Iventura Tamba, ST
Mari membuka 2 Kor 8:1-9. Saya memiliki rencana dalam kehidupan saya untuk memiliki uang yang banyak dan bisa menolong orang da masuk Fakultas Kedokteran menjawab semuanya itu. Tetapi saya gagal masuk kedokteran dan masuk ke Fakultas Teknik. Keinginan ini tetap ada, di mana saya tetap meminta kepada Tuhan agar tidak diarahkan menjadi seorang fulltimer dalam pelayanan dengan pemikiran jika memiliki uang banyak bisa membantu orang lain. Jika saya memiliki uang, maka semua uang itu adalah untuk Tuhan. Jadi konsep yang saya bangun mengenai memberi adalah bahwa kita bisa memberi ketika kita punya sesuatu dari orang yang kita memberi dan member adalah karena kita mampu memberikannya kepada orang yang membutuhkan.
Dari perikop ini ada beberapa hal yang dapat kita lihat mengenai apa arti memberi. Bagian firman ini adalah surat kedua dari Paulus kepada jemaat Korintus. Teks ini juga ditulis di mana pada saat itu jemaat Tuhan di Yerusalem mengalami kekurangan. Paulus juga menuliskan surat ini dalam rangka penggalangan dana untuk jemaat di Yerusalem yang sedang kekurangan tersebut karena sedemikian parah kondisi mereka. Surat ini juga dituliskan untuk menunjukkan siapakah jemaat Korintus. Jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya bukan hanya masalah kerohanian, tetapi berlimpah dalam harta. Tetapi ada persoalan dalm diri mereka yaitu mereka adalah jemaat yang pelit. Mereka enggan untuk membantu dan memberikan apa yang mereka miliki. Dalam penggalangan dana ini, Paulus menyaksikan tentang sebuah jemaat, yaitu Makedonia.
Dalam ay 1-3 dengan jelas Paulus menceritakan bagaimana jemaat Makedonia itu. Dikatakan disana, “Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.” Ada sebuah teladan yang sedang diceritakan Paulus kepada jemaat Korintus yang kaya tetapi pelit itu tentang jemaat Makedonia yang adalah jemaat miskin dan hidup dalam penderitaan. Tetapi jemat Makedonia ini memberikan kekurangan di tengah penderitaan mereka. Memberi di tengah kelimpahan adalah sesuatu yang menurut kita wajar, tetapi memberi di tengah-tengah kekurangan dan penderitaan adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Jika kita berbicara mengenai memberi, kita tidak akan terlepas dengan apa yang disebut murah hati. Murah hati tidak ditujukan kepada orang yang memberi di dalam kelimpahan yang ia miliki, tetapi ditujukan kepada orang yang memberi di dalam kekurangnnya.
Sering sekali kita bergumul memberi karena bertanya seberapa banyak yang akan kuberi, sehingga ketika telah kuberikan kita juga tidak kekurangan. Tetapi jemaat Makedonia memberikan di dalam kekurangan mereka. Mereka berhasil mengumpulkan sumbangan untuk diberikan kepada jemaat di Yerusalem. Inilah yang menjadi teladan bagi jemaat Korintus dan juga menjadi teladan bagi kita. Tidak perlu menunggu memiliki banyak harta untuk bisa memberi kepada yang membutuhkan. Memberi di dalam pemberian kita adalah sesuatu yang mulia.
Jemaat Makedonia juga memberi melampau apa yang mereka bisa berikan dan memberi dengan kerelaan dan beban. Sebuah jemaat yang miskin dan menderita bisa memberikan semua ini. Pada umumnya jemaat yang miskin dan menderita akan memikirkan mengenai dirinya sendiri. Tetapi tidak demikian dengan jemaat Makedonia. Sebuah jemaat yang penuh dengan kemurahan.
Kenapa Jemaat ini bisa seperti sikap hal ini? Yang pertama adalah karena mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami (ay 5). Mereka memberikan diri mereka kepada Allah. Mereka masuk kepada pemahaman bahwa hal yang penting adalah terlebih dahulu memberikan diri kepada Allah dan pelayanan Allah. Ada begitu banyak pemahaman mengapa orang memberi apakah karena perasaan dan dorongan yang kita miliki. Ada orang memberikan karena jika ada orang yang tidak memberikan adalah seseorang yang aneh dan bermasalah dan hal ii tidak baik. Ada orang memberi karena itu adalah sebuah kewajiban. Apa yang diteladankan jemaat Makedonia adalah pertama-tama menyerahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Hal inilah yang menajdi dasar mereka untuk memberi kepada yang membutuhkan (dalam hal ini jemaat Yerusalem). Memberikan uang adalah hal sekunder tetapi memberikan diri kepada Tuhan adalah hal yang primer.
Kedua, jemaat Makedonia mengerti apa artinya pelayanan yang sedang mereka kerjakan. Mereka tidak hanya sekedar memberikan tetapi memahami untuk apa mereka memberikan. Mereka menangkap bebannya. Mereka melihat bahwa hal yang mereka kerjakan adalah hal yang besar.
Ketiga, jemaat Makedonia adalah jemaat yang menikmati penghayatan akan pelayanan Kristus bagi mereka. Dalam Fil 2 dikisahkan mengenai Kristus yang mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba. Yesus rela menjadi miskin agar manusia menjadi kaya dan berlimpah kekayaan di dalam kasih karunia Allah.
Inilah ketiga hal yang mendasari jemaat Makedonia memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang sebenarnya bisa mereka berikan.
Mari merefleksikan diri kita. Mengapa kita memberi? Mengapa kita mendukung pelayanan, melihat orang yang kekurangan? Apakah kita hanya melihat bahwa hal tersebut sekedar kewajiban orang Kristen? Atau karena kita melihat bahwa kita melihat banyak harta sehingga tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan kita jika kita memberi? Atau karena kita takut dianggap orang yang bermasalah atau pelit karena tidak mau memberi? Saya mengajak kita untuk menghayati apa yang dikerjakan oleh jemaat Makedonia. Mereka memberikan bukan dalam kelimpahan mereka, justru di dalam kekurangan mereka. Paulus membandingkan jemaat Korintus dengan Makedonia. Jemaat Korintus adalah jemaat yang berkelimpahan tetapi pelit sedangkan jemaat Makedonia adalah jemaat yang berkekurangan tetapi memiliki kerelaan memberikan. Jemaat Korintus yang kondisinya relative aman, jarang ada penganiayaan tetap tidak memberi, sedangkan jemaat Makedonia adalah jemaat menderita oleh penganiayaan tetapi tetap memiliki hati untuk memberi.
Mari memberi bukan karena dalam kondisi nyaman tetapi memberi di tengah-tengah kekurangan dan penderitaan yang kita alami. Hal ini bisa terjadi jika kita bisa memahami mengapa kita memberi adalah karena pertama-tama kita memberikan diri kita kepada Allah, mempersembahkan diri kita kepada Allah. Kita juga memahami tentang apa yang kita kerjakan. Ketika kita menolong dan mandukung pelayan apakah di kampus atau di gereja adalah karena kita memahami apa beban ketika memberi. Kita juga memberi karena meneladani apa yang Kristus lakukan. Ia rela meninggalkan kekayaanNya agar manusia bisa menikmati kekayaanNya. Rela menjadi miskin agar manusia bisa menjadi kaya di dalam karunia yang berkelimpahan. People with a heart for God have a heart for people.
SoliDeo Gloria!
No comments:
Post a Comment