Friday, October 2, 2009

Family bgn 3- Preparing For Godly Family

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Hari ini kita akan berbicara tentang bagaimana mempersiapkan keluarga ilahi. Keluarga yang bermisi hanya bisa terjadi jika kita hidup dengan visi dan panggilan hidup yang. Dalam Amsal 29:18 dikatakan, “Bila tidak ada wahyu (visi), menjadi liarlah rakyat…” Betapa penting- nya visi dalam hidup anak Tuhan, kepemimpinan, dan juga keluarga. Memiliki visi yang tajam akan menentukan semua keputusan dan pilihan kita. Seseorang akan rohani bukan karena dia bernyanyi rohani atau memiliki jabatan rohani. Tetapi, seseorang disebut rohani atau tidak dapat dilihat dari keputusan, pilihan, dan hal-hal yang ada di dalam hidupnya. Orang yang rohani pasti memilih yang rohani. Orang yang dewasa rohani pasti akan memilih hal-hal yang dewasa rohani, menggunakan uangnya untuk hal-hal yang benar dan tepat. Tidak mungkin orang yang dewasa secara rohani tidak memberi perpuluhan tetapi dapat menonton dua kali seminggu. Itulah sebabnya penting visi dan panggilan hidup di dalam menata satu keluarga yang Ilahi, karena visi membuat kita mengetahui prioritas dan membuat kita maksimal dalam hidup, termasuk di dalam pernikahan. Visi membuat kita mampu bertahan menghadapi pasangan hidup kita apapun kekurangan dan kelemahannya.

Bagaimana kita mempersiapkan Godly Family?
Pertama, mari melangkah karena kita yakin akan mandat umum dan mandat khusus ada bagi kita. Mandat umum adalah seperti yang sudah kita pelajari, yaitu Kej 1:27-28, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.", dan mandat khusus seperti dalam Mat 19:11-12, ”Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." Jika sudah yakin kita dipersiapkan Allah untuk melahirkan anak biologis dan anak theologis sekaligus, maka berdoalah untuk teman hidup.

Kedua, Godly Family dibangun dengan orang yang masuk dalam keluarga itu mengerti visi dan misinya secara pribadi, bukan sekedar ingin menikah maka kita menikah, bukan karena orang memiliki anak, maka kita ingin memiliki anak juga, bukan karena orang gandengan maka kita ingin gandengan juga.

Ketiga, kita menyadari panggilan Allah ketika melangkah. Ketika kita sadar akan panggilan Allah untuk berkeluarga atau tidak berkeluarga, biarlah hal tersebut menjadi aktualisasi visi yang dari Allah. Ingat, jangan menikah jika hal tersebut melanggar visi Allah. Hal ini dapat membuat hidup kita tidak maksimal. Dalam kenyataan, banyak pasangan yang melanggar hal ini akhirnya mengeluh.

Perhatikan pertanyaan ini. What is the vision of your marriage? Jika teman-teman berpikir untuk pacaran atau menikah, pertanyaan ini harus dimunculkan, apa visi dari pernikahan anda? Jika visinya tidak jelas, maka jangan melangkah karena hanya akan menambah jumlah pasangan yang menderita dalam pernikahan. Ketika kita menyadari visi kita, maka pernikahan kita bukan sekedar mengikuti orang atau cemburu atau karena dipaksa oleh orang tua kita.

Mari kita belajar dari Abraham kepada Ishak tentang bagaimana mempersiapkan keluarga yang Ilahi. Mari membaca Kej 24:1-67.

Ketika Abraham tua, dia tidak bisa lagi mengerjakan apa yang menjadi persiapan untuk Ishak. Maka ia memanggil seorang hamba yang paling dipercayainya dan mengambil sumpahnya. Abraham yang diberkati Tuhan dalam segala hal (ay 1) menghendaki rencana (visi) Allah (Kej.12:1-3) digenapi melalui pernikahan anaknya, Ishak (ay 5, 8). Muncul pertanyaan, mengapa bukan Ishak yang pertama melakukan seperti ini. Ingat, waktu mereka di Kanaan, hanya keluarga ini yang beriman kepada YAHWE. Jadi, Abraham berkata kepada hambanya agar tidak mengambil perempuan Kanaan yang menjadi isteri Ishak, tetapi harus kembali ke kampung asalnya. Dia mengambil orang yang percaya. Jadi Abraham punya penglihatan dari Allah ketika Allah memanggil dia keluar dari Ur-Kasdim, pergi ke satu tempat yang ia tidak tahu (kelak tempat itu adalah Kanaan). Dan di sana, ia tidak mau rencana Allah gagal. Oleh karena itu ia berupaya membuat visi Allah digenapi dan salah satunya adalah melalui pernikahan Ishak. Itulah sebabnya Abraham menyuruh hambanya pergi ke kampung halamannya untuk mengambil seorang wanita untuk menjadi isteri Ishak. Jika kita perhatikan, Abraham tidak ingin anaknya menikah dengan orang yang tidak beriman (ay 4-8).

Dalam rangka inilah ia mengutus hambanya ke tanah leluhurnya, mencari orang yang tepat untuk menjadi isteri Ishak. Kenapa bukan Ishak yang pergi? Ingat, syarat isteri Ishak yang pertama adalah harus percaya kepada YAHWE dan tidak boleh dari Kanaan, oleh karena itu kembali ke kampung halaman. Jadi Ishak tidak pergi karena Abraham yang pergi ke luar dari Ur-Kasdim pergi ke Kanaan, tidak ingin akanknya akan tinggal di sana dan menghambat rencana Allah. Itu sebabnya Ishak tidak di ijinkan ke sana [ay 4-6]. Abraham melakukan hal ini agar visi Allah digenapi dalam Godly Family.

Dasar untuk berindak bagi Abraham adalah janji, panggilan, atau visi Allah yang harus digenapi. Abraham mengingat kembali janji Allah yang pernah ia terima di kampung halamannya. Dan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, ia mencari pasangan untuk Ishak, anaknya. Ketika kita berpikir dalam rangka untuk menikah mari belajar bahwa pernikahan Ishak yang direncanakan adalah demi kegenapan visi Allah. Pernikahan Ishak sebagai satu keluarga yang Ilahi agar janji Allah yang sudah diucapkan kepada Abraham puluhan tahun sebelumnya jangan sampai gagal. Itulah sebabnya sangat penting visi bagi setiap orang percaya agar kita melangkah dan mengambil keputusan berdasarkan visi itu. Jika kita berpikir untuk menikah, adakah hal ini di dalam penggenapan panggilan Allah bagi hidup kita? Visi Allah bagi kita? Kemudian, dari bagian Firman ini, hamba Abraham berangkat dengan mengandalkan pimpinan Tuhan (12, 26-27 ).

Apa yang menjadi dasar bagi hamba Abraham ini untuk mengetahui? Mari kita perhatikan ayat 14-19. Dalam bagian ini kita melihat ada satu tanda yang menghantarkan orang tersebut kepada orang yang dipimpin oleh Tuhan. Waktu itu hamba ini selesai berdoa, muncul seorang wanita. Cantik parasnya, perawan, dan punya karakter yang baik. Banyak orang menafsirkan bagian ini dengan mengatakan mencari teman hidup dengan menggunakan tanda dengan mengatakan, ”Tuhan jika akau besok ketemu perempuan baju pink dan ia menyapaku pertama kali, maka ialah pasanganku.” Pertanyaannya adalah bolehkah kita meminta tanda? Bukan boleh atau tidak boleh. Yang menjadi ukurannya adalah apakah tanda itu. Dalam bagian ini kita melihat bahwa tanda yang diminta di sini adalah karakternya. Kita wajib mencari calon pasangan kita dengan tanda atau kriteria. Salah satunya adalah visi hidupnya. Jadi jika tanda seperti ini yang kita minta, silahkan minta. Hal ini boleh bahkan wajib. Jika kita minta tanda adalah karakternya yang betul-betul alkitabiah, hal ini juga adalah tanda yang benar. Tidak ada satupun yang mau tinggal dengan perempuan yang cerewet. Amsal berkata lebih baik tinggal di sotoh rumah daripada tinggal denbgan wanita yang cerewet, siapa sih yang mau dengan laki-laki yang kasar dan kejam? Pasti tidak ada. Meminta seperti ini dibolehkan. Jadi bukan tanda model rambut, tinggi badan, jurusan, warna kulit, suku, dll. Tetapi tanda itu adalah pasti dari segi standar Firman Allah. Jika ingin membangun keluarga yang memiliki standart Ilahi sangat dibutuhkan visi yang jelas dan karakter yang jelas dan benar menurut standart Alkitab. Yusuf minta tanda. Di luar logika ia mengambil Maria yang hamil di luar nikah menjadi isterinya. Hal ini pasti tidak gampang. Tetapi Tuhan berbicara secara khusus. Artinya adalah, jika hal tersebut berasal dari Tuhan, maka jika pun hal tersebut tidak seperti yang kita inginkan dan jauh dari yang kita harapkan, tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya jika visi hidupnya jelas dan karakternya bagus. Demikian juga Abraham yang ingin standar yang jelas bagi calon isteri Ishak untuk membangun keluarga yang Ilahi. Jika kita ingin membangun keluarga yang Ilahi, standar Ilahi pria/wanita itu harus jelas. Jangan mengurangi standart pria/wanita tersebut. Jika kita mulai mengurangi standart ini, maka kita akan mulai gagal dalam perwujudan visi Allah. Banyak kasus dimana ketika mahasiswa aktif sebagai pengurus dan melayani dengan semangat tetapi ketika menikah mereka ’hilang’ dari ’peredaran’. Apakah kita ingin membangun keluarga seperti ini? Tentu tidak.

Di dalam ayat 21 dikatakan ada pergumulan di dalam mencari pimpinan Tuhan. Hamba ini bergumul ketika mengamati wanita tersebut. Kita juga harus mengamati calon pasangan kita yang memiliki standar Ilahi agar keluarga kita menjadi keluarga Ilahi yang bermisi. Tanda atau isyarat hanya sebuah petunjuk bukan penentu. Petunjuk tersebut harus realis (bukan aneh-aneh), tetapi dari segi karakter dan kebaikan. Di sinilah penting sebuah karakter bagi calon teman hidup kita [Ams 31:10-30, penting dibaca oleh pria yang ingin menikah, dan bagi wanita, penting untuk mempersiapkan diri untuk memenuhi standar ini. Bd Mzm 128:1-6; Ef 5:21-32]. Bagi yang laki-laki, jangan hanya terpukau pada kecantikan seorang wanita. Cobalah untuk mencintai inner beauty-nya. Jika tidak maka rumah tangga kita dapat menjadi bencana. Di dalam ayat 30-31 Amsal tadi dikatakan bahwa kecantikan adalah sementara dan kemolekan adalah sia-sia. Siapakah yang dipuji-puji? Isteri yang takut pada Tuhan. Jika seorang Isteri takut pada Tuhan pasti lembut, ramah, sopan, rajin, peduli, dan bisa menata keluarga. Oleh karena itu, bagi para pria, carilah wanita yang takut akan Tuhan. Bagi yang perempuan, siapakah laki-laki yang diberkati oleh Tuhan? Dalam Mazmur 128:1-6 dikatakan diberkatilah laki-laki yang takut akan Tuhan. Oleh karena itu, carilah pria yang takut akan Tuhan. Pria yang takut akan Tuhan tidak akan membuat wanita menjadi tempat bentakan setiap hari tetapi bertanggung jawab selamanya.

Oleh karena itu, hambanya Abraham melihatnya dan mengamatinya apakah wanita tersebut pimpinan Tuhan bagi Ishak atau tidak. Mari perhatikan ayat 24-27. Setelah melihat karakter Ribka yang baik, baru hamba Abraham bertanya mengenai keluarganya dan meminta menginap di rumah Ribka. Ribka memberikannya. Dan ketika hamba ini tahu bahwa Ribka anaknya Betuel, tahulah hamba itu bahwa wanita inilah yang dipimpin oleh Allah karena dia adalah anaknya saudara Abraham, seorang yang juga beriman kepada YAHWE. Kemudian kepada Laban yang ramah itu, hamba itu menyatakan maksud kedatangannya. (30-49). Mari kita perhatikan ayat 50-54, ”Lalu Laban dan Betuel menjawab: "Semuanya ini datangnya dari TUHAN; kami tidak dapat mengatakan kepadamu baiknya atau buruknya. Lihat, Ribka ada di depanmu, bawalah dia dan pergilah, supaya ia menjadi isteri anak tuanmu, seperti yang difirmankan TUHAN." Ketika hamba Abraham itu mendengar perkataan mereka, sujudlah ia sampai ke tanah menyembah TUHAN. Kemudian hamba itu mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, dan memberikan semua itu kepada Ribka; juga kepada saudaranya dan kepada ibunya diberikannya pemberian yang indah-indah. Sesudah itu makan dan minumlah mereka, ia dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia, dan mereka bermalam di situ. Paginya sesudah mereka bangun, berkatalah hamba itu: "Lepaslah aku pulang kepada tuanku.”

Mari kita perhatikan kalimat Laban, ada dua kata yang menarik. Dikatakan ayat 50, ”...semuanya ini datangnya dari Tuhan...” dan ayat 51,”...seperti yang difirmankan Tuhan.” Langkah anak-anak Tuhan langsung diresponi oleh Laban dan Betuel, bahwa semuanya ini datang dari Tuhan dan merupakan keinginan Tuhan. Mari belajar dari hal ini. Laban dan Betuel sudah melihat bahwa hal ini adalah pimpinan Tuhan.

Bagaimana respon Ribka? Ribka meneri- ma pinangan itu (58-61) karena ia tahu hal tersebut adalah pimpinan Allah. Ada satu standar atau kriteria yang benar untuk membangun keluarga yang ilahi. Standar atau kriteria yang telah dikemukakan hamba itulah yang telah meyakinkan Ribka. Jika ditanyakan kepada diri kita, apa yang meyakinkan kita melangkah dan mengambil keputusan untuk pacaran dengan dirinya? Adakah dalam rangka visi itu? Dari bagian Firman ini pastilah hamba Abraham ini cerita kenapa dia di utus, dan oleh karena itu Laban dan Betuel, dan bukan hanya mereka, tetapi Ribka juga melihatnya. Apa yang membuat kita berani melangkah menolak atau menerima dirinya? Mari melangkah dengan standart yang jelas untuk membangun Godly Family. Perhatikan ayat 61-65 dimana ada pertemuan yang indah antara Ribka dan Ishak. ”Lalu berkemaslah Ribka beserta hamba-hambanya perempuan, dan mereka naik unta mengikuti orang itu. Demikianlah hamba itu membawa Ribka lalu berjalan pulang. Adapun Ishak telah datang dari arah sumur Lahai-Roi; ia tinggal di Tanah Negeb. Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia.” Hati berpaut. Walaupun ini pandangan pertama, tetapi pandangan pertama ini adalah karena visi, karena Ishak sudah tahu hal ini akan terjadi. Bukan sekedar first impression. Ini bukan sekedar pandangan pertama. Walaupun ini adalah pandangan pertama mereka berdua tetapi Ishak sudah tahu bawa siapa yang dibawa oleh hamba ayahnya itu pastilah anak Tuhan dan dalam rangka visi Allah. Oleh karena itulah dia memiliki respon seperti itu. Pastilah Abraham telah berbicara kepada dirinya dan hamba ini juga sudah berbicara sebelum berangkat.

Ketika mereka bertemu, Tuhan menanamkan cinta. Ayat 66-67 mengatakan, ”Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.” Dikatakan hamba ini bercerita mengenai perjalanannya ini dan pada saat mendengar cerita hamba inilah Ishak baru jatuh cinta. Dan berikutnya Ishak mencintai Ribka dan ia dihiburkan ketika ibunya meninggal. Menurut penafsir, ketika Sarai meninggal, Ishak kehilangan figur ibu yang mengasihinya dan ketika Ribka datang ia dihiburkan. Apa yang ingin saya katakan adalah wanita yang benar, yang berasal dari Allah, mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan dalam satu keluarga yang Ilahi. Pria yang benar yang berasal dari Allah, yang akan menjadi suamimu, mendatangkan peng- hiburan dan berkat bagi keluargamu. Inilah keluarga yang Ilahi.

Mari doakan dengan sungguh-sungguh. Mari melangkah karena visi Allah. Inilah Preparing for Godly Family. Melangkah dengan visi dan panggilan. Dalam rangka kegenapan visi Allah, mari melangkah sesuai dengan kriteria Allah.
Soli Deo Gloria!

No comments: