Friday, May 25, 2012

Theology of Work 2012 -2: The Ethos

[Kotbah ini dibawakan oleh Desmiyanti Tampubolon, STP pada Mimbar Bina Alumni Perkantas Medan, Jumat 20 April 2012]

Hari ini kita akan bicara mengenai ethos dan juga etika. Hal ini dilakukan agar kita belajar untuk bisa bekerja keras dalam pekerjaan tanpa menyimpang dari prinsip-prinsip kebenaran.
M.D.Geldard (dalam Encyclopedia of Biblical & Christian Ethic) mendefinisikan kerja sebagai investasi energi seseorang dalam rangka menguasai alam dan melayani orang lain. Definisi ini ada karena dalam setiap pekerjaan kita pasti akan terlibat dalam memberikan pelayanan kepada orang lain. R.Paul Stevens mendefinisikan kerja sebagai kegiatan bertujuan yang melibatkan energi mental, emosional,atau fisik atau ketiganya dengan dibayar atau tidak.
Dalam bahasa Inggris kata ethos memiliki arti yaitu ‘ciri khas’, ‘prinsip kerja’ atau ‘disiplin kerja’. Jadi ethos kerja dibanyak perusahaan itu bisa berbeda. Ada perusahaan yang tidak mempermasalahkan ketika karyawannya datang tepat waktu atau tidak, yang penting datang. Sedangkan di perusahaan lain sangat memperhatikan ketepatan waktu kedatangan dari karyawan tiap harinya. Jika tidak tepat waktu maka akan ada sanksi dari perusahaan. Jadi bicara mengenai ethos berarti bicara mengenai prinsip-prinsip yang ada di perusahaan tersebut. Sedangkan etika atau etis adalah seluruh tingkah laku manusia, yang meliputi benar atau salah. Dalam diri orang percaya seluruh tingkah laku itu harus dipertanggung jawabkan kepada Allah dalam terang firmanNya. 
Karena itu kita perlu memikirkan apa yang menjadi tujuan kita dalam bekerja. Beberapa tujuan yang diharapkan dari para pekerja Kristen tentang teologi kerja adalah:
  1. Agar setiap pekerja Kristen mengerti bahwa bekerja dalam berbagai bidang dan jenis, sangat penting, bermanfaat dan bermakna tidak hanya bagi manusia tapi juga bagi Allah. Dimana pun kita bekerja, sekecil apapun itu, semuanya sangat penting dan bermanfaat bagi manusia dan bagi Allah. Kehadiran kita di tempat kerja juga itu setidaknya bisa menjadi tempat sharing bagi rekan-rekan sekerja kita di mana kita bisa membagikan atau menekankan nilai-nilai-nilai kebenaran yang alkitabiah kepada mereka.
  2. Agar tiap pekerja Kristen mengerti bahwa kerja bukan sekedar jalan memenuhi kebutuhan hidup mereka, tetapi berdampak nyata bagi kehidupan global bersama Allah. Misalnya kita tidak hanya sekedar titip absen dan akhir bulan gajian.
  3. Agar tiap pekerja Kristen mengerti bahwa apa yang mereka kerjakan di dunia ini haruslah merupakan cerminan, bagian atau lanjutan dari pekerjaan Allah. Ketika kita melihat ketidakbenaran dan ketidakadilan di tempat kita bekerja, maka tujuan kita adalah menegur hal itu.
  4. Agar tiap pekerja Kristen mengerti serta dapat menempatkan pekerjaannya dalam terang wawasan dan tujuan Allah, sehingga dapat melihat campur tangan dan peranan Allah dalam pekerjaan mereka. Jangan pernah sekalipun berpikir bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam pekerjaan kita.
  5. Agar tiap pekerja Kristen mengerti bahwa Allah adalah Sang Pekerja Agung yang juga menghendaki manusia bekerja dengan motif, modus, serta dengan kualitas dan standar Allah melalui berbagai talenta yang diberikan Allah pada tiap-tiap orang. Jadi Tuhan memiliki keinginan agar kita bekerja dengan motif, semangat, dan kerinduan yang sama dengan berbagai talenta yang kita miliki.
Jadi, berbicara soal Allah, kita juga bisa menemukan bahwa Allah adalah sang pekerja agung. Dalam Kej 1:1 dikatakan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Sejak ayat pertama dalam Alkitab telah menggambarkan bahwa Allah adalah Sang Pekerja. Ia bersabda, mencipta, melengkapi serta memperindah pekerjaanNya dengan hasil yang Dia nilai baik (Kej 1:10, 12, 18, 21, 25). Yesus sendiri juga mengatakan “BapaKu bekerja hingga sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17). Dalam semua kitab-kitab Injil kita melihat bagaimana sibuknya Yesus. Roh Kudus juga bekerja memberi anugerahNya dengan memberikan berbagai karunia. Roh Kudus mengingatkan dan mencegah kita melaukan perbuatan-perbuatan jahat. Roh kudus juga bekerja sampai hari ini.
Bekerja adalah hakikat manusia karena Allah Sang Pekerja Agung itu telah menciptakan manusia segambar dengan Dia (Kej 1:26-27), karena itu manusia harus bekerja sebaik mungkin mengikuti teladanNya, baik motif dan modus, pola dan cara serta siklus dan musimnya (Kel 20:9, 11). Manusia adalah mitra kerja Allah (Kej 1:26), Allah masih terus berkarya setelah kejatuhan manusia dengan menebus manusia dari kuasa dan efek dosa, dan manusia dilibatkan sebagai rekan kerja dalam semua kerja besar itu. Orang Kristen bekerja di dalam dan bagi Kerajaan Allah, semua pekerjaan harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah dan demi perluasan Kerajaan Allah. Itulah sebabnya tidak ada alasan untuk malas pergi ke kantor. Paulus (dalam Kolose 3:23) mendesak pembaca suratnya untuk bekerja segenap hati, seperti untuk Allah dan bukan untuk manusia. Jika kita bekerja untuk Tuhan, tidak ada alasan untuk main-main atau mengerjakan tugas sekedarnya, yang penting hadir. Jika kita berpikir seperti ini maka kita tidak melakukan pekerjaan kita dengan segenap hati.
Dunia kerja adalah wilayah yang menyita sebagian besar waktu produktif manusia. Pada umumnya kita paling banyak menghabiskan waktu kita di kantor. Itulah sebabnya keberadaan kita dikantor seharusnya memberi pengaruh yang banyak. Jika keberadaan kita tidak berpengaruh, berarti ada sesuatu yang perlu dipertanyakan dalam diri kita. Dunia kerja adalah bidang kontak yang penting bagi perluasan Kerajaan Allah. Allah mengandalkan semua pekerja Kristen untuk mencapai tujuanNya. Ia hadir membantu dan memberdayakan kita untuk menjadi pemenang. Bicara soal garam dan terang , berarti kita harus keluar dan memberi dampak.
Masalahnya adalah bagaimana kita dapat bekerja dengan etos kerja yang baik sesuai dengan prinsip etika? Apakah diperbolehkan kita kerja keras dan overtime setiap minggunya? Banyak teman-teman kita di Batam selalu lembur untuk mengejar uang bahkan memakai hari Minggu untuk tetap bekerja. Prinsip etika untuk hal ini dapat kita baca dalam 2 Tim 3:16-17. Dikatakan di sana, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermafaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Artinya bahwa standar kebenaran dari segala tindakan kita haruslah Firman Allah. Hal ini manjadi penting ketika kita harus mengambil keputusan apakah ini area ‘hitam’, ‘putih’ atau “grey area”. Jika antara hitam dan putih saya berharap kita yang ada di MBA ini sudah menang semuanya. Yang masalah adalah yang abu-abu.
Ingat, jangan takut melakukan dosa bukan karena kita takut akan hukuman atau hal lain. Tetapi kita takut berdosa karena sebuah respons kagum dan hormat kepada Allah. Kita tidak ingin menyakiti hati Tuhan. Ada rasa bersyukur kepada Allah sehingga muncul kataatan yang tulus. Etika juga menjadi dasar untuk serupa dengan Dia sebagai mahluk yang dicipta serupa dan segambar dengan Allah. Karena itu, ketika kita jalan, kita adalah gambaran Allah. Kita menjadi model dan teladan di tengah-tengah pekerjaan di mana kita berada. 
Tindakan etis merupakan bagian dari panggilan seorang murid (Mark 8:34), status sebagai murid berarti kita harus bertumbuh dalam pemuridan (Gal 5:13). Pemahaman ini harus menjadikan kita sebagai orang yang benar di kantor dalam setiap perkataan atau tindakan kita. Perbuatan etis adalah panggilan dedikasi kepada Allah dan tuntutan transformasi (Rom 12:1-2). Jangan sampai orang korupsi kita juga ikut-ikutan korupsi. Jika kita serupa dengan dunia ini berarti tidak ada artinya kita menjadi murid Kristus. Kita harus suci di tengah-tengah kenajisan, seperti ikan yang berenang di laut asin tapi tetap tawar.
Untuk beberapa keputusan “grey area” kita perlu mempelajari peraturan apa yang berlaku di kantor/sekolah tempat kita bekerja. Jika apa yang kita lakukan menyebabkan orang lain tersandung, pertimbangkanlah. Prinsip salah atau benar harus memperhitungkan semua hal. Misalnya jika terlambat lima menit apa yang menjadi konsekuensinya. Boleh atau tidak mengambil cuti ketika keluarga menikah, dll. Hal ini dirangkum dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama). Jika keputusan yang kita ambil menimbulkan keberatan-keberatan hati nurani, pertanyakanlah. Ada beberapa hal yang harus kita ketahui dalam daerah yang kadang menjadi daerah abu-abu bagi kita. Misalnya apakah kita bisa menerima uang tips? Seharusnya tidak boleh. Contoh lain adalah apakah boleh membagi uang sisa kas dalam sebuah kepanitian? Jawabannya tentu saja tidak bisa. 
Sering kali juga kita terjebak dalam sebuah perjalanan dinas. Misalnya dalam rangka tugas dinas kita berangkat ke Jakarta dan diberikan uang untuk menginap di hotel bintang lima. Tetapi demi alasan penghematan dan agar kita bisa menyimpan uang (dengan alasan untuk ditabung) membuat kita memilih untuk menginap di hotel kelas melati atau menginap di kos teman kita? Hal ini tentu saja tidak diperbolehkan. Alasan kita melakukan penghematan mungkin baik, tetapi ketika kita memilih untuk menginap hotel kelas melati, kita bisa tidak cukup fit, merasa tidak segar, capek atau bahkan ngantuk sehingga kita tidak maksimal untuk mengerjakan urusan kita yang sebenarnya. Hal ini sama dengan ketika kita diberikan tiket perjalanan untuk naik pesawat terbang tetapi kita memilih naik bus juga demi alasan (lagi-lagi) penghematan. Hal ini juga tidak diperbolehkan. Karena perjalanan menggunakan angkutan darat jauh lebih melelahkan dibandingkan dnegan naik pesawat terbang dan hal ini berpengaruh terhadap kondisi kita dalam mengerjakan tugas yang harus kita kerjakan. 
Ada delapan etos kerja (menurut Jansen Sinamo), yaitu:
  •               Kerja adalah anugerah
    Kita seharusnya mensyukuri ketika kita bekerja. Ketika belum bekerja, kita sangat merindukan pekerjaan dengan impian yang menyertainya (membantu orang tua, memberikan pesembahan, dll). Tetapi ketika kita bekerja, kita bersungut-sungut. Ingat, kerja adalah anugerah, syukurilah! Kesadaran bahwa anugerah Allah membuat kita menjadi  manusia yang berjiwa besar, berhati mulia, kepribadian matang, dewasa, tenang, percaya diri dan bijaksana. Itulah sebabnya orang yang semakin lama bekerja akan semakin dewasa, baik dari segi pemikiran maupun perkataan, bukan sebaliknya. Orang yang berparadigma anugerah selalu yakin karirnya dibimbing dan dijamin Allah, terbebas dari nafsu mengejar uang, dan sanggup mengatasi godaan saling sikut demi rebutan rezeki yang sebenarnya tidak seberapa.
    •               Kerja adalah tanggung jawab
      Sebagai pemegang tanggungjawab, kita dipercaya dan diharapkan untuk mampu melaksanakannya, dipercaya berarti mempunyai kompetensi profesional dan dipercaya secara moral (berintegritas). Jika kita bekerja dengan penghayatan seorang pengemban tanggungjawab kita akan menjadi orang yang dapat diandalkan dan terpercaya. Makanya orang-orang Kristen adalah orang-orang yang dapat diandalkan dalam dunia kerja dimana dia berada. Ketika orang lain tidak bisa dipercaya, kita, sebagai orang Kristen, bisa dipercaya.
      •           Kerja adalah panggilan
        Ingat, panggilan kerja bukan hanya bagi mereka yang fulltime (dalam artian dalam kegiatan rohani). Orang yang terpanggil menjadi dokter misalnya, sebenarnya sudah dilengkapi dengan rasa belas kasihan kepada orang yang menderita dan kekuatan untuk tidak merasa ngeri melihat darah. Demikian juga dengan orang yang terpanggil menjadi guru sudah dianugerahi bakat mengajar, rasa cinta pengetahuan, rasa sayang pada siswa, bahagia melihat pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tidak hanya menyuruh murid-murid untuk mengerjakan kepentingan gurunya.
        Keterpanggilan yang berpusat pada Allah pada akhirnya akan menjadi kecenderungan hati hal inilah yang mendorong kita dan dengan kemauan hati yang kuat dan menumbuhkan keyakinan  untuk berkata: “Kesanalah aku harus pergi ! Itulah jalan hidupku!”
        •            Kerja adalah aktualisasi (Kerja keras, telaten)
          Kerja menunjukkan siapa kita. kerja keras dan ketelatenan kita tunjukkan dengan kerja keras. Jadi tidak ada keluhan (tetapi pekerjaan tidak selesai juga). Kerja keras tanpa arah, tanpa skenario, tanpa visi hanya akan menghamburkan energi kita. Jadi target harus dipatok, visi harus dibentang dan hasrat harus diwujudkan. Rumuskan visi dan target-target yang ingin diraih, tutup pikiran terhadap godaan lain dan fokuskan energi untuk mencapainya. Bukan target materi, tetapi apa yang ingin kita capai dari kerja kita.
          •            Kerja adalah ibadah
            Kita harus senantiasa menghayati kehadiran Tuhan di ruang kerja, ibadah itu menyatu dengan kehidupan profesional dan sosial, karena itu kerja diniatkan sebagai bakti, dedikasi dan persembahan pada Tuhan. itulah sebabnya pekerjaan jangan main-main. Sebagai dosen atau pengajar kita harus persiapan. Sehingga melalui kerja kita orang bertanya-tanya akan siapa Tuhan yang kita sembah. Mengapa kita tidak pernah mengeluh atau melakukan hal yang macam-macam.
            Etos seorang pekerja Kristen haruslah bekerja dengan standar Tuhan yang menjadi berbeda dengan pekerja lain, membuat kita bekerja sebaik-baiknya tidak hanya memuaskan hati manusia tapi juga hati Tuhan. Bisa saja orang yang kita layani puas, tetapi apakah Allah juga puas dengan apa yang kita kerjakan?
            •            Kerja adalah seni
              Bekerja sebagai seni adalah sebuah kompetensi kerja dengan mutu tinggi baik dilihat dari segi esensinya, tekniknya, prosesnya; bekerja tanpa estetika hanya berujung pada proses kerja yang membosankan, monoton, kering dan tanpa daya tarik. Karena itu, buatlah meja kerja  kita menjadi tempat yang menarik. Jangan biarkan file-file menumpuk tidak beraturan yang membuat kita bingung mengerjakan yang mana terlebih dahulu. Bekerja dengan seni membuat kita kreatif, penuh daya cipta, gagasan-gagasan inovatif. Misalnya mengajar dengan metode GASING (Gampang, asyik, menyenangkan - yang dipopulerkan oleh Bapak Yohanes Surya).
              •            Kerja adalah kehormatan
                Kerja sebagai kehormatan berarti kerja seutuhnya dan setuntas-tuntasnya, mencapai apa yang diharuskan untuk diselesaikan secara terhormat. Orang yang bekerja setengah-setengah hasilnya juga akan setengah-setengah. Jangan suka menunda pekerjaan sehingga kita tidak tergoda untuk mengerjakan setengah-setengah.
                Kita harus membangun kehormatan profesi kerja. Banggalah berprestasi, banggalah tepat waktu, banggalah bekerja keras, banggalah berintegritas, banggalah berdisiplin, dan banggalah menjadi seseorang yang berkualitas.
                •            Kerja adalah pelayanan
                  Bukan hanya hamba Tuhan yang pelayan. Semua pekerjaan adalah pelayanan. Semua profesi, pada mulanya sekali adalah untuk melayani, bankir melayani nasabah, guru melayani bangsa dengan mendidik, jaksa, hakim dan polisi melayani masyarakat untuk keadilan hukum. Kerja sebagai pelayanan berarti kita harus bekerja melampaui harapan dengan memberikan hasil yang bermutu.

                  Kolose 3 :23 berkata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Hal inilah yang seharusnya menjadi ethos kerja kita dan mengerjakan pekerjaan dengan etika yang benar. Kita menemukan kenyamanan di tengah orang-orang yang sepaham dengan kita dan kita mengalami pertumbuhan di tengah orang-orang yang tidak sepaham dengan kita. Ini adalah bukti kehadiran kita dalam rangka memperbaiki dunia yang yang terdegradasi karena dosa.

                  No comments: