[dibawakan dalam kotbah Mimbar Bina Alumni, Jumat 15 Juni 2012]
Surat 1Petrus ini ditulis oleh Petrus (1:1 band
1: 12; 4: 13; 5: 1-2, 5, 13) di Babilonia, sebuah kota kecil di Efrat (5:13).
Penanggalan surat ini agak tua dari zaman PB yaitu antara tahun 62-64 AD sebab
Petrus mati martir pada masa pemerintahan Nero (65 atau 66 AD). Penerima surat
adalah jemaat diaspora (orang Yahudi beriman yang berbahasa Yunani di luar
daerah Yudea, atau sering disebut helenisme). Tujuan penulisan adalah untuk
menguatkan jemaat dan menyaksikan bahwa apa yang dialami mereka, yaitu
penderitaan karena ketaatan, merupakan kasih karunia Allah (5: 12). Petrus
berani menyatakan hal ini karena Petrus telah mengalami semua hal yang dialamin
jemaat ini.
Petrus memulai surat ini dengan menyatakan
dirinya sebagai rasul Yesus Kristus (1:1). Ada dua hal alasan mengapa Petrus
menegaskan hal ini. Pertama, mengingat betapa pentingnya seorang yang melayani
sadar akan statusnya yaitu seorang hamba Allah. Kedua, Petrus menyatakan
kerasulannya bukan untuk dibanggakan tetapi hal ini untuk menunjukkan
otoritasnya sebagai hamba Allah yang menyatakan bahwa surat yang dia kirimkan
bukanlah surat yang biasa. Alamat penerima surat jelas yaitu orang-orang
pendatang – stranger in the world
(1:1, band ay 17). Petrus ingin mengatakan bahwa hidup selama di dunia ini
adalah hidup yang menumpang dan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus
dalam Fil 3:20-21 (band 1 Taw 29:15; Maz 39:12; Ibr 13:14).
Surat ini diterima oleh jemaat diaspora (yang
ada di Pontus, Galatia, Kappadokia, Asia dan Bitinia) yang ada di Asia kecil
dan biasanya datang ke Yerusalem pada hari raya Pentakosta (Kis. 2: 9-11). Dalam
awal suratnya ini Petrus dengan jelas menyatakan bahwa jemaat ini (penerima
suratnya) adalah orang-orang yang dipilih sesuai rencara Allah (1: 2 band Ef
1:4) dimana pemilihan itu terjadi melalui karya penyucian Roh Kudus yang bertujuan
agar mereka menjadi jemaat yang taat pada Yesus Kristus dan menerima percikan
darah-Nya dengan justification
(penyucian sekali untuk selamanya) dan sanctification
(penyucian yang terjadi setiap harinya).
Pujian Pada Allah atas
Anugerah Keselamatan (1:3-12)
Setelah memberikan salam (ay 2) Petrus
melanjutkan kepada sebuah pujian kepada Allah yang melahirkan kembali kepada suatu
hidup yang penuh pengharapan (3). Siapakah Allah itu? Dialah Allah yang telah
melahirkan kita kembali (3). Artinya tidak ada satu pun kehidupan rohani yang
baru tanpa dilahirkan kembali oleh Allah. itulah sebabnya agama, teologia,
gereja, dan kegiatan atau jabatan rohani tidak akan pernah melahirkan orang
secara rohani kembali kecuali oleh Allah. Arah dari kelahiran kembali itu jelas
yaitu hidup yang penuh pengharapan. Pengharapan yang pasti akan keselamatan.
Dasar dari tindakan Allah melahirkan orang kembali jelas adalah karena anguerah
Allah. Jadi, orang lahir baru adalah tindakan Allah dan tujuan lahir baru
adalah kehidupan yang penuh harapan dan dasar kelahiran baru adalah kasihnya.
Disinilah pemilihan itu terjadi. Pemilihan Allah (ay 1) di dasarkan pada
tindakan Allah yang bertujuan pada sebuah pengharapan yang hidup, yang
dilakukan atas rahmatNya.
Kelahiran kembali oleh Allah terjadi melalui
Yesus Kristus yang bangkit dari kematian (1: 3b). Hal ini penting. Kematian
Yesus Kristus adalah untuk menebus kita dari dosa tetapi kebangkitanNya
membenarkan kita dihadapan Allah. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa
sia-sialah iman kita jika tidak ada kebangkitan (1 Kor 15:12-20). Tetapi karena
Kristus bangkit dari kematian maka ada jaminan kebangkitan orang. Kebangkitan
Yesus menjamin kebangkitan bagi orang percaya. Itulah sebabnya dikatakan
sebagai kehidupan yang penuh harapan (living
hope, a firm conviction not wishful thinking). Pengharapan yang hidup
adalah satu keyakinan yang teguh bukan harapan yang mudah-mudahan. Kelahiran
kembali adalah untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat
cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga (1: 4).
Jemaat bukan hanya dilahirkan kembali, tetapi
juga dipelihara dalam kekuatan Allah karena iman (1: 5a). Ada dua sisi ketekunan orang percaya, yaitu
dipelihara oleh kekuatan Allah (monergis
– mtlak karya Allah dan tidak ada bagian kita) dan iman orang tersebut (sinergisme – ada kuasa dari Allah dan dipadukan dengan iman
kita, band Fil 2:12). Pemeliharaan dalam kekuatan Allah itu dalam menantikan
keselamatan yang telah tersedia yang akan dinyatakan pada zaman akhir (1: 5b,
dalam terj NIV dikatakan ‘until the
coming of the salvation’). Jadi ada ketegangan di sini dimana keselamatan
itu bersifat ‘already but not yet’.
Kita telah menerima keselamatan ketika kita percaya kepada Yesus Kristus
(dilahirkan kembali) dan kegenapan keselamatan akan kita terima ketika Yesus
datang kedua kali. Jadi, konsep keselamatan orang Kristen mengacu kepada tiga
hal yaitu justification (pembenaran –
terjadi ketika kita lahir baru), sanctification
(pengudusan – terjadi setiap hari dimana hidup kita makin lama makin suci dan
terjadi sampai mati) and glorification (pemuliaan
– terjadi ketika kita bertemu dengan Kristus) (lih. Rom. 8: 23, 30; 13: 11). Inilah
sumber atau dasar sukacita Kristiani (greatly
rejoice, terj NIV) (1: 6a). bisa dikatakan bahwa sukacita kita sebagai
orang Kristen yang paling besar adalah apa yang Petrus paparkan dalam ay 1-5.
Itulah sebabnya, ketika hal ini (ay 1-5) menjadi sukacita kita, kita tidak akan
kecewa ketika tidak mendapatkan hal-hal lain. Misalnya, belum promosi jabatan
tidak mengurangi sukacita atau dalam hal-hal yang lain.
Dalam ay 6 dikatakan, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun
sekarang ini kamu seketika harus
berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” Kata ‘sekalipun’ dalam kalimat
ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami berbagai penderitaan selama hidup ini
seharusnya kita tetap bersukacita karena semuanya just for a little while. Kalaupun atau meskipun mungkin mengalami
penderitaan sepanjang hidup, hal itu diperhitungkan ‘seketika’. Hal ini tidak
berarti kita tidak bedukacita. Alangkah wajarnya jika kita berduka ketika kita
mengalami PHK, atau pergumulan lain. Berduka karena pergumulan adalah wajar.
tetapi yakinilah bahwa penderitaan kita adalah penderitaan yang seketika (for a little while). Petrus memiliki
pemahaman bahwa kita adalah orang yang menumpang di dunia dan rumah kita adalah
ada di dalam kekekalan bersama dengan Allah,
maka ketika kita menderita karena berbagai dukan karena pencobaan ingat semua just for a little while.
Penderitaan yang kita alami bukan tanpa tujuan.
Dalam ay 7 dikatakan, “Maksud semuanya
itu ialah untuk membuktikan kemurnian
imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang
diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan
kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”
Jelas, tujuannya adalah demi kemurnian iman. Iman yang murni itu jauh lebih
tinggi nilainya daripada emas murni (1: 7). Untuk mendapatkan emas yang murni
harus dipanaskan pada titik leburnya dan
itu sifatnya fana. Jika untuk memurnikan emas harus dipanaskan sedemikian rupa,
bukankah untuk memurnikan iman kita juga seharusnya mengalami hal yang sama
(bahkan mungkin lebih dari apa yang emas alami). Kita dimurnikan dalam berbagai
macam pencobaan (all kind of trials).
Ketika menghadapi kesulitan mari meyadari bahwa itu adalah untuk kemurnian iman
kita. itulah sebabnya anak-anak Tuhan tidak bisa mengeluh ketika menghadapi
banyak trials. Hal ini kita lakukan
dengan pemahaman bahwa dengan iman yang
murni maka kita akan memperoleh puji-pujian, kemuliaan dan kehormatan pada kedatangan
Yesus keduakali (1: 7b). Dalam iman yang murni (1: 8), maka sekalipun belum
pernah melihat tetapi mengasihi Yesus, sekalipun sekarang tidak melihat Yesus,
namun mengasihi Dia serta bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak
terkatakan karena telah mencapai tujuan iman, yaitu keselamatan jiwa (1: 9).
Dalam ay 10-12 dijelaskan akan keselamatan jiwa
yang diselidiki dan diteliti oleh para nabi dan telah bernubuat tentang kasih
karunia yang diuntukkan bagi orang percaya. Maksudnya adalah bahwa keselamatan
yang dikerjakan oleh Allah di dalam dan melalui Kristus yang oleh nabi
diselidiki, diteliti dan dinubuatkan. Dalam penelitian, penyelidikan dan
penubuatan oleh nabi mereka dipimpin oleh Roh Kudus. Oleh Roh Kudus jugalah
para nabi menyampaikan Injil. Akan hal ini semua, para malaikat juga rindu
mengetahuinya (1: 12b).
Dalam ay 13 dikatakan “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah
pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada
waktu penyataan Yesus Kristus.” Setelah kita memahami apa yang dipaparkan
pada ay 1-12 kita harus:
- Siapkanlah akal budi – ‘prepare your minds for action’.
- Waspadalah – ‘be self-controlled’
- Letakkan pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang akan dianugerahkan pada waktu penyataan Yesus Kristus (1: 13 bd. 5: 12). Tidak ada sebuah pengharapan parsial yang vertikalistik, tetapi seluruh hidup kita pengharapan itu harus diarahkan kepada Allah.
- Hiduplah sebagai anak-anak yang taat (1: 14).
- Jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohan (1: 14).
- Hiduplah kudus karena Allah yang memanggil itu kudus adanya (1: 15-16). Istilah yang dipakai untuk kudus ada dua yaitu set apart from sin and impurity, dan set apart to God.
- Kekudusan itu bersifat menyeluruh (1: 15) – ‘be holy in all you do’
- Standard kekudusan orang percaya adalah seperti Allah (bukan orang tertentu) (1: 15-16). Oleh sebab itu jangan senantiasa mencemplungkan diri kita ke dalam dosa. Jangan kita tetap mengikuti ibadah, tetapi di kantor kita senantiasa berbuat dosa. Mari berambisi untuk hidup suci.
- Status dan relasi anak dengan Bapa (1: 17). Sadarilah status sebagai anak. Ketika kita menyadari status kita maka akan berpengaruh kepada tindakan kita.
- Adanya penghakiman di masa mendatang (1: 17b). ingat, keselamatan kita tidak hilang jika sudah beriman kepada Kristus. Tetapi setiap kita mempertanggungjawabkan setiap apa yang kita lakukan. Karena ada penghakiman itulah kita harus hidup suci
- Orang percaya adalah penumpang (strangers) di dunia (1: 17c).
- Sudah ditebus dengan harga yang mahal, yaitu darah Kristus yang suci (1: 18-21 band 1Kor 6:20). Perlu kita ketahui bahwa ‘domba’ (ay. 19) dalam PL adalah bayangan Kristus sebagai korban sempurna ‘domba Paskah’ ( 1 Kor. 5: 7), tanpa noda (Ibr. 9: 14), yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1: 29). Kita ditebus mahal, oleh sebab itu jangan pernah menjual iman kita karena sesuatu yang fana. Harga kita seharga darah Kristus dan lunas.
Manusia mengenal dan percaya kepada Allah
melalui Yesus (1: 21) dan Allah membangkitkan Yesus dari kematian dan
memuliakan Dia (1: 21) sebagai cara pembuktian bahwa karya Kristus diterima
oleh Bapa dan karya Kristus sempurna untuk penebusan. Kebangkitan dan pemuliaan
Kristus membuat iman dan pengharapan tertuju kepada Allah (1: 21).
Setelah pemaparan karya Kristus, dilanjutkan
ajaran praktis lainnya. Penyucian (sanctification)
adalah produk ketaatan pada kebenaran (firman Tuhan) (1: 22). Tidak ada
penyucian tanpa ketaatan kepada Firman. Semakin kita taat semakin hidup suci. Hidup
suci karena ketaatan pada firman membuat seseorang mampu mengasihi saudaranya
(1: 22). Kualitas kasih persaudaraan itu
adalah tulus dan sungguh-sungguh dengan segenap hati (1: 22, band Rom. 9: 12; 1
Tes. 4: 9-10 - ‘love one another deeply (fervently) from the heart’). Dasar perintah ini (1: 22) karena sudah
dilahirkan kembali oleh Kristus (1: 23). Kelahiran baru adalah karya langsung
Roh Kudus (Tit. 3: 5) di mana FT
berperan besar yang menyampaikan Injil pada orang berdosa dan memanggil mereka
pada pertobatan dan beriman kepada Kristus (1: 25). Firman Tuhan yang di
sampaikan kepada kita adlaah kekal. ‘Benih yang fana’ yang adalah jasmani
sifatnya sementara, tetapi benih firman Allah itu kekal (1: 24-25).
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment