Tuesday, April 24, 2012

Seri Love 3: Preparing Godly Family

[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th, pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 16 Maret 2012]

Mari membuka Kej 2:8-25. Hari ini kita akan membahas bagaimana mempersiapkan keluarga yang Ilahi yang sesuai dengan rancangan Allah. Dikarenakan yang yang hadir di MBA ini bervariasi (ada yang belum pacaran, ada yang pacaran, dan ada yang menikah) maka kita akan bahas juga mengenai yang sedang doa dan pacaran baru nanti kita juga akan menyinggung ke arah yang berkeluarga.

Dalam ay 8-14, kita menemukan gambaran geografis dari Taman Eden, dimana manusia pertama ditempatkan Allah di sana. Allah memberikan mandat kepada manusia yaitu untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (ay 15). Untuk hal inilah Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."(ay 18). Pernikahan Adam bukan hanya karena dia butuh seorang perempuan, tetapi di dasarkan agar mandat Allah bisa dikerjakan. Inilah prinsip yang harus kita pegang bersama bahwa Allah memberikan seorang perempuan kepada Adam di dalam rangka menggenapi misi atau mandat Allah. Jadi pernikahan bukan sebatas pernikahan, tetapi ada mandat Allah di sana.

Godly family adalah pernikahan yang didasari atas mandate Allah. Hal ini, sekali lagi, harus menjadi perhatian kita. mari menyadari dan selalu mengevaluasi apakah kita menikah karena mandat Allah atau hanya keinginan daging. Memang dalam 1 Kor 7:9 ada dikatakan, “Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” Tetapi sangat rendahlah kualitas rohani kita jika menikah hanya karena agar tidak jatuh ke dalam dosa perzinahan. Perlu kita ketahui bahwa apa yang diperintahkan Paulus bagi orang-orang di Korintus adalah karena situasi. Di Korintus ada ada 12 kuil dan di pusat kota Korintus ada kuil Aproditus. Di kuil Aproditus ini biasanya orang beribadah dengan menggunakan pelacur bakti. Biasa di sana melakukan hubungan badan dengan pelacur bakti baru melakukan ritual ibadah mereka. Itulah sebabnya Paulus menuliskan surat ini kepada mereka karena besarnya godaan yang mereka hadapi dalam kehidupan seks.

Tetapi kisah dalam Kejadian pasal 2 kita melihat bahwa mandat Allah dalam pernikahan adalah agar manusia berkarya maksimal bagi Dia. Jadi berbicara soal godly family adalah berbicara soal apakah kita menikah dengan mandat Allah. Seandainya muncul keinginan dalam diri kita untuk pacaran atau menikah, mari bertanya kepada diri sendiri apakah tumbuhnya keinginan itu karena mandat Allah atau karena desakan orang tua atau keinginan diri sendiri. Jika orang menyadari bahwa keputusan untuk pacaran atau menikah adalah di dalam mandat allah, maka dia tidak akan pernah merasakan kesepian walau masih sendiri (alone but not lonely).

Dalam ay 18 dikatakan, “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Allah melihat tidak baik manusia itu seorang diri. Itulah sebabnya Allah menjadikan seorang penolong yang sepadan bagi dia, yaitu, yaitu Hawa. Dalam hal ini juga kita harus memahami juga bahwa mandat untuk procreasi yang diberikan Tuhan kepada Adam (Kej 1:28) tidak berlaku bagi semua orang. Di dalam Mat 19:12 ada tiga alasan dimana orang tidak menikah, yaitu: karena di lahirkan demikian (cacat mental atau fisik), korban orang lain, atau demi Kerajaan Allah memilih untuk tidak menikah. Maka di dalam konteks ini, bukan seolah-olah semua orang harus menikah. Tetapi kita harus menyadari bahwa kita menikah atau tidak menikah ada di dalam mandat Allah. Pertanyaannya adalah apakah Allah memerintahkan kita untuk menikah atau Allah memerintahkan kita untuk tidak menikah demi aktualisasi mandat-Nya? Apakah hidup kita lebih maksimal bermisi bagi Allah dengan menikah atau tanpa menikah? Mari senantiasa bertanya kepada Tuhan akan hal ini. Banyak orang dengan menikah justru semakin jauh dari Tuhan dan tidak menjadi berkat dalam hidupnya karena terlalu sibuk untuk dirinya dan tidak ada lagi waktu untuk Allah.

Godly family juga bisa terjadi jika sesuai dengan kebutuhan menurut Allah. Allah melihat tidak baik manusia itu seorang diri (ay18). Perhatikan bahwa Allahlah yang melihat, bukan kita. Jika kita sampai sekarang seorang diri itu berarti bahwa Allah masih memandang baik akan hal itu. Oleh sebab itu jangan menggerutu atau senantiasa mengeluh. Godly family juga bisa terjadi jika kita menemukan penolong yang sepadan. Mari melihat apakah wanita/pria yang kita doakan atau yang dekat dengan kita adalah penolong yang sepadan atau perong-rong yang sepadan. Allah menyediakan penolong yang sepadan. Penolong yang sepadan adalah penolong yang ketika kita menikah dengan dirinya maka pernikahan itu adalah pernikahan yang sedang mengerjakan mandat Allah. Tolong mengevaluasi apakah pria/wanita yang ada dengan kita adalah seorang yang penolong yang sepadan yang membuat kita semakin bertumbuh secara rohani dan membuat kita semakin maksimal berkarya bagi-Nya. Apakah dengan keberadaan orang yang kita doakan/pacar/pasangan kita semakin banyak terlibat dalam pekerjaan Tuhan atau bahkan mungkin akhirnya tidak dapat berbuat apa-apa. Bagi yang sudah menikah, pertanyaannya adllah bagaimana supaya pasangannya tetap pada jalur di mana dia menjadi penolong yang sepadan bagiku dimana aku bisa bertubuh dan dia juga bisa tetap bertumbuh. Kalau tidak penolong jangan dilanjutkan (jika masih pacaran atau doa sama).

Dalam ay 15 dikatakan, “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Dan dalam Kej 12 :1-3, “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Bukankah Allah telah memberkati kita? Bukankah juga Allah telah memberkati pernikahan kita (bagi yang menikah)? Ketika Alah memberkati kita berdua (melalui pernikahan) bukankah seharusnya orang lain harus diberkati melalui keluarga kita? Inilah godly family. Itulah sebabnya kita harus senantiasa bertanya apa yang menjadi visi hidup dan apa visi pernikahan kita. Visi itulah yang menentukan kita menikah atau tidak, dengan siapa kita menikah sehingga hidup kita menjadi maksimal bagi Allah.

Kata penolong yang sepadan adalah sama-sama manusia yang dapat saling melengkapi – heterosexual. Penolong agar manusia itu maksimal mengerjakan mandat Allah. Penolong yang sepadan untuk interdependent, bukan dependent atau independent. Godly family adalah keluarga yang satu visi, tujuan dan panggilan hidup, bukan soal fisik, fakultas atau jurusan, profesi, status sosial, suku dll.

Apakah pasangan yang ada sekarang atau yang sedang atau akan didoakan itu akan membuat hidup kita memenuhi mandat Allah atau tidak? Ingat, “olehmu dan oleh keluargamu seluruh ‘bangsa’ diberkati!” (Kej. 12:1-3). Jika menikah apakah keluarga besar ku dan keluarga besarnya akan diiberkati melalui pernikahan kami? Apakah masyarakat dimana kita berada akan diberkati melalui pernikahan kami? Godly family adalah pernikahan yang diberkati untuk menjadi berkat. Ingat bahwa tujuan perkawinan bukan untuk seks, anak, kesepian dan status.

Ingat, dalam ay 19-22 dikatakan bahwa ‘Allah menyediakan’. Dikatakan Adam kecarian dan kesepian (ay 20b). baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Tuhan berinisiatif dan menyediakan dengan cara dan hikmat-Nya sendiri (ay. 22). Dengan kebutuhan, keinginan, keyakinan atau iman bahwa Allah menyediakan. Meski usia kita sudah di atas 30 Tuhan akan sediakan penolong yang sepadan bagi kita jika Allah melihat bahwa tidak baik bagi kita untuk seorang diri. Kalau memang Tuhan inginkan kita menikah, maka pastilah Dia akan menyediakan dan memberikan orang yang tepat. ‘Dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu’ (ay. 22b). Jadi, inisiatif dan rancangan berasal dari Allah.

Godly family adalah perkawinan itu atas prakarsa Allah dan pasangan itu pemberian Allah. Apakah kita menikah adalah rancangan Allah atau rancangan keluarga kita karena di desak-desak? Banyak orang menikah dengan alasan yang tidak sesuai dengan mandat Allah, tetapi seharusnyalah pernikahan kita adalah pernikahan yang diprakarsai oleh Allah. kita meyakini bahwa Allah akan memberikan pasangan yang tepat bagi kita untuk mengerjakan misi Allah melalui pernikahan kita.

Kemudian kita melihat respon manusia atas pemberian Allah. dia sangat sukacita. Ingat, pemberian (yang dari) Allah akan mendatangkan sukacita dan damai sejahtera. Sukacita yang beraral dari pengenalan yang dalam akan Tuhan. Ada ketundukan kepada pimpinan Tuhan dimana kita memili damai dan sukacita karena adanya keyakinan bahwa yang datang kepada kita adalah pemberian Allah walaupun secara kedagingan tidak semua kriteria idaman kita ada pada dirinya. Jadi godly family adalah kesatuan yang sempurna, harmonis, dirawat/dijaga, penuh kasih sayang dst. Kesatuan yang sempurna ini tertuang dalam adanya ada pengakuan dan penerimaan. ‘Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku’. Hal ini berarti bahwa kita tidak akan melukai, menghina, menjelekkan pasangan kita. Bukankah tidak ada orang yang melukai dirinya sendiri? Inilah artinya daging dari dagingku dan tulang dari tulangku.

Godly family akan luput dari KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), affair dan perceraian (bd. Mt. 19: 5-6). Godly family juga memiliki pengertian ada kedewasaan dalam iman dan karakter serta mandiri (menghadapi badai hidup, problem solving, finansial dll) sehingga mampu bermisi (ay. 24). Ketika ada masalah dalam pernikahan kita tidak melapor kepada orangtua kita atau kepada orang lain tetapi seharusnya membicarakan dulu kepada pasangan kita. Godly family juga berarti bebas dari intervensi orangtua dan pihak ketiga lainnya (tulang, eda, namboru, atau dari pihak manapun). Godly family juga bewasa dan mandiri untuk berkarya demi misi Allah bagi dunia. Jadi tidak ada larangan yang akhirnya membuat kita terhambat untuk mengerjakan pelayanan. Godly family juga berarti keterbukaan dan intimacy (ay 25). Tidak ada rahasia di antara keduanya, tetapi saling terbuka dan jujur.

SO! Plan and prepare your marriage to be a Godly family. Ada beberepa hal yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkannya. Mari mendoakan secara sungguh-sungguh pria/wanita yang kita akan kita gumulkan menjadi pasangan kita supaya betul-betul memenuhi mandat Allah dan berdasarkan prakarsa dan inisiatif Allah. Jika kita sudah berpacaran, tolong diskusikan hal ini kembali dengan pacar kita, bagaimana hidup kita agar kehadiran kita maksimal dalam dirinya dan dirinya membuat kita maksimal bagi Allah. Ingat, dua-duanya harus bertumbuh, semakin mencintai Tuhan, dan terlibat dalam pelayanan. dan bahkan membuat KTB berdua dimana bisa berdiskusi akan banyak hal selain firman Tuhan, misalnya karakter. Mari juga merencanakan dimana kita akan tinggal. Hal ini bisa meliputi visi dan misi kita. akan sangat perlu dibicarakan jika satu orang visinya di kota dan satu orang visinya ke daerah-daerah kecil. Kemudian juga bisa merencanakan profesi pasangan kita (apakah profesi pasangan kita mendukung visi kita atau tidak), rencanakan di mana hidup kita maksimal, rencanakan ambil pelayanan dimana bisa maksimal (kalau di gereja bukan hanya sekedar jemaat, tetapi terlibat di dalamnya, atau di pelayanan lain). Ingat, jangan ada alumni yang menikah tanpa pelayanan. Kemudian kita juga bisa merencanakan berapa anak yang akan kita miliki. Bagi orang yang belum punya anak, mari menikmati masa berdua. Allah punya rencana yang baik mengapa Allah belum memberi anak sampai sekarang agar bebas melayani tanpa menurus anak, atau bisa juga Allah menginginkan kita mengadopsi anak. Mari tetap diskusikan bagi yang sedang berdoa, diskusikan apakah doanya lanjut atau tidak, tetapi bagi yang pacaran, diskusikan bagaimana mempesiapkan godly family, dan yang sudah menikah, mari berusaha agar bisa tetap di jalur yang Tuhan inginkan lagi.

2 comments:

Arya Girsang said...

Syaloom,
trimakasih Blog MBA PAK Medan Ada, tidak bisa menghadiri ibadah setiap hari jumat, melalui blognya pun jadilah, sangat mengutakan. trimakasih buat admin. Gb ^_*

Mimbar Bina Alumni said...

Kami juga bersyukur jika blog ini bisa menjadi berkat bagi kita semua.
Kami juga tetap berharap Arya bisa mendoakan MBA, agar senantiasa memberikan yang terbaik dan menyenangkan hatiNya..

Solideo Gloria!