Friday, January 14, 2011

Seri Eksposisi: Yakobus 4:1-12

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Bagian awal dari Yakobus 4 ini didahului oleh sebuah catatan tentang hikmat dalam Yakobus 3:13-18. Hikmat yang dimaksudkan Yakobus ada pada ay 17-18, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai”. Apa yang dipaparkan dalam Yakobus 4:1-6 adalah cara hidup yang duniawi.

Dalam konteks bahasa Indonesia, kata ‘hikmat’ itu mengambang, tetapi dalam Alkitab, kata ‘hikmat’ itu memiliki makna yang jelas. Misalnya dalam Ayub 28:28 dikatakan, “,tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."; atau dalam Yak 3:17-18 tadi. Hikmat yang dituliskan Yakobus dalam pasal 3:17-18 adalah himat yang dimaksudkan Yakobus dalam pasal yang 1 ay 5, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit ,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Kita melihat bagaimana Yakobus menempatkan pasal 4 ini dengan didahului oleh hikmat ilahi (Yak 3:17-18) dan kemudian hikmat duniawi (Yak 4:1-6).

Orang yang memiliki iman yang sejati (2:14-26), tidak akan digoyahkan oleh cara hidup duniawi (4:1-6). Di dalam suratnya ini kita melihat bagaimana Yakobus membuat sebuah alur pemikiran dimana iman yang dikombinasikan dengan perbuatan yang secara bersama disertai hikmat Allah adalah dasar yang membuat orang bertahan di dalam kebenaran sehingga tidak terjebak dalam keserakahan dan hawa nafsu. ‘Hawa nafsu’ adalah frase yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apa yang ditulis dalam ay 1-6. Dalam bahasa aslinya kata yang digunakan adalah ‘hedon’. Dapat dikatakan bahwa ay 1-6 hendak mengatakan bahwa manusia hidup dikuasai oleh keinginan hawa nafsu yang selalu ingin dipuaskan.

Dalam ay 1 dikatakan, “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?” Apa yang hendak dikatakan Yakobus adalah bahwa pertentangan dan sangketa yang ada pada kita muncul karena ada hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuh kita. Yang hendak dikatakan Yakobus adalah bahwa sengketa dan pertengkaran adalah perjuangan pribadi, belum antar pribadi. Perjuangan dan pertentangan di dalam pribadi ini jugalah yang memicu pertengkaran antar pribadi. Perjuangan dan pertentangan ini muncul karena munculnya hawa nafsu yang ingin dipuaskan. Inilah yang dimaksud dengan hedon. Jadi di dalam diri kita, kita berjuang melawan hawa nafsu dan keinginan daging. Ketika kita menuruti keinginan daging dan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita, maka kita sedang berjuang dan bersengketa di dalam diri kita, sebuah pertentangan antara ya dan tidak dalam menuruti keinginan daging tersebut.

Datangnya sangketa, baik dalam pribadi maupun antar pribadi, adalah dari dari hawa nafsu yang muncul dalam tubuh kita. Karena ituj hidup menurut hawa nafsu adalah sumber pertengkaran. Hal ini bukan hanya muncul dalam ranah rohani. Para fuilsuf dari Yunani-Romawi (termasuk Plato dan Philo) dalam tulisan mereka banyak menolak pemuasan hawa nafsu daging. Para kaum filsuf/ilmuan akan berkata , “Know yourself (gnothi seauton)!”; dan kaum Psikolog berkata: “Be yourself!”; kaum artis akan berkata: “Show yourself!”; kaum Atlet: “Prove yourself!”; kaum Hedonist berkata: “Enjoy yourself!”; kaum Agamist berkata: “Give/Sacrifice yourself!”; tetapi Yesus berkata: “Deny yourself!” (Mark 8:34). Mari melihat bagaimana kontrasnya kaum hedonis dengan “Enjoy yourself”nya dengan Yesus yang berkata: “Deny yourself!” Yakobus mengalamatkan bagian ini kepada orang-orang miskin dan tertindas yang mencoba mau berbuat jahat kepada para penindasnya dan hendak merampas harta mereka (bd. 5:1-6). Karena ini adalah sebuah bentuk pemuasan hawa nafsu.

Dalam ay 2 dikatakan, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Hedon yang tidak terpenuhi dapat membuat orang bisa membunuh dan iri hati. Ketika Yakobus menuliskan surat ini bukan berarti para penerima surat melakukan tindakan membunuh atau yang lain. Dalam kondisi nyatanya, penerima Surat Yakobus tidak sedang melakukan hal-hal ini, tetapi ini adalah cara penulisan yang hiperbola. Jadi mereka tidak membunuh, tetapi mengalami pertengkaran dan kegeraman karena mereka tidak mendapatkan apa-apa. Apa yang mau dikatakan adalah bahwa mereka memiliki hidup yang tidak benar. Secara praktis hal ini dapat terjadi bagi kita. Ketika kita tidak mendapat apa yang menjadi keinginan kita muncullah pertengkaran dan iri hati di dalam diri kita.

Hal lain yang ditekankan Yakobus adalah ketika mereka tidak mendapat apa yang mereka ingini adalah karena salah berdoa. Salah berdoa, karena untuk hedon (3, “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”). Doa Yahudi Kristen biasanya untuk kebutuhan yang murni sehari-hari (Mt.6:11), tetapi permohonan yang didasarkan pada kecemburuan akan kekayaan dan status orang lain berarti sebuah pemuasan hawa nafsu (4:1). Allah menjawab doa untuk kebutuhan bukan pemuasan keinginan. Semua yang bermuara kepada keinginan hawa nafsu tidak akan pernah dijawab oleh Allah.

Ay 4 dikatakan, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Cara hidup duniawi yang berbeda dengan hikmat Allah adalah ketidaksetiaan, karena persahabatan dengan dunia sama dengan permusuhan dengan Allah. Di dalam Kol 3:1-4 dikatakan, 1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 2 Pikirkanlah perkara yang di atas (Set your minds on things above, -terj NIV), bukan yang di bumi. 3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri elak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Jika pemahaman in ada, maka apa yang dikatakan Yakobus menjadi sangat relevan. Jika kita hidup dengan hawa nafsu (hedon), itu berarti persahabatan dengan dunia. Dan persahabatan dengan dunia ini berarti permusuhan dengan Allah. Ketidaksetiaan terjadi ketika manusia lebih mencintai dunia atau materi daripada Allah – ‘adulterous people’ (bd. Hos.1-3). Itu sebabnya ketika Yakobus berbicara soal iman dan perbuatan, dia berbicara soal Abraham, yang mempersembahkan Ishak buah dari iman, dan Allah langsung mengatakan bahwa Abraham adalah sahabatNya. Apakah kita sahabat Allah atau kita adalah musuhNya dikarenakan cara hidup kita yang tidak benar. Ketika kita bermain-main dengan dosa, ingatlah bahwa apa yang kita sedang lakukan merupakan perzinahan di mata Allah.

Allah itu adalah Allah yang pencemburu. Ay 5 berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" Allah menaruhkan RohNya ke dalam kita (band Gal 4:6), tetapi hal ini juga membuat Ia menjadi cemburu karena cintaNya kepada kita. Ay 1-4 adalah cara hidup yang menunjukkan kecongkakan di mata Allah (ay 6). Ketika bersahabat dengan dunia, itu juga kesombongan di mata Allah. Artinya adalah kita adalah orang yang ditebus, dan sebagai orang yang sudah ditebus kita tetap melakukan kejahatan dimantaNya, maka kita adalah orang yang congkak. Orang yang sudah diampuni dosanya tetapi masih hidup dengan cara dunia adalah orang yang congkak atau orang yang tidak tahu terima kasih. Oleh sebab itu ada muncul kata ‘rendah hati’ di dalam ay 6 (“Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."), yaitu sikap tunduk pada kehendak dan kedaulatan Allah (4:7, 10). Bagaimana agar kita bisa menang menghadapi hawa nafsu dalam ay 1-6 dijabarkan dalam ay 7-10.

Dalam ay 7-10 dikatakan, 7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! 8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! 9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. 10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.” Dalam bagian ini kita melihat bahwa ada beberapa perintah yang ditulis dalam bahasa Yunani. Perintah-perintah tersebut diartikan sebagai sesuatu yang harus segera dilakukan untuk mencabut akar dosa keangkuhan yang telah dijabarkan dalam Yak 4:1-6 di atas.

Pertama adalah tundukkanlah (submit) kepada Allah (7). Kata tunduk yang dimaksud di sini dalam arti adore (menyembah). Jadi ada sikap kekaguman dan penyembahan serta hormat kepada Tuhan. Kedua adalah lawan iblis (7) (band Ef 6:11-18; 1 Pet 5:8-9). Ketiga adalah mendekat kepada Allah (8). Dialah sumber kekuatan kita. Prayerless will be powerless, Prayerful will be powerful. Keempat adalah tahirkan tangan (8). Para imam biasa membasuh tangan sebagai simbol penyucian rohani (Kel 30:17-21, band Maz 24:3-4). Kelima adalah sucikan hati dalam hal moralitas (8) (Yer 4:14; Mat 15:19-20) dan jangan mendua hati (8). Kita harus memilih antara Allah dan Mamon (Mat 6:24). Keenam adalah sadari kemalangan (9). Sadar merupakan titik pertobatan. Ketujuh adalah berdukacita dan meratap (9). Tanpa dukacita maka tidak ada pertobatan yang sejati (band Im 23:29). Kedelapan adalah gantikan tertawa dengan ratap dan sukacita dengan dukacita (9). Jika kita bedukacita ndan meratap karena dosa, maka kita akan merasakan nikmatnya pengampunan. Kesembilan adalah rendahkanlah dirimu di hadapan Allah (10). Allah menentang orang yang congkak.

Dalam ay 11-12 ada peringatan akan dosa menghakimi orang lain. Dikatakan di sana, “ 11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” Yang ingin dikatakan Yakobus adalah agar mereka, walaupun miskin dan menderita, tidak memfitnah dan menghakimi (11). Meskipun miskin dan tertindas, tetapi tidak boleh memfitnah dan menghakimi orang yang kaya (5:1-6). Mereka tidak berhak menghakimi mereka karena penghakiman terhadap sesama berarti menentang hukum Taurat (11). Penghakiman adalah milik Allah (12). Meskipun kita tertindas dan miskin dan orang kaya dengan kejahatan , tidak ada hak kita untuk menghakimi. Hak kita adalah mendoakan dan mengasihi mereka. Mereka bertanggung jawab kepada Tuhan, dan biarlah Tuhan yang menghakimi mereka.

Soli Deo Gloria

No comments: