Untung
Suseno, M. Th
Seperti yang telah kita ketahui bahwa surat
Petrus ini diberikan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di Asia Kecil. Pada
waktu surat ini ditulis, orang-orang Kristen masih dalam aniaya besar dan Roma
belum menjadi negara Kristen. Pada pasal satu Petrus menekankan bahwa
orang-orang percaya dimana surat ini ditujukan adalah orang-orang yang sudah
ditebus (1:17) dan semuanya sudah menyucikan diri (1:22), semua sudah dibayar dan
harganya amat mahal, bukan dengan emas dan perak, tetapi dengan darah domba
Allah, dan sudah lahir kembali (1:23). Jelaslah surat ini ditujukan kepada
mereka yang sudah lahir kembali dan sudah mengecap kasih karunia Allah yang
sekarang hidup dalam pergumulan karena penganiayaan. Surat ini tepatnya seperti
untuk kita semua, yang sudah menikmati kasih karunia Allah itu.
Sebagai kesimpulan pada pasal 1 Petrus menyimpulkan bahwa sebagai orang yang
sudah ditebus dan sudah menyucikan diri, sudah dibayar dengan darah Yesus, dan sudah
dilahirkan kembali, maka ada nasihat agar pembacanya melanjutkan hidup dalam
kekudusan agar bertumbuh di dalam Kristus sekalipun dalam kesukaran yang besar.
Pasal 2 melanjutkan apa yang ada di pasal 1. Dalam ay 1 dikatakan, “Karena
itu buanglah segala kejahatan,
segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.”
(2:1). Ayat ini diawali dengan kata ‘karena itu’. Apa yang dimaksudkan dengan
kata ‘karena itu’ adalah apa yang dipaparkan
dalam pasal 1 yaitu status sebagai umat
yang sudah ditebus. Itulah sebabnya Petrus berkata sebagai umat tebusan pembaca
(termasuk kita) harus membuang segala
kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan
fitnah. Dalam terjemahan lain kata yang dipakai untuk ‘buanglah’adalah ‘put off’. Istilah ini sering kita
temukan dalam surat-surat Paulus dimana ia sering memakai istilah ‘put off’ (tanggalkan) dan ‘put on’ (kenakan). Jadi, ketika Petrus
menulis ‘buanglah’, yang dimaksud disini adalah ‘tanggalkanlah’.
Jika kita sudah ditebus dan lahir baru dan
dibayar mahal, maka kita harus melanjutkan hidup yang kudus dimanapun berada
saat ini. Bagaimana caranya? Tanggalkanlah segala
kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan
fitnah. Sederhananya bisa dikatakan bawa kita harus meninggalkan kehidupan
kita yang lama. Cara pertama untuk melanjutkan hidup dengan kekudusan adalah
tanggalkan hidup kita yang lama.
Perhatikan apa yang diajarkan oleh Petrus. Tidak
secara otomatis kehidupan orang yang lahir baru itu menjadi baik. Ketika kita
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, maka tidak otomatis
kehidupan lama kita rontok, apalagi kita sudah keluar dari komunitas kampus
atau pembinaan dan masuk ke dalam dunia kerja. Kita akan mudah kembali ke
kehidupan yang lama. Sebab seperti yang sudah kita ketahui bahwa kelahiran baru
itu adalah momentum, tetapi berjalan dalam pimpinan Roh Kudus itu adalah
keseharian dan keseharian itu yang membuat kita dimerdekakan. Kelahiran baru
hanya menjadi titik permulaan atau awal dan langkah pertama. Tapi langkah demi
langkah selanjutnya kehidupan kita haruslah dituntun dan dipimpin dan dipenuhi
Roh Kudus Tuhan agar memiliki kahidupan yang kudus dan benar. tanpa pimpinan
Roh Kudus, kita tidak akan sanggup. Caranya bagaimana, lepaskan kehidupan kita
yang lama (jika kita bandingkan dengan surat Paulus, dia menyatakan yang
mencuri jangan mencuri lagi, yang berzinah jangan berzinah lagi, yang berdusta
jangan berdusta, dll). Segala sesuatu yang lama harus ditanggalkan. Berbeda
dengan Paulus, konteks dari penulisan surat Petrus ini lebih ke arah kehidupan
Kristen yang dalam penganiayaan. Jadi lebih kepada nasihat untuk membuang segala kejahatan, segala tipu muslihat dan
segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Ingat, pada masa sengsara,
orang mudah sekali beralih dari kesetiaannya. Maka diantara beberapa orang
Yahudi ada yang menjadi antek-anteknya Roma, melaporkan kelompok Yahudi yang
sudah bertobat dan kemudian ditangkap. Dalam dalam konteks inilah Petrus menasehatkan
agar jangan ada lagi segala kejahatan,
segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
Kata kemunafikan
dalam KJV memakai istilah hypocrisie,
yang artinya bertopeng, sebuah istilah yang diambil dari teater-teater kuno
Romawi, dimana para pemain dalam teater tersebut mengenakan topeng, tidak
kelihatan aslinya tetapi memerankan sebuah peran. Orang Kristen tidak boleh
seperti ini, tidak boleh bertopeng. Tidak boleh ada yang bertopeng dengan
sesamanya apalagi dengan Tuhan. Jangan memakai topeng dimana kita rajin
mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah atau rajin ke persekutuan tetapi dalam
dunia kerja kita menjadi seseorang yang jauh dari Tuhan. Yang menipu menipu
terus, dan senantiasa kompromi dengan dosa. Ini harus ditanggalkan! Ini
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Tetapi dalam hal inilah Tuhan
memerintahkan kita untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusan dimanapun kita
berada. Kita harus memunculkan siapa Kristus dalam hidup kita dimanapun kita
bekerja.
Ada satu penyakit yang berbahaya dalam
kekristenan, namanya humanism religious.
Humanism religious itu memiliki arti dimana seseorang itu kelihatan rohani.
Seseorang aktif dalam kelopok kecil maupun persekutuan bahkan dalam
kepengurusan, tetapi melakukannya tanpa pengenalan pribadi dengan Tuhan.
Setelah menanggalkan kehidupan yang lama,
kemudian Petrus melanjutkan pada ayat 2, “Dan
jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang
murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.“
Jika kita mengamat-amati bayi, kita akan menemukan bahwa jika seorang bayi minta
ASI, maka ASI harus segera diberikan, tidak peduli dimana tempatnya atau kapan,
karena jika tidak deberikan ASI maka bayi itu akan menangis. Artinya, tanda
dari seseorang yang sudah menanggalkan kehidupannya yang lama adalah haus terus
akan Tuhan. Dia akan mencari terus tidak peduli sang atau malam. Kapanpun dan
dimanapun dia akan senantiasa merindukan firman Tuhan. Apakah kita senantiasa
rindu dan haus terus-menerus akan firman Tuhan? Jika ya lanjutkan, Roh Kudus ada di dalam diri kita.
Mari kita perhatikan ay 4. Dikatakan disana, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang
oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.” Kita akan
melihat arti dari batu hidup dalam
pengertian historis sebagai sebuah pengharapan mesianis dalam dunia orang
Yahudi. Jika kita membaca Yes 8:14 (“Ia
akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan
bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk
Yerusalem”) atau Yes 28:16 (“sebab
itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai
dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal,
suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”), kita
akan menemukan nubuatan Allah mengenai batu penjuru. Batu itu adalah simbol
atau gambaran mesianis. Bahwa kelak di Sion, Tuhan akan meletakkan batu
milikNya dan batu itu akan menjadi batu penjuru. Batu itu adalah sang Mesias.
Dengan kata lain batu penjuru itu adalah Mesias sendiri. Hal inilah yang
dijelaskan Petrus kepada pendengarnya yang adalah orang Yahudi bahwa Batu itu
sekarang disebut sebagai Batu yang hidup. Batu itu oleh manusia tidak dianggap,
dan dibuang , disepelekan dan tidak memiliki arti. Tetapi dihadapan Allah, Batu
itu mendapat penghormatan. Batu itu bicara tentang Mesias sebagai sebuah simbol.
Dan kemudian dalam ay 5 dikatakan, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai
batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada
Allah.” Jika kita sudah mengenal dan hidup di dalam Batu itu, maka kita
akan dipergunakan untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat
kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus
berkenan kepada Allah.
Petrus sudah menjelaskan cara untuk melanjutkan
kehidupan yang kudus setelah kelahiran baru adalah dengan menanggalkan
kehidupannya yang lama. Itu adalah langkah yang pertama. Langkah berikutnya
adalah dengan mendekatkan diri dengan batu yang hidup itu karena batu itu
adalah simbol dari Mesias. Hal ini membuat batu itu juga disebut sebagai invisible strength. Batu itu juga adalah
tempat berlindung yang kekal dan abadi. Batu itu juga bisa disebutkan sebagai
sumber dari perlindungan dan keamanan. Petrus menuliskan kepada orang Yahudi
ketika mereka dalam aniaya dan terpisah dalam 12 tempat, tetapi sekalipun
terpecah maupun aniaya dan permasalahan yang besar. Apapun pergumulan hidup,
mereka bisa mempertahankan hidup yang benar jika mereka terus dekat dengan batu
yang hidup dan hidup di dalam batu yang hidup. Mengapa demikian? Karena Mesias
adalah sumber. Dari Dialah berasal perlindungan dan keamananan. Dialah sumber
kekuatan yang baru. Dia adalah batu dimana Dia menjadi perlindungan abadi dari
tiap-tiap orang yang mencari-cari kenyamanan dan ketenangan, dan satu-satunya
adalah Yesus yang adalah sumber dalam hidup saudara.
Simbol batu ini menjelaskan Yesus sebagai batu
karang yang teguh. Symbol kekokohan yang tidak pernah berubah, simbol kesetiaan
yang tidak pernah berakhir. Petrus berkata, hiduplah di dalam Yesus batu yang
hidup itu dari hari ke hari agar engkau beroleh kekuatan terhadap segala macam
pergumulan hidupmu, di tempat kerja, rumah atau pergumulan pribadi kita.
Kita mungkin sering terjebak dalam situasi
dimana sepertinya tidak ada harapan. Ada kalanya kita dibawa masuk dimana tidak
apa-apanya lagi dan kita harus menyerah dan berkorban. Dalam situasi seperti
ini kita harus mengingat bahwa Yesus adalah batu penjuru dalam hidup kita. Apapun
situasi hidup yang kita hadapi, segala macam pergumulan ada di depan kita mari
emmandang kepada Yesus dan mengingat bahwa Ia adalah batu karang tempat
perlindungan dan disana kita akan menemukan rasa nyaman dan aman yang sejati.
Bahkan kita akan dimampukan berdoa, melepaskan berkat kepada orang yang menyakiti
kita. Hidup kudus kita akan terpelihara. Sekalipun kehidupan kita dibawa oleh
Tuhan ketempat-tempat yang sulit, Yesus adalah batu karang kita yang memampukan
kita hidup dalam kekudusan.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment