Monday, February 9, 2015

YOKE FELLOW



[Kotbah MBA tanggal 30 Januari 2015 yang dibawakan oleh Desmiyanti Tampubolon, STP]


1 Tesalonika 5 :11, 14

Dalam bukunya The Four Loves, C.S Lewis mengatakan: “kekasih-kekasih pada umumnya berdiri berhadapan muka, saling terpikat satu sama lain, teman-teman berdiri berdampingan, terpikat pada minat yang sama. Pernyataan khas yang membuka persahabatan biasanya seperti ini: “Apa? Kamu juga? Kukira cuma aku”. 

Allah menciptakan kita sebagai mahluk-mahluk yang tumbuh lewat interaksi satu sama lain. Dalam Pengkhotbah 4:9-12 dikatakan, “Berdua lebih baik daripada seorang diri karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya. Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan” Keuntungan jika berdua: ada upah yang lebih baik ,kalau ada yang jatuh bisa menolong, tidak mudah dikalahkan.” 

Kata ‘Yoke’ (Ing) memiliki arti ‘kuk’, ‘beban’, sedangkan ‘Fellow’ (Ing) berarti teman atau sahabat. Jadi, Yoke fellow bisa diartikan sebagai teman sejawat atau sahabat, khususnya patner dalam sebuah pernikahan. Itulah sebabnya pasangan disebut sebagi yoke fellow. Yoke fellow juga bisa berarti sahabat berbagi beban, sahabat dalam suka dan duka, sahabat sepenanggungan. Persahabatan menimbulkan goresan bahkan kesakitan, tetapi saat kita berbenturan satu sama lain dalam konflik, kita saling mengasah sehingga terkikis sisi-sisi yang menghambat kita menjadi apa yang Allah rancangkan. Kita saling memerlukan satu sama lain, kadang-kadang kita jatuh, dan membutuhkan orang lain untuk menolong kita. 

Orang bisa saja tidak menikah, tetapi setiap orang harus memiliki sahabat. Dalam persahabatan, kita harus bergaul dengan orang yang memiliki passion yang sama, sehingga dapat saling menguatkan. Jika kita berdiskusi tentang kerinduan kita menjadi pengurus/ melayani pada orang yang sudah kehilangan passion, ia pasti meminta kita untuk tidak usah lagi melayani.  Seperti bara api, bara tersebut akan terbakar jika diletakkan di sekeliling bara yang terbakar. Jika bara api kita letakkan sendiri, maka bara api itu akan padam. Karena itu jangan berdiskusi dengan “pemadam” passion.
Kita harus memiliki komunitas yang dapat menolong kita bertumbuh dan tetap setia. Keuntungan hidup dalam komunitas orang beriman:
  • Relasi yang banyak akan membuat pribadi kita lebih baik, bergaul dengan lebih banyak karakter, latar belakang, akan membuat kita semakin dewasa dan bertumbuh.
  • Komunitas memberi rasa saling memiliki dan kebutuhan dicintai. Jika kita memiliki sahabat, kita bisa berbagi suka dan duka bersama, kunjungan di saat sakit/kemalangan.
  • Menyediakan ruang untuk memberi pengaruh yang sehat sehingga dapat berpikir dan bertindak lebih baik.
  • Mampu mengambil keputusan sesuai dengan iman yang dipercayai.
  • Memberi prinsip hidup benar ditengah-tengah pengaruh buruk lingkungan kerja/masyarakat.
  • Mengizinkan kita untuk menguji iman kita apakah sudah sesuai dengan pilihan-pilihan di dunia kerja, jadwal sehari-hari, “pertempuran” pribadi, keputusan-keputusan atau prilaku.
Orang yang kurang berteman bisa menjadi orang yang egois, kaku, dan jarang merasakan kesusahan orang lain serta kurang mendapat dukungan dalam masa kesusahan. Orang yang terlalu sibuk dengan masalah sendiri biasanya tidak punya waktu untuk menolong orang lain.

Dalam 1Tes 5:11, 14 kita menemukan ada beberapa hal yang terjadi dalam persahabatan, yaitu:
  • Saling menasihati
  • Saling membangun.
  • Tegorlah mereka yang hidup tidak tertib, kesalahan sahabat harus ditegur agar dia menjadi lebih baik dan tidak menjadi sandungan bagi orang lain.
  • Hiburlah mereka yang tawar hati. Kehadiran sahabat di saat dukacita, sakit, akan sangat menghibur, perhatian-perhatian kecil akan menolong hati yang berduka.
  • Belalah mereka yang lemah.  
  • Sabarlah terhadap semua orang.
Kenyataannya, cukup sulit menemukan sahabat sejati seperti itu dalam hidup kita, karena untuk menemukan sahabat sejati, diperlukan komunikasi yang intens, proses kebersamaan yang akan membuat persahabatan itu langgeng.

Hal-hal yang dapat menjadi penghalang menjalin persahabatan:
  1. Perbedaan usia. Akan lebih mudah bersahabat dengan orang yang sebaya dengan kita dibanding dengan mereka yang jauh lebih tua/muda. Orang yang lebih senior cenderung lebih ditakuti untuk dijadikan teman karena merasa tidak mungkin cocok dengan orang yang jauh lebih tua.
  2. Perbedaan karakter. Misalnya perbedaan temperamen seperti Itrovert - ekstrovert, sanguine – melankolis – plegma - kolerik. Seorang yang pendiam cenderung sulit berteman dengan orang yang senang bicara, yang selalu dapat berteman dengan siapa saja.
  3. Perbedaan pertumbuhan rohani. “Dewasa” rohani vs “muda” rohani. Orang yang dewasa rohani, apalagi dia seorang senior, dapat membuat orang-orang semakin takut berkenalan apalagi bersahabat
  4. Perbedaan gender. Perbedaan gender (pria - wanita) juga mempengaruhi. Persahabatan pria-wanita sering dicurigai dapat berujung dengan saling jatuh cinta, sehingga sering dihindari kedekatan dengan lawan jenis, walaupun kenyataannya sahabat berbeda gender tetap bisa bersahabat tanpa saling jatuh cinta.
  5. Perbedaan latar belakang. Misalnya asal fakultas/universitas. Jika kita hanya memiliki teman dari satu fakultas/universitas, kita akan segera kehilangan teman, karena pekerjaan bisa membuat kita dipisahkan oleh kota yang berbeda.
  6. Perbedaan jenis/bidang pekerjaan. Bersahabat dengan orang yang bekerja di bidang yang sama bisa lebih mudah, karena topik pembicaraan tentang pekerjaan akan membuat obrolan menjadi lancar.
  7. Perbedaan minat/hobby. Orang yang sama-sama hoby elektronik akan sangat cocok mengobrol tentang kemajuan/info tentang elektronik dan akan membosankan bagi mereka dengan minat yang berbeda.
Tapi dalam alkitab kita melihat persahabatan yang dapat terjadi dengan perbedaan seperti di atas. 
Contoh:
  • Persahabatan Rut dan Naomi (Rut 1:16 “sebab kemana engkau pergi,kesitu jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam”). Dari segi usia, pastilah Naomi usianya jauh lebih tua dari Rut, dan secara rohani, Naomi pasti lebih lama mengenal Allah dibanding Rut seorang Moab.  
  • Persahabatan nabi Natan dan Daud (2Sam 12:7-12). Status Daud sebagai raja tidak menghalangi nabi Natan untuk menegur dosanya. Natan berani menegur Daud seorang pemimpin, akan dosanya, dan teguran itu tidak membuat persahabatan mereka berakhir. Orang yang berada di posisi puncak, sering merasa kesepian, karena tidak ada teman yang berani bersahabat dengan dia, tapi Natan menjadi sahabat seorang raja seperti Daud
  • Persahabatan Tuhan Yesus dengan Lazarus, Maria dan Marta (Yoh 11:1-44, Yoh 12:1-8). Tuhan Yesus Anak Allah bisa bersahabat dengan sebuah keluarga sederhana
  • Persahabatan Daud dan Yonatan (1Sam 18:1-3, 1 Sam 20). Yonatan yang seharusnya menjadi pewaris tahta kerajaan dari ayahnya Saul, justru bersahabat dengan Daud yang akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Yonatan bersedia mengingatkan Daud dan rela dimarahi ayahnya karena melindungi Daud. Bahkan persahabatan mereka dibuktikan Daud dengan mengangkat Mefiboset (anak Yonatan) menjadi anaknya, setelah Yonatan meninggal.
Kriteria seorang Yoke fellow :
  • Warmth (hangat).
  • Genuineness (tulus).
  • Empathy (merasakan penderitaan orang lain).
  • Perhatian.
  • Mendengar (listening).
  • Support (memberi dukungan).
  • Good interpersonal in God (memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan).
  • Responding (meresponi).
Model persahabatan sejati
  • Seorang sahabat sejati selalu berkomunikasi.
  • Memiliki prinsip hidup yang sama, ada kecocokan dalam percakapan tentang apa saja.
  • Saling membangun dan memperkaya.
  • Mau menerima dan dapat dipercaya (Ams 11:12).
  • Bersedia berkorban, bersedia ditegur, bersedia berubah.
  • Jujur, saling mengampuni.
  • Saling mendoakan.
  • Menghindari konflik (Ams 25:8, “Jangan terburu-buru kau buat perkara pengadilan, karena pada akhirnya apa yang engkau dapat lakukan, kalau sesamamu telah mempermalukan engkau?”).
  • Menjaga rahasia (Ams 11:12).
  • Mengusahakan keterbukaan.
  • Ikut serta dalam setiap kemajuan (Ams 2:11, “kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau”).
  • Respon yang tulus.
Sahabat sejati adalah seseorang yang kepadanya anda berani untuk berbicara tanpa rasa takut/malu menghadapi kegagalan, memberitahukannya semua kemajuan yang anda capai, orang yang kita percayakan semua rahasia kita.

Apakah bukti seseorang/anda sudah menjadi yoke fellow bagi sesama?
  1. Seorang sahabat yang bisa dengan tersenyum menatap dan bertanya “ada apa”. Hanya sahabat yang akan mengangkat telepon kita pada pukul 4.00 pagi.
  2. Mereka yang bisa melihatmu terluka dari matamu disaat orang lain percaya dengan senyummu. Kepadanya kita tidak dapat menyembunyikan kesedihan/masalah kita.
  3. Sahabat yang bukan menghampirimu ketika butuh namun tetap bersamamu ketika seluruh dunia menjauh.
  4. Sahabat yang ketika melihatmu akan menangis, akan mengeluarkan hal terkonyol yang akan bisa  membuatmu kembali tersenyum.
  5. Sahabat sejati terdiri dari telinga yang mau mendengar, hati yang mau memahami dan tangan yang siap menolong.
Penutup

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Apakah anda ingin ada seorang yoke fellow dalam hidup anda? Mulailah dengan menjadi yoke fellow bagi orang lain, dan anda akan mendapatkan banyak sahabat yang menjadi yoke fellow juga bagi anda.

Solideo Gloria!

No comments: