allah adalah pusat dari seluruh ciptaan. Seluruh ciptaan menjadi alat pemujian kepada Allah. Dalam Maz 19:1-8 juga kita melihat bagaimana ciptaan mencerminkan kemuliaan Allah. Kita sebagai manusiapun, ketika memuliakan Tuhan tidak cukup dengan kata-kata. Tetapi dalam setiap apa yang kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari, kemuliaan Allah juga seharusnya terpancar.

Ada empat implikasi ketika kita belajar kisah penciptaan. Pertama, bagi Allah semua ciptaanNya tepat sesuai dengan rancanganNya dan memuaskan hatiNya. Oleh sebab itu kita harus menghargai bumi Allah ini dan memperlakukannya sesuai dengan tujuan Allah. Kedua, dalam mewujudkan maksud penciptaanNya, Allah menetapkan manusia menjadi rekan sekerjanya mengelola dunia. Sebagai umatNya kita harus berada di barisan paling depan untuk melestarikan alam dan menjaga kesejahteraan ciptaan lainnya. Ada sebuah harapan yang dalam dari Allah kepada manusia untuk menjadi pengelola bumi ini. Apakah orang yang lebih peduli akan alam ini adalah orang yang belum di dalam Tuhan? Ini adalah sebuah hal yang sangat ironi jika benar-benar terjadi.

Ketiga, hubungan tripartite antara Allah-manusia-bumi. Manusia sebagai wakil Allah atas semua ciptaan sekaligus wakil semua ciptaan dihadapan Allah. Sejak dari semula Allah mendesign manusia untuk hidup di dalam dan bagi dunia. Keempat, Allah memperdulikan apa yang terjadi di bumiNya. Dia mendengar dan merasakan erangan dan jeritan ciptaanNya sama seperti Dia mendengar jeritan orang miskin, tertindas, dan terabaikan serta mengerti maksud bahasa kita (Steven Bouma). Tuhan peduli, sama seperti Dia memahami kita, Dia juga memahami ciptaanNya. Jika orang Kristen tidak melihat perusakan yang terjadi terhadap alam sebagai jeritaan ciptaan dan kita tidak bisa mewakili ciptaan berseru kepada Allah, mungkin kita sudah melupakan fungsi kita sebagai pengelola bumi ini.

Bagaimana mengelola bumi? Tugas manusia yang ditetapkan Allah terhadap bumi (Kej 1:26-28+ 2:15) adalah menaklukkan dan berkuasa; mengerjakan (‘amar’) dan memelihara (“samar’). Menaklukkan artinya bahwa Allah memberi kuasa dan kemampuan bagi manusia untuk mengelola bumi ini dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki Allah. Tetapi akibat dosa, tugas ini tidak berjalan dengan baik. Kata ‘mengerjakan’ memiliki arti sebenarnya yaitu melayani. Jadi ketika manusia diminta mengerjakan maksudnya adalah untuk melayani. Jadi sikap ini jauh dengan yang namanya menghancurkan. Demikian juga dengan ‘memelihara’ memiliki arti menjaga agar sesuatu aman. Berarti berkaitan dengan usaha melindungi, memperhatikan dan mengawasi.
Mari melihat pengelolaan dan pemeliharaan bumi ala Israel (Imamat 25). Dalam Imamat ada peraturan bagaimana orang Israel harus bersikap kepada tanah. Im 25:3-5 dikatakan, “3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, 4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi. 5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu”. Jadi tanah diberi kesempatan untuk beristirahat selama satu tahun sebagai sabat bagi tanah.

Ada beberapa tindakan praktis yang bisa kita lakukan dalam mengelola bumi. Mari terlibat dan mendukung dan ikut serta dalam program penghijauan, apakah dengan penanaman pohon atau menanam tanaman dalam pot jika kita tidak memiliki lahan yang luas. Kita juga bisa terlibat dengan menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini bisa lebih lagi kita lakukan dengan memilah sampah-sampah yang akan kita buang. Kemudian mari membangun gaya hidup yang benar, misalnya dengan hidup hemat (bukah hanya uang, tetapi juga energy lainnya). Kemudian kita juga aktif terlibat dalam aksi dan diskusi berupa tulisan dan kegerakan.

Mari merefleksikan beberapa hal akan hal ini. Kapan kita pernah memikirkan tentang alam dan dunia ciptaan dan apa yang muncul dalam benak kita waktu memikirkannya? Apa reaksi kita terhadap tindakan “jahat manusia atas bumi? Apakah misi Allah juga adalah untuk mengembalikan dunia kepada tujuannya semula? Kerinduan Allah atas dunia ini, sampai ia mengirimkan Anaknya yang tunggal untuk menebus kita, apakah hanya untuk peduli dengan nasib kita saja? Adakah Allah masih mengasihi cipotaan yang lain yang diciptakan untuk maksudNya yang Ilahi? Misi Allah untuk dunia, bukan hanya untuk manusai tetapi juga untuk dunia ini, untuk ciptaanNya yang lain.
Misi Allah adalah mengembalikan dunia kepada tujuan yang semula, dan dalam rangka itu Allah merindukan kita umatNya untuk terlibat juga dalam hal itu. Adakah kita bersedia?
Solideo Gloria!

No comments: