Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Hari ini kita akan membahas panggilan Gereja yang ke tiga, yaitu Diakonia. Mari membuka Kis 6:1-7. Lima pasal pertama dari kitab Kisah Para Rasul ini banyak menceritakan mengenai perkembangan jemaat Yerusalem dan permulaan munculnya oposisi sebagai reaksi dari semakin menyebarnya Injil. Kemudian, pasal berikutnya berisi mengenai pekerjaan misi, bagaimana Roh Kudus memimpin Umat Allah dan para rasul di dalam pemberitaan Injil sehingga muncul Jemaat yang sangat besar. Jika kita perhatikan bagian Kisah 6 tadi, kita melihat bahwa narasi ini di awali dengan sebuah kritik atas perhatian yang kurang bagi orang yang miskin, khususnya untuk orang kristen yang berlatar belakang non Yahudi asli.
Mari kita lihat ayat 1: ”Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.” Jadi, ada satu sungut-sungut karena ada pihak yang terabaikan di dalam jemaat tersebut. Logikanya, jika jemaat semakin bertambah, maka yang ada adalah sukacita yang semakin besar. Tetapi di sini yang terjadi adalah ketimpangan, di mana ada kecemburuan yang menimbulkan sungut-sungut diantara mereka. Seolah-olah kelompok-kelompok tertentu di dalam jemaat itu hanya memperhatikan orang-orang yang Ibrani dan mengabaikan orang miskin yang berlatar belakang Helenis, khususnya para janda. Hal ini terjadi karena beratnya tugas dan fokus para rasul yang memberikan perhatian lebih banyak dalam pengajaran Firman Tuhan. Artinya, para rasul tidak mau ditarik dari tugas utamanya. Mereka tidak mau bergeser dari tugas utama mereka dan ingin tetap fokus dalam pengajaran Firman Allah. Bukan berarti para rasul mengabaikan pelayanan ini. Mereka tetap memperhatikan, hanya ada satu skala prioritas yang membuat mereka tidak ingin ditarik dari tugas utama mereka. Terjadilah persoalan ini.
Lukas, di ayat yang pertama, melihat bahwa salah satu permasalah dalam jemaat itu adalah karena pertambahan orang percaya. Tetapi Lukas juga melihat permasalahan yang lain, yaitu karena perbauran orang Ibrani dan Helenis. Ketika jemaat semakin bertambah, muncul juga sungut-sungut. Hal sangat bisa mungkin terjadi di dalam jemaat sekarang ini. Ketika jemaat semakin bertambah, maka akan dimungkinkan akan ada kelompok yang merasa terabaikan. Apalagi pada saat ini masih ada satu pendeta memimpin 11 jemaat.
Jika kita perhatikan bagian Kis 6 tadi, pelayanan kepada para janda dikatakan terabaikan dan ternyata janda yang terabaikan itu adalah janda Helenis. Siapakah janda yang harus diperhatikan dalam bagian ini? Mari melihatnya dalam 1 Tim 5:3-16. Di dalam ayat 3 dikatakan: ”Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda.” Siapakah yang benar-benar janda? Dari 1 Tim 5 ini kita melihat bahwa janda yang memiliki anggota keluarga yang menanggungnya, tidak menjadi tanggungan jemaat. Dalam ayat 5 dikatakan: ”Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam.” Berarti janda tersebut adalah janda yang rohani yang tekun berdoa. Dalam ayat 6 dikatakan: ”Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.”. Dalam ayat 8 dikatakan: ”Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” Artinya adalah jika kita memiliki saudara janda tetapi tidak melayaninya, maka kita termasuk orang jahat. Ayat 9 dikatakan: ”Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami.” Dan ditambahkan pada ayat 10 bahwa janda tersebut terbukti melakukan pekerjaan baik, yang menggunakan kesempatan untuk berbuat baik (ayat 10: ”...dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan -- pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik.” ) Jadi janda orang Helenis yang benar-benar janda terabaikan di jemaat mula-mula.
Di dalam kondisi seperti ini, dilihatlah betapa pentingnya sebuah pelayanan Diakonia. Dalam Kis 6:2 dikatakan: ”Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.” Terjadi satu kontradiksi. Di satu sisi para Rasul tidak banyak dan waktu mereka banyak untuk pelayanan Firman. Di satu sisi, terjadi pengabaian kepada janda-janda karena para rasul yang sedikit tidak mampu melakukannya. Oleh sebab itulah mereka berkata demikian dalam ayat 1 tersebut. Dalam pelayanan seharusnya harus memiliki dua hal, yaitu Proclamation (pengajaran dan pemberitaan Firman) dan sekaligus dengan the Presence of God di dalam pelayanan kasih. Inilah Diakonia. Hal ini sering sekali terabaikan. Tetapi hal ini tidak berlarut di dalam jemaat mula-mula. Muncullah satu solusi. Dalam ayat 3 dikatakan: ”Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu.” Panggilan umat Allah memang tidak sebatas vertikalistik. Inilah yang sering sekali menjadi kesalahan kita, baik Perkantas, Gereja, ataupun persekutuan-persekutuan Kristen lainnya. Sering sekali plan kita terpusat hanya pada hal-hal yang vertikal, dan mengabaikan pelayanan yang horizontal, yaitu pelayanan kasih. Salah satu kesalahan persekutuan atau Gereja adalah jika ada jemaatnya yang mengalami kemalangan, yang aktif terlibat untuk membantu adalah Serikat Tolong Menolong (STM) atau punguan Marga, bukan Gereja. Ini adalah kesalahan yang fatal dari Gereja. Gereja hanya datang sebagai ’penonton’. Gereja kehilangan esensi dan tanggung jawabnya. Ini adalah sesuatu yang sangat timpang. Kapan warga akan menikmati pelayanan Gereja dan hamba Tuhan jika Gereja masih seperti ini? Jangan ikatan marga lebih kuat daripada ikatan persekutuan. Ikatan iman harus jauh lebih mengikat dari pada ikatan suku atau marga. Oleh karena itulah, di dalam Kis 6 tadi, para rasul mengusulkan agar dipilih orang untuk memperbaiki ketimpangan yang ada di dalam jemaat mula-mula.
Belajar dari Tuhan Yesus, setelah Dia mengajar, Dia juga tidak lupa kepada mereka yang lapar. Yesus juga menyembuhkan dan menghiburkan ketika orang sedih. Ini adalah bentuk pelayanan Diakonia. Kenapa Gereja kita mengalami kegagalan adalah karena kurang memperhatikan pelayanan Diakonia [band 2 Kor 8:1-5 tentang jemaat di Makedonia ”Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.”]. Yang menarik dalam jemaat di Makedonia adalah, di dalam kekurangannya mereka masih menawarkan diri untuk ikut terlibat ambil bagian di dalam pelayanan Diakonia. Dengan prinsip pelayanan Diakonia, maka dalam Jemaat mula-mula itu dipilihlah orang yang punya kemampuan untuk hal itu. Syaratnya adalah terkenal baik (jujur), murah hati, yang penuh Roh dan hikmat. Dan ayat 5 dikatakan: ”Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.” Kemudian dalam ayat 6 dikatakan: ”Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.” Pelayann Diakonia sebagai salah satu dari tiga panggilan Gereja harus dilakukan dan akan memberi dampak yang positif. Di dalam ayat 7 dikatakan: ”Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” Mari kita perhatikan beberapa hal. Pertama, Firman Allah makin tersebar. Hal ini dikarenakan dua hal yaitu rasul fokus pada pemberitaan Firman dan karena orang menikmati perhatian kasih (Diakonia) dan mereka tertarik kepada pengajaran. Kenapa Gereja kehilangan jemaat adalah karena jemaat tidak menikmati pelayanan kasih. Kedua, jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak. Hal ini terjadi karena mereka menikmati pelayanan kasih dari jemaat. Ketiga, sejumlah besar imam menyerahkan diri untuk percaya. Hal ini tidak gampang. Apa yang ingin dikatakan adalah bahwa imam-iman yang berasal dari ahli Farisi dan hukum Taurat, yang biasa tahu kebenaran dan berkutat terus di bait Allah, yang merasa bahwa diri mereka hebat, dikalahkan oleh satu hal ketika mereka melihat kehidupan umat Allah dan menikmati pelayanan Diakonia. Akhirnya mereka bertanya-tanya, tertarik, dan menyerahkan diri untuk percaya.
Harapan kita, biarlah kitanya orang tertarik, tertantang, dan datang kepada Kristus, apakah dia tokoh agama atau apapun, karena melihat kasih Kristus yang nyata di dalam Gereja kita. Kasih Kristus di dalam pelayanan Diakonia sungguh-sungguh hidup di dalam persekutuan kita. Itulah sebabnya tritugas Gereja harus dikerjakan secara berkesinambungan dan secara simultan dengan kasih Allah.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment