Iventura
Tamba, ST
Ada satu fenomena dimana biasanya sulit bagi
alumni baru (ataupun pra alumni) untuk menyediakan waktu dan tenaganya untuk
mengerjakan pelayanan. Ketika ditawarkan pelayanan pada masa ini mereka
menggunakan banyak alasan (menyelesaikan skiripsi, mencari pekerjaan, baru
menikah, baru memiliki anak, dll) untuk menolak pelayanan tersebut. Prioritas
mereka adalah diri mereka sendiri bukan Tuhan. Hal inilah yang akan kita
pelajari dari kitab Hagai pasal 1 ini.
Kitab Hagai adalah satu kitab yang berbicara
tentang pesan Allah kepada bangsa Israel untuk membangun bait suci Allah yang
telah tertunda pembangunannya selama 16 tahun yang disebabkan gangguan orang
Samaria terhadap mereka. Kitab Hagai adalah salah satu kitab dari nabi-nabi
kecil yang merupakan kitap terpendek setelah kitab Obaja. Kitab ini juga
menunjukkan rujukan historis yang jelas (1:1). Artinya bahwa nubuatan yang
disampaikan nabi Hagai sangat detil ditulis, kapan ditulis.
Nabi Hagai adalah nabi yang tidak mengalami
penolakan dalam pelayanannya sebagai pembawa pesan Allah. Hal ini telihat dari
bagaimana bangsa Israel langsung meresponi pesan yang disampaikan dengan baik. Nabi
Hagai juga tidak menyampaikan pesannya dengan gaya yang keras tetapi dengan
cara yang lembut. Hal ini membuat ia lebih dikenal sebagai seorang guru
daripada nabi. Bukan berarti karena kelembutannya maka ia kehilangan esensi
dari pesan Allah yang disampaikan kepada bangsa Israel.
Apa pesan yang disampaikan kepada bangsa
Israel. Pada ay 1-2 dikatakan, “1:1 Pada
tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama
bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada
Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam
besar, bunyinya:” :2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini
berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah
TUHAN!" Ada satu persoalan yang menjadi focus utama berita yang
disampaikan nabi Hagai kepada orang Yehuda yaitu waktu pembangunan bait suci,
yang memengaruhi kedua pasal kitab Hagai ini. Seberapa penting pembangunan bait
suci ini sehingga nabi Hagai harus menyampaikan pesan itu kepada pemimpin
politik dan agama yang ada di tengah-tengah orang Israel? Dalam perjanjian lama
berbicara mengenai bait suci berarti berbicara mengenai kehadiran Allah di
tengah-tengah satu bangsa. Ketiadaan bait suci menunjukkan tidak adanya harga
diri bangsa Israel di tengah-tengah bangsa lain. Inilah pokok persoalan yang
serius di tengah-tengah bansa Israel sehingga Tuhan mengingatkan bangsa ini
melalui nabi Hagai untuk melanjutkan pembangunan bait suci yang tertunda
tersebut.
Ada dua pesan yang Tuhan paradokskan yang dapat
kita lihat dalam pasal 1 ini. Tuhan menyampaikan pesannya kepada bangsa Israel
dengan dua kalimat. Pertama, dalam ay 2 Tuhan memakai kalimat “Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun
kembali rumah TUHAN.” Orang Israel berpendapat belum tiba waktunya bagi
mereka untuk membangun bait suci. Mungkin karena secara ekonomi mereka masih
terpuruk sehingga mereka tidak mampu membangun bait suci. Juga secara spiritual
mereka masih rendah sehingga mereka tidak mampu mengutamakan kepentingan Allah
diatas kepentingan mereka secara pribadi. Kedua, Tuhan mengatakan, "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu
untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap
menjadi reruntuhan” (4). Kedua kalimat yang disampaikan Tuhan seakan –akan
menjadi sindiran bagi bangsa Israel akan apa yang mereka kerjakan. Mereka
mengatakan belum waktunya pelayanan bagi Allah, tetapi mengurus diri mereka
sendiri dulu.
Sering sekali kepentingan pribadi kita menjadi
alasan bagi kita untuk tidak ambil bagian pelayanan. Apa yang terjadi bagi
bangsa Israel membuat mereka menunda karena mereka berpikir belum waktunya
karena mereka belum mapan secara kehidupan ekonomi dan tidak sanggup menghadapi
tantangan. Ini juga adalah gambaran kita ketika kita menunda atau menolak
pelayanan dengan berbagai alasan.
Tuhan mengatakan kepada orang Israel bahwa
sekarang adalah waktunya untuk membangun bait suci. Untuk menyadarkan bangsa
Israel akan pentingnya pembangunan bait suci, Tuhan menggambarkan kemelaratan
mereka (6). Ada beberapa kondisi yang Tuhan sampaikan mengenai bangsa itu
akibat dari ketidaktaatan mereka, “Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang
hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi
tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan
orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi
yang berlobang” (6). Mereka berpikir dengan mengesampingkan kepentingan
Tuhan dan focus kepada peribadi dan kepada kemapanan, baru nanti mereka
mengerjakan pembangunan rumah Tuhan. Tetapi Allah mengingatkan bahwa
kemelaratan mereka adalah dampak dari ketidaktaatan mereka. Hal ini juga
menjadi pelajaran kita, para alumni, ketika kita mau mengatakan focus dulu
kepada kepentingan kita pribadi dimana kita bekerja siang dan malam, mencari
dan mencari namun akhirnya kita tidak mendapat kepuasan karena banyak kita
mencari sebanyak itu juga kita kehilangan karena yang kita cari bukan untuk kemuliaan
Tuhan namun untuk kepentingan pribadi kita.
Dalam ay 9 dikataklan, “Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu
membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman
TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang
kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri”. Tuhan mengatakan
kepada mereka bahwa kondisi mereka yang melarat itu adalah akibat dari
ketidaktaatan mereka pada Tuhan. Artinya Allah bertindak dalam kondisi yang
terjadi pada mereka tersebut. Ketika Tuhan menyadarkan kondisi itu, Tuhan
mengatakan kepada mereka “Jadi naiklah ke
gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya
dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.” Tuhan masuk dengan
pesan yang utama dari apa yang disampaikan melalui nabi Hagai yaitu Tuhan
menginginkan kembali pembangunan bait suci. Tuhan mengatakan kepada mereka
bahwa yang utama adalah kehadiran Tuhan kemuliaan Tuhan.
Ini mungkin mengingatkan mereka bahwa ketika
bangsa Israel oleh dekrit Raja Cyrus (raja ini mengalahkan Babel) dimana
seluruh tawanan perang dikembalikan ke daerah masing-masing. Bahkan Raja ini
tidak hanya memberikan ijin kepada bangsa Israel, tetapi memberikan hal-hal
yang mereka butuhkan untuk membangun bait suci. Muncul pertanyaan, ketika
mereka tidak jadi membangun bait Allah, dimana kayu-kayu yang diberikan raja
Darius? Kemungkinan mereka menggunakan kayu-kayu ini untuk membangun rumah
mereka secara pribadi. Jika hal ini benar, sangat wajar jika Tuhan marah kepada
bangsa Israel karena apa yang diberikan untuk pembangunan bait suci
dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Kemudian Tuhan menyampasikan pesan agar mereka
membangun bait suci karena Ia menyertai mereka (13). Hal ini menunjukkan kepada
tantangan yang akan mereka hadapi ketika melakukan pembangunan bait suci.
Sangat menarik pada bagian ini orang Israel (termasuk pemimpin agama dan
pemerintahan) meresponi dengan baik untuk mengerjakan bait suci.
Apa yang bisa kita pelajari pada pasal pertama
kitab Hagai ini?
Kita mungkin masih ingat ketika melayani di
mahasiswa dan mengikuti sesi PIPA dalam kelompok. Sering sekali ayat yang diberikan
kepada kita untuk menolong kita memahami mengeneai anugerah keselamatan adalah
Efesus 2:8-9. Tetapi sering kita lupa pada ayat 10 dari pasal ini. Dikatakan
disana, “Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Tuhan memberikan anugerah keselamatan bagi kita bukan hanya agar kita selamat
dari hukuman dan akhirnya menikmati hidup yang kekal. Tetapi Tuhan ketika
menyelamatkan kita Dia sedang mengerjakan pekerjaan yang mulia yang dikerjakanNya
di tengah-tengah dunia ini dan Dia mengijinkan kita untuk masuk dalam rencanaNya
yang mulia tersebut, sehingga apapun yang kita jalani dalam seluruh bagian
kehidupan kita seharusnya adalah sebagai sebuah rangkaian dari apa yang Tuhan
sedang kerjakan di tengah-tengah dunia ini. Kita sedang mengerjakan pekerjaan
dan rancangan Tuhan bukan untuk diri kita sendiri dan rangkaian Tuhan itu
berbicara soal penyelamatan akan dunia ini, dan keselamatan kita adalah jalan
agar kita masuk ke dalamnya dan kita berperang dalam penyelamatan yang Tuhan
kerjakan di tengah-tengah dunia ini.
Ketika Tuhan memperkenalkan diriNya bukan hanya
supaya nanti kita bisa tamat, kerja, dan menikah. Tetapi bagaimana agar melalui
kita rencana Allah digenapi yaitu keselamatan bagi dunia dimana kita tinggal. Kita
harus memahami hal ini, bahwa kehidupan kita ketika Tuhan menyelamatkan kita
adalah satu bagian dari apa yang sedang Allah kerjakan bagi dunia ini. Pembebasan
bangsa Israel dari Babel ke Israel, membangun kembali bait suci adalah satu
bagian dari apa yang Allah kerjakan bagi dunia ini. Tuhan ingin seisi dunia
datang kepada kemuliaanNya.
Apa yang kita lihat pada bangsa Israel ketika
mereka menuda pembangunan bait suci adalah mereka lebih mengutamakan
kepentingan pribadi. Sering kita menunda untuk mengerjakan satu pelayanan
sampai semua kepentingan kita tercukupi dan ketika itu tiba kita menganggap
bahwa kita punya banyak waktu luang untuk mengerjakan pelayanan. Bagaimana
mengerjakan pelayanan jika belum punya pekerjaan yang mapan? Ingat, masalah
ekonomi keluarga kita urusan Tuhan. Oleh sebab itu mari mengerjakan apa yang
Tuhan minta kita kerjakan sekarang dan urusan yang lain menjadi urusan Tuhan. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).
Tuhan mengatakan bahwa utamakan apa yang
penting untuk kerajaanNya dan tentang hidup kita Tuhan mampu untuk
memeliharanya. Jika Tuhan mengerjakan hal yang mulia di tengah-tengah dunia
ini, dan oleh anugerah Tuhan kita diperkenankan untuk masuk dalam pekerjaan
itu, bukankah sebenarnya Tuhan telah menyediakan agar kita – orang-orang yang
masuk dalam pekerjaanNya itu – tercukupi oleh anugerah Tuhan sehingga kita
menempatkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan kita pribadi. Kita menempatkan
kemuliaan Tuhan di atas kenyamanan kita secara pribadi. Dimana kepentingan
Tuhan dalam hidup kita kita tempatkan. Apakah Yesus tetap menjadi yang utama
dalam hidup kita?
Bangsa Israel meresponi apa yang menjadi pesan
Tuhan melalui nabi Hagai dan Tuhan menyemangati dan mendorong mereka untuk mendorong
pembangunan bait suci. Mari meresponi apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita.
masuk dalam pekerjaan Tuhan dan menempatkan kepentingan Tuhan di atas
kepentingan kita pribadi.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment