Friday, October 2, 2009

Celebrate of Discipline 3: Simplicity

Indrawaty Sitepu, MA


Pada hari ini, dalam sesi yang ketiga, kita akan bersama-sama belajar The Discipline of Simplicity. ‘Simple’ artinya sederhana atau bersahaja. Simplicity yang dimaksud dalam tema kali ini adalah ketulusan hati dan kesederhanaan. Bukan sebatas sederhana dalam arti fisik, tetapi di dalam hati juga. Jadi dapat disimpulkan bahwa simplicity yang dimaksud disini adalah ketulusan hati dan kesederhanaan. Topik ini sangat relevan bagi kita para alumni untuk melatih dan mendisiplinkan hidup kita agar menjadi orang yang tulus dan sederhana.

Mari melihat sekitar kita. Kebudayaan kita pada zaman sekarang telah kehilangan kenyataan batiniah maupun gaya hidup lahiriah yang tulus dan sederhana. Bahkan jika kita menjadi orang yang tulus, orang-orang akan mengingatkan kita agar tidak menjadi orang yang tulus sehingga kita tidak dibohongi orang lain. Jadi, gaya hidup tulus dan sederhana bukan gaya hidup yang populer dan dipuji orang secara komunitas. Sebenarnya mengalami kenyataan batiniah yang tulus dan sederhana justru akan membebaskan kita secara lahiriah. Ketika kita tidak tulus dan sederhana, kita sedang masuk dalam sebuah perangkap perbudakan. Ketulusan dan kesederhanaan adalah sebuah kebebasan. Oleh sebab itu jika kita hidup tulus dan bebas, maka kita akan memiliki hidup yang sukacita dan seimbang. Sebaliknya, jika kita bermuka dua, akan memiliki hidup yang penuh dengan rasa cemas dan takut dan akhirnya menjadi tersiksa. Firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia itu sedehana, tetapi manusia itu menjadikan sesuatu menjadi kompleks-God made man simple, man’s complex problem are his own devising [Pengkhotbah 7:30].

Ketulusan hati merupakan satu kenyataan batiniah yang menghasilkan suatu gaya hidup lahiriah. Jadi, jika batin kita memang tulus dan sederhana, mau tidak mau maka akan keluar dalam gaya hidup lahiriah kita. Seseorang yang memiliki batin yang tulus tetapi yang keluar dari dia adalah sesuatu yang rumit, berarti ada yang salah dengan dirinya. Thomas Kelly membuat sebuah istilah yang sangat dalam untuk menggambarkan hal ini, yaitu Pusat Ilahi. Jadi hidup memiliki satu titik pusat, yaitu Ilahi. Inilah yang namanya tulus dan sedehana. Kierkegard menyatakan, ”Purity of heart is to will one thing.” [ketulusan hati hanya menghendaki satu hal]. Jika banyak maunya, mungkin kita belum simplicity. Maunya hanya satu, ambisinya hanya satu, cita-citanya hanya satu. Ketulusan hati dimulai dalam kesatuan dan fokus batin yaitu berpusatkan Tuhan, bukan atasan, pasangan, kakak kelompok, atau pelayanan. Oleh sebab itu disiplin ini secara langsung menantang kepentingan diri kita dalam gaya hidup yang makmur.

Bicara tentang simplicity terlepas dari orang yang memiliki banya atau sedikit uang. Kadang-kadang orang yang cinta uang itu bukan karena banyak uang. Justru karena memiliki uang yang sedikit maka dia menjadi pencinta uang dan menjadi seorang yang pelit. Jadi jangan pernah berpikir hanya orang yang memiliki banyak duit saja yang perlu sederhana. Orang yang memiliki sedikit duitpun perlu belajar simplicity. Orang yang kelihatannya simple di luar, belum tentu simple dalam hati, padahal yang kita maksud tadi adalah dari hati keluar menjadi lahiriah. Jika kita paksakan hidup sederhana, tetapi dalam hati tidak hidup sederhana atau tidak tulus, maka ini bukanlah kemerdekaan, tetapi sesuatu yang memperbudak.

Mari melihat Mat 6:25-33. jika kita perhatikan bagian ini, ada beberapa hal yang akan kita soroti. Titik pusat disiplin kesederhanan adalah mencari kerajaan Allah dan kebenaran KerajaanNya dahulu. Baru kemudian segala sesuatu yang kita butuhkan dan perlukan akan datang menurut urutan yang tepat. Betapa seringnya hidup ini makin rumit karena urutan hidup kita tidak jelas, urutan kepentingannya tidak jelas. Yang paling penting dibuat menjadi kurang penting. Yang kurang penting dibuat menjadi sangat penting. Kita pasti pernah melihat kuadran penggunaan waktu, dimana masing-masing kuadran memiliki karakteristik tersendiri. Kuadran I berisikan: penting dan mendesak, kuadran II: penting dan tidak mendesak, kuadran III: tidak penting dan mendesak, dan kuadran IV: tidak penting dan tidak mendesak. Jika kita melihat diri kita, maka kita berada di dalam kuadran berapa? Tanpa sadar, banyak dari kita berada di kuadran IV atau kuadran I. Dalam bagian ini, sering sekali tanpa kita sadar, walau teorinya telah kita pelajari (dalam hal ini kuadran II), apa yang kita lakukan tergeser ke dalam kuadran I. Jika mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya telah kita tempatkan dalam posisi yang paling penting, maka kepentingan-kepentingan yang lain akan beurutan hadir. Sering sekali kenapa urutan kita salah kaprah adalah karena titik disiplin kita untuk hidup sederhana belum pada tempatnya dan kita belum mengutamakan Tuhan dan Kerajaan Allah diatas segalanya. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang boleh mendahului Kerajaan Allah, termasuk keinginan akan gaya hidup yang sederhana. Jangan sampai kita ingin begiru hidup sederhana sampai kita tidak lagi dalam rangka mendahulukan Kerajaan Allah. Kesederhanan menjadi penyembahan berhala jika hal ini lebih diutamakan daripada mencari Kerajaan Allah. Kesederhanaan sangat penting, tetapi jangan sampai salah urutan atau posisi.

Kebebasan dari kekuatiran merupakan salah satu bukti batiniah dari usaha mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu. Apa yang harus kita lakukan untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya terlebih dahulu? Melayani bukan. Jadi apa? Melayani tidak salah. Tetapi jika melayani menjadi tempat utama, bukan Tuhan, tentu saja menggeser posisi Tuhan. Menempatkan sesuatu atau seseorang di posisi yang seharusnya adalah Tuhan, berarti sesuatu atau seseorang itu telah menjadi berhala kita. Satu bukti batiniah bahwa kita berusaha mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu adalah kita bebas dari kekuatiran. Kebebasan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kelimpahan atau kekurangan harta. Ini merupakan sikap batin dan keadaan hati yang penuh percaya. Apakah kita percaya bahwa Allah memelihara kita? Apakah kita percaya bahwa untuk mati pun Dia sudah lakukan, apalagi untul hal-hal lain yang kita perlukan masa Dia tidak peduli?

Kekuatiran atau kecemasan akan sangat menyiksa dan memperbudak kita, dan mempengaruhi semua hidup kita termasuk keputusan-keputusan kita. Ingat, jika kita mengambil keputusan dalam keadaan kuatir akan membahayakan. Oleh sebab itu dalam mengambil keputusan-keputusan penting ambillah waktu tenang bersama dengan Dia. Kebebasan dari kecemasan atau kekuatiran ditandai dengan tiga sikap batin.

1. Jika apa yang kita miliki telah kita terima sebagai satu pemberian.
Apapun itu, pekerjaan, pelayanan, pasangan, dll, adalah pemberian Allah. Tidak ada hak kita sedikitpun di sana. Tuhan hanya menitipkan segalanya untuk kita tanggungjawabi dan hidupi dengan benar.

2. Jika apa yang kita miliki dalam pemeliharaan Allah.
Jika kita menerima dan Tuhan mau ambil karena Tuhan merasa hal tersebut tidak cocok lagi bagi kita, hal tersebut tentu kita terima. Kita serahkan karena bukan milik kita, tetapi milik Tuhan, termasuk hal-hal yang kita cintai sekalipun. Jika kita memiliki konsep dan tetap mempertahankannya maka kita sendiri yang akan mengalami kesakitan dan terluka. ’Luka-luka’ kita sering terjadi karena hal ini, karena kita tidak menyerahkannya dalam pemeliharaan Allah. Kita ingin mengatur sendiri hidup dan rancangan kita. Bukan berarti kita tidak boleh membuat rencana, tetapi dalam semuanya kita harus ingat bahwa semua adalah milik Tuhan dan Tuhan berhak atas semuanya.

3. Jika apa yang kita miliki tersedia bagi orang lain.
Jika kita diberikan uang, ini bukan kita. Bukan berarti sewaktu kita gajian, kita membagikan kepada orang-orang di jalan. Bukan! Tetapi kita adalah pengelolanya, yang harus dapat, mengelola uang itu dengan baik.

Tiga hal inilah yang perlu kita periksa. Bagaimana keadaan batin kita mengenai apa yang Allah berikan bagi kita. Apa yang Allah berikan tidak harus harta, tetapi dalam bentuk banyak hal. Jika ketiga hal ini ada dalam kita maka kita tidak akan menjadi orang yang cemas dan kuatir akan hidup ini. Jadi banyak sekali kekuatiran itu kita yang buat sendiri.

Simplicity dalam kehidupan sehari-hari.

• Belilah barang-barang yang benar-benar karena kegunaannya yang kita butuhkan bukan karena status,gengsi/prestise.
Misalnya, apakah kita membeli HP demi fungsinya atau demi gengsi?

• Tolaklah segala sesuatu yang menimbulkan kecanduan/keterikatan dalam diri kita
Mari kita memeriksa apa yang membuat kita terikat di dalamnya. Jika ada, mari segera membenahinya.

• Kembangkan kebiasaan untuk memberikan barang saudara kepada orang lain
Adakah barang-barang kita (mis. Baju ) yang lebih dari satu bulan tidak dipakai? Jika ada, kenapa tidak diberikan saja kepada mereka yang lebih butuh? Kembangkan kebiasaan untuk memberikan barang kepada orang lain.

• Jangan mau dipengaruhi oleh propaganda-iklan
Iklan dibuat agar kita berfikir kita memerlukan produk yang dipasarkan. Jadi iklan yang menentukan keperluan kita, bukan diri kita sendiri. Hal ini tidak benar.

• Belajarlah menikmati barang tanpa memilikinya.
Bukan berarti kita mengambil barang orang. Misalnya untuk buku. Jika kita hanya butuh satu bab dalam buku tersebut kita bisa meminjamnya ke Perpustakaan.

• Kembangkan penghargaan yang lebih dalam tehadap ciptaan Tuhan.
Saya tidak tahu, kapan kita terakhir mensyukuri kicauan burung atau bunga di taman. Sewakti itu saudara lakukan, kita akan semakin sadar bahwa itu seemua adalah ciptaan Tuhan. Akan banyak sekali efek positif yang akan terjadi dalam hidup kita.

• Sikapi fasilitas kredit dengan bijak.
Ketika kita menggunakan fasilitas kredit akan membuat kita terperangkap dengan hutang.

• Katakan ya jika ya dan katakan tidak jika tidak.
Hal ini berhubungan dengan ketulusan hati yang berpusatkan pada Tuhan. Jika pusat hidup kita bukan Tuhan, maka kita akan sering berubah-ubah. Jika kita tenang, kita akan menjawab ’iya’, tetapi sewaktu kita takut kita akan mengatakan ’tidak’.

• Tolaklah segala sesuatu yang akan menyebabkan orang lain menderita.
Jika agar supaya kita merasa nyaman maka orang lain menderita, tolaklah. Hal ini bertentangan dengan spirit dunia. Dunia mengajak kita untuk menarik sebanyak mungkin untuk diri kita.

• Hindarilah apa saja yang mengalihkan saudara dari mencapai tujuan yang utama.
Apakah sahabat, pekerjaan, uang, apapun itu, jika mengalihkan saudara dari tujuan utama saudara, yaitu mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka hindarilah.

Beberapa peringatan buat kita dari Alkitab.
1. Apabila harta makin bertambah janganlah hatimu melekat padanya (Mzm 62:11)
2. Siapa yang mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh ( Amsal 11:28 )
3. Yesus, pada zamannya menyatakan perang terhadap materialisme-”mamon” sebagai ”allah saingan” (lukas 16:13)
4. Jangan mengumpulkan harta di bumi, dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada (Mat 6:19,21)
I Tim 6:9-10: ,” Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
Kaya tidak salah, tetapi mencintai kekayaan adalah hal yang salah.
5. I Tim 3:3: mengatakan kriteria yang Tuhan harapkan bukan hamba uang
6. Efesus 5:5 menyatakan serakah-pemuasan selera semata-penyembah berhala~Tuhan mereka ialah perut mereka Fil 3:19
7. I Tim 6:17-19 merupakan peringatan bagi orang kaya supaya jangan tinggi hati dan berharap pada kekayaan. Kita dianjurkan kayalah dalam kebajikan

Jangan juga kita menjadi Asketisme dima kita tidak boleh kaya dan menjadi orang yang menolak untuk memiliki sesuatu.

Kesederhanaan adalah satu-satunya hal yang dapat mereorientasi kehidupan kita secukupnya. Sehingga harta milik dapat dinikmati dengan ikhlas tanpa menghancurkan kita. Betapa banyaknya orang ketika memiliki duit menjadi tidak setia.
Sebagai penutup, saya akan merangkaikan tiga pertemuan kita dalam seri Celebration of Disciplines. Disiplin-disiplin rohani merupakan pintu menuju kemerdekaan. Disiplin rohani adalah jalan/sarana anugerah Allah membentuk dan membaharui kita sehingga kita menjadi manusia merdeka yaitu merdeka hidup dalam Roh dan kebenaran. Buah Roh bukan karena kita sadar maka keluar. Ketika kita lengah pun, buah Roh akan keluar. Buah Roh akan keluar kapan saja karena telah menyatu dalam kita dan menjadi ciri khas kita. Munkin sewaktu dibilang, ”Kamu baik sekali ya?”, maka kita merasa biasa-biasa saja karena hal tersebut telah menjadi hidup kita. Kita tidak merasa hal tersebut menjadi sesuatu yang luar biasa. Tetapi bagi dunia ini, hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat indah dan istimewa dan dunia sangat membutuhkan hal ini.
Hati-hati dimana ada tiga musuh unggul kita pada zaman ini: kebisingan, ketergesaan dan kerumunan orang. CG Jung, dokter penyakit jiwa, menyatakan bahwa ketergesaan itu bukan dari iblis melainkan adalah iblis. Jika hidup kita selalu tergesa-gesa, hati-hati, mungkin kita hidup bersama dengan iblis. Karena itu kita dipanggil untuk solitude di tengah-tengah kebisingan, ketergesa-gesaan dan kerumunan. Disiplin kesendirian untuk berdua dengan Tuhan. Keadaan batiniah yang merdeka akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari dimana kita menjadi orang yang tulus dan sederhana. Pusat hidup kita adalah Tuhan sehingga akan melahirkan kemerdekaan, sukacita dan keseimbangan. Kita akan melihat secara rohani.
Ada beberapa yang setiap hari perlu menjadi disiplin kita, yaitu:

Pray continually ( 1 Thes. 5: 17).

Read and meditate the word of God (Psalm 1: 2).

Solitude, silence, stillness (Is. 30:15, 40:31).

Simplicity (Mt 5:25-34).

Give thanks in all circumstances ( 1 Thes. 5: 18).

Self denial, take up the cross daily and follow Him (Luk. 9: 23).

Confession: Being honest with God.

Sabbath and Journal keeping (Psalm 42: 5).

Always be prepared to share the Gospel (1Pet. 3:15).

Banyak hal yang bisa kita komitmentak untuk menjady disiplin kita setiap hari. Sehingga kita menjadi seseorang yang melampaui apa yang kita pikirkan. Kehidupan rohani kita bisa semakin bertumbuh dan bertumbuh. Kita semakin dekat dengan Tuhan dan menikmati Tuhan dan Tuhan pun akan semakin menikmati hidup kita yang semakin menjadi berkat bagi sesama. Jika ada diantara kita belum menikmati solitude, tidak apa-apa. Jangan langsung menyerah. Kadang-kadang hal ini perlu latihan dan semakin lama kita akan semakin gampang menikmatinya. Pada waktunya saudara akan mengalami Tuhan di dalam solitude saudara dan hal ini akan membuat hidup saudara lebih indah. Everyday discipline.

Soli Deo Gloria!