Tuesday, October 16, 2012

Eksposisi 1Petrus 1:1-25

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th
[dibawakan dalam kotbah Mimbar Bina Alumni, Jumat 15 Juni 2012]

Surat 1Petrus ini ditulis oleh Petrus (1:1 band 1: 12; 4: 13; 5: 1-2, 5, 13) di Babilonia, sebuah kota kecil di Efrat (5:13). Penanggalan surat ini agak tua dari zaman PB yaitu antara tahun 62-64 AD sebab Petrus mati martir pada masa pemerintahan Nero (65 atau 66 AD). Penerima surat adalah jemaat diaspora (orang Yahudi beriman yang berbahasa Yunani di luar daerah Yudea, atau sering disebut helenisme). Tujuan penulisan adalah untuk menguatkan jemaat dan menyaksikan bahwa apa yang dialami mereka, yaitu penderitaan karena ketaatan, merupakan kasih karunia Allah (5: 12). Petrus berani menyatakan hal ini karena Petrus telah mengalami semua hal yang dialamin jemaat ini.

Petrus memulai surat ini dengan menyatakan dirinya sebagai rasul Yesus Kristus (1:1). Ada dua hal alasan mengapa Petrus menegaskan hal ini. Pertama, mengingat betapa pentingnya seorang yang melayani sadar akan statusnya yaitu seorang hamba Allah. Kedua, Petrus menyatakan kerasulannya bukan untuk dibanggakan tetapi hal ini untuk menunjukkan otoritasnya sebagai hamba Allah yang menyatakan bahwa surat yang dia kirimkan bukanlah surat yang biasa. Alamat penerima surat jelas yaitu orang-orang pendatang – stranger in the world (1:1, band ay 17). Petrus ingin mengatakan bahwa hidup selama di dunia ini adalah hidup yang menumpang dan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus dalam Fil 3:20-21 (band 1 Taw 29:15; Maz 39:12; Ibr 13:14).

Surat ini diterima oleh jemaat diaspora (yang ada di Pontus, Galatia, Kappadokia, Asia dan Bitinia) yang ada di Asia kecil dan biasanya datang ke Yerusalem pada hari raya Pentakosta (Kis. 2: 9-11). Dalam awal suratnya ini Petrus dengan jelas menyatakan bahwa jemaat ini (penerima suratnya) adalah orang-orang yang dipilih sesuai rencara Allah (1: 2 band Ef 1:4) dimana pemilihan itu terjadi melalui karya penyucian Roh Kudus yang bertujuan agar mereka menjadi jemaat yang taat pada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya dengan justification (penyucian sekali untuk selamanya) dan sanctification (penyucian yang terjadi setiap harinya).

Pujian Pada Allah atas Anugerah Keselamatan (1:3-12)
Setelah memberikan salam (ay 2) Petrus melanjutkan kepada sebuah pujian kepada Allah yang melahirkan kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (3). Siapakah Allah itu? Dialah Allah yang telah melahirkan kita kembali (3). Artinya tidak ada satu pun kehidupan rohani yang baru tanpa dilahirkan kembali oleh Allah. itulah sebabnya agama, teologia, gereja, dan kegiatan atau jabatan rohani tidak akan pernah melahirkan orang secara rohani kembali kecuali oleh Allah. Arah dari kelahiran kembali itu jelas yaitu hidup yang penuh pengharapan. Pengharapan yang pasti akan keselamatan. Dasar dari tindakan Allah melahirkan orang kembali jelas adalah karena anguerah Allah. Jadi, orang lahir baru adalah tindakan Allah dan tujuan lahir baru adalah kehidupan yang penuh harapan dan dasar kelahiran baru adalah kasihnya. Disinilah pemilihan itu terjadi. Pemilihan Allah (ay 1) di dasarkan pada tindakan Allah yang bertujuan pada sebuah pengharapan yang hidup, yang dilakukan atas rahmatNya.

Kelahiran kembali oleh Allah terjadi melalui Yesus Kristus yang bangkit dari kematian (1: 3b). Hal ini penting. Kematian Yesus Kristus adalah untuk menebus kita dari dosa tetapi kebangkitanNya membenarkan kita dihadapan Allah. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa sia-sialah iman kita jika tidak ada kebangkitan (1 Kor 15:12-20). Tetapi karena Kristus bangkit dari kematian maka ada jaminan kebangkitan orang. Kebangkitan Yesus menjamin kebangkitan bagi orang percaya. Itulah sebabnya dikatakan sebagai kehidupan yang penuh harapan (living hope, a firm conviction not wishful thinking). Pengharapan yang hidup adalah satu keyakinan yang teguh bukan harapan yang mudah-mudahan. Kelahiran kembali adalah untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (1: 4).

Jemaat bukan hanya dilahirkan kembali, tetapi juga dipelihara dalam kekuatan Allah karena iman (1: 5a).  Ada dua sisi ketekunan orang percaya, yaitu dipelihara oleh kekuatan Allah (monergis – mtlak karya Allah dan tidak ada bagian kita) dan iman orang tersebut (sinergisme – ada  kuasa dari Allah dan dipadukan dengan iman kita, band Fil 2:12). Pemeliharaan dalam kekuatan Allah itu dalam menantikan keselamatan yang telah tersedia yang akan dinyatakan pada zaman akhir (1: 5b, dalam terj NIV dikatakan ‘until the coming of the salvation’). Jadi ada ketegangan di sini dimana keselamatan itu bersifat ‘already but not yet’. Kita telah menerima keselamatan ketika kita percaya kepada Yesus Kristus (dilahirkan kembali) dan kegenapan keselamatan akan kita terima ketika Yesus datang kedua kali. Jadi, konsep keselamatan orang Kristen mengacu kepada tiga hal yaitu justification (pembenaran – terjadi ketika kita lahir baru), sanctification (pengudusan – terjadi setiap hari dimana hidup kita makin lama makin suci dan terjadi sampai mati) and glorification (pemuliaan – terjadi ketika kita bertemu dengan Kristus) (lih. Rom. 8: 23, 30; 13: 11). Inilah sumber atau dasar sukacita Kristiani (greatly rejoice, terj NIV) (1: 6a). bisa dikatakan bahwa sukacita kita sebagai orang Kristen yang paling besar adalah apa yang Petrus paparkan dalam ay 1-5. Itulah sebabnya, ketika hal ini (ay 1-5) menjadi sukacita kita, kita tidak akan kecewa ketika tidak mendapatkan hal-hal lain. Misalnya, belum promosi jabatan tidak mengurangi sukacita atau dalam hal-hal yang lain.

Dalam ay 6 dikatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” Kata ‘sekalipun’ dalam kalimat ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami berbagai penderitaan selama hidup ini seharusnya kita tetap bersukacita karena semuanya just for a little while. Kalaupun atau meskipun mungkin mengalami penderitaan sepanjang hidup, hal itu diperhitungkan ‘seketika’. Hal ini tidak berarti kita tidak bedukacita. Alangkah wajarnya jika kita berduka ketika kita mengalami PHK, atau pergumulan lain. Berduka karena pergumulan adalah wajar. tetapi yakinilah bahwa penderitaan kita adalah penderitaan yang seketika (for a little while). Petrus memiliki pemahaman bahwa kita adalah orang yang menumpang di dunia dan rumah kita adalah ada  di dalam kekekalan bersama dengan Allah, maka ketika kita menderita karena berbagai dukan karena pencobaan ingat semua just for a little while.

Penderitaan yang kita alami bukan tanpa tujuan. Dalam ay 7 dikatakan, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Jelas, tujuannya adalah demi kemurnian iman. Iman yang murni itu jauh lebih tinggi nilainya daripada emas murni (1: 7). Untuk mendapatkan emas yang murni harus dipanaskan pada titik leburnya  dan itu sifatnya fana. Jika untuk memurnikan emas harus dipanaskan sedemikian rupa, bukankah untuk memurnikan iman kita juga seharusnya mengalami hal yang sama (bahkan mungkin lebih dari apa yang emas alami). Kita dimurnikan dalam berbagai macam pencobaan (all kind of trials). Ketika menghadapi kesulitan mari meyadari bahwa itu adalah untuk kemurnian iman kita. itulah sebabnya anak-anak Tuhan tidak bisa mengeluh ketika menghadapi banyak trials. Hal ini kita lakukan dengan pemahaman bahwa dengan  iman yang murni maka kita akan memperoleh puji-pujian, kemuliaan dan kehormatan pada kedatangan Yesus keduakali (1: 7b). Dalam iman yang murni (1: 8), maka sekalipun belum pernah melihat tetapi mengasihi Yesus, sekalipun sekarang tidak melihat Yesus, namun mengasihi Dia serta bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan karena telah mencapai tujuan iman, yaitu keselamatan jiwa (1: 9).

Dalam ay 10-12 dijelaskan akan keselamatan jiwa yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi dan telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagi orang percaya. Maksudnya adalah bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Allah di dalam dan melalui Kristus yang oleh nabi diselidiki, diteliti dan dinubuatkan. Dalam penelitian, penyelidikan dan penubuatan oleh nabi mereka dipimpin oleh Roh Kudus. Oleh Roh Kudus jugalah para nabi menyampaikan Injil. Akan hal ini semua, para malaikat juga rindu mengetahuinya (1: 12b).

Dalam ay 13 dikatakan “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” Setelah kita memahami apa yang dipaparkan pada ay 1-12 kita harus:
  1. Siapkanlah akal budi – ‘prepare your minds for action’.
  2. Waspadalah – ‘be self-controlled
  3. Letakkan pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang akan dianugerahkan pada waktu penyataan Yesus Kristus (1: 13 bd. 5: 12). Tidak ada sebuah pengharapan parsial yang vertikalistik, tetapi seluruh hidup kita pengharapan itu harus diarahkan kepada Allah.
  4. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat (1: 14).
  5. Jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohan (1: 14).
  6. Hiduplah kudus karena Allah yang memanggil itu kudus adanya (1: 15-16). Istilah yang dipakai untuk kudus ada dua yaitu set apart from sin and impurity, dan set apart to God.
  7. Kekudusan itu bersifat menyeluruh (1: 15) – ‘be holy in all you do
  8. Standard kekudusan orang percaya adalah seperti Allah (bukan orang tertentu) (1: 15-16). Oleh sebab itu jangan senantiasa mencemplungkan diri kita ke dalam dosa. Jangan kita tetap mengikuti ibadah, tetapi di kantor kita senantiasa berbuat dosa. Mari berambisi untuk hidup suci.
Kemudian dalam ay 17-25 kita menemukan perintah selanjutnya yang menjadi dasar untuk hidup dengan kesucian dari Petrus untuk jemaat diaspora.
  1. Status dan relasi anak dengan Bapa (1: 17).  Sadarilah status sebagai anak. Ketika kita menyadari status kita maka akan berpengaruh kepada tindakan kita.
  2. Adanya penghakiman di masa mendatang (1: 17b). ingat, keselamatan kita tidak hilang jika sudah beriman kepada Kristus. Tetapi setiap kita mempertanggungjawabkan setiap apa yang kita lakukan. Karena ada penghakiman itulah kita harus hidup suci
  3. Orang percaya adalah penumpang (strangers) di dunia (1: 17c).
  4. Sudah ditebus dengan harga yang mahal, yaitu darah Kristus yang suci (1: 18-21 band 1Kor 6:20). Perlu kita ketahui bahwa  ‘domba’ (ay. 19) dalam PL adalah bayangan Kristus sebagai korban sempurna ‘domba Paskah’ ( 1 Kor. 5: 7), tanpa noda (Ibr. 9: 14), yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1: 29). Kita ditebus mahal, oleh sebab itu jangan pernah menjual iman kita karena sesuatu yang fana. Harga kita seharga darah Kristus dan lunas.
Pada bagian selanjutnya kita akan menemukan pemaparan Petrus yang singkat mengenai Kristologi. Kata ‘ditebus’ (redeemed) (ay 8), memiliki arti membebaskan seseorang dari sesuatu yang buruk dengan membayarkan sesuatu sebagai pengganti (Kel. 21: 30; 13: 13). Yesus menebus orang percaya dari kutuk dosa (Gal. 3: 13) dan semua kefasikan (Tit. 2: 14). Yesus adalah kurban penebus dosa (1: 19). Ef. 1: 7; Why. 5: 9; Mrk. 10: 45; Ibr. 9: 15. Akibat penebusan adalah pengampunan dosa (Kol. 1: 14) dan pembenaran (Rom. 3: 24). Yesus dipilih Allah sebelum dunia dijadikan dan pada zaman akhir (sekitar 4-6 BC) baru datang ke dunia dalam daging (Yoh. 1: 1-9, 14). Orang Yunani memahami kata ‘dipilih’ dengan pengertian ‘foreknown’. Artinya Allah tahu sebelum penciptaan bahwa penting bagi Kristus untuk menebus manusia (Why. 13: 8) tetapi Dia baru menyatakan/mengutus Kristus pada zaman akhir (Ibr. 1: 1; 1 Tim. 4: 1; 2 Tim. 3: 1; 1 Yoh. 2: 18). Allah dalam kekekalan di masa lampau memilih Kristus sebagai penebus.
Manusia mengenal dan percaya kepada Allah melalui Yesus (1: 21) dan Allah membangkitkan Yesus dari kematian dan memuliakan Dia (1: 21) sebagai cara pembuktian bahwa karya Kristus diterima oleh Bapa dan karya Kristus sempurna untuk penebusan. Kebangkitan dan pemuliaan Kristus membuat iman dan pengharapan tertuju kepada Allah (1: 21).

Setelah pemaparan karya Kristus, dilanjutkan ajaran praktis lainnya. Penyucian (sanctification) adalah produk ketaatan pada kebenaran (firman Tuhan) (1: 22). Tidak ada penyucian tanpa ketaatan kepada Firman. Semakin kita taat semakin hidup suci. Hidup suci karena ketaatan pada firman membuat seseorang mampu mengasihi saudaranya (1: 22).  Kualitas kasih persaudaraan itu adalah tulus dan sungguh-sungguh dengan segenap hati (1: 22, band Rom. 9: 12; 1 Tes. 4: 9-10 -  ‘love one another deeply (fervently) from the heart’).  Dasar perintah ini (1: 22) karena sudah dilahirkan kembali oleh Kristus (1: 23). Kelahiran baru adalah karya langsung Roh Kudus (Tit. 3: 5)  di mana FT berperan besar yang menyampaikan Injil pada orang berdosa dan memanggil mereka pada pertobatan dan beriman kepada Kristus (1: 25). Firman Tuhan yang di sampaikan kepada kita adlaah kekal. ‘Benih yang fana’ yang adalah jasmani sifatnya sementara, tetapi benih firman Allah itu kekal (1: 24-25).
Solideo Gloria!


No comments: