Tuesday, July 3, 2012

Doktrin Roh Kudus 3: Karunia Roh

[Kotbah ini dibawakan oleh Danny Philip Bukitz pada ibadah MBA, Jumat 1 Juni 2012]


LATAR BELAKANG JEMAAT DI KORINTUS
Jemaat Korintus bukan jemaat yang ideal seperti Efesus dan Filipi. Justru jemaat ini banyak mengecewakan Paulus. Berbagai dosa ada di dalamnya (perpecahan, perzinahan, menuntut sesama Kristen di pengadilan, dsb.). Hampir semua masalah yang timbul dalam jemaat Korintus berhubungan langsung dengan latar belakang kehidupan kota Korintus. Perzinahan, yang dilakukan beberapa warga jemaat, jelas masih berhubungan dengan perzinahan sakral yang dipromosikan para pelacur kuil penyembahan Venus. Demikian pula keasyikan mencari berbagai karunia masih berhubungan dengan gairah menyombongkan diri dari warga kota yang mementingkan hikmat itu.

Berdasarkan I KOR 1:7, menyatakan bahwa Jemaat Korintus merupakan jemaat yang kaya akan Karunia Roh tetapi bermasalah dalam pemahaman dan penggunaannya.

I KORINTUS 12:1-12
Dalam kitab 1 Korintus ini, kita menemukan bahwa kata ‘now about’ diulang sebanyak tiga kali (7:1, 8:1, 16:1) Artinya, ini adalah bagian yang sangat penting yang ingin Paulus sampaikan kepada Jemaat di Korintus. Paulus ingin menjelaskan tentang kebenaran akan Karunia Roh (ay 1). Sebab bisa terjadi bahwa apa yang mereka hayati seolah-olah pengalaman, Kristen, namun di baliknya terjadi semacam sinkretisme. Bukankah gejala yang tampak bukan jaminan bahwa hal itu pasti benar? Sering kita menemukan bahwa "gejala-gejala adi kodrati" juga bisa pula dibuat oleh para dukun dalam penghayatan iman yang berbeda dari orang Kristen. Bagaimana kita menilai suatu pengalaman rohani, benar atau salah adalah dari sumbernya, bukan dari gejalanya!

Paulus membedah tajam bahwa semua gejala adikodrati yang bisa diberi oleh berbagai sistem penyembahan non-Kristen pada dasarnya adalah berasal dari Iblis. Bagaimana mungkin berhala yang bisu, alias mati, dapat "menarik" orang sehingga "tanpa berpikir" mereka diikat oleh kepercayaan sia-sia itu. Jelas, iblislah yang menipu dan menggelapkannya dengan berbagai gejala serba meyakinkan! Paulus juga menekankan bahwa karya utama Roh Kudus ialah memuliakan Yesus. Mengakui Yesus untuk jemaat abad pertama jauh berbeda dari kita sekarang. Mengaku Yesus adalah Tuhan berarti meresikokan hidup. Maka bukan sekedar ucapan bibir yang disinggung Paulus di sini, tetapi sikap iman yang bulat, ketahanan menderita, kesediaan menjalani konsekuensi kemuridan kita.

Adanya Pengaruh Roh Zaman yang begitu kuat menarik orang Korintus (ay 2). Dan penyembahan berhala dan hal-hal yang menyebabkan mereka terpengaruh secara pribadi maupun sosial.

KARUNIA-KARUNIA ROH
Sumber karunia-karunia Roh adalah Allah Tritunggal (4-6), bukan hanya Roh Kudus tetapi dalam bagian ini dinyatakan bahwa karunia-karunia Roh berasal dari Allah Tritunggal melalui Roh Kudus yang ber-subordinasi dengan Roh Kudus. Ini merupakan pekerjaan Roh Kudus tetapi bukan berarti Allah Anak dan Bapa tidak berperan dalam hal ini.

Ketika kita memahami bahwa sumber dari Karunia-karunia Roh yang bersumber dari Allah Tritunggal yang Esa dalam kepelbagaian. Inilah yang menyebabkan karunia-karunia berbeda namun satu dalam Tubuh Kristus. Sama halnya dengan sumbernya demikian juga karunia-karunia yang dimiliki oleh Gereja demikian juga kita sadar ini adalah bagian penting untuk terus membangun Tubuh Kristus dan kemuliaan Kristus.
Tujuan dan kepentingan dari karunia-karunia ini hadir adalah untuk pembangunan tubuh Kristus di dunia. Semua karunia sangat penting sehingga tanpa ada karunia yang satu akan bermasalah dengan Gereja.

HAKEKAT KARUNIA-KARUNIA ROH
Paulus menggunakan empat istilah untuk menyingkapkan hakekat karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh, pertama sekali harus dilihat sebagai karunia, bukan sebagai kebolehan pribadi yang dapat dijadikan alasan untuk menonjolkan diri. Allah, Pemberi karunia itulah yang harus diagungkan, dibanggakan dan dimuliakan. Kedua, karunia adalah pelayanan. Pemberian karunia bukan dengan fokus kepentingan si penerima karunia. Karunia diberikan dengan fokus kepentingan orang lain. Penerima karunia adalah alat penyalur berkat Allah kepada orang lain, Ketiga, karunia adalah perbuatan ajaib. Keajaiban Allahlah yang menyebabkan pelayanan kita menghasilkan buah Injil, perubahan hidup, dlsb. Dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib ini, tidak selalu Allah akan membangkitkan kemampuan-kemampuan baru dan mem-by-pass kemampuan-kemampuan alami kita. Bisa juga Allah memberi efektivitas baru, mutu dan dampak baru pada kapasitas natural kita yang notabene dari Dia juga asalnya. Keempat, karunia-karunia Roh adalah "penyataan" Roh yang dalam kebersamaan menyebabkan kita lebih jelas menghayati realita Allah dan kemuliaan-Nya.

Jika kita perhatikan surat Paulus kita melihat bahwa surat I Korintus ini adalah pembeberan aspek-aspek peran Roh Kudus yang memuliakan Kristus. Dalam pasal 1Kor 12, Kristus dimuliakan Roh Kudus dalam persatuan dan keberbagaian gereja. Dalam pasal 1Kor 13, dalam kasih dan perangai Kristus terwujud dalam kehidupan orang beriman. Dalam pasal 1Kor 14, melalui pelaksanaan karunia-karunia Roh sesuai tujuan pembangunan kehidupan bergereja.

MACAM-MACAM KARUNIA
Ada sembilan jenis karunia Roh disinggung Paulus dalam 1Kor 12:8-11. Kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, iman, karunia untuk menyembuhkan, kuasa mengadakan mujizat, nubuat, membedakan macam-macam roh, bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh. Untuk sementara kita hanya akan menyoroti 6 karunia saja. Tiga lainnya kita tunda sampai pembahasan tentang masing-masingnya lebih diteropong Paulus dalam pasal 1Kor 14.


  1. Karunia kata-kata hikmat. Contoh paling jelas tentang karunia jenis ini kita saksikan pada Salomo ketika menyelesaikan kasus perebutan bayi. Juga pada Yesus ketika dipojokkan orang Farisi dalam kasus perempuan yang tertangkap berzinah. Karunia ini rupanya diberi Tuhan sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan.
  2. Karunia kata-kata pengetahuan. Ketika Petrus menghadapi kasus Ananias, tiba-tiba dia mendapatkan karunia berkata-kata dengan pengetahuan itu. Karunia ini sering muncul dalam konteks khotbah atau konseling, tatkala Tuhan memberikan karunia sehingga kata-kata kita mengandung pengetahuan tentang keadaan dan kebutuhan pendengar kita.
  3. Karunia iman. Yang dimaksud di sini bukan karunia iman yang dimiliki setiap orang beriman sebagai syarat keselamatannya. Bukan pula optimisme seperti yang banyak dianut orang masa kini. Karunia ini adalah kemampuan untuk melihat janji dan rencana Allah dalam suatu situasi tertentu. Karunia ini bisa berhubungan dengan dua karunia berikutnya (kesembuhan dan mujizat) seperti yang ditunjukkan dalam 1Kor 13:2b. Kisah pelayanan George Muller menunjukkan bahwa dia dikaruniai iman untuk hal-hal yang dibutuhkannya dalam pelayanannya. Kita harus hati-hati terhadap buku-buku semacam yang ditulis oleh Cho Yonggi. Sebab dikesankan seolah-olah siapa Baja boleh memiliki iman untuk meminta dan mendapatkan apa Baja yang dia inginkan. Karunia iman adalah karunia. Maka tidak semua orang memilikinya. Permohonan doa adalah permohonan, maka tidak boleh dijalani seolah mendikte dan menggurui Tuhan!
  4. Karunia untuk menyembuhkan. Baik karunia maupun penyembuhan, keduanya ditulis dalam bentuk jamak, maka lebih tepat bila disebut "karunia-karunia berbagai jenis penyembuhan". Bila demikian bisa diartikan bahwa ada berbagai kesembuhan bisa terjadi atas berbagai sakit atau gangguan, bisa kesembuhan fisik, jiwa, sosial, dlsb. Tuhan Yesus pun beberapa kali melakukan penyembuhan berdampak multi aspek. Misalnya, ketika menyembuhkan orang kusta, Dia menyembuhkan dulu mentalnya dengan menyentuh si kusta, lalu fisiknya dengan ucapan-Nya, dan akhirnya sosialnya dengan menyuruhnya pergi meminta peneguhan imam. Di pihak lain ada berbagai karunia untuk penyembuhan. Maka tidak boleh kita menutup kemungkinan bagi penyembuhan dengan kuasa Ilahi dengan hanya menekankan proses penyembuhan medis. Juga tidak boleh kita merendahkan proses penyembuhan medis dengan hanya menekankan kesembuhan Ilahi.
  5. Kuasa untuk mengadakan mujizat. Kuasa dan mujizat keduanya berakar pada kata-kata yang menampung makna kuasa (energemata dynameon). Penekanan ganda ini menunjuk kepada kuasa adikuasa yang dibutuhkan untuk menundukkan kuasa-kuasa besar yang melampaui kekuatan manusia, yaitu kuasa untuk mengusir setan.
  6. Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Melihat mungkinnya terjadi suatu gejala mujizat atau suatu pengajaran tidak berasal dari Tuhan, diperlukan karunia yang memampukan orang untuk membedakan siapa sumber sebenarnya.

Semua karunia ini jelas perlu, sebab diberi Tuhan untuk kepentingan pembangunan jemaat dan perluasan Injil Yesus Kristus. Tetapi dapatkah atau haruskah tiap orang menerima karunia yang sama seperti yang diinginkannya?

Pada kalangan Karismatik sering diajarkan bahwa apabila kita telah dibaptis Roh Kudus, maka semua karunia yang memang berasal dari Roh Kudus, seharusnya ada dan dapat dimiliki oleh orang bersangkutan. Ayat 1Kor 13:11 menolak pandangan ini. Memang semua karunia tadi dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama. Tetapi tiap-tiap (lawan dari kata semua) diberikan karunia secara khusus seperti yang dikehendaki-Nya. Spesialisasi atau kekhususan masing-masing dalam rencana Allah dan kedaulatan Roh dalam memberi karunia tidak memungkinkan kita memiliki semua karunia secara pukul rata. Pembicaraan berikut akan memperjelas ajaran Paulus ini.

TO BE CONTINUED
Keesaan Dan Keberbagaian Dalam Jemaat (I Kor. 12:12-31)
Kesatuan Kristen adalah salah satu mujizat terbesar yang Allah buat dalam dunia ini setiap hari! Tidak peduli dari latar belakang agama (Yahudi dan non-Yahudi) dan sosial (merdeka dan budak) macam apa pun kita berasal, kita adalah satu. Satu tubuh dikarenakan satu Tuhan dan satu Roh. Keesaan gereja yang bersumber pada ke-Esa-an Allah ini lebih jelas dibeberkan dalam Ef 4:4-6. Satu Tuhan, satu Roh dan satu Bapa, sumber dari kesatuan penghayatan Kristen kita; satu panggilan, satu iman, satu baptisan dan satu pengharapan. Kesatuan itu dihayati Kristen melalui dua pengalaman yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan Roh karena itu, bukan pengalaman kedua seperti yang diajarkan Gerakan Karismatik, tetapi pengalaman dasar kekristenan kita. Itulah baptisan Roh yang menjadikan seseorang bagian dari Tubuh Kristus. Di Efesus karya Roh Kudus ini dijelaskan dengan dua aspek yaitu: meterai Roh dan jaminan Roh. Bagaimana pun kita mengartikan keduanya, jelas keduanya berhubungan dengan peristiwa keselamatan kita di dalam Kristus.

Kalau diperhatikan baik-baik bagian ini ditandai oleh silih ganti permainan kata antara satu dan banyak. Keduanya harus dihayati selaras, bila tidak akan timbul bahaya. Pertama "inferioritas" rohani menyebabkan seseorang memisahkan diri dari tubuh Kristus karena menjadikan keadaan rohani orang lain menjadi ukuran bagi dirinya. Kedua, "superioritas" rohani menyebabkan sementara pihak menjadikan dirinya ukuran bagi pengalaman dan keadaan rohani orang lain dan meremehkan mereka. Keduanya tidak benar. Keduanya akan menghancurkan kesatuan Kristen kita. Dalam kasus pertama (15-20) terjadi kecenderungan untuk merubah kesatuan menjadi keseragaman. Akibatnya, hilanglah fungsi keseluruhan tubuh Kristus. Dalam kasus kedua terjadi kecenderungan perpecahan. Dalam tubuh kita ketahui bahwa organ yang bertumbuh melampaui batas menjadi tumor atau daging lebih yang merusak dan mengancam kehidupan kebersamaan.
Dari pembahasan sejauh ini jelaslah bahwa karunia-karunia yang kita terima dari Allah berbeda pada masing-masing individu. Keberbagaian itu terpulang pada kedaulatan Allah dan pada kekhususan masing-masing kita dalam rencana-Nya. Dua hal ini menyebabkan tubuh Kristus dapat berfungsi penuh. Tanpa adanya perbedaan karunia dan fungsi pelayanan, tidak mungkin terjadi keesaan yang harmonis, kreatif, indah, dan kaya.

Karunia Yang Utama (I Kor 13)
Kita melihat bahwa 1Kor 13 (pengajaran tentang kasih) ada diantara 1Kor 12 dan 1Kor 14 (pengajaran tentang karunia). Hal ini bermakna bahwa 1Kor 13 ini adalah kunci untuk kita mengerti kedua pasal lainnya itu. 1Kor 12:31 seharusnya dibaca dalam konteks 1Kor 13, demikian pula 1Kor 14:1.

Jelas-jelas dalam pasal 1Kor 13 ini Paulus "meremehkan" semua karunia yang ditonjol-tonjolkan orang Korintus, bila tidak disemangati oleh karunia yang utama yaitu kasih. Bila tidak ada kasih, apa akibatnya? Pertama, semua karunia-karunia bahasa roh yang serba canggih itu menjadi sekedar gong dan canang yang mengganggu. (Para penyembah berhala di Korintus kemungkinan menggunakan kedua alat ini untuk menarik para pemuja berhala menyembah di kuil-kuil mereka). Kedua, segala karunia nubuat, rahasia, pengetahuan dan iman, menjadi sia-sia atau tak bernilai. Ketiga, semua pengorbanan dan perbuatan baik hanya show yang mementingkan penonjolan diri belaka.

Kasih yang dibicarakan Paulus di sini tidak diuraikan dalam bentuk definisi tetapi dalam bentuk aksi. Kita perlu mengingatkan diri kita terus bahwa Kekristenan harus dihayati secara konkrit dan praktis. Apa yang kita pelajari dari uraian Paulus tentang kasih? Pertama, kasih Kristen adalah kasih yang beraksi dalam hubungan-hubungan nyata: sabar dan murah hati. Kedua, kasih adalah lawan dari sifat-sifat. buruk kita. Kasihlah yang menyebabkan kita tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ketiga, kasih mampu membuat kita mengatasi diri dalam menghadapi sifat-sifat buruk orang lain. Kasih membuat kita tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak sukacita dalam ketidakadilan tetapi dalam kebenaran. Akhirnya sifat kasih itu kekal. Ia tidak dikalahkan oleh keadaan tetapi justru mengatasinya. Ia menutupi (bukan menutup-nutupi) segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, tidak berkesudahan.

Jelaslah bahwa yang Paulus maksud bukan kategori kasih manusia tetapi kasih Allah. Kasih melampaui tiga karunia yang diunggul-unggulkan orang Korintus: nubuat, bahasa lidah dan pengetahuan. Paulus menantang orang Korintus untuk menjadi dewasa. Orang yang masih kanak-kanak secara rohani akan bertindak pula seperti seorang anak kecil, bertengkar, pecah, berebut karunia-karunia roh dsb. Orang yang dewasa imannya akan meninggalkan sifat-sifat demikian.

Karunia Bernubuat
Di kalangan penafsir ada dua pendapat berbeda tentang nubuat. Yang pertama mengartikan nubuat sebagai uraian Firman atau khotbah. Artinya, karunia ini kini diberikan pada para pengkhotbah. Kedua, mengartikan karunia nubuat sebagai kata-kata yang membeberkan rahasia-rahasia kehidupan dan masa depan seseorang. Artinya semacam kemampuan meramal.

Tafsiran pertama agak sulit diterima sebab Paulus menganjurkan supaya sebanyak orang memiliki karunia nubuat. Bila nasehat ini benar-benar dipraktekkan, dalam satu pertemuan semua orang berkhotbah, apa yang terjadi? Kekacauan! Tafsiran kedua pun sulit diterima. Sebabnya, dalam PL dan PB sedikit petunjuk bahwa nubuat ditujukan untuk masalah-masalah pribadi. Semua nubuat adalah menyangkut bangsa (Israel) dan Mesias. Sebab kedua, kanon Alkitab sudah selesai. Allah menginginkan supaya anak-anak-Nya menggumuli masalah-masalah kehidupannya sehari-hari dalam prinsip pemahaman Alkitab yang dipelajarinya. Allah ingin agar masalah-masalah kita diputuskan sendiri dengan akal yang diterangi Firman.

Ada dua petunjuk dapat kita gunakan untuk menafsir arti nubuat di sini. Pertama tujuan nubuat (#1Kor 14:3) ialah untuk membangun, menasihati, dan menghibur. Demikianlah sifat isi nubuat yang Paulus maksudkan. Kedua, kemungkinan disampaikan dalam konteks jemaat atau persekutuan rumah tangga (1Kor 16:19).

Bagaimanakah karunia nubuat ini dapat kita miliki, bila Paulus menganjurkan agar kita berusaha memperolehnya? Yes 50:4-6 memberi kita petunjuk bahwa faedah kenabian terjadi bila orang bersangkutan mendisiplin diri "mendengar Firman Tuhan" tiap hari. A.W. Tozer pernah memberi nasehat berikut: "Dengarkanlah orang yang mendengarkan Allah." Jelas dari sini bahwa karunia nubuat ini sulit dipahami sebagai ramalan atau kemampuan-kemampuan untuk membeberkan rahasia orang dsb. Karunia ini adalah penyampaian nasehat-nasehat Firman Tuhan kepada jemaat dengan dampak membangun, menasehati, dan menghibur. Yang pertama menunjuk pada dampak pembangunan kehidupan jemaat. Jelas tidak ada tempat bagi nubuat-nubuat privat. Yang kedua menunjuk pada fungsi supervisi seperti yang dilakukan Roh Kudus (istilah yang digunakan ialah paraklesis dekat dengan parakletos = Roh Penghibur). Yang ketiga membawa dampak peredaan ketakutan atau menenangkan orang yang sedang dalam tekanan hidup.

Bahasa Lidah: Anjuran Atau Batasan?
Dalam bagian ini jelas pula bahwa Paulus mengunggulkan karunia nubuat sambil di lain pihak membatasi karunia bahasa roh. Paulus menunjuk pada tiga kekurangan bahasa roh. Pertama, bahasa roh kurang dalam kejelasan, karena itu kurang bermakna (6-11, 16-17, 23). Bahkan untuk si pembicara sendiri apa yang diucapkannya itu tidak jelas. Karena itu penggunaannya di tengah jemaat harus dibatasi. Batas pertama ialah harus ada terjemahannya. Batas kedua, bila ada terjemahannya, hanya boleh dibawakan paling banyak dua atau tiga orang saja. Kekurangan kedua ialah dalam keutuhan diri orang bersangkutan (13-17, 19-21). Tegasnya yang berdoa dengan bahasa roh membuat akalnya tidak berfungsi. Padahal ciri doa Kristen beda dari doa-doa agama kafir yang rnengalami trance, ekstase dsb. Ciri doa Kristen ialah berjaga-jaga dan jelas mendoakan objek doanya (Contoh lihat Ef 6:18-20; Dalam bagian ini Paulus mengaitkan berdoa dalam Roh dengan soal berjaga-jaga dan secara jelas mendoakan dia dengan pokok-pokok permintaan yang jelas pula). Itu sebabnya Paulus ingin agar berdoa dalam bahasa roh dan dalam akal, supaya terjadi keseimbangan dan keutuhan diri. Paulus ingin agar semua orang Kristen dewasa dalam pemikiran (20). Tekanan ini dikonfirmasikan jelas dalam Rom 12:2 dan Mat 22:37. Dalam hal ini tekanan berbahasa lidah dalam Gerakan Karismatik sering seirama dengan tekanan anti intelektual dalam filsafat-filsafat masa kini. Kekristenan tidak meremehkan akal, tetapi menaklukkan dan mengisi akal dengan prinsip iman. Kekurangan ketiga ialah dampaknya yang negatif pada orang bukan Kristen (16-17, 21-25). Dalam hal ini bahasa lidah menjadi tanda bagi yang tidak beriman. Artinya, bila orang belum beriman menghadiri kebaktian yang diwarnai dominan oleh bahasa lidah, mereka akan dibuat menjadi makin tidak beriman. Mengapa? Karena pada intinya yang mereka temui tidak ada bedanya dari yang mereka sudah alami dalam agama-agama kafir mereka sebelumnya.

KESIMPULAN
1Kor 12; 13; 14, jelas dimaksudkan Paulus sebagai batasan terhadap jemaat yang telah menyalahgunakan praktek-praktek karunia-karunia Roh. Allah Tritunggal sebagai sumber pemberi, Roh Kudus bekerja dalam sub-ordinasi dengan Allah Bapa dan Anak. Karunia diberikan untuk memuliakan Sang Pemberi Karunia-karunia Roh. Beragam untuk membangun Gereja.

IMPLIKASI
Hati-hati terhadap dua ekstrim. Pertama, bahaya pertama ialah terlalu terbuka (sampai jatuh kepada kekacauan, perpecahan, peniruan, sugesti bahkan tipuan iblis). Kedua, bahaya kedua ialah tertutup pada pekerjaan Roh Kudus (jangan sampai gereja/ Persekutuan Kristen menjadi seperti ban kehabisan "pneuma" ).

No comments: