Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th
[Dibawakan pada ibadah Mimbar Bina Alumni, Jumat 13 Juli 2012]
Hari ini kita akan belajar bersama mengenai
pasal terakhir dari surat 1Petrus ini. Setelah banyak berbicara tentang
panggilan sebagai umat Allah (1Pet 2:9), maka penting sekali menjaga kekudusan
(1Pet 1:15-16) dan penderitaan karena ketaatan pada Tuhan(pasal 3-4), maka
Petrus mengakhiri surat yang pertama dengan panggilan untuk melayani khususnya
para penatua di jemaat diaspora.
Pasal 1-4 ditujukan kepada semua orang percaya
(jemaat), tetapi pasal 5: 1-4 khusus bagi para pekerja Tuhan (penatua). Ada
beberapa hal yang mendasari Petrus menuliskan hal ini kepada penetua. Pertama,
sebagai sesama hamba Tuhan (teman penatua – ay 1). Kedua, karena Petrus adalah
saksi penderitaan Kristus (sebagai Rasul) di mana dia bersama orang percaya
juga sedang sama-sama menderita karena Kristus (5: 1). Hal ini penting, jika
tidak dorongan atau motivasi yang kita berikan kepada orang lain akan menjadi
hampa jika kita tidak pernah mengalaminya (1Yoh 1:1-4). Semua yang Petrus alami
bukan teori tetapi pengalaman nyata selama hidup bersama dengan Yesus dan
mengalami penderitaan oleh karena iman kepada Kristus. Dasar ketiga adalah
kesadaran bahwa orang yang akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan
dinyatakan kelak – bukan hanya sebagai orang beriman tetapi juga sebagai hamba
Tuhan yang menderita demi umat karena Kristus.
Dalam bagian ini kita melihat bagaimana Petrus
memberikan nasihat kepada penatua ini. Nasihatnya adalah gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa,
tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau
mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (ay 2). Satu hal yang
disadarkan Petrus adalah perintah untuk menggembalakan dalam hal ini merawat
atau memelihara (bandingkan dengan pengalaman pemazmur dalam Maz 23 akan
gembala yang baik dan juga dalam Yeh 34:11-16 di mana konsep inilah yang
dipakai Petrus dalam hal menggembalakan). Apa yang digembalakan? Yaitu kawanan domba
Allah yang ada padamu. Petrus ingin menekankan bahwa jemaat itu bukan milik
mereka (manusia) tetapi milik kepunyaan Allah yang dipercayakan kepada penatua
untuk digembalakan dan harus bertanggung jawab kepada Allah sebagai Pemilik.
Sebagai seorang pelayan (apakah pemimpin kelompok atau pengurus ikatan alumni) kita
harus mengingat bahwa yang kita layani adalah kawanan domba Allah yang
dipercayakan kepada kita. Penyadaran akan hal ini membuat kita bertanggungjawab
dalam mengerjakan tanggungjawab kita. Penyadaran akan hal ini juga akan membuat
kita tidak dalam posisi mengeksploitasi orang yang kita layani (Yeh 34:1-6
adalah kisah eksploitasi yang dilakukan gembala jahat).
Kemudian Petrus melanjutkan bahwa dalam
menggembalakan kawanan domba Allah kita tidak boleh terpaksa, tetapi sukarela
sesuai dengan kehendak Allah (ay 2). Ingat, sukarela berasal dari kata ‘suka’
dan ‘rela’. Jadi bukan semau kita, jika kita sempat, atau lagi mood. Tetapi dalam menggembalakan jemaat
kita harus sukarela memiliki standar sesuai dengan kehendak Allah. Sedih sekali
melihat banyak sekali pelayan Tuhan yang melayani berdasarkan kehendak atau mood sendiri, sehingga dengan gampang
memutuskan untuk istirahat atau cuti dalam pelayanan. Sebagai seorang yang
memahami kehendak Allah, kita tidak boleh terjebak dalam situasi ini karena hal
ini hanyalah standar kita.
Kita juga tidak boleh mencari keuntungan,
tetapi pengabdian (ay 2). Melayani itu adalah memberi dan mengorbankan yang
kita punya. Seorang pelayan tidak
menghitung apa yang sudah ia serahkan (waktu, tenaga, atau uang) tetapi
menghitung apa lagi yang masih bisa ia persembahkan. jika kita melakungan
hitung-hitungan maka kita bisa mengharapkan balas jasa dan terjebak dalam dosa
kesombongan.
Dalam melakukan tugas penggembalaan tidak boleh
ngebos, melainkan menjadi teladan (ay
3, band 2Tim 3:10). Pemimpin duniawi
memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, sedangkan pemimpin rohani
menunjukkan kepada orang lain bagaimana melakukan sesuatu. Yang ditekankan
oleh Petrus adalah betapa besarnya pengaruh teadan kepada orang lain (khususnya
yang kita layani). Apa yang kita lakukan berbicara lebih keras dari apa yang
kita ucapkan. Mari kita senantiasa membenahi diri agar menjadi pemimpin yang
baik bagi mereka yang kita layani. Sama seperti Paulus yang berkata kepada
Timotius, “Tetapi engkau telah mengikuti
ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan
ketekunanku” (2Tim 3:10). Inilah teladan!
Jikla semua hal ini dilakukan kepada jemaat
maka akan menghasilkan dampak dimana saat Gembala Agung datang (2nd coming of Christ) kita
akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (ay 4, band 2Tim 4:7-8).
Setelah memberikan nasihat kepada penatua, pada
bagian selanjutnya Petrus memberikan nasihat kepada orang muda. Pertama,
tunduklah kepada orang-orang tua (dalam terjemahan lain orang yang lebih tua)
(ay 5a). Ingat, soal ketundukan disini adalah dalam prinsip kebenaran. Jika
yang diperintahkan senior itu sesuai dengan firman Tuhan kita harus taat.
Tetapi jika yang diperintahkan senior itu bertentangan dengan firman Tuhan kita
harus menolaknya. Tetapi tetap menghormati dirinya. Menghormati wajib, tetapi
menaati tidak. Selama yang diperintahkan sesuai dengan firman Tuhan kita harus
taat, tetapi jika tidak sesuai dengan firman Tuhan kita harus tolak.
Nasihat kedua adalah merendahkan diri seorang
terhadap yang lain (5b) sebab:
"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah
hati (5c). Prinsip yang perlu dibangun adalah aktif merendahkan diri di bawah
tangan Tuhan yang kuat dan pasif akan ditinggikan oleh Allah (ay 6). Kristus
aktif berinkarnasi tetapi Allah meninggikan Dia (Fil 2:5-11).
Ketiga, tidak perlu kuatir (NIV – cast all your anxiety) baik penatua
maupun kaum muda, karena Allah memelihara (ay 7). Banyak orang Kristen sudah
berdoa menyerahkan kekuatirannya kepada Allah tetapi masih tetap menanggung
semua bebannya sendiri dan membuat mereka masih tetap dalam pergumulan. Mari
menyerahkan semua kekuatiran kita kepada Tuhan dan hal ini butuh latihan (lih
Mat 6:25-33). Dan Petrus menasehatkan hal ini dalam konteks menderita sebagai
orang percaya dan dalam menggembalakan kawanan domba Allah serta kaum muda
dalam menjalani kehidupannya (hari esok).
Nasihat berikutnya adalah sadar dan berjaga (be self-controlled and alert – ay 8)
sebab iblis, lawan kita (bukan kawan) bagaikan singa yang siap menerkam (band
Mat 26:41). Hal ini juga perlu latihan. “Jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Fil 4:8).
Mari kita belajar untuk melatih diri untuk waspada dan berjaga-jaga dari
stimulus yang selalu datang melalui panca indera kita. Iblis itu dilawan dengan
iman yang teguh dan sadarlah bahwa bukan hanya kamu yang mengalami hal yang
sama, tetapi seluruh orang percaya di dunia (5: 9). Pertahanan yang terbaik
adalah menyerang. Itulah sebabnya jangan ada alumni yang tidak melayani. Ketika
kita melayani kita sedang berperang melawan iblis. Tidak akan ada alumni yang
bisa bertumbu secara rohani tanpa melayani. Tidak ada alumni yang mampu berdiri
dalam kebenaran jika tidak terlibat dalam pekerjaan Allah (apakah memimpin
kelompok, pengurus di ikatan alumni atau gereja, dll).
Ingatlah bahwa Allah (sumber segala kasih
karunia dan yang telah memanggil dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal)
akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan
dan mengokohkan kita dengan doa dan firman (will restore you and make you strong, firm and steadfast -5: 10, bd.
Yos. 1: 6-9). Penderitaan yang kamu alami itu tidaklah lama (5: 10b) jika dibandingkan
dengan kenikmatan kemuliaan dalam kekekalan bersama dengan Allah di Sorga.
Jangan ada yang mengeluh karena penderitaan yang dialaminya terasa sangat lama.
Saya tidak tahu apa yang menjadi pergumulan kita tetapi dari kacamata kekekalan
penderitaan yang kita alami adalah seketika lamanya.
Dasar jaminan ayat 10 adalah bahwa Allah
pemilik kuasa selama-lamanya (bukan hanya maha kuasa) (5: 11). Kekuatan Iblis
dan juga mereka yang dipakai Iblis sebagai alatnya untuk membuat umat Allah
menderita, sangatlah terbatas. Mereka hanya dapat membunuh tubuh tetapi Allah
berkuasa membunuh jiwa. Masihkan kita yakin bahwa Allah berkuasa menolong kita
dalam pergumulan dan penderitaan kita? Masihkan kita yakin bahwa Allah berkuasa
memberikan yang terbaik kepada kita? Masihkan kita yakin bahwa Allah berkuasa
menyembuhkan kita dari pergumulan penyakit? Ingat, ada jaminan bahwa Allah yang
berkuasa untuk menolong kita, memelihara dan menjaga kita karena Allah adalah
pemilik kuasa selama-lamanya. Jangan seorangpun kita yang meragukan kemahakuasaan
dan kebaikan Allah. Tetapi yakinilah bahwa Allah berkuasa dan sanggup untuk menolong
kita.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment