Friday, January 23, 2009

Faith@Work - 01: Theology of Work

[Kotbah Berikut merupakan Seri Faith@Work dalam rangkaian kotbah MBA, yang dibawakan oleh Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th]

Kali ini kita akan belajar tentang pekerjaan dalam hal vocation and calling. Kedua istilah ini memiliki satu arti yaitu panggilan. Calling adalah panggilan Allah bagi manusia untuk mengerjakan mandat ilahi, dan vocation adalah keyakinan seseorang akan panggilan dirinya untuk memuliakan Allah. Dengan kata lain, Allah memanggil kita disebut calling, dan ketika kita merespon panggilan Allah ini, disebut vocation. Kita sebagai orang beriman harus mengenal, mengetahui, dan menghidupi panggilan sekaligus vocation kita.

Calling and vocation bagi orang Kristen adalah sesuatu yang menuju kepada sebuah kehidupan yang baru di dalam Kristus. Dalam Efesus 2:10 tertulis, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.” Mari kita perhatikan baik-baik dalam ayat ini. Allah mempersiapkan sesuatu untuk dikerjakan dan Allah memiliki satu mandat yang harus digenapi oleh orang percaya.
Kita akan membahas tentang pekerjaan ini dalam empat keadaan yaitu the creation, the fall, the redemption, and glorification. Jadi pekerjan dalam konteks penciptaan, pekerjaan dalam konteks kejatuhan, pekerjaan dalam konteks penebusan, dan pekerjaan dalam konteks memuliakan Tuhan.

1. Kerja dalam Konteks Penciptaan
Kalau kita perhatikan Kej 1:28, “…beranak cucu dan bertambah banyak…kuasailah…” ada satu mandat ilahi yang Tuhan berikan kepada manusia. Dengan pemahaman ini berarti pekerjaan yang dipersiapkan oleh Allah merupakan satu mandat kultural atau mandat budaya. Hal ini memiliki pengertian bahwa kita mensejahterakan manusia dan kita mengusahakan apa yang diciptakan dan dipercayakan oleh Allah untuk kepada kita untuk dikelola dengan baik. Dalam hal ini, manusia bertanggung jawab terhadap dunia, membentuk peradaban, dan untuk mengisi sejarah dan menciptakan sejarah dalam kehidupannya. Sebagai ciptaan Allah, kita bertanggung jawab untuk melestarikan dan memelihara ciptaan Allah, bukan sebatas eksploitasi tetapi eksplorasi. Dalam Kej 9:20, kita bisa melihat bagaiman pertanian sudah dimulai, terhitung mulai bercocock tanam. Dalam Kej 4:17 kira dapat melihat dimulainya peradaban dan tatanan sosial.

Dalam hal inilah bisa dikatakan be cultivated and kept dimana mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Kalau dikatakan ‘beranak cuculah’, bukan sebatas biologi. Hal ini juga memiliki pengertian bahwa manusia ‘beranak cucu’ juga dari segi pengetahuan, sehingga menjadi suatu karya yang berkembang dari jaman ke jaman. Kalau kita lihat dari segi penciptaan, calling and vocation kita jelas, yaitu mengerjakan mandat budaya Allah, melestarikan, memelihara, dan mensejahterakan manusia yang ada di bumi ini.

2. Kerja dalam Konteks Kejatuhan
Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, maka kejatuhan itu membuat kerja menjadi terkutuk/ternodai. Pekerjaan tidak lagi menjadi sesuatu yang murni. karena itu, jika kita perhatikan setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka mandat Allah ternodai/terkontaminasi. Kemurnian dari sebuah pekerjaan bergeser dan hal ini menyebabkan ada bias/pergeseran dalam dunia pekerjaan. Misalnya, pertama, pada saat itu pekerjaan penuh dengan masalah/persoalan. Apa yang terjadi antara Kain dan Habel adalah karena karya yang berbeda di mata Allah yang mengakibatkan kecemburuan. Jika kita perhatikan, sampai kapanpun akan selalu ada persoalan dalam pekerjaan akibat dari dosa. Dimana pun kita bekerja, pasti ada persoalan baik itu dengan pimpinan, rekan sekerja, maupun karyawan kita. Kedua, lingkungan pekerjaan ‘bermusuhan’ terhadap Allah dan sesama (etika). Dengan kata lain prinsip dan cara kerja menjadi musuh’ Allah. Anda yang taat kepada Allah bisa saja berhadapan dengan konflik oleh karena kebenaran. Ketiga, pekerjaan melahirkan sesuatu yang me nyakitkan.
Kefanaan masuk ke dalam dunia kerja sehingga pekerjaan kehilangan tujuan semula yaitu mempermuliakan Allah dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Tetapi, apakah semua pekerjaan terjadi untuk tujuan tersebut? Hal ini menjadi pergumulan bagi kita.

Aliansi (kerjasama) antara manusia dan Allah dan sesamanya membuat pekerjaan/usaha menjadi sumber kesulitan dan penderitaan. Kita mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Seharusnya di dalam dunia ini mencari pekerjaan itu tidak sulit, tetapi aliensi tadi membuat pekerjaan menjadi sulit didapat. Selain sulit mencari kerja, sulit juga untuk bekerja dengan benar.

Karena dosa telah mengkontamisansi pekerjaan, maka pekerjaan juga didegradasi menjadi peluh dan jerih payah (toil), Kej 3:17-19. Kita akan berpeluh seumur hidup untuk mencari hidup. Kita juga dikondisikan oleh keterbatasan-keter batasan kita sebagai manusia untuk mencapai yang terbaik. Artinya, karena dosa manusia tidak bisa lagi menghasilkan pekerjaan seperti yang Tuhan inginkan. Dosa juga membuat pekerjaan menjadi sumber bahaya. Kejadian 4:23-24 menceritakan bagai mana Kain membunuh Habel karena pekerjaan. Bukan hanya konflik yang terjadi, tetapi membunuh. Mari kita perhatikan hasil kerja manusia. Nuklir dan hal yang lain bukan mendatangkan kebaikan malah kehancuran. Itulah hasil karya manusia. Oleh karena itu, mari masing-masing kita mengevaluasi diri kita apakah dalam pekerjaan, kita sedang mendatangkan kehancuran atau kebaikan di mata Allah. Dalam Kejadian 11:1-9 menceritakan bagaimana manusia membangun menara Babel untuk menyaingi Allah. Jadi kalau ada air bah seperti pada jaman nabi Nuh, manusia akan terhindar. Hal yang sama dapat terjadi sekarang ini dimana dalam bekerja kita menghilangkan keter- gantungan terhadap Allah.
Dalam pekerjaan kita bersaing dengan Allah, bukan lagi beriman dan berpengharapan kepadaNya karena kita mengandalkan diri kita sendiri.

3. Kerja dalam Konteks Penebusan
Kerja harus ditebus dan dipulihkan oleh Allah dan hal inilah yang telah dilakukan Nya melalui Yesus Kristus. Semua pekerjaan dipandang dengan ‘kacamata’, paradigma, konsep, dan pemahaman yang baru yaitu bahwa semua kerja yang benar berasal dari Allah dan Allah mempersiapkan pekerjaan yang harus kita kerjakan di bumi ini. Karena itu, mari kita melihat calling and vocation kita di dalam mandat Allah dimana Allah telah mempersiapkan pekerjaaan sedemikian rupa. Apa calling and vocation yang dari Allah bagi kita sehingga kita mampu melakukannya dengan serius. Martin Luther berkata ‘semua kegiatan sehari-hari adalah beruf atau calling’. Jadi tidak ada sesuatu yang tidak didasarkan pada vocation. Semua aspek hidup dan pekerjaan kita adalah bagian dari beruf. Bila calling and vocation kita jelas, pekerjaan bukan menjadi sebuah beban dan sekedar untuk memenuhi kebutuhan tetapi dapat menikmati pekerjaan itu.

Sebelum kita masuk kedalam keadaan yang ke empat, kerja dalam konteks memuliakan Tuhan, kita akan masuk dalam ekskursus, yaitu kerja dalam masyarakat modern secara umum (kontemporer). Bagi masyarakat umum, kerja hanyalah sebagai pemenuhan kebutuhan. Jadi ada pemahaman lebih baik dikerjakan daripada tidak sama sekali. Orang-orang seperti ini memiliki calling and vocation yang tidak jelas. Dalam masyarakat kontemporer, mereka bekerja supaya menambah harta atau kekayaan dan menjadi suatu kesenangan untuk menikmati kesenangan. Tetapi ada juga orang yang bekerja kerana aktualisasi diri, dimana ada pengaruh prestige disitu. Hal ini terjadi supaya dihormati dan dihargai oleh orang lain. Secara praktik, bekerja adalah peningkatan produksi yang akan bermuara pada perdamaian dan kebebasan (sosial, ekonomi, dan politik). Bekerja dianggap mengurangi krisis sosial, kriminalitas, dan menciptakan lapangan kerja dan dimana pengangguran akan berkurang. Secara kontemporer, bekerja adalah sebagai produksi dan distribusi komoditas. Dalam hal ini, orientasi kerja hanya bisnis dan uang dengan mengabaikan keselamatan bumi.
Dengan calling and vocation yang jelas, kita akan melihat keadaan yang keempat yaitu kerja untuk kemuliaan Tuhan.

4. Kerja untuk Kemuliaan Tuhan.
Beberapa hal yang dapat kita lihat dari keadaan ini adalah, :
  • Semua aspek kehidupan kita adalah calling. Apapun pekerjaan kita, itu adalah calling. Kalau bukan karena kehendak Allah, kita tidak akan mampu mengerjakannya dengan serius.
  • Kita harus menyadari bahwa di dalam hidup kita tidak ada yang namanya ‘sekuler’. Semua rohani. Kolose 3:17 mengatakan “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”. Jadi kita harus melakukan semuanya untuk memuliakan Tuhan.
  • Orientasi kerja kita bukan kepada produksi (hasil) dan kompensasi (income), tetapi kepada Allah dengan memberi yang terbaik (Kol 3:23; Ef 6:5-9). Ketika kita bekerja dengan vocation yang jelas, kita bekerja untuk Tuhan. Apakah kita menyadari vocation dalam profesi kita? Efesus 6:5-9 berkata tentang ketaatan hamba kepada pemimpinnya. Jadi, kita harus bekerja dengan tertib, bukan karena kalau bos kita ada disitu, tetapi juga ketika bos kita tidak ada. Jangan memimpin kelompok PA atau berkotbah kalau lagi jam kerja.
  • Alkitab menolak kemalasan (II Tes 3:6; I Tes 5:12-13; Efesus 4:28) dan disisi lain juga Alkitab menolak workcoholic karena dapat mengabaikan kehidupan rumah tangga dan rohaninya.
  • Kalau kita bekerja dengan calling dan vocation yang jelas, berarti kita bekerja untuk menghadirkan Kerajaan Allah (service) dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Apapun profesi kita, mari kita bekerja untuk mendatangkan kerajaan Allah. Apapun jenis pekerjaan kita akan dihargai oleh Tuhan. Di hadapan Alah tidak ada pekerjaan yang lebih mulia dibandingkan dengan pekerjaan yang lain. Kalau dilakukan dengan calling and vocation yang jelas, pekerjaan kita akan mempermuliakan Allah.

Oleh karena itu mari kita bekerja karena panggilan Allah, bukan karena gaji. Kita bekerja bagi Allah untuk memuliakan Allah.
Soli Deo Gloria!

No comments: