Aswindo Sitio
Pendahuluan
Kita bersyukur bisa bertemu lagi di dalam MBA dengan seri yang baru yaitu Giving, yang akan kita bahas dalam empat pertemuan ini.
Memberi dapat dimengerti sebagai sebuah tuntutan atau tanggung jawab yang diletakkan atas kita. Dan banyak artikel-artikel yang menunjukkan bahwa motivasi yang sangat besar dibalik memberi adalah kasih kepada Allah. Kita juga melihat bahwa memberi merupakan suatu budaya yang sudah melekat bagi kita, ketika seseorang ulang tahun kita akan memberikan sesuatu kepada dia, apakah hadiah berupa barang atau firman Tuhan (yang kita sampaikan lewat kartu atau sms).
Alkitab juga mencata bahwa budaya memberi itu sudah ada sejak zaman PL dan lanjut ke dalam masa PB. Dan alkitab juga mencatat bahwa Allah, sang pencipta alam semesta itu, adalah Allah yang senantiasa memberi. Dari mana manusia belajar atau meneladani hal ini? Tentu saja yang menjadi teladan manusia adalah Allah. Allah adalah teladan manusia dalam memberi.
Allah: Sang Pemberi
Allah adalah pencipta langit dan bumi. Itulah sebabnya Allah adalah sumber dan pemilik dari segala sesuatunya. Oleh sebab itu lah tidak ada alasan lain untuk tidak meminta kepada Tuhan. Kita bergantung kepada Allah sang pemberi itu.
Kita harus menyadari bahwa dunia dan segala isinya ini ditopang oleh setiap pemberian Allah yang berfungsi untuk memelihara dunia ini berjalan menuju digenapinya misi Allah. Ini adalah tujuan Allah memberi kepada manusia. Bukan untuk sekedar untuk memuaskan kebutuhan manusia. Tetapi dalam setiap pemberianNya, Allah memiliki sebuah rencana yang agung.
Kita bisa melihat bahwa mulai dari Kejadian sampai dengan Wahyu, Allah dengan setia memberi kepada umat manusia. Tentu saja sebagai Allah, pemberianNya tidak bisa disamakan dengan pemberian manusia. Ada beberepa kualitas dari pemberian Allah yang membedakannya dari pemberian manusia.
1. Pemberian Allah adalah sesuatu pemberian yang dilandaskan kepada hikmatNya.
Didalam pemberianNya, Allah selalu dengan hikmatNya, sehingga pemberianNya pemberiannya bukan sesuatu yang sia-sia dan berlalu begitu saja. Hikmat Allah dapat dikatakan sebagai berikut, yaitu kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan/dorongan untuk memilih tujuan yang terbaik dan tertinggi bersama-sama dengan cara-cara yang paling tepat untuk mencapai hal tersebut. Oleh sebab itulah pemberianNya demikian tertata sedemikan baik. Allah menggunakan segala hikmat yang terbaik dalam setiap pemberiannya untuk mencapai tujuan bagi anda dan saya. TujuanNya adalah supaya manusia mengasihi menghormatiNya, dan memujiNya atas dunia yang diatur secara menakjubkan dalam keragaman dan kompleksitas, dan menggunakannya sesuai kehendakNya untuk menikmati Tuhan dan dunia.
Allah memiliki hikmat yang sempurna, dan oleh sebab itulah pemberian Allah yang didasarkan kepada hikmatNya adalah pemberian yang sempurna. Hal ini bisa kita jumpai di dalam kisah penciptaan (Kej 1). Di dalam Kej 1:29 dikatakan, “Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.” Jika kita melihat kebelakang dari kisah ini, kita melihat bagaimana sebelum Allah menciptakan manusia, Dia terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan manusia. Setelah Allah melihat bahwa semuanya baik (ay 25), kemudian ia berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Setelah Allah melihat semuanya sungguh amat baik Kej 1:31), Ia memberikannya kepada manusia untuk dikelola. Allah senantiasa memberikan sesuatu yang baik kepada manusia di dalam hikmatNya yang sempurna.
Karena pemberiannya didasarkan hikmat, maka pemberian Allah adalah pemberian yang selalu datang tepat pada waktunya. Kisah di dalam Alkitab dengan jelas memberitahukan kepada kita bahwa Allah secara aktif memberikan setiap hal yang ketika kita membutuhkannya. Hal ini kita bisa lihat di dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir mrnuju Kanaan. Allah senantiasa meberikan setiap kebutuhan bangsa Israel. Tetapi Alkitab juga mencatat bagaimana manusia selalu berusaha untuk keluar dari setiap waktu Tuhan, dengan mengandalkan logika dan akal sehat sendiri. Ketika kita belajar dari raja Saul dalam MBA tahun lalu, kita bisa melihat bagaimana Allah telah berjanji akan memberikan pertolongan kepadanya, tetapi ia meragukan Tuhan dan melakukan atas inisiatif sendiri. Ini adalah titik kejatuhan Saul dimana akhirnya Allah menolak dia sebagai raja orang Israel (1 Sam 13:8-14). Bagaimana dengan kita? Allah sang pemberi itu senantiasa ada untuk memberikan setiap yang kita butuhkan, tetapi mari diam dalam kesabaran menantikan waktu Tuhan. Mungkin dalam ukuran manusia penantian kita tahunan. Tetapi Allah tidak pernah terlelap, dan Dia akan memberikan tepat pada waktunya (band Maz 121)
Karena berada di dalam himatNya, maka pemberian Allah itu selalu menghasilkan hasil yang terbaik dari apapun yang pernah kita bayangkan. Walau, mungkin, di dalam prosesnya kita merasakan penderitaan. Tetapi semua pasti indah pada waktunya. Pengkhotbah 3:11 berkata, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Sesuatu yang jauh dari apa yang kita bayangkan dan pikirkan. Yeremia 29:11 berkata, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
2. Pemberian Allah didasarkan kepada sebuah covenant.
Artinya adalah bahwa setiap janji Allah untuk memberi setiap kebutuhan manusia akan digenapiNya. Ketika Allah menjanjikan untuk memberikan sesuatu kepada umatNya, maka semua akan digenapi seturut dengan waktu Allah dan pasti akan digenapi. Di dalam I Raja-raja 5:12a dikatakan, “Dan TUHAN memberikan hikmat kepada Salomo seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya;”.
Allah setia, dan tentu saja setiap hal yang telah dijanjikanNya akan diberikan. Kata covenant itu memiliki makna bahwa perjanjian itu akan ditepati. Ini adalah sebuah penghiburan kepada kita bahwa Allah telah berjanji untuk memelihara hidup kita. Dalam Mat 6:25-26 Yesus mengatakan, “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu.” Allah pasti akan memberikannya.
3. Pemberian Allah didasarkan kepada kasih karunia (anugerah)
Kita harus menyadari bahwa setiap pemberian Allah kepada manusia bukan karena manusia layak untuk mendapatkannya, tetapi semua adalah semata-mata anugerahNya. Allah mengasihi manusia karena Allah adalah kasih. Setiap tindakan Allah dan termasuk pemberianNya selalu didasarkan kepada kasihnya kepada kita. Yoh 3:16 diawali dengan frase “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.” Oleh sebab itulah, kita semua bergantung kepada kasih dan kemurahan Allah semata. Apa yang sekarang kita miliki, yang merupakan pemberian Allah adalah semata-mata didasarkan kepada kasih dan karunia Allah.
4. Pemberian Allah bersifat total & ultimate.
Jika kita bisa melihat semua kisah di dalam Alkitab, kita bisa melihat bagaimana Allah selalu memberikan yang terbaik dan total. Bahkan dari setiap hal yang diberikan Allah kepada kita, Dia bahkan memberikan anakNya yang tunggal. Di dalam Kristus, Allah telah memberikan segala-galanya bagi kita (Rom 8:32). Allah telah memberikan sesuatu yang luar biasa bagi kita di mana kita bisa akhirnya bisa mencintai, mengasihi, dan menghormati diriNya. Suatu pemberian di mana kita akhirnya dimungkinkan untuk mengenal Allah.
5. Pemberian Allah berelevansi kepada kekekalan.
Jika kita perhatikan, dalam setiap pemberianNya, Allah tidak berhenti hanya saat pemberiannya itu diberikan. Tetapi pemberian Allah memiliki nilai kekekalan. Dengan kata lain setiap pemberian Allah mengarahkan kita untuk menggenapi misi Allah di tengah-tengah dunia ini. Hal ini yang harus kita sadari. Ketika Allah memberikan pekerjaan, teman hidup, dan semua yang kita butuhkan, Allah memberikannya dengan melihat aspek kekekalannya. Ketika Allah memberikan sesuatu kepada umatnya, kita melihat bagaimana semuanya itu memiliki nilai kekekalan. Artinya adalah melalui setiap pemberian Allah kepada kita, Allah rindu kita bisa berjalan dan ikut menggenapi misi Allah di tengah-tengah dunia ini. Seperti yang pernah disinggung dalam MBA beberapa waktu yang lalu, ketika Allah mempersiapkan kita keluarga pun Allah meminta kita untuk melahirkan anak-anak kekekalan. Jadi, ketika kita sebagai alumni di dalam dunia pekerjaan, apakah kita memberikan sesuatu yang bernilai kekekalan di sana atau tidak. Sampai di akhirnya Allah senantiasa memberikan sesuatu yang bersifat kekal.
Bahkan sampai kita melihat bagaimana Allah memberikan tempat bagi kita untuk bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalan itu sendiri. Sesuatu yang sangat luar bisa di mana Allah tinggal diam bersama dengan umatnya di dalam kekekalan (Wahyu 21:1-5).
Penutup
Allah adalah sang pemberi. Dia adalah teladan kita akan meberi. Jika kitya kembali melihat kualoitas dari pemberian Allah, seharusnyalah kita bersyukur dan kitab terkagum-kagum karena Allah pencipta itu adalah Allah yang peduli dengan ciptaanNya. Setiap pemberiannya menopang dunia ini dan kehidupan ini di dalam providensia Allah. Sehingga dalam setiap pemberianNya kita semakin bisa mengenal Dia dan semakin jatuh cinta kepadaNya.
Pemahaman seperti ini akan membawa kita untuk bisa berfokus kepada Allah, bukan setiap berkat-berkatnya. Sebelum menikmati setiap pemberianNya, mari terlebih dahulu menikmati Sang Pemberi itu sendiri. Mari semakin mengenal Allah. Firman Tuhan berkata “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Ketika kita bersikap mengutamakan Allah maka kita akan berani berkata bahwa Allah itu cukup bagi kita. Contentmen di dalam Allah akan membuat kita bisa lebih bijaksana untuk melihat bagaimana Allah sebenarnya dengan setiap naturnya senantiasa memberi kepada kita. Hanya Allahlah yang mampu memberikan apa yang terbaik kepada kita karena Ia adalah Pencipta kita.
Pendahuluan
Kita bersyukur bisa bertemu lagi di dalam MBA dengan seri yang baru yaitu Giving, yang akan kita bahas dalam empat pertemuan ini.
Memberi dapat dimengerti sebagai sebuah tuntutan atau tanggung jawab yang diletakkan atas kita. Dan banyak artikel-artikel yang menunjukkan bahwa motivasi yang sangat besar dibalik memberi adalah kasih kepada Allah. Kita juga melihat bahwa memberi merupakan suatu budaya yang sudah melekat bagi kita, ketika seseorang ulang tahun kita akan memberikan sesuatu kepada dia, apakah hadiah berupa barang atau firman Tuhan (yang kita sampaikan lewat kartu atau sms).
Alkitab juga mencata bahwa budaya memberi itu sudah ada sejak zaman PL dan lanjut ke dalam masa PB. Dan alkitab juga mencatat bahwa Allah, sang pencipta alam semesta itu, adalah Allah yang senantiasa memberi. Dari mana manusia belajar atau meneladani hal ini? Tentu saja yang menjadi teladan manusia adalah Allah. Allah adalah teladan manusia dalam memberi.
Allah: Sang Pemberi
Allah adalah pencipta langit dan bumi. Itulah sebabnya Allah adalah sumber dan pemilik dari segala sesuatunya. Oleh sebab itu lah tidak ada alasan lain untuk tidak meminta kepada Tuhan. Kita bergantung kepada Allah sang pemberi itu.
Kita harus menyadari bahwa dunia dan segala isinya ini ditopang oleh setiap pemberian Allah yang berfungsi untuk memelihara dunia ini berjalan menuju digenapinya misi Allah. Ini adalah tujuan Allah memberi kepada manusia. Bukan untuk sekedar untuk memuaskan kebutuhan manusia. Tetapi dalam setiap pemberianNya, Allah memiliki sebuah rencana yang agung.
Kita bisa melihat bahwa mulai dari Kejadian sampai dengan Wahyu, Allah dengan setia memberi kepada umat manusia. Tentu saja sebagai Allah, pemberianNya tidak bisa disamakan dengan pemberian manusia. Ada beberepa kualitas dari pemberian Allah yang membedakannya dari pemberian manusia.
1. Pemberian Allah adalah sesuatu pemberian yang dilandaskan kepada hikmatNya.
Didalam pemberianNya, Allah selalu dengan hikmatNya, sehingga pemberianNya pemberiannya bukan sesuatu yang sia-sia dan berlalu begitu saja. Hikmat Allah dapat dikatakan sebagai berikut, yaitu kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan/dorongan untuk memilih tujuan yang terbaik dan tertinggi bersama-sama dengan cara-cara yang paling tepat untuk mencapai hal tersebut. Oleh sebab itulah pemberianNya demikian tertata sedemikan baik. Allah menggunakan segala hikmat yang terbaik dalam setiap pemberiannya untuk mencapai tujuan bagi anda dan saya. TujuanNya adalah supaya manusia mengasihi menghormatiNya, dan memujiNya atas dunia yang diatur secara menakjubkan dalam keragaman dan kompleksitas, dan menggunakannya sesuai kehendakNya untuk menikmati Tuhan dan dunia.
Allah memiliki hikmat yang sempurna, dan oleh sebab itulah pemberian Allah yang didasarkan kepada hikmatNya adalah pemberian yang sempurna. Hal ini bisa kita jumpai di dalam kisah penciptaan (Kej 1). Di dalam Kej 1:29 dikatakan, “Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.” Jika kita melihat kebelakang dari kisah ini, kita melihat bagaimana sebelum Allah menciptakan manusia, Dia terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan manusia. Setelah Allah melihat bahwa semuanya baik (ay 25), kemudian ia berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Setelah Allah melihat semuanya sungguh amat baik Kej 1:31), Ia memberikannya kepada manusia untuk dikelola. Allah senantiasa memberikan sesuatu yang baik kepada manusia di dalam hikmatNya yang sempurna.
Karena pemberiannya didasarkan hikmat, maka pemberian Allah adalah pemberian yang selalu datang tepat pada waktunya. Kisah di dalam Alkitab dengan jelas memberitahukan kepada kita bahwa Allah secara aktif memberikan setiap hal yang ketika kita membutuhkannya. Hal ini kita bisa lihat di dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir mrnuju Kanaan. Allah senantiasa meberikan setiap kebutuhan bangsa Israel. Tetapi Alkitab juga mencatat bagaimana manusia selalu berusaha untuk keluar dari setiap waktu Tuhan, dengan mengandalkan logika dan akal sehat sendiri. Ketika kita belajar dari raja Saul dalam MBA tahun lalu, kita bisa melihat bagaimana Allah telah berjanji akan memberikan pertolongan kepadanya, tetapi ia meragukan Tuhan dan melakukan atas inisiatif sendiri. Ini adalah titik kejatuhan Saul dimana akhirnya Allah menolak dia sebagai raja orang Israel (1 Sam 13:8-14). Bagaimana dengan kita? Allah sang pemberi itu senantiasa ada untuk memberikan setiap yang kita butuhkan, tetapi mari diam dalam kesabaran menantikan waktu Tuhan. Mungkin dalam ukuran manusia penantian kita tahunan. Tetapi Allah tidak pernah terlelap, dan Dia akan memberikan tepat pada waktunya (band Maz 121)
Karena berada di dalam himatNya, maka pemberian Allah itu selalu menghasilkan hasil yang terbaik dari apapun yang pernah kita bayangkan. Walau, mungkin, di dalam prosesnya kita merasakan penderitaan. Tetapi semua pasti indah pada waktunya. Pengkhotbah 3:11 berkata, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Sesuatu yang jauh dari apa yang kita bayangkan dan pikirkan. Yeremia 29:11 berkata, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
2. Pemberian Allah didasarkan kepada sebuah covenant.
Artinya adalah bahwa setiap janji Allah untuk memberi setiap kebutuhan manusia akan digenapiNya. Ketika Allah menjanjikan untuk memberikan sesuatu kepada umatNya, maka semua akan digenapi seturut dengan waktu Allah dan pasti akan digenapi. Di dalam I Raja-raja 5:12a dikatakan, “Dan TUHAN memberikan hikmat kepada Salomo seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya;”.
Allah setia, dan tentu saja setiap hal yang telah dijanjikanNya akan diberikan. Kata covenant itu memiliki makna bahwa perjanjian itu akan ditepati. Ini adalah sebuah penghiburan kepada kita bahwa Allah telah berjanji untuk memelihara hidup kita. Dalam Mat 6:25-26 Yesus mengatakan, “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu.” Allah pasti akan memberikannya.
3. Pemberian Allah didasarkan kepada kasih karunia (anugerah)
Kita harus menyadari bahwa setiap pemberian Allah kepada manusia bukan karena manusia layak untuk mendapatkannya, tetapi semua adalah semata-mata anugerahNya. Allah mengasihi manusia karena Allah adalah kasih. Setiap tindakan Allah dan termasuk pemberianNya selalu didasarkan kepada kasihnya kepada kita. Yoh 3:16 diawali dengan frase “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.” Oleh sebab itulah, kita semua bergantung kepada kasih dan kemurahan Allah semata. Apa yang sekarang kita miliki, yang merupakan pemberian Allah adalah semata-mata didasarkan kepada kasih dan karunia Allah.
4. Pemberian Allah bersifat total & ultimate.
Jika kita bisa melihat semua kisah di dalam Alkitab, kita bisa melihat bagaimana Allah selalu memberikan yang terbaik dan total. Bahkan dari setiap hal yang diberikan Allah kepada kita, Dia bahkan memberikan anakNya yang tunggal. Di dalam Kristus, Allah telah memberikan segala-galanya bagi kita (Rom 8:32). Allah telah memberikan sesuatu yang luar biasa bagi kita di mana kita bisa akhirnya bisa mencintai, mengasihi, dan menghormati diriNya. Suatu pemberian di mana kita akhirnya dimungkinkan untuk mengenal Allah.
5. Pemberian Allah berelevansi kepada kekekalan.
Jika kita perhatikan, dalam setiap pemberianNya, Allah tidak berhenti hanya saat pemberiannya itu diberikan. Tetapi pemberian Allah memiliki nilai kekekalan. Dengan kata lain setiap pemberian Allah mengarahkan kita untuk menggenapi misi Allah di tengah-tengah dunia ini. Hal ini yang harus kita sadari. Ketika Allah memberikan pekerjaan, teman hidup, dan semua yang kita butuhkan, Allah memberikannya dengan melihat aspek kekekalannya. Ketika Allah memberikan sesuatu kepada umatnya, kita melihat bagaimana semuanya itu memiliki nilai kekekalan. Artinya adalah melalui setiap pemberian Allah kepada kita, Allah rindu kita bisa berjalan dan ikut menggenapi misi Allah di tengah-tengah dunia ini. Seperti yang pernah disinggung dalam MBA beberapa waktu yang lalu, ketika Allah mempersiapkan kita keluarga pun Allah meminta kita untuk melahirkan anak-anak kekekalan. Jadi, ketika kita sebagai alumni di dalam dunia pekerjaan, apakah kita memberikan sesuatu yang bernilai kekekalan di sana atau tidak. Sampai di akhirnya Allah senantiasa memberikan sesuatu yang bersifat kekal.
Bahkan sampai kita melihat bagaimana Allah memberikan tempat bagi kita untuk bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalan itu sendiri. Sesuatu yang sangat luar bisa di mana Allah tinggal diam bersama dengan umatnya di dalam kekekalan (Wahyu 21:1-5).
Penutup
Allah adalah sang pemberi. Dia adalah teladan kita akan meberi. Jika kitya kembali melihat kualoitas dari pemberian Allah, seharusnyalah kita bersyukur dan kitab terkagum-kagum karena Allah pencipta itu adalah Allah yang peduli dengan ciptaanNya. Setiap pemberiannya menopang dunia ini dan kehidupan ini di dalam providensia Allah. Sehingga dalam setiap pemberianNya kita semakin bisa mengenal Dia dan semakin jatuh cinta kepadaNya.
Pemahaman seperti ini akan membawa kita untuk bisa berfokus kepada Allah, bukan setiap berkat-berkatnya. Sebelum menikmati setiap pemberianNya, mari terlebih dahulu menikmati Sang Pemberi itu sendiri. Mari semakin mengenal Allah. Firman Tuhan berkata “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Ketika kita bersikap mengutamakan Allah maka kita akan berani berkata bahwa Allah itu cukup bagi kita. Contentmen di dalam Allah akan membuat kita bisa lebih bijaksana untuk melihat bagaimana Allah sebenarnya dengan setiap naturnya senantiasa memberi kepada kita. Hanya Allahlah yang mampu memberikan apa yang terbaik kepada kita karena Ia adalah Pencipta kita.
No comments:
Post a Comment