Wednesday, July 13, 2011

Giving 4: Giving for the Nation

Lenny Sitorus

Apa kesan kita terhadap Indonesia? Mungkin banyak dari antara kita yang kehilangan harapan karena semua kebobrokan yang terjadi. Tetapi seharusnya rasa hopeless kita itu harus disertai sebuah keyakinan bahwa banyak sebenarnya hal positif yang bisa dilakukan Indonesia (menang olimpiade Fisika, memiliki berbagai ragam suku dan bahasa). Dari sejak 65 tahun yang lalu, sejak bangsa ini dimerdekakan oleh mereka yang mencintai bangsa ini, kita seharusnya bangga karena negara ini didasarkan dengan Pancasila yang menghargai berbagai keragaman. Hidup dalam keanekaragaman itu tidak gampang. Inilah salah satu kebanggaan kita terhadap bangsa ini dengan demikian cinta kepada ini semakin besar. Jadi, apa yang bisa kita berikan kepada bangsa?

Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang paradoks. Artinya, semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin kita jauh dari dosa, dan yang paling penting adalah hati kita semakin dekat dengan dunia (bukan duniawi). Dunia adalah tempat di mana Allah melakukan misiNya. J.I. Packer pernah berkata, “mencoba untuk memperbaiki masyarakat bukanlah keduniawian, tetapi cinta kasih; mencuci tangan dari tanggungjawab social bukanlah cinta kasih tetapi keduniawian.” Semakin tinggi iman kita, maka cinta kasih kepada masyarakat dan bangsa Indonesia (juga dunia) seharusnya semakin meningkat.

Mari belajar dari Yer 29:1-14. Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam bagian ini, pertama adalah apa yang mereka alami dan kedua, apa yang Tuhan perintah Tuhan kepada mereka ditenga-tengah situasi yang mereka alami.

Apa yang mereka alami? Mereka sedang dijajah di mana orang-orang istimewa dibawa ke Babel (termasuk Daniel dkk) dengan tujuan mereka bisa dipakai untuk membangun Babel. Kepada ornag buangan inilah surat (Yer 29) ini diberikan oleh Yeremia. Sebagai orang-orang buangan, walaupun memiliki potensi, mereka tentu saja tertekan. Mereka berada sebagai jajahan di negara Babel yang tentu saja membuat mereka menjadi orang asing dan minoritas. Pastilah juga ritual, budaya, dan gaya hidup yang mereka alami sekarang jauh berbeda dengan apa yang mereka rasakan ketika berada di Yerusalem. Bagi kita yang pernah tinggal di tengah suku yang bukan merupakan suku kita pasti bisa merasakan tekanan yang (kurang lebih) sama dengan apa yang dirasakan bangsa Israel dalam pembuangan di babel. Sebagai orang jajahan, mereka tidak memiliki hak dengan diri mereka sendiri. Secara jasmani mereka juga mungkin tidak terlalu baik karena ketika mereka di Yerusalem mereka memiliki tanah, rumah dan harta, dan ketika dibuang ke Babel mereka harus memulai karir dari nol. Mereka tertekan karena mereka tidak bebas beribadah (bandingkan Daniel yang harus berdoa di pelataran rumahnya). Sangat mudah untuk berpaling dari Tuhan dalam kondisi seperti ini.

Di tengah-tengah itu semua, apa perintah Tuhan kepada mereka. Ay 4-5 dikatakan, “Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel: Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya”. Dirikanlah rumah dan buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya. Perintah ini berbicara tentang berkat jasmani. Apa yang ingin Tuhan sampaikan adalah agar mereka mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan jika sudah dapat bekerjalah baik-baik. Tuhan juga meminta agar mereka menganggap tempat mereka berada sekarang seperti rumah sendiri.

Kemudian dalam ay 6 dikatakan, “ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!” Perintah ini diberikan dalam konteks agar mereka mencari pasangan diantara sesame mereka (orang Israel) dan jangan mengambil isteri dari orang Babel. Bahkan Allah menyuruh mereka beranak cucu. Jangan menjadi orang yang punya harapan. Jika kita dijajah kita bisa menjadi orang yang tidak berpengharapan, tetapi Tuhan menyuruh mereka untuk beranak cucu dan menjadikan tempat dimana mereka berada menjadi kota yang nyaman untuk mereka diami. Allah memeinta mereka agar berpikir bahwa mereka tidak sedang dijajah tetapi ditempatkan Allah sementara di Babel, agar mereka menundukkan kepala mereka dan Allah ditinggikan.

Ay 7 dikatakan, ”Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Ada dua perintah Tuhan disini “Usahakanlah kesejahteraan kota” dan “Bedoalahlah bagi kota dimana kamu berada.” ‘Usahakanlah’ adalah kata yang aktif. Ada sesuatu yang dikerjakan, bergerak, dinamis, dan tidak berdiam diri saja. Mengusahakan berarti kita tidak melakukan yang tidak benar tetapi menyatakan kebenaran. Menyatakan kebenaran adalah sesuatu yang aktif dan harus melangkah maju. Mengusahakan berarti kita memikirkan, merencanakan, dan memberikan energi kepada apa yang kita usahakan. Pertama-tama Allah meminta mereka untuk mengusahakan kesejahteraan mereka. Tuhan ingin memberikan konsep kepada mereka bahwa mereka tidak dijajah tetapi ditempatkan sementara karena mereka terlalu sombong dan harus merendahkan diri. Setelah bahagia dengan diri sendiri mereka kemudian mensejahterakan kota dimana mereka berada. Jadi kesejahteraan bukan hanya untuk mereka sendiri tetapi untuk masyarakat di kota itu. Bukan sebatas tidak ada pertikaian, tetapi dalam berbagai aspek. Bagaimana mungkin orang minoritas menghasilkan kesejahteraan bagi kota? Sesuatu yang mustahil dalam sudut pandang kita. Tetapi Allah mengatakan agar mereka berani. Mengusahakan juga berarti berkorban. Memberikan sesuatu yang membuat diri kita akhirnya keluar dari zona nyaman kita demi orang lain. Mat 5:9 mengatakan berbahagialah mereka yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Alasan mengapa mereka mengusahakan damai dan kesejahteraan adalah agar supaya mereka dilihat sebagai anak-anak Allah. Orang yang menikmati kedamaian dari anak-anak Tuhan akan ikut memuliakan Tuhan. Sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka harus mengusahakan kesejahteraan Negara yang sedang menjajah mereka. Ini adalah hal yang sulit. Sesuatu yang tidak masuk akal untuk dikerjakan. Tetapi ketika Tuhan memerintahkan sesuatu dia akan memperlengkapi kita dan akan berada di samping kita. Waktu itu ketika Allah memerintahkan hal ini orang Israel sudah punya pengalaman bersama-sama dengan Allah selama bertahun-tahun di mana mereka bisa merasakan Allah berada di samping mereka.

Kemudian perintah kedua dari ay 7 adalah ‘berdoalah’. Kata ‘berdoa’dalam bahasa aslinya memiliki kata-kata yang aktif. Dalam sepanjang kehidupan, saya merasakan bahwa jawaban doa adalah dari saya sendiri. Sering sekali akan apa yang kita doakan jawabannya ada pada kita. Artinya adalah jawaban doa itu akan diberikan Tuhan dengan kita bergerak atau melakukan sesuatu apa yang kita doakan. Berapa kali kita mendoakan Indonesia sepanjang hidup kita? Jika kita adalah orang yang ingin memberi kepada bangsa ini, maka kita adalah orang yang berdoa untuk bangsa ini. Semakin banyak kita berdoa kepada Indonesia maka cinta kita akan semakin bertumbuh. Apalagi jika kita berbuat sesuatu kepada bangsa ini. Semakin cinta kita bertumbuh semakin banyaklah hal yang kita bisa beri. Oleh sebab itu Tuhan tidak hanya memerintah usahakanlah tetapi juga doakanlah. Paduan keseimbangan yang keduanya adalah aktif.

Ay 8 dan 9 dikatakan, “Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.” Tuhan memperingatkan mereka agar hati-hati terhadap nabi-nabi palsu yang akan membawa mereka semakin jauh dari Tuhan. Kita harus waspada terhadap hal-hal dari luar, dan juga dari dalam. Keunggulan dan ketrampilan yang kita miliki sangat mudah membuat kita sombong dan merasa lebih tinggi dari orang lain.
Dalam ay 10-14 kita menemukan ada janji pemulihan. Ay 11 dikatakan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Orang yang dijajah memiliki masa depan yang suram, bahkan tidak punya masa depan karena banyak halangan dan akses ke fasilitas-fasilitas yang terbaik. Tetapi Tuhan menjanjikan bahwa mereka memiliki masa depan karena Allah bersama dengan mereka dan tidak akan pernah meninggalkan mereka.
Apa relevansinya bagi kita? Apa yang kita bisa lakukan kepada bangsa kita? Kita mungkin bisa hidup dengan nyaman walau kita minoritas. Kita bisa sekolah di manapun yang kita inginkan, kita bisa melakukan apa saja di negara ini. Maka sudah pasti kita bisa berbuat sesuatu minimal untuk kota Medan. Tidak ada alasan untuk tidak memberi kepada bangsa. Karena kita adalah umat-umat Allah dimana Allah sendiri sudah memberikan perintah yang sama kepada kita seperti yang Ia perintahkan kepada bangsa Israel. Jika kita meyakini bahwa kita menerima perintah yang sama, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah kita berdoa untuk Indonesia. Mari mengevaluasi diri kita, jika kita ingin melakukan satu perubahan tetapi kita tidak berdoa untuk perubahan itu, percayalah bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Kita tidak akan punya kekuatan sedikitpun untuk mengubah apapun, tetapi kita bisa mengubah apapun dengan kekuatan yang dari Tuhan. Allah memerintahkan kepada kita berdoalah untuk kota Medan dan bangsa Indonesia.

Jika kita ingin berdoa bagi bangsa Indonesia kita harus aktif untuk melihat perkembangan yang terjadi di Indonesia. Apa yang akan kita doakan jika kita tidak tahu apa-apa tentang Indonesia. Mari menjadi orang yang aktif mengikuti perkembangan Indonesia. Kita juga bisa aktif dibidang kita masing-masing. Mari memberi pengaruh kepada orang disekeliling kita agar mereka juga mencintai Indonesia. Masalahnya mungkin kita belum menemukan peran yang tepat di tengah-tengah Indonesia ini sekarang. Oleh sebab itu mari mencari peran yang teapt dalam bangsa ini agar bisa memberi dengan maksimal.

Berintegritaslah! Integritas adalah sesuatu yang sangat langka di Indonesia ini. Integritas itu seperti kemurnian sebuah zat. Integritas adalah sebuah kemurnia hatin yang dari Allah, tidak dicampuri oleh hal-hal yang lain, dunia, keinginan-keinginan, dll. Maka dia harusnya berasal dari dalam. Kita adalah orang-orang yang dimurnikan oleh Allah dan kita adalah orang yang paling mungkin dan paling bisa untuk berintegritas. Hal ini tidak gampang dan kita pasti dituntut untuk mengorbankan sesuatu. Inilah keunikan kita. Kita berbeda dengan dunia. Kita tidak mau jadi orang-orang yang mencemarkan diri dengan dunia ini. Kitga harus menajdi orang yang berintegritas. Mari terlibat dalam berbagai kegiatan. Mari kita aktif mengusahakan kesejahteraan bagi kota ini, negara ini, dan dunia ini. Jika bukan kita, siapa lagi? Kita adalah orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah untuk mengerjakan perintah ini. Jika kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan maka harus dibuktikan dari cinta kepada bangsa dan pemberian kepada bangsa ini.
Soli Deo Gloria!





Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.
Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.
Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
[ 2 Tim 2:1-3 ]

No comments: