Pengantar
Banyak alasan pria dan wanita memutuskan pacaran. Beberapa memutuskan pacaran karena cinta. Ada juga dikarenakan usia yang semakin tua, bahkan ada karena pengaruh sosial dimana orang disekelilingnya sudah pacaran. Karena status dan usia yang semakin matang. Ingin menyenangkan orang tua (kalau ditanya, ada yang mau dikatakan). Karena terpaksa (segan menolak setelah termakan budi pria/wanita). Karena ingin menggantikan peran salah seorang keluarga (kakak, abang, ibu, bapak) bahkan yang lebih parah karena sakit hati kepada wanita/pria sehingga pacaran untuk mematahkan hati para pria/wanita.
Semua alasan pacaran akan teruji oleh waktu. Tiga bulan pertama, semua alasan pacaran – baik/tidak – masih mengatasnamakan cinta. Setelah tiga bulan, perbedaan semakin muncul, konflik bertumbuh, cinta pun disalahkan. Hal itu terjadi karena salah mengartikan apa itu cinta. Cinta bukanlah infatuation (tergila-gila) yang membuat mata kita berbinar-binar, senyum-senyum gak jelas, melamun lamunan yang mustahil, dll. Cinta juga bukanlah romance (keromantisan). Candle light di tempat romantis, mengunjungi tempat-tempat yang romantis, panggilan sayang belum tentu menunjukkan cinta. Cinta bukanlah nafsu. Sebab cinta memberi, nafsu menerima. Cinta menjaga, nafsu menggunakan. Dan cinta bukanlah seks. Sebab cinta adalah proses, sedangkan seks adalah aktivitas. Cinta perlu belajar sedangkan seks naluriah. Cinta butuh perhatian tetap, seks tidak butuh usaha. Cinta butuh waktu untuk bertumbuh, seks tidak butuh. Cinta melibatkan emosi dan spiritual sedangkan seks hanya melibatkan fisik semata. Cinta memperdalam hubungan, dan seks menghancurkan hubungan.
The Most Excellence Way
Tapi cinta adalah the most excellence way. Dalam menasehati jemaat Korintus, Paulus mengingatkan kepada mereka bahwa yang terutama bukanlah karunia, jabatan rohani, ataupun hikmat. Tapi yang paling penting dan utama adalah cinta. Cinta bukanlah karunia yang lebih tinggi melainkan jalan lebih utama; kasih yang mendorong penggunaan karunia.
Dalam I Kor 13: 1-3, Paulus menunjukkan keutamaan kasih itu. Bahwa ucapan tanpa kasih hanyalah sebuah kebisingan. Tanpa kasih, iman hanyalah sebuah pertunjukan. Tanpa kasih, pengorbanan hanya menimbulkan kesombongan. Demikian halnya dalam hubungan berpacaran, tanpa kasih ucapan hanyalah sebuah rayuan tak bermakna. Tanpa kasih, kesanggupan melakukan sesuatu bak pertunjukan sirkus yang jenaka namun tak berarti. Tanpa kasih, pengorbanan sang kekasih hanyalah menimbulkan kesombongan.
Kemudian dalam I Kor 13:8-13 keutamaan kasih karena ia tidak berkesudahan. Dikala semua karunia akan berhenti, kasih tetap ada. Di kala nubuatan berakhir (berita kehilangan urgensinya), kasih tetap ada. Dikala pengetahuan akan lenyap (terbatas dan sementara), kasih tetap ada. Bahkan diantara ketiga hal yang tetap ada - Iman kepada Kristus, pengharapan akan restorasi dunia yang rusak, dan cinta yang melekatkan kita dengan Allah dan sesama akan tinggal – kasih yang paling besar.
Kemudian dalam I Kor 13:4-7 Paulus menegaskan bahwa cinta tidak sekadar ucapan melainkan sebuah tindakan nyata, tidak hanya sebuah karakter (harapan) melainkan kenyataan. Love is a verb, kata Gary Chapman.
Bukankah dengan cinta, seorang kekasih akan sabar menghadapi pasangannya. Sabar menunggu dan sabar berkorban. Sabar menghadapi kelemahan dan kekurangan pasangannya. Dengan cinta, seorang kekasih akan tulus memberikan pertolongan kepada pasangannya. Berusaha memenuhi kebutuhan pasangannya tanpa menuntut pamrih. Dengan hati tulus, berjuang memberikan yang terbaik kepada pasangannya. Dengan cinta, kecemburuan seorang kekasih tidaklah buta, melainkan mempercayai. Dengan cinta, seorang kekasih tidak akan memegahkan diri, tidak akan menyombongkan segala kelebihannya dihadapan kekasihnya/pasangannya. Dengan cinta, kesabaran seorang kekasih akan tampak dalam hal mengampuni, tidak menyimpan kesalahan pasangannya. Dengan cinta, seorang kekasih akan berjuang bahkan berkorban untuk menutup aib kekasihnya, berharap akan perubahan hidup kekasihnya, sabar menanggung sakit selama menyesuaikan diri. Dengan cinta, seorang kekasih tidak akan melakukan yang tidak sopan untuk keuntungannya, tidak akan mengecewakan pasangannya hanya untuk kepentingannya melainkan akan menjaga batasan diri supaya tidak melanggar batas/norma kesopanan. Dengan cinta, kekasih akan sabar menunggu untuk waktu yang tepat melampiaskan hasrat seksualnya.
Semua kualitas cinta ini menunjukkan other centered not self centered; you oriented, not me oriented. Inilah cinta yang dinyatakan Allah kepada manusia. Bukan karena apa yang dilakukan manusia, melainkan karena Allah sendiri. Bukan dengan cinta karena/jika melainkan cinta walaupun. Tidak sekadar menggunakan – bahasa Yunani - kasih philea melainkan agape. Inilah cinta yang Kristus ajarkan kepada kita. Dan Cinta yang seperti inilah yang menjadi dasar bertumbuh dalam keintiman.
Growing Intimacy Vs Grow in Intimacy
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta – agape. Kalaupun ada, keintiman tidak akan membawa pertumbuhan tiap pribadi.
Intimacy is the process of giving yourself completely in honest transparent self-revelation. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus (agape). Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.
Aspects of Intimacy
Dengan keutamaan cinta didalam kedua individu, maka keintiman pun siap dimulai. Sering sekali orang menganggap keintiman hanya dilihat kepada keintiman fisik. Hal ini tidak salah hanya saja tidak lengkap. Beberapa ahli menyebutkan aspek-aspek yang harus dibangun ialah keintiman spiritual, emosi, intelektual, sosial, rekreasional, estetik, dan fisik. Sebagian merangkumkan dengan aspek spiritual, psikologis, dan fisik. Hubungan diantara ketiganya ialah keintiman spiritual sebagai inti/pusat, keintiman psikis sebagai pembungkus, dan keintiman fisik sebagai kulitnya.
Keintiman Spiritualitas
Keintiman spiritualitas dikatakan sebagai inti dari semua aspek keintiman karena letak kepuasan diri hanya ditemukan di dalam hubungan yang intim dengan Allah. Dan keintiman inilah keintiman yang paling penting dibangun oleh pasangan. Tanpa keintiman spiritualitas, keintiman lainnya akan menjadi premature. Keintiman dengan Allah akan berdampak bagi keintiman sesama pasangan.
- Keintiman dengan Allah menyegarkan cinta. Ketika pasangan tidak lagi memiliki relasi yang baik dengan Allah maka keduanya akan mengalami kekeringan kasih, ketumpulan kasih, dan keduanya tidak mampu mengatasi konflik yang muncul.
- Keintiman dengan Allah mendorong pertumbuhan bersama. Dengan tunduk kepada kedaulatan Kristus, keduanya akan bertujuan untuk memaksimalkan hidup dihadapan Tuhan satu sama lain. Keduanya akan menjaga batas-batas yang menyenangkan Tuhan. Sebaliknya, ketika pasangan ini tidak tunduk kepada Kristus maka pembenaran akan dilakukan oleh diri sendiri.
- Keintiman dengan Allah memuaskan hidup. “Sekalipun hati manusia kecil, seisi dunia tidak dapat memuaskannya, yang dapat hanyalah Tuhan, Pencipta.” (Blaise Pascal) Selama keduanya berserah kepada Tuhan, maka keduanya akan merasa cukup atas semua yang ada pada pasangannya. Keduanya akan menerima pasangannya, saling mengucapkan berkat dengan kasih Allah.
- Keintiman dengan Allah menjaga prioritas hidup. Pasangan Kristen hidup di dunia yang semakin buruk, standar hidup semakin buruk, standar nilai semakin rendah. Dengan keintiman dengan Tuhan, keduanya akan tetap berjuang mempertahankan hidup.
Semua itu akan dialami ketika kedua orang sama-sama menyerahkan hidup dan hubungan keduanya dibawah kedaulatan Kristus. Ketika keduanya bertujuan hidup untuk menyenangkan Tuhan. Pertumbuhan iman memang milik pria dan wanita secara individu namun keintiman spiritualitas akan tercapai ketika keduanya mengalami Tuhan bersama-sama dan membagikan apa yang telah dipelajari dalam perjalanan iman kepada Tuhan. Termasuk membagikan pergumulan dan perjuangan atas dosa-dosa pribadi. Di dalam hal inilah, cinta menjadi terutama. Dengan cinta, kejatuhan dan keberhasilan mengalahkan dosa seksual menjadi kejatuhan dan keberhasilan bersama. Dengan cinta, perjuangan hidup kudus menjadi topik doa bersama.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam menumbuhkan keintiman spiritualitas, adalah:
- Share firman (apa yang Allah ajarkan bagi kita). Setiap orang punya cara masing-masing untuk hal ini.
- Baca firman bersama
- PA bersama
- Kontak doa
- Jam doa bersama (berdoa bersuara bersama, sambil pegangan tangan)
- Berpuasa bersama
- Melayani bersama
- Hitung berkat bersama
- Beribadah bersama yang dilanjutkan dengan menikmati hari minggu bersama, apakah dengan makan siang atau kegiatan lainnya (relaxed Sunday)
- Jujur dan terbuka satu sama lain
Jangan pernah berhenti menumbuhkembangkan spiritualitas sebab hadiah terbesar bagi pasangan kita ialah bertumbuh dalam keintiman dengan Tuhan.
Keintiman Psikologis
Sebagai seorang pribadi, kita memiliki perasaan, pikiran, dan keinginan. Sebagai sepasang kekasih, maka ada dua perasaan, dua pikiran, dan dua keinginan. Keintiman psikologis adalah keintiman dimana pria dan wanita mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan masing-masing dengan gamblang.
Dinamakan keintiman apabila pria dan wanita belajar mengekspresikan perasaan mereka. Mengekspresikan kemarahan, kesedihan, kekecewaan, ketidaksetujuan, atau ketidaksukaan. Dengan demikian, sikap diam dan bahasa tubuh seorang pasangan dapat dipahami oleh sang kekasih. Kita harus merasa sebebas mungkin dalam mengutarakan keinginan dan pikiran. Keintiman adalah kebebasan. Kebebasan untuk mengekspresikan perasaan, mengutarakan pikiran dan keinginan.
Membangun keintiman psikis ini adalah hal yang sangat sulit karena muncul pertarungan ego, temperamen dan keinginan untuk dimengerti. Karena sulitnya, tangisan dan air mata memenuhi proses ini; muncul penghakiman antar pribadi; pertarungan ego; putusnya komunikasi – untuk beberapa saat, bahkan putusnya hubungan. Disinilah keutamaan cinta dan keintiman spiritualitas dibutuhkan. Tanpa kebiasaan membangun keintiman spiritualitas maka keintiman psikis akan menjadi sesuatu yang rapuh. Tanpa mendasarkan hubungan kepada cinta yang disegarkan maka kebencian pun akan berakar.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun keintiman psikis ini:
- Menjalin komunikasi yang aman. Kita mengungkapan-ungkapan yang sederhana dan tidak menyangkut perasaan, pikiran, dan tendensius pribadi.
- Mengutarakan pendapat dan keyakinan orang lain. Dalam hal ini kita menceritakan kepada pasangan kita apa yang menjadi pendapat orang lain. Misalnya ‘Kata mamaku, aku’ atau ‘Kata adik-adik kelompok, aku’. Dengan cara begini, kita bisa melihat reaksi pasangan.
- Mengutarakan pendapat dan keyakinan pribadi.
- Menyampaikan perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman kita. Kita mengungkapkan hal-hal yang membuat sukacita, marah, kesukaan dan ketidaksukaan, kepahitan masa lalu, mimpi dan harapan hidup.
- Menyampaikan kebutuhan, emosi, dan keinginan kita. kita menunjukkan ekspresi oleh apa yang dilakukan oleh pasangan “aku tidak suka kamu tidak membalas smsku,…”
Dengan keintiman psikis ini, tidak hanya tatap muka kita akan mengetahui perasaan, pikiran, dan kehendak, melainkan melalui komunikasi tidak langsung pun akan kelihatan bahkan dengan sms sekalipun akan bisa kita rasakan. Keintiman psikis hanya akan terjadi apabila ada kepercayaan diantara keduanya.
Keintiman Fisik
Keintiman fisik berbeda dengan keintiman spiritual dan keintiman psikis. Dalam hubungan pacaran, keintiman psikis dan spiritualitas butuh usaha ekstra sedangkan keintiman fisik tidak membutuhkan usaha ekstra. Karena keintiman fisik akan datang dengan sendirinya. Oleh karena itu keintiman fisik perlu dibangun dalam pernikahan.
Keintiman fisik berarti kebebasan mengekspresikan fisik kepada lawan jenis. Kebebasan ini hanya akan terjadi dalam pernikahan. Ketika memaksakan diri untuk intim secara fisik sebelum pernikahan biasanya akan menghasilkan dampak yang buruk terhadap keduanya. Dari perasaan bersalah sampai perasaan jijik terhadap diri sendiri dan pasangan akan muncul. Hal ini akan berdampak bagi keintiman spiritual dan psikis.
Tidak ada orang yang kuat terhadap dorongan seks. Sekalipun kita bertumbuh dalam spiritual dan psikis, tidak serta merta menjamin kita akan bebas dari kejatuhan akan dosa seksual. Pria lemah dalam penglihatan. Wanita lemah dalam sentuhan. Pria lemah dalam otak, wanita lemah dalam keengganan. Pria kuat dalam segala bujuk rayu, wanita lemah dalam bujuk rayu. Karena itu, kita yang menentukan batas-batas keintiman kita. Disinilah letak keutamaan cinta.
Cinta agave dan cinta eros haruslah berjalan beriring yang akan bermuara kepada seks yang sehat. Tetapi jika cinta eros mengalahkan cinta agave maka akan terjadi seks yang tidak sehat. Cinta agave yang akan menuntun pasangan untuk sabar menantikan masa-masa yang baik.
Bagaimanakah kita menjaga keintiman fisik supaya bertumbuh dengan baik?
- Memperdalam keintiman spiritual, tunduk kepada kedaulatan Kristus.
- Memperdalam keintiman psikis, jujur akan perasaan dan pikiran yang sedang dialami.
- Menantikan kesempurnaan keintiman fisik sebagai hadiah Allah melalui pernikahan (sekalipun begitu mencintai dan tidak sabar menikmati sang pujaan hati, sang kekasih mengatakan pulanglah sebelum tiba waktunya. Dia membatasi diri sampai masa kenikmatan sempurna tiba dalam pernikahan)
Penutup
Kita perlu bertumbuh dalam intimasi. Intimasi dalam spiritual, psikis, dan fisik. Tiap pertumbuhan membutuhkan kerja keras. Kerja keras untuk menumbuhkembangkan, kerja keras untuk mengontrol perkembangan. Karena itu, keutamaan cinta adalah yang terpenting. Milikilah cinta, maka keintiman akan bertumbuh dan pertumbuhannya pun terjaga. Selamat mendasarkan pertumbuhan keintiman dalam cinta.
No comments:
Post a Comment