[Kotbah ini dibawakan oleh Ir. Indrawaty Sitepu, MA pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 11 Mei 2007]
Ada dua mandat yang diberikan Allah bagi kita, yaitu:
1. Mandat Budaya (Kej 1 : 27-28).
2. Mandat Keselamatan ( Mat 28 : 19-20)
Dalam pertemuan sebelumnya kita telah membahas bagaimana menuntaskan mandat budaya dalam bekerja, apapun pekerjaan atau profesi kita. Tapi kita bukan hanya sekedar bekerja dengan baik, karena sesungguhnya kita semua masih mempunyai satu mandat lagi dari Allah yang tidak boleh kita lupakan yaitu mandat keselamatan.
Mari kita lihat Kis 17 : 16-34.
Kisah ini akan dibagi menjadi tiga bagian :
Pertama, Paulus sangat sedih hatinya karena kota itu penuh dengan patung-patung berhala (ay 16). Kedua, Bagaimana Paulus mengerjakan mandat keselamatan (ay 17-31) dan ketiga adalah respon para pendengar (ay 32-34)
Ad 1 Paulus sangat sedih hatinya karena kota itu penuh dengan patung-patung berhala (ay 16)
Paulus pergi ke Atena dan ia meminta agar Silas dan Timotius menjumpai ia di sana selekas mungkin (Kis 17:14-15). Paulus tiba di Atena kelihatannya dengan kondisi fisik yang lelah. Karena pelayanan dan permasalahan yang dihadapinya. Tetapi dalam kelelahannya dia tidak “menikmati” kota Atena yang indah itu. Paulus tidak memandang patung-patung ukiran-ukiran Pheideas yang sangat indah. Hal itu tidak menjadi fokusnya. Kota itu juga merupakan kota kelahiran demokrasi dan pusat intelektual dunia purba. Tetapi kota yang sangat “bergengsi” itu, Paulus melihatnya dengan cara yang berbeda. Justru Paulus bersedih, bahkan sakit hati melihat kota itu penuh dengan berhala-berhala, melihat mereka menyembah tuhan yang salah. Sama seperti kondisi yang terjadi di negara kita. Negara ini adalah negara yang religius. Banyak kegiatan dan symbol-simbol religius. Tetapi apakah benar bahwa tuhan yang disembah di negara ini adalah Tuhan yang benar? Bagaimana kita memandang hal ini, Bila Paulus memandang kota Atena dengan perasaan yang sedih, bagaimana kita memandang Negara, kota medan kita ini?
Ad 2 Bagaimana Paulus mengerjakan mandat keselamatan (ay 17-31)
Pada bagian yang kedua ini kita melihat bagaimana di kota itu, Paulus bukan saja bertukar pikiran dengan orang Yahudi di rumah ibadat, tetapi juga dengan orang-orang Atena di pasar (Market Place) yaitu Agora, yakni pusat keramaian kota Atena, dimana ia berdebat dengan pengikut-pengikut dua aliran filsafat penting di kota itu yaitu Epikuros dan Stoa. Sebenarnya banyak aliran-aliran penting di kota itu. Oleh sebab itulah banyak orang dari kota lain yang datang ke kota ini untuk belajar filsafat. Diantaranya aliran Epikuros dan Stoa lah yang dianggap terpenting.
Aliran Epikuros mengajarkan bahwa kebaikan tertinggi adalah mencari kesenangan, sedangkan aliran Stoa mengajarkan bahwa kebaikan tertinggi adalah mencukupkan kebutuhan diri sendiri. Pada bagian ini kita dapat melihat Paulus memakai pendekatan yang berbeda dari yang biasa dia gunakan (ay 22-31) karena orang-orang Atena tidak memiliki latar belakang Yahudi atau Alkitab sama sekali. Caranya mirip dengan cara yang dipakainya kepada orang-orang kafir di Listra (Kis 14 : 15-17). Kalau pada orang Yahudi, Paulus memulai dari Perjanjian Lama dan menerangkan bagaimana janji-janji didalamnya telah dipenuhi dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Tetapi di Atena, ia mulai dari pandangan Yunani tentang Allah sebagai pencipta dan pemelihara serta kehadiranNya di dalam alam semesta. Kemudia Paulus berbicara tentang bagaimana manusia mencari Allah walaupun IA tidak jauh dari kita masing-masing (ay 27). Sebuah pernyataan yang didukungnya dengan mengutip dua pujangga Yunani yaitu, Epimenides dan Aratus. Paulus mencoba melayani orang-orang di Market Place berbeda dengan orang-orang di rumah-rumah ibadat/ kepada jemaat. Setelah memakai cara berpikir mereka sebagai jalan, ia juga memulai dengan apa yang ada di depannya. Ia mulai dengan tulisan “kepada allah yang tidak dikenal”. Dia memakai istilah yang dekat dengan pemahaman mereka. Kemudian Paulus menyatakan tujuannya supaya Allah yang tidak dikenal itu menjadi mereka kenal. Menarik! Paulus begitu cerdas dan hati-hati tetapi begitu sistematis dan mengikuti alur berpikir dan apa yang biasa mereka pahami di tempat itu. Setelah mengutuk penyembahan berhala, Paulus melanjutkannya dengan ajakan untuk bertobat dan menyembah satu-satunya Allah yang sejati (ay 30). Ia tegas. Hal ini sangat penting juga bagi kita. memang hubungan/relasi dengan teman sekerja di kantor itu penting dan perlu dijaga tetapi bukan berarti kita bisa kompromi akan kebenaran. Kebenaran adalah kebenaran mau dengan siapapun atau dimanapun kita berada.
Ad 3 Respon para pendengar (ay 32-34)
Pada bagian ini kita melihat respon pendengar. Ada yang menolak dan ada yang menerima. Respon seperti ini akan selalu kita jumpai dari abad ke abad. Bahkan ketika Yesus berkotbah semasa hidupnyapun hal seperti ini terjadi. Bila kita mengerjakan hal-hal seperti ini dan orang menolak, jangan putus asa.
Mengapa Market Place Ministry harus ada, mengapa kita harus memberitakan injil di kantor kita, mengapa tidak cukup hanya bekerja dengan baik atau kita dikenal sebagai orang yang baik? Pertama, karena mandat yang datang dari Allah yaitu mandat keselamatan. Kedua, karena ini adalah ladang yang strategis dan potensial. Waktu terbaik, kondisi terbaik dari seseorang adalah pada waktu kerja yaitu pagi sampai sore/malam. Hasil penelitian menunjukkan banyak orang yang datang kepada Tuhan bukan karena pendetanya melainkan teman/rekan sekerja mereka.
Sebagai perbandingan mari kita melihat contoh lain yang unik. Mari kita lihat kisah Ester dalam Ester 4:15-16. Pada bagian ini kita melihat bagaimana Ester berbeda dengan Paulus. Pada paulus kita bisa melihat bagaimana bebannya itu muncul dari dalam dirinya sendiri ketika melihat kota yang penuh dengan patung berhala. Ester berbeda. Ia takut dan ingin menyelamatkan diri sendiri (Ester 4:10-11). Lalu Mordekhai mendorong Ester dan menantang dia ( Ester 4:13-14). Akhirnya Ester berkata”…kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati…”. Seorang yang penakut akhirnya mau memberikan nyawanya.
Saudara, saya tidak tahu kita tipe yang mana, apakah seperti Paulus yang langsung memiliki beban dari dalam atau seperti Ester seorang penakut (awalnya) yang memerlukan peran seseorang (dalam hal ini Mordekhai) untuk mendorong, menantang, dan mendukung dirinya.
Mari kita refleksikan kedua tokoh ini.
• Paulus
o Melihat sekitar dengan nilai kekekalan ( Kehebatan dunia VS Hatinya sangat bersedih karena berhala)
o Berupaya sedemikian rupa supaya orang-orang mengerti Firman dan menyembah satu-satunya Allah yang sejati.
o Menyerahkan kepada Allah respon dari pendengar apakah menerima atau menolak.
• Ester
o Takut dan ingin menyelamatkan diri-sendiri, tetapi akhirnya mau berkorban nyawa demi keselamatan bangsanya.
o Pentingnya peran orang-orang di sekitar seperti Mordekhai, yang terus mendorong, menantang, dan mendukung.
Soli Deo Gloria !
No comments:
Post a Comment