[Kotbah ini merupakan Kotbah MBA yang dibawakan oleh Pdt. Parlindungan Situmorang pada Jumat 17 Januari 2014]
Setiap pribadi harus punya visi, jika tidak maka hidupnya
akan berantakan. Visi membuat kehidupan seseorang memiliki arah kemana harus
berjalan. Visilah yang menentukan kemana tujuannya. Dan visi harus dimiliki
bersama dengan strategi untuk mencapainya agar tidak sekedar impian belaka.
Anak-anak Tuhan seperti kita, saatnya punya pribadi punya
visi. Dalam Ams 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” Dalam terjemahan NIV kata yang
dipakai untuk wahyu adalah vision. Jadi jika tidak ada visi, maka rakyat akan
menjadi liar. Liar di sini bukan menunjukkan rakyat yang sedang huru-hara atau
terlibat dalam kerusuhan, tetapi rakyat yang rakyat yang tidak memiliki arah
yang jelas.
Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, kita juga harus
memiliki visi agar hidup kita jelas mau kemana. Dengan kata lain kita
seharusnya sudah menetapkan mau jadi apa kita 10 tahun lagi. Hal ini bukan
mengada-ada tetapi sesuatu yang terencana di mana dalam 10 tahun ke depan kita
sudah menetapkan dasar yang membuat kita disebut mapan dalam hidup ini. Supaya
hidup kita tidak lagi terombang-ambing ke sana kemari khususnya dalam dunia kerja.
Sebagai anak Tuhan, visi kita dalam dunia kerja haruslah
jelas. Mengapa demikian? Jika kita tidak memiliki visi yang jelas maka akan
berdampak kepada beratnya pekerjaan yang kita lakukan. Visi yang jelas akan melahirkan
misi atau strategi yang mantap untuk mencapai visi itu. Jadi, jika kita tidak
memiliki visi, maka tidak ada strategi untuk bisa mengerjakan satu pekerjaan
dengan baik, dan hal ini membuat beban pekerjaan itu menjadi sesuatu yang
memberatkan. Hal inilah yang membuat anak-anak Tuhan tidak maksimal dalam dunia
pekerjaan bahkan cenderung berpindah-pindah pekerjaan.
Saya tidak sedang mengatakan bahwa anak-anak Tuhan dilarang
untuk pindah pekerjaan dan harus menggeluti satu pekerjaan sampai akhir. Tidak!
Tetapi apa yang membedakannya adalah visi. Ada saat-saat tertentu dimana kita
harus ‘banting setir’ dalam pekerjaan karena kita menangkap panggilan Tuhan
bagi kita untuk segera bekerja di tempat lain. Semua didasari oleh visi. Visi
membuat kita untuk fokus dan lebih maksimal dalam dunia kerja. Dunia juga
memahami benar pentingnya sebuah visi demikian juga dengan motivator-motivator
terkenal dalam dunia ini.
Banyak orang (dan juga terjadi kepada orang percaya) yang
menganggap pekerjaan sebagai kutuk karena mereka tidak memiliki visi. Dalam
pandangan mereka pekerjaan itu adalah beban yang merongrong hidup.
Keluhan-keluhan senantiasa keluar dari orang-orang seperti ini, khususnya pada
hari Senin.
Ada sebuah kisah yang menyedihkan mengenai orang yang tidak
memiliki visi ini, yang notabene adalah orang percaya:
Ada teman saya pejabat di departemen dalam pemerintahan. Dia dipercaya atasannya menangani penyaringan penerima beasiswa untuk study lanjut dari Korea Selatan. Dia kemudian membedakan alumni pelayanan mahasiswa dan non alumni pelayanan (atau beragama lain). Hasilnya menyedihkan karena justru betapa yang bukan alumni pelayanan yang jauh lebih baik dalam merespon beasiswa itu, baik dari segi mempersiapkan berkan dan surat lamaran dan juga dari segi semangat dan kuatnya keinginan mereka untuk beasiswa tersebut. Kerinduan mereka yang besar ditunjukkan dengan mempersiapkan diri dengan baik. Akhirnya yang paling banyak menerima beasiswa itu adalah mereka yang bukan Kristen.
Yang menyedihkan dari kisah di atas adalah bukankah nanti
mereka – yang menerima beasiswa – yang akan banyak menempati posisi sebagai
pemimpin ketika mereka kembali dari studynya? Hal ini terjadi karena kita tidak
memiliki visi dalam hidup kita yang menganggap pekerjaan sebagai kutuk. Sedangkan
bagi orang-orang yang memiliki visi, pekerjaan adalah anugerah dan tanggung
jawab Allah kepada manusia yang harus dikerjakan dengan tanggungjawab. Visi
yang jelas membuat mereka memiliki energy yang meluap dan semangat dalam
mengerjakan pekerjaannya.
Visi dalam dunia kerja harus mantap. Jangan menganggap
pekerjaan formal itu adalah kutuk karena dosa. Pekerjaaan adalah sesuatu yang
alkitabiah. Jangan pernah dualisme dalam memandang hidup dimana kita memandang
suasana rohani hanya pada hari minggu, sedangkan sisa hari lainnya itu bukan
dunia rohani, tetapi sekuler. Pandangan ini bisa membuat kita memiliki sikap
bahwa di luar hari Minggu tidak membutuhkan hal-hal yang rohani. Ini dualisme
dan TIDAK alkitabiah. Kita dipanggil bukan untuk dualisme seperti ini.
Keseluruhan waktu kita (setiap harinya) adalah waktu untuk Tuhan dan harus
mempermuliakan Tuhan. Panggilan bagi kita semua adalah agar tetap
mempermuliakan Tuhan di manapun kita berada dan apapun profesi kita. Semua
kegiatan dalam mencari nafkah dalam arti positif, adalah tempat bagi kita untuk
bisa melayani Tuhan. Jadi bidang apapun kita baik itu kesehatan, pemerintahan,
hukum, guru, bisnis, ataupun entertanintment, semuanya adalah ranah atau ladang
dimana nama Tuhan harus dipermuliakan. Jadi sepanjang hari kita melayani
Tuhan. Jika memahami hal ini dengan baik, ketika kita masuk dalam dunia
pekerjaan kita bisa melihat bahwa di sini Tuhan memanggil saya dan saya harus
memberikan yang terbaik.
Dalam Mat 9:35-36 dikatakan, “Demikianlah Yesus berkeliling
ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan
Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”, dan
dalam Luk 4:18-19, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Bagian Firman ini menggambarkan
dunia yang kita layani. Sebuah dunia yang lebih baik ketika kita hadir dan
berkarya di situ.
Anak-anak Tuhan tidak hanya dipanggil untuk pelayanan formal
(seperti kotbah, dll), tetapi juga dalam dunia kerja. Di tempat kerja kita bisa
melakukan banyak hal yang positif seperti mengangkat hidup harkat hidup orang
lain sehingga mereka jauh lebih baik hidupnya. Banyak hal yang bisa kita
lakukan seturut dengan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Hal lain yang bisa
kita lakukan adalah menunjukkan teladan dalam hal meembuang sampah dan menjaga
kota ini tetap bersih, mendidik anak-anak di sudut lorong agar memiliki budaya
bersih, juga adalah sesuatu yang baik, dunia dimana kita dipanggil Tuhan. Artinya semua lini kita bisa ambil bagian
untuk menunaikan panggilan Tuhan.
Dalam Mat 9:35-36 tadi Yesus mengajar kita bagaimana melihat
orang banyak itu. di sini bukan sekedar melihat sepintas dan tidak berbuat
apa-apa. Cara melihat kita harus seperti cara melihat Yesus. Bagaimana kita
melihat tempat di mana kita bekerja. Bagaimana kita melihat atasan, perusahaan,
teman-teman kolega, bawahan, orang yang lalu lalang datang ke kantor, melihat
siswa, atau melihat orang tua yang mengantar anak ke sekolah. Apakah kita hanya
sekedar melihat sepintas? Sebagai guru bagaimana kita melihat murid-murid?
Apakah kita hanya sekedar mengeluarkan ilmu dan seperti senjata menembakkannya
kepada mereka? Atau kita ingin anak ini suatu hari kelak menjadi orang yang
berguna. Ada passion kita, doa kita, rindukan terhadap murid-murid.
Semua bidang yang bisa kita garap adalah bidang di mana kita
bisa memuliakan Tuhan maka di sana cobalah memiliki integritas yang mantap.
Kita harus menunjukkan identitas kita sebagai orang percaya yang mungkin salah
satunya adalah melalui persekutuan kantor yang kita usahakan. Kita bersyukur
bahwa di Medan sekarang banyak kantor-kantor yang sudah memiliki persekutuan.
Ini menjadi tempat bagi mereka untuk saling menopang dan menjaga kualitas hidup
mereka. Mari bertindak nyata untuk membangun kerohanian yang baik dalam dunia
kerja masing-masing. Jangan tinggalkan atau lupakan persekutuan atau upaya untuk
memajukan Kerajaan Allah, apapun pekerjaanmu.
Dalam mengerjakan hal ini kita juga butuh pengaturan waktu
yang baik. kita harus tahu kapan haru melayani dan kapan harus bekerja. Mari
bertanggung jawab terhadap waktu kita ketika berada di tempat kerja. Kita juga
harus menunjukkan bahwa kita adalah orang yang suka kerja keras. Jangan sampai
dikatakan orang bahwa kita adalah seorang yang pemalas. Tetapi kita dengan
semangat yang kuat mengerjakan setiap pekerjaan kita dan hal ini menjadi berkat
bagi orang lain.
Kemudian kita juga memerlukan ketekunan agar jangan cepat
menyerah. Mari melakukan yang terbaik. Kita juga harus menjaga kejujuran.
Jangan sampai ada anak-anak Tuhan yang ditangkap oleh KPK. Sekecil apapun kita
harus jujur termasuk dalam penggunaan keuangan. Bertanggung jawab dan sikap
positif dalam situasi apapun. Inilah keistimewaan anak-anak Tuhan.
Jika kita memiliki cara pandang seperti ini, visi dan
panggilan hidup seperti ini kita jalani, pasti kita keluar sebagai yang terbaik dari antara yang baik. Ada
banyak orang di luar sana yang baik-baik, tetapi kita bisa muncul menjadi yang
terbaik. Panggilan mari terus menerus memaksimalkan hidup untuk memuliakan nama
Tuhan.
Solideo Gloria!