Friday, January 23, 2009

[Seri Holiness - 02]: Dealing With Temptation

[By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div]

Hari ini kita akan belajar seri The Holiness of Life dengan topik Dealing with Temptation- berkemenangan di dalam tantangan/pencobaan.

Mari membuka Kejadian 1:1-23, kisah tentang Yusuf ketika di rumah Potifar. Kita pada umumnya tahu tentang kisah Yusuf ini. Yusuf yang setia pada Allah. Kita bisa tahu informasi tentang Yusuf dari ayat 1-5+6. Pada ayat 1 dikatakan bahwa Yusuf dibeli oleh Potifar dari orang Ismael yang telah membawa dia ke Mesir. Kemudian Yusuf diangkat menjadi budak di rumah Potifar. Ada kata yang menarik dalam kisah ini. Yang pertama adalah kata ‘disertai’ dan yang kedua adalah ‘diberkati’ karena disertai oleh Tuhan. Yusuf yang disertai oleh Allah bukan hanya sekedar pernyataan penulis. Tetapi Potifar, seseorang yang tidak percaya kepada Allah pun bisa melihat bahwa Yusuf disertai oleh Allah (3). Mari kita perhatikan ayat 2, 3, 21-23, semua berbicara tentang Yusuf yang disertai oleh Tuhan dan apa pun yang dilakukannya pasti berhasil. Dalam Penggalian Alkitab, bila ada kata yang diulang berarti punya pesan tersendiri. Ada satu penekanan khusus. Di sinilah penekanan dari penulis kitab ini, bagaimana Yusuf yang selalu disertai oleh Tuhan.

Yusuf adalah seorang yang selalu taat kepada Allah. Selain diberkati oleh Allah, Yusuf juga membawa berkat kepada orang dimana ia hadir. Bila kita berbicara soal The Holiness of Life : Dealing with Temptation, salah satu hal yang mau kita lihat disini adalah bagaimana Yusuf yang disertai Allah membuat hidupnya suci. Yusuf yang disertai Allah dibuktikan dengan satu cara hidup yang suci dihadapanNya dan tidak akan mungkin bila bukan karena kesucian hidupnya, Allah menyertai dia. Bagaimana mungkin Allah hadir dan menyertai bila hidup Yusuf tidak benar. Jadi, kita melihat satu perbandingan bagaimana Yusuf disertai oleh Allah terjadi karena dia hidup benar atau suci.
Bagaimana kesucian itu dipertahankan Yusuf dalam pencobaan yang dihadapinya? Jika kita mengacu pada Yakobus, tidak pernah pencobaan itu datang dari Allah, tetapi dari keinginan manusia itu sendiri dan dari iblis. Bagaiman sikap Yusuf dalam menghadapi pencobaan? Dari ayat 1-6b, kita melihat bahwa Yusuf adalah orang yang beriman, hidupnya benar, seorang yang bertanggung jawab, memiliki paras yang elok dan juga pintar. Tetapi, apa yang dimiliki Yusuf membawa dia dalam situasi dimana isteri Potifar merayunya.

Pada ayat 7 digambarkan bagaimana pencobaan itu terjadi. Isteri yang ditinggal oleh suami karena sibuk, merasa kesepian. Ketika kesepian, dia tertarik pada seorang pegawai yang muda dan mempesona-dialah Yusuf. Dalam kondisi seperti ini, datanglah pencobaan pada Yusuf. Isteri Potifar mengajak Yusuf untuk tidur sama. Apakah pencobaan itu situasional? Bisa iya. Situasionalnya bisa dari isteri Potifar, bisa juga dari Yusuf. Karena rumah itu seringkali sepi, dimana hanya ada Yusuf dan isteri Potifar. Suasana mendukung, keadaan sangat kondusif untuk melakukan dosa. Ketika pencobaan ini tejadi pada Yusuf, perhatikan bahwa (1) pencobaan itu bukan datang dengan selevelnya Yusuf, (2) Pencobaan itu justru datang dari bos/majikan kepada anak buah. Sangat sulit menolak hal ini. (3) Pencobaan itu erat sekali dengan kebutuhan orang muda, yaitu masalah seks. Pada zaman sekarang, salah satu cara iblis yang paling besar menghancurkan kaum muda adalah seks, dan inilah yang dihadapi Yusuf. Setelah ia mengalami pencobaan itu, perhatikan ayat 8, bagaimana respon Yusuf. Yusuf berani menolak dengan tegas. Yang ditolak Yusuf bukan anak buah, melainkan majikannya. Sering sekali orang jatuh dalam pencobaan di tengah-tengah profesi ketika yang memberi perintah adalah bos. Karena ia takut kehilangan pekerjaan atau karirnya akan terhambat, maka ia takut menolak apa yang diperintahkan oleh bos. Tapi Yusuf berani menolak godaan iblis melalui sang majikan. Salah satu cara bagaimana kita bisa menang dan hidup suci dalam pencobaan adalah berani menolak dengan tegas. Walaupun perintah tersebut tersebut datang dari bos, jika perintah untuk berbuat dosa maka harus ditolak.

Mari kita perhatikan ayat 8 dan 9. Dalam bagian ini, salah satu hal yang membuat Yusuf menang dari pencobaan adalah dia sadar batas kuasa dan wewenangnya. Mari kita belajar dari Yusuf. Mari belajar batas kita sendiri. Sering sekali sesama pegawai itu tidak mengenal batas. Candanya juga tidak tahu batas. Mula-mula hal-hal porno dalam candanya hanya sekilas, lama kelamaan semakin parah. Jatuhnya manusia ke dalam dosa tidak pernah terjadi secara cepat. Cara iblis membuat manusia jatuh ke dalam dosa mirip dengan fenomena kodok rebus. Ketika kodok dimasukkan ke dalam air mendidih, kodok itu akan melompat. Tetapi ketika ia dimasukkan ke dalam air dingin dan dipanaskan dengan perlahan, maka kodok itu berdadaptasi dan tanpa sadar kodok itu menuju kematian. Inilah cara iblis merasuki kita. Kita harus memiliki batas dan dalam pergaulan juga kita harus tahu batas. Apapun bisa terjadi kepada kita di kota besar ini. Karena itu kita harus berhati-hati. Seperti Yusuf yang berani dengan tegas menolak, termasuk dari majikannya sendiri. Ia juga tahu batas dan wewenangnya dan kekuasaannya. Bila kita tidak mengenal batasan kita, segalanya bisa kacau.

Hal berikutnya yang membuat Yusuf dapat menang dari pencobaan adalah dia tahu bahwa hal itu adalah dosa dihadapan Allah. Sering sekali kita melihat sesuatu itu dosa, tapi semakin kita larut di dalamnya, standar dosa itu berkurang dan semakin lama kita melihat bahwa sesuatu itu tidak dosa lagi. Bila kita tidak sadar dari awal tentang dosa, cepat atau lambat pandangan kita akan semakin kabur melihat dosa. Ingat, orang yang rohaninya benar melihat yang abu-abu itu gelap, tetapi orang yang rohaninya kacau, melihat yang abu-abu itu putih. Bersyukurlah bila kita masih memiliki ketajaman rohani, melihat sesuatu itu dosa dan tidak melakukannya. Yusuf menang dari dosa, dan dia bisa hidup suci karena dia dengan tajam dapat melihat bahwa sesuatu itu dosa. Apakah kita sebagai alumni semakin tajam melihat dosa atau semakin kabur sehingga semakin banyak kompromi terhadap dosa. Untuk melihat sesuatu itu dosa, jangan bandingkan diri saudara dengan orang lain. Tetapi bandingkanlah diri saudara dengan Yesus Kristus. Sadarlah bahwa itu dosa dan dengan segera meninggalkannya. Karena itu latihlan kepekaan rohani saudara.

Pada ayat yang 10 kita dapat melihat bagaiman iblis melalui isteri Potifar tidak pernah lelah untuk menggoda Yusuf. Jika hanya digoda sekali, mungkin kita bisa menang. Tapi bagaimana bila digoda berkali-kali untuk berbuat dosa, apakah masih bisa bertahan? Yusuf bertahan. Ketika pencobaan berulang-ulang datang kepadanya, Yusuf tetap tegar. Pencobaan materi, seks, ataupun jabatan, sangat besar penga- ruhnya bagi kita, oleh karena itu mari kita menjaga kesucian dengan hidup yang tegar. Bandingkan dengan Tuhan Yesus, pada saat Ia selesai berpuasa selama 40 hari 40 malam. Ia langsung dicobai oleh iblis di padang gurun selama tiga hari. Pencobaan pertama pada saat itu adalah ketika iblis mencobai Yesus untuk mengubah batu jadi roti karena Tuhan Yesus lapar. Tetapi Yesus menolak dan berkata bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari Firman Tuhan. Bila lagi kenyang, bila dikasi makanan kita pasti akan segera menolak. Tetapi Yesus yang baru puasa tidak mau dicobai iblis. Tuhan Yesus menolak. Bila sebulan setelah wisuda, kita akan memilih pekerjaan yang paling cocok dengan kita. Tetapi bila sudah lima tahun menganggur, kita akan menerima pekerjaan walaupun dengan terpaksa dan dengan cara yang tidak baik juga. Jika kita belum dalam situasi yang terjepit, maka kita dengan gampang dapat menolak, tetapi ketika terjepit (secara ekonomi, karir, seks) kita akan bergumul untuk menolak. Mari kita belajar dari Yusuf dan Yesus, tegar dan berani untuk menolak. Iblis tidak akan diam. Iblis mungkin mengatakan Allah mana Tuhan kita. Bila kita punya Tuhan kenapa kita belum dapat jodoh, atau dengan banyak tuduhan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan kompromi. Ada banyak orang demi karir dan uang dicobai oleh iblis dan akhirnya kesuciannya tidak terpelihara. Yusuf tetap tegar walaupun berkali-kali dicobai.

Pada ayat yang ke 11 dan 12 kita melihat, walaupun diterpa berbagai pencobaan, Yusuf tidak lupa tugasnya. Selama masih diperkenankan, Yusuf terus bekerja keras, tanggungjawabnya tidak diabaikannya. Mungkin anda mendapatkan cobaan dan tekanan di kantor anda, tetapi mari menang dari dosa tetapi tidak lalai dalam mengerjakan tugas kita. Yusuf melakukan hal ini. Situasi pada saat itu sepi, dan Yusuf sendiri sedang mengerjakan tugas, dan hanya Yusuf dengan isteri Potifar di rumah. Lalu isteri Potifar kembali menggoda Yusuf. Tetapi Yusuf lari, dan meninggalkan bajunya yang dipegang isteri Potifar. Anda bisa bayangkan bila Yusuf tidak lari? Ia akan dipeluk isteri Potifar dan jatuh ke dalam dosa. Bila ingin menang dari pencobaan dan hidup suci, lari tinggalkan dosa. Dalam doa kita selalu berkata agar kita dijauhkan dari pencobaan, tetapi seringkali kita menghampiri pencobaan tersebut. Bila kita tidak berani lari dari dosa, kita akan kalah. Yusuf lari dan tidak menggunakan kesempatan untuk berbuat dosa. Ini yang harus kita lakukan bersama-sama. Matius 26:41 mengatakan agar kita berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ketika muncul maksud jahat, berdoa. Ada tekanan untuk berbuat dosa, berdoa. Dosa adalah penghalang doa dan doa adalah penghalang dosa. Jika kita ingin doa kita didengar jangan berdosa. Bila kita ingi menang dari dosa, maka berdoa.

Yusuf yang setia kepada Allah, yang menjaga kesuciannya demi ketaatan dan hidup suci di hadapan Allah, menang dari pencobaan, bersedia menerima segala konsekuensinya, yaitu menjadi korban fitnah dan masuk penjara.

Sebenarnya Yusuf bisa mendapat hal-hal yang menyenangkan. Misalnya, menikmati kesenangan secara biologis dari isteri Potifar, diberi kemewahan dalam hal materi dari isteri Potifar, Yusuf tidak kehilangan pekerjaan, dan tidak masuk penjara. Minimal ada empat hal ini yang dapat dinikmati oleh Yusuf bila dia mau berbuat dosa. Tetapi Yusuf tetap hidup suci meski harus membayar harga.
Dalam ayat 21-23 kita melihat bagaimana Yusuf disertai Tuhan. Dia berhasil, diberkati, termasuk di penjara. Tetapi ada pesan yang dapat kita lihat dari ayat 21-23 ini, yaitu orang yang hidup suci adalah orang yang rela menderita asal bersama Tuhan. Yusuf rela menderita, difitnah asalkan bersama dengan Tuhan. Apapun konsekuensi dari penderitaan yang kita alami, yang penting adalah kita tidak dtitinggalkan oleh Tuhan Yesus. Lebih baik tidak menikah, tidak kaya, putus dari pacar, asal bersama dengan Tuhan.

Oleh sebab itu bila kita tergoda, ada pencobaan melalui pikiran, mata, pende- ngaran ditengah-tengah profesi kita, ingat lah Yusuf yang tetap tegar dan menjaga kesucian. Bila kita membiarkan diri kita jatuh ke dalam dosa maka kita akan menjadi murahan. Kita, engkau dan saya ditebus dengan mahal, berharga dengan tebusan darah Kristus. Jangan sembarangan menceburkan diri kita ke dalam dosa.
Soli Deo Gloria!

No comments: