[Kotbah ini dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div pada ibadah Mimbar Bina Alumni Jumat 27 Juli 2007]
Saat ini kita akan belajar mengenai bagaimana bertumbuh dalam kekudusan dalam konteks integritas. Dalam perjanjian lama, integritas berarti soundness of character and adherence to moral principle. Misalnya kebenaran dan kejujuran (uprightness and honesty). Mari kita lihat kisah tentang Ayub dalam Ayub 4:6 “Bukankah takutmu akan Allah yang menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi pengharapanmu.” Dalam hal ini integritas berbicara soal kesalehan hidup dihadapan Allah. Dalam Mat 25:21 kita dapat melihat bagaimana integritas itu adalah adanya ketulusan dan kejujuran, tidak ada macam-macam. Hal ini dapat kita lihat dari hamba yang dipuji oleh tuannya dalam Injil Matius ini. Mari kita bandingkan dengan bagian lain dalam Mat 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakana : tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Dalam Mazmur 101:2, mari kita perhatikan kalimat yang dipakai. Pertama, hidup yang tidak bercela, kedua, hidup dalam ketulusan. Hal ini berarti ada hidup yang sempurna. Inilah kekudusan dalam arti integritas. Di dalam Amsal, integritas dipandang sebagai karakteristik yang esensial dari hidup yang benar. Mari kita lihat Amsal 2:7,” Ia menyediakan pertolongan bagi orang orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, “. Dalam ayat ini kita dapat melihat sikap jujur dan tidak bercela, yang merupakan sebuah integritas hidup. Kedua ciri ini ditekankan lagi pada ayat 23 dalam Amsal 2 ini. Dalam Amsal 10:9 dikatakan bahwa orang yang berintegritas adalah orang yang jalannya lurus dan benar, dan dalam Amsal 20:7 dikatakan bahwa orang yang berintegritas adalah orang yang bersih kelakukannya. Inilah pengertian yang pertama dari integritas.
Pengertian lain menyatakan bahwa integritas merupakan antitesis dari segala kemunafikan, bukan sesuatu yang hanya lips service, bukan sekedar fenomena. Tetapi apa yang dihadapan Allah, itulah yang ditunjukkan dihadapan sesama. Orang yang seperti inilah orang yang bertumbuh di dalam konteks integritas.
Integritas juga adalah orang yang benar dalam segala apa yang diucapkan dan yang dikerjakan. Orang bisa saja benar dalam mengatakannya tetapi belum tentu benar dalam melakukannya. Misalnya, setiap mahasiswa tahu bahwa mencontek itu tidak benar, tetapi banyak mahasiswa yang masih tetap melakukannya. Jadi ada kesejajaran antara perkataan dengan perbuatan. Jika hal ini tidak sejalan, maka dapat dikatakan seseorang itu kehilangan integritas. Integritas itu seperti emas murni tanpa campuran apapun, suci tidak bercela, saleh, tulus, jujur, dan uncorruptness.
Ada tiga dimensi dari kebenaran yang sejati dalam membangun integritas, yaitu :
- Kemurnian (Genuinness) : Being true, sebagai dasar utama dari integritas sejati. Dalam dimensi ini ada pemahaman bahwa hanya orang yang telah lahir baru dan bertumbuhlah yang dapat memiliki integritas.
- Kejujuran (Veracity): Telling the Truth. Hal ini berarti menyatakan sesuatu apa adanya tanpa mengurangi atau menambahkan (jauh dari segala kebohongan). Dalam hal inilah apa yang kita ucapkan selalu dapat dipercaya (trusted). Bila ada orang yang meragukan perkataan kita, berari kita telah kehilangan integritas. Kita juga tidak boleh berbohong kepada siapapun dengan alasan apapun. Ingat, tidak ada yang namanya white lie, ataupun bohong demi kebaikan.
- Kesetiaan (Faithfulness). Kita membuktikan kebenaran dari sesuatu yang kita ucapkan atau menepati segala yang kita janjikan. Oleh sebab itulah, kita berani menyatakan bahwa pemimpin Negara kita ini tidak memiliki integritas. Apa yang mereka ucapkan sewaktu kampanye, tidak mereka laksanakan pada saat mereka sudah terpilih.
Mari kita lihat beberapa contoh yang gagal mempertahankan integritasnya.
- Kejadian 3:8-13. Mari kita perhatikan ayat 12-13, dimana ada beberapa tanda yang menunjukkan manusia tidak berintegritas. Misalnya, Adam memiliki beberapa kesalahan, pertama adalah tidak bertanggug jawab terhadap apa yang ia lakukan, dan kedua, ia menyalahkan Allah yang memberikan Hawa kepadanya. Banyak manusia di negara ini terjebak dalam kondisi seperti ini. Mereka tidak bertanggung jawab dengan apa yang mereka kerjakan dan menyalahkan pihak lain. Seharusnya orang yang berintegritas adalah orang yang berani menerima konsekuensi dari pekerjaannya sebagai tanggung jawab. Demikian juga dengan Hawa yang menyalahkan Tuhan. Orang-orang sangat mungkin terjebak dalam kondisi ini. Orang yang tidak berintegritas, selain saling menyalahkan, mereka juga menyalahkan Allah dan saling melempar tanggung jawab.
- Kejadian 4:1-16. Dalam kisah Kain dan Habel ini pun kita melihat bagaimana Kain tidak memiliki integritas. Ada beberapa kesalahan Kain di sini, yaitu berbohong dan menghindar dari tanggung jawab.
- Kejadian 20:1-18. Mari kita lihat ayat 10-12. Pada ayat ini kita melihat jawaban Abraham akan pertanyaan Abimelekh dimana Abraham menyuruh Sarai untuk memperkenalkan dirinya sebagai saudara Abraham agar Abraham tidak dibunuh raja Abimelekh. Abraham memang tidak bohong karena Sarai adalah saudaranya lain ibu, tetapi dalam hal ini Sarai adalah isterinya. Integritas adalah menyatakan kebenaran seluruhnya. Jika hanya tiga per empat benar, itu juga salah. Oleh karena itu hati-hati dengan diplomasi. Bisa saja untuk menjaga sesuatu kita melakukan kebohongan, dan itu salah.
- Kis 5:1-10. Bagian ini adalah kisah tentang Ananias dan Safira. Kisah dimana Ananias dan Safira menjual harta milik mereka (seperti kebiasaan dalam jemaat pada saat itu) dan memberikan hasil penjualan itu di depan para rasul tetapi hanya setengahnya. Di sisi lain mereka mengatakan bahwa mereka telah memberikan semua. Akibat daripada ini, Ananias dan Safira mati. Oleh sebab itu, dalam melakukan sesuatu jangan memberi kesan bahwa kita adalah orang yang jujur dan murah hati. Kesalahan Ananias bukan karena ia memberi setengah tetapi karena ada pengakuan bahwa ia memberi semuanya. Kita juga sering terjebak dalam hal ini. Kita bekerja seolah-olah menunjukkan bahwa kita sangat rajin, tetapi dalam hati kita tidak demikian. Sepertinya jujur, bukanlah jujur. Mari kita jujur apa adanya.
- Kisah selanjutnya adalah kisah tentang Daud dan Betsyeba di dalam 2 Samuel 11:6-15, 26-27. Sebuah kisah yang sangat tragis untuk seorang raja. Kisah ini menceritakan bagaimana Daud membujuk Uria untuk tidur dengan isterinya -Betsyeba- agar bayi hasil hubungan Daud dengan Betsyeba tidak ketahuan. Karena Uria tidak mau, karena loyalitasnya kepada rajanya, Daud mengirim dia ke garis depan dalam sebuah pertempuran dan Uria gugur dalam perang itu. Dan ketika Daud mengambil Betsyeba jadi isterinya, banyak orang akan menyangka bahwa Daud itu murah hati (26-27).
Ada beberapa nilai dari integritas.
- Amsal 11:3. Nilai dari integritas yang jujur itu harus dipimpin oleh ketulusan. Jadi ada trustworthy guide for living.
- Amsal 28:6. Beranikah kita mengaminkan bahwa lebih baik miskin tetapi bersih kelakuannya daripada kaya tetapi jalannya berliku-liku? Integritas membuat kita memiliki kredibilitas.
- Maz 24:3-4. Hidup jujur, benar, dan tulus adalah dasar untuk bisa datang kepada Allah.
Dampak dari hidup yang berintegritas.
- Allah akan menjaga hidupnya (Amsal 2:7). Mari kita lihat buktinya dari hidup Yusuf yang di penjara atau Daniel yang di gua singa. Bisa saja karena integritas yang kita miliki kita juga memiliki kesucian hidup, dan sering sekali hal ini menyebabkan kita kehilangan pekerjaan kita. Dalam situasi ini kita tidak perlu kuatir. Allah lah yang menjadi penolong kita.
- Keamanannya di jamin oleh Allah (Amsal 2:21-22;10:9), karena hanya orang jujurlah yang Allah berkenan menjaganya. Dalam Amsal 10:9 yang menggambarkan kekontrasan dengan dunia. Dalam dunia ini yang menjaga kejujuran justru jalannya lebih susah. Mari kita lihat KAMG (Komunitas Air Mata Guru) yang banyak dari mereka diberhentikan dan dikurangi jam meng- ajarnya karena menyuarakan kecura- ngan dalam pelaksanaan UN (Ujian Nasional). Apakah ayat ini berlaku pada mereka? Bukan seperti kisah yang ada di film-film, dimana kebenaran akan kalah terlebih dahulu lalu menang kemudian. Jalan mulus yang di alami orang yang melakukan kebenaran bukan berarti promosi atau semacamnya. Tetapi jalan mulus yang dimaksud di sini adalah jalan bersama dengan Tuhan.
- Tidak akan terjatuh (Amsal 28:18) karena aka diselamatkan Allah. Orang yang memiliki integritas akan ada kebahagian sampai kepada keturunannya (Ams 20:7).
- Samuel dan Saul dalam 1 Sam 15:1-26. Keberanian Samuel menegur Saul pastilah karena Samuel memiliki integritas. Pada zaman sekarang banyak pendeta yang tidak berani menegur jemaat karena pendeta sendiri tidak memiliki integritas.
- Natan dan Daud (2 Sam 12:1-14) dimana Natan menegur Daud akan dosa perzinahannya dengan Betsyeba. Hanya orang yang setia dan tidak bercela yang berani mengajak orang untuk setia.
- Paulus dan jemaat Korintus (1 Kor 5:1-13). Paulus menegur jemaat Korintus untuk segera menghentikan dosa. Jemaat ini jatuh dalam dosa free sex, homosex , dan incest.
- Paulus dan Petrus (Gal 2:11-14) karena mengundurkan diri dari jamuan makan dengan orang-orang yang belum bersunat karena takut dengan saudara-saudara yang telah bersunat. Dari segi kerasulan Petrus memang lebih hebat, tetapi Paulis berani menegurnya karena Paulus memiliki hidup yang benar.
Mari kita selaku orang yang berintegritas berani mengeur setiap ketidak benaran yang ada di depan kita. Tentu saja dengan sopan, tegas, dan dengan sikap yang wajar. Mari tulus dalam dalam kehidupan. Inilah integritas.
Soli Deo Gloria!!