Tuesday, October 16, 2012

Eksposisi 1Petrus 3


Untung Suseno, M. Th


Minggu lalu kita telah belajar 1Petrus 2 dan jika kita pelajari secara keseluruhan kitab 1Petrus maka kita akan menemukan garis besar yang sangat sederhana.  Pada pasal 1 ay 1-2 kita akan menemukan salam pembukaan dari surat Petrus ini, kemudian dalam 1:3-2:10 kita akan emnemukan mengenai kelahiran kembali, dan dalam 2:11-3:7 kita menemukan mengenai tantangan untuk memiliki perilaku yang baru di dalam Kristus.

Mari melihat 1Petrus pasal 3 ini. Ay 1-7 masih berbicara mengenai masalah tantangan untuk memiliki dan perilaku hidup yang baru setelah kelahiran yang baru. Ada beberapa nasihat yang diberikan Petrus disini. Dalam ay 1 dikatakan, “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,”. Ini adalah nasihat Petrus kepada para isteri yang memiliki suami belum percaya (dalam kasus surat Petrus ini mereka menikah ketika belum mengenal Tuhan, jadi ketika sudah menikah, sang isteri bertobat). Ketundukan ini harus dipahami dalam konteks yang benar. Ketundukan isteri di sini bukanlah sebuah ketundukan yang buta. Ketundukan dalam ayat ini adalah bicara soal submission. Submission disini dalam pengertian fungsional. Artinya adalah bahwa fungsi wanita itu berbeda dengan laki-laki di mana laki-laki adalah kepala atas keluarga dan perempuan memerankan peran taat pada kepemimpinan kepala. Jadi bukan pengertian subordinasi, bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Laki-laki dan perempuan sejajar dalam pemahaman alkitab. Jadi ada nasihat kepada para isteri bahwa siapapun suami mereka, meskipun ia tidak mengenal Tuhan maka peran isteri, dalam pengertian tertentu, haruslah tunduk kepada suami. Ingat, pengertian tunduk disini harus dipahami sebagai sesuatu yang fungsional. Mengapa hal ini perlu? Supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, karena mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

Nasihat berikutnya ada di dalam ay 3, dikatakan disana, “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,”. Perhiasan seorang isteri bukanlah perhiasan lahiriah atau sesuatu yang tampak dari luar. Tetapi perhiasan seorang isteri ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah (ay 4).
Dapat disimpulkan bahwa hal terpenting dari seorang isteri adalah memerankan peran submission (ketundukan) kepada suami. Lalu yang berikutnya adalah inner beauty atau karakter seorang isteri yang sudah lahir baru di dalam Tuhan. Ketekunan seorang isteri akan bisa mengubah suami. Hal ini adalah sesuatu yang berat tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Tetapi dalam kisah PB ada kisah dimana akhirnya seorang wanita bisa mengubah keluarganya (misalnya Lidia). Petrus kemudian menggambarkan bagaimana ketundukan ini seperti yang ketundukan Sarah kepada Abraham (ay 6).

Nasihat berikutnya adalah nasihat kepada para suami. Dalam ay 7 dikatakan, “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” Berbeda dengan para isteri, nasihat ini diberikan kepada suami yang memiliki isteri yang sudah mengenal Tuhan. Ada dua hal yang penting yang dinasihatkan Petrus kepada suami-suami. Pertama, hiduplah bijaksana dengan isterimu. Ini adalah nasihat yang penting. Dalam terjemahan lain kata ‘bijaksana’ memiliki pengertian ‘harus paham’ terhadap siapa isterinya. Ini adalah tugas yang berat. Tugas suami adalah memahami siapa yang dipimpinnya, sampai ia betul-betul mengenal dengan baik siapa yang menjadi isterinya. Suami-suami harus kenal betul siapa pasangannya. Mengapa harus lebih kenal? Karena isteri adalah kaum yang lebih lemah. ‘Lebih lemah’ disini bukanlah dalam pengertian intelektual, bukan juga laki-laki memiliki otoritas lebih besar daripada perempuan. Tetapi ‘lebih lemah’ disini berbicara soal keterbatasan perempuan. Perempuan lebih terbatas dari laki-laki. Itulah sebabnya laki-laki harus lebih mengenal pasangannya lalu melayani pasangannya sebagai isteri yang dicintainya dalam setiap keterbatasannya.

Hal penting kedua adalah hormatilah mereka. Hormati artinya menghargai isteri dengan sukarela. Jadi seorang suami harus mengenal pasangannya dengan setiap keterbatasan isterinya dan para suami juga harus menghargai keterbatasannya itu sebab perempuan juga adalah pewaris Kerajaan Allah sama dengan laki-laki. Tidak ada yang lebih tinggi! Tidak ada subordinasi! Hanya fungsinya yang berbeda. Laki-laki sebagai kepala yang tugasnya adalah mengenal dan hidup dengan bijaksana dengan isterinya, menghargai dan menerima pasangannya bahkan dalam setiap keterbatasan pasangannya. Sedangkan peran seorang isteri adalah tunduk kepada suami. Inilah tantangan orang Kristen yang harus hidup dalam perilaku yang baru di dalam Tuhan termasuk ketika berkeluarga.

Setelah Petrus menjelaskan pasal 3:1-7 sebagai penutup dari tantangan untuk hidup dalam perilaku Kristen yang baru, maka dalam ay 8 dia mulai beralih.

Dalam ay 8-12 dikatakan, Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat. Kata ‘Dan akhirnya’ bukan sedang menjelaskan bahwa ini adalah pernyataan terakhir. Tetapi kata ini dipergunakan untuk mengawali sebuah pernyataan baru. Jika dalam ay 1-7 nasihat diperuntukkan bagi pasangan suami-isteri, maka mulai ay 8 nasihat yang diberikan adalah untuk jemaat secara umum. Nasihat yang diberikan adalah agar mereka (jemaat)  seia sekata, seperasaan, emngasihi saudara-saudara, penyayang, dan rendah hati. Ingat, jemaat pada masa ini hidup dalam tekanan penderitaaan oleh karena prajurit Romawi. Itulah sebabnya mulai ay 8 sampai pasal 4:19 Petrus sedang mengajarkan tentang panggilan hidup menderita.

Dalam ay 8-12 Petrus memberikan nasihat agar sesama jemaat hidup di dalam kasih. Sebagai sesama orang percaya mereka harus hidup di dalam perilaku yang baru yaitu seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati. Keseluruhan hal ini ingin berbicara bahwa sebagai orang percaya dalam menghadapi penderitaan harus tetap memiliki sikap kerendahan hati dan kasih. Dengan demikian maka mereka akan dimampukan untuk  TIDAK membalas kejahatan dengan kejahatan. Ingat, Jemaat pada waktu itu dalam kesusahan yang besar karena tentara Romawi.

Dalam ay 13 dikatakan, “Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?” Kata ‘rajin’ disini sama dengan kata ‘tekun’. Jika kita tetap melakukan perbuatan baik terhadap orang yang menyakiti kita maka siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar (ay 14). Susah dicari orang Kristen yang hidup benar pada masa kini. Tetapi jika kita menderita di tempat kerja kita karena mempertahankan hidup yang benar, berbahagialah. Sebuah penghormatan jika kita bisa menderita karena kebenaran. Tetapi jika kita menderita oleh bukan karena kebenaran atau perbuatan baik itu adalah kecerobohan dan kebodohan.

Kemudian dalam ay 15 Petrus kembali memberikan perintah , “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!” Jika kita mengalami aniaya dan ketiakadilan dimanapun kita berada, mari  tetap menyediakan tempat untuk Kristus di dalam penderitaan kita agar Kristus tetap dimuliakan. Ini adalah tugas yang berat bagi orang percaya. Dalam ay 15b dikatakan, Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Kita harus siap sedia. Ingat, kita hidup di dalam ketegangan antara sudah dan belum (already but not yet). Kita sudah menerima keselamatan tetapi belum. Sudah pasti kita pewaris kerajaan Allah tetapi belum. Dalam ketegangan already but not yet ini,  maka semua ornag percaya diberi tanggungjawab untuk bersiap-siap. Kita harus siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab. Ini adalah dalam hal apologetic, yaitu pembelaan iman dimana kita memberi penjelasan-penjelasan kepada orang yang tidak mengenal Tuhan dan senantiasa mempertanyakan kita. Kita harus memberi penjelasan kepada mereka betapa kayanya pengharapan dalam Kristus sebab di dalam Kristus jauh lebih kaya dari sesuatu yang bisa kita dapat dari dunia ini. Bagaimana kita melakukannya? Mari melakukannya  dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu (ay 16). Mari membenahi dan memiliki hidup benar dimana saja kita ditempatkan Tuhan. Jika kita difitnah, mari tetap member ruang kepada Yesus agar ia tetap dimuliakan dalam hidup kita. Ia akan mengangkat kita. Mari hidup dalam kebenaran dan kekudusan maka Tuhan akan membela hak-hak kita.

Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat (ay 17). Ini adalah penderitaan karena kehendak Allah. Mari berani hidup benar dalam Kristus. Mengapa demikian? “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,” (ay 18). Kita harus berani menderita karena Yesus telah menderita karena menggantikan tempat kita. Ia tidak seharusnya dihukum dan mati, tetapi karena menggantikan kita Ia menerima itu semua.
Dalam ayat 19 kita menemukan hal yang sulit. Dikatakan disana mengenai pemberitaan injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara. Kata ‘injil’ yang dipakai dalam kalimat ini bukan euangelion tetapi kabar baik. Tidak ada penjelasan yang jelas apa yang Yesus lakukan disini. Tetapi satu hal yang pasti bagian ini tidak sedang berbicara tentang api penyucian (purification = dimana roh orang mati tertawan dan kemudian mengalami pemurnian karena dosa-dosanya). Dan ay 20 menjelaskan siapa roh-roh yang tertawan ini yaitu roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.

Kemudian dalam ay 21-22 dikatakan, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.” Jadi, orang yang percaya kepada Kristus itu sudah diselamatkan. Kiasannya adalah baptisan. Petrus tidak sedang berkata bahwa baptisan itu menyelamatkan, tetapi baptisan itu adalah kiasan. Baptisan itu menjadi break event, momentum terpisahnya seseorang dengan hidup yang lama. Pada waktu kita dibaptis maka kehidupan lama sudah ikut tenggelam, dan yang bangkit sekarang adalah kehidupan yang baru (band Rom 6). Baptisan itu menjadi momentum bagi kita untuk berpisah dengan dosa kita. Kelahiran baru terjadi pada waktu kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Baptisan menjadi kiasan dimana kita berpisah dnegan dosa kita. Ingat, baptisan tidak menyelamatkan tetapi hanya kiasan. Itulah sebabnya, memahami bahwa kita sudah diselamatkan, kita sudah memiliki Kristus di dalam hidup kita, kita seharusnya tidak perlu takut terhadap penderitaan karena semua penderitaan itu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang tuhan Allah janjikan kepada kita.
Solideo Gloria!

No comments: