Friday, October 2, 2009

Celebrate of Discipline 1: Door to Liberation

Indrawaty Sitepu, MA



Hari ini kita akan berbicara mengenai door to liberation. Disiplin-disiplin rohani yang kita miliki seharusnya membawa kita kepada kemerdekaan. Disiplin ini adalah pintu menuju kemerdekaan, bukan sebaliknya. Jadi, jika disiplin rohani telah menjadi sebuah rutinitas atau legalisme, hanya akan menuju kedangkalan dan kematian. Menurut Richard Foster, kedangkalan merupakan kutuk zaman kita. Doktrin kepuasan seketika merupakan persoalan rohani utama saat ini. Jika sudah doa dan sharing, maka langsung lega. Memang ada unsur lega di sana. Tetapi jika hanya sebatas lega agar tidak dikoreksi, maka apa yang kita lakukan adalah hal yang dangkal. Yang sangat dibutuhkan sekarang ini bukan lebih banyak orang cerdas atau orang-orang yang berbakat, melainkan orang-orang yang berpikir secara mendalam. Orang pintar dan berbakat sudah banyak, tetapi orang-orang yang bisa berpikir dengan dalam, peka dengan apa yang terjadi sangat sulit untuk di dapat. Mari membuka Mark 7:6, ”Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku”, dan 2 Tim 3:5, ”Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!" Apakah nyanyian kita hanya sebatas di bibir atau keluar dari hati dan hidup keseharian kita. Hal ini menjadi pertanyaan bagi kita. Tetapi mari kita mengingat bahwa menjadi religius belum tentu memiliki spiritualitas yang benar. Menyembah di bibir tetapi hatinya jauh dari Allah.

Dalam 2 Tim 3:5 tadi dikatakan bahwa ada orang yang beibadah tetapi mengingkari kekuatan dari ibadah itu. Seharusnya ada perbedaan antara orang yang dekat kepada Tuhan dengan orang yang tidak dekat kepada Tuhan. Tetapi betapa banyaknya orang Kristen ketika selesai berdoa atau PA masih tetap memiliki iri hati dan hal-hal lahiriah lainnya. Jangan pernah berpikir bahwa hanya di Gereja hal-hal seperti ini banyak terjadi. Di persekutuan pun hal ini harus dipertanyakan.

Berbicara mengenai spirutualitas berarti berbicara seluruh aspek hidup, bukan hanya ketika kita Sate atau doa. Disiplin rohani itu bukan untuk orang-orang tertentu seperti biarawan dll. Tetapi disiplin rohani juga untuk orang-orang yang biasa, yang mempunyai pekerjaan dan kesibukan kehidupan sehari-hari. Disiplin rohani juga bukan pula pekerjaan yang membosankan yang ditujukan untuk melenyapkan gelak tawa dari muka bumi. Terkadang orang berpikir bahwa seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi tidak boleh terbahak-bahak dan harus menjaga imagenya.

Kesukaan merupakan kunci dari disiplin rohani. Jika kita merasa terpaksa memuji Tuhan, maka hal tersebut akan menjadi sesuatu yang membosankan. Kesukaan membuat seseorang itu tanpa terasa dapat berdoa berjam-jam. Tujuan disiplin rohani adalah pembebasan dari perbudakan yang mencekik kepada kepentingan dari sendiri dan ketakutan. Sewaktu kita melakukan disiplin-disiplin rohani (berdoa, baca Firman), sebenarnya apa yang terjadi di sana? Roh di dalam batin seseorang dilepaskan dari semua hal yang mengekangnya. Ada banyak yang dapat mengekang roh kita seperti tekanan-tekanan batin atau lingkungan, target kita dll. Syarat utama dari disiplin rohani adalah rindu kepada Allah. Kuncinya adalah kesukaan dan syarat utamanya adalah kerinduan. Apakah kita beda jika kita melakukan waktu teduh kita dan doa kita dengan perasaan eager (betul-betul ingin melakukan) daripada ketika kita bermalas-malasan. Pasti sangat berbeda. Jadi, sejauh mana kita melakukan disiplin rohani kita dengan kerinduan bertemu dengan Tuhan? Tuhan tidak suka dibohongi. Tuhan tahu setiap hati kita ketika kita datang kepada Dia. Bagaimana kondisi dari disiplin rohani kita akan terlihat oleh kita atau orang lain sewaktu kita menghadapi permasalahan hidup. Sepanjang semuanya baik-baik saja memang agak sulit untuk memeriksanya. Tetapi bagaimana ketika kita menghadapi masalah seperti kemarahan, kedengkian, kerakusan, kesombongan, nafsu seks, ketakutan, dll?

Biasanya metode kita dalam mengatasi dosa yang mendarah daging adalah dengan melancarkan serangan dari depan. Artinya kita mengandalkan kemauan keras kita dan ketetapan hati kita. Kita mencoba untuk tidak melakukannya lagi. Kita berjuang melawannya dan kita menyiapkan kehendak kita memusuhinya. Tetapi yang terjadi adalah kita bisa lebih parah lagi. Mungkin untuk sesaat kita bisa lepas, tetapi untuk selanjutnya? Kita biasanya bangga dengan kebenaran lahiriah. Hal ini sama saja seperti kuburan yang dilabur putih. Dari luar kelihatan berhasil sementara waktu, tetapi cepat atau lambat di dalam keretakan dan celah-celah hidup kita, keadaan batin kita yang sebenarnya akan nyata. Jika kita penuh dengan belas kasihan, hal itu akan nyata dan sebaliknya, jika kita penuh dengan kebencian, kesombongan hal itu pun akan dinyatakan. Walaupun kita berusaha untuk menyembunyikan, sifat kita akan disingkapkan oleh mata kita, mulut kita, dan seluruh bahasa tubuh kita. Kenapa? Karena kemauan kita tidak memadai untuk mengerjakan perubahan yang perlu di dalam roh batin kita. Kita tidak sanggup membangun kerohanian kita dengan upaya kita sendiri. Itulah sebabnya disediakan disiplin-disiplin rohani untuk membuka pintu kemerdekaan.

Kebenaran batin adalah pemberian Allah. Perubahan di dalam diri kita adalah pekerjaan Allah. Hanya Tuhan yang dapat bekerja di batin. Roma 5 mengatakan kebenaran adalah pemberian Allah. Hal ini tidak berarti tidak ada sesuatu yang dapat kita kerjakan. Bagian kita adalah menanti Allah dan mempersilahkan Dia untuk mengubah kita. Itulah sebabnya disiplin rohani membukakan pintu kemerdekaan karena Allah memberikan kita disiplin-disiplin rohani sebagai satu upaya untuk menerima anugerahnya. Saya tidak tahu kapan saudara menagalaminya, menurut saya hal ini seharusnya menjadi pengalaman kita bersama-sama dengan Tuhan. Waktu kita datang kepada Tuhan, begitu banyak anugerah yang kita alami. Anugerah bukan hanya sekedar ketika kita berdoa agar kita lulus dan kita lulus. Ini memang berkat, tetapi berkat yang hari lepas hari berlimpah kita alami dalam menjalankan disiplin rohani yang kita lakukan. Disiplin-disiplin ini memungkinkan kita untuk menempatkan diri kita dihadapan Allah agar Ia dapat mengubah kita. Kita melakukan disiplin itu sebagai wadah dimana Allah mengubah kita. Orang saleh bukan orang yang paling banyak pelayanannya. Orang yang saleh adalah seorang pendoa. Dan orang seperti inilah yang paling dibutuhkan sekarang ini. Disiplin-disiplin rohani itu sendiri tidak dapat mengerjakan apa-apa. Hanya dapat membawa kita ke tempat dimana sesuatu dapat dikerjakan oleh Allah. Disiplin adalah sarana anugerah Allah. Kebenaran batin yang kita cari bukan sesuatu yang kita curahkan ke atas kepala kita. Disiplin sebagai alat yang menempatkan kita dimana Ia dapat memberkati kita. Itulah kenapa kita harus disiplin berdoa dan melakukan disiplin lainnya.

Disiplin rohani adalah jalan anugerah yang disiplin. Maksudnya adalah disiplin rohani itu merupakan jalan anugerah Allah bagi kita yang perlu kita disiplinkan. Hal ini berbeda denagn rutinitas. Bukan jalan kegagalan moral melalui usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran. Inilah yang disebut dengan kesesatan moralisme, dimana seseorang merasa melalui setiap usaha manusialah, dia memperoleh kebenaran.
Disiplin rohani bukan jalan kegagalan moral karena tidak ada usaha manusia sama sekali. Karena pemberian Allah, maka usaha manusia tidak ada. Ini salah. Ini adalah kesesatan antinomianisme dimana segala hukum moral tidak ada gunanya dan hanya iman yang diperlukan untuk mendapat keselamatan. Disiplin rohani adalah mempersilahkan Tuhan untuk memenuhi dan mengubah kita. Sehingga orang yang menjalankan disiplin-disiplin rohaninya bukan hanya sdaat dia sadar buah roh itu nampak, justru saat dia lengah pun buah itu yang muncul dari hidupnya. Utnuk menilai orang saat baik pada saat dia lengah. Jika dia sadar sesadar-sadarnya, apalagi di depan orang yang dia hormati, maka dia bisa berbeda. Tetapi jika dia lengan maka tidak ada lagi kepura-puraan dan itulah dia sebenarnya. Pada saat kita lengah maka spontan akan mengalir dari kehidupan batin kita kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri ( Gal 5:22-23). Semua hal-hal ini mengali dengan sendirinya dari hidup seorang yang memiliki disiplin rohani yang merupakan pintu kemerdekaan itu. Dia merdeka untuk hidup seperti apa yang Tuhan inginkan dan rancang. Dia merdeka, bukan karena dipaksa oleh keadaan, status, tetapi mengalir secar alami bahkan saat dia lengah sekalipun. Itulah buah disiplin rohani yang terlihat dalam keseharian kita. Religius belum tentu spiritualitasnya benar, tetapi orang yang memiliki spiritualitas yang benar akan terlihat dalam seluruh aspek hidupnya, karena bicara mengenai spiritualitas kita bicara soal totalitas hidup dimana tidak ada bagian yang tidak terkait dengan spiritualitas kita.

Jika disiplin berubah menjadi rutinitas dan hukum maka akan menghasilkan kedangkalan dan kematian (secara rohani). Mat 5:20, ” Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” [band Mat 23:3, 13, 14, 15, 16, 23, 25-28]. Pada bagian ini kita akan menemukan bagaimana peringatan dan kecaman kepada Ahli taurat yang dilakukan oleh Yesus karena mereka hanya pintar mengajar tanpa menghidupinya. Ini menjadi peringatan bgi kita juga. Ini adalah akibat dari disiplin rohani yang menjadi hukum dan rutinita. Bukannya menjadi pintu pada kemerdekaan, disiplin rohani menjadi jalan kematian. Hal ini terjadi karena mengutamakan lahiriah dan kesalehan pura-pura. Mereka tidak membawa orang lebih dekat kepada kerajaan Allah, tetapi makin jauh. Jika aktifitas rohani orang Farisi tidak kita ragukan. Oleh karena itu Yesus meminta kita melakukan segala sesuatu yang mereka ajarkan tetapi tidak meniru perbuatan mereka yang mengajar tetapi tidak melakukannya. Jika disiplin berubah menjadi hukum, maka biasanya akan dipakai untuk memanipulasi dan menguasai orang lain. Makanya disebut sebagi jalan kematian. Dalam 2 Kor 3:6 dikatakan bahwa Roh menghidupkan. Disiplin rohani akan membawa kita ke hadiratNya, membaharui kita dari hari ke hari sehingga kita menjadi orang yang lebih kuat, disempurnakan dan tidak labil. Dalam tindakannya, nyata buah roh itu menyertainya. Ada kasihan dan kelemah lembutan yang membuat dia memutuskan semuanya itu. Tetapi sebaliknya, jika disiplin rohani menjadi rutinitas dan hukum maka disiplin itu tidak ada kuasanya akan membawa kepada kematian. Seolah-olah kita rohani, sebenarnya hanya kelihatannya rohani. Pembaharuan tidak dialami dalam hidupnya.

Disiplin rohani merupakan sebuah pintu menuju kemerdekaan jika kita dengan setia. Apakah kita telah disipilin melakukannya? Mari kita bersama memiliki kemerdsekaan di dalam persekutuan dengan Tuhan, memiliki hidup dengan disiplin rohani yang merupakan pintu kemerdekaan bagi kita.
Soli Deo Gloria!

No comments: