Tuesday, July 23, 2013

Hagai Pasal 1



Iventura Tamba, ST

Ada satu fenomena dimana biasanya sulit bagi alumni baru (ataupun pra alumni) untuk menyediakan waktu dan tenaganya untuk mengerjakan pelayanan. Ketika ditawarkan pelayanan pada masa ini mereka menggunakan banyak alasan (menyelesaikan skiripsi, mencari pekerjaan, baru menikah, baru memiliki anak, dll) untuk menolak pelayanan tersebut. Prioritas mereka adalah diri mereka sendiri bukan Tuhan. Hal inilah yang akan kita pelajari dari kitab Hagai pasal 1 ini.

Kitab Hagai adalah satu kitab yang berbicara tentang pesan Allah kepada bangsa Israel untuk membangun bait suci Allah yang telah tertunda pembangunannya selama 16 tahun yang disebabkan gangguan orang Samaria terhadap mereka. Kitab Hagai adalah salah satu kitab dari nabi-nabi kecil yang merupakan kitap terpendek setelah kitab Obaja. Kitab ini juga menunjukkan rujukan historis yang jelas (1:1). Artinya bahwa nubuatan yang disampaikan nabi Hagai sangat detil ditulis, kapan ditulis.

Nabi Hagai adalah nabi yang tidak mengalami penolakan dalam pelayanannya sebagai pembawa pesan Allah. Hal ini telihat dari bagaimana bangsa Israel langsung meresponi pesan yang disampaikan dengan baik. Nabi Hagai juga tidak menyampaikan pesannya dengan gaya yang keras tetapi dengan cara yang lembut. Hal ini membuat ia lebih dikenal sebagai seorang guru daripada nabi. Bukan berarti karena kelembutannya maka ia kehilangan esensi dari pesan Allah yang disampaikan kepada bangsa Israel. 

Apa pesan yang disampaikan kepada bangsa Israel. Pada ay 1-2 dikatakan, “1:1 Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya:” :2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!" Ada satu persoalan yang menjadi focus utama berita yang disampaikan nabi Hagai kepada orang Yehuda yaitu waktu pembangunan bait suci, yang memengaruhi kedua pasal kitab Hagai ini. Seberapa penting pembangunan bait suci ini sehingga nabi Hagai harus menyampaikan pesan itu kepada pemimpin politik dan agama yang ada di tengah-tengah orang Israel? Dalam perjanjian lama berbicara mengenai bait suci berarti berbicara mengenai kehadiran Allah di tengah-tengah satu bangsa. Ketiadaan bait suci menunjukkan tidak adanya harga diri bangsa Israel di tengah-tengah bangsa lain. Inilah pokok persoalan yang serius di tengah-tengah bansa Israel sehingga Tuhan mengingatkan bangsa ini melalui nabi Hagai untuk melanjutkan pembangunan bait suci yang tertunda tersebut.

Ada dua pesan yang Tuhan paradokskan yang dapat kita lihat dalam pasal 1 ini. Tuhan menyampaikan pesannya kepada bangsa Israel dengan dua kalimat. Pertama, dalam ay 2 Tuhan memakai kalimat “Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN.” Orang Israel berpendapat belum tiba waktunya bagi mereka untuk membangun bait suci. Mungkin karena secara ekonomi mereka masih terpuruk sehingga mereka tidak mampu membangun bait suci. Juga secara spiritual mereka masih rendah sehingga mereka tidak mampu mengutamakan kepentingan Allah diatas kepentingan mereka secara pribadi. Kedua, Tuhan mengatakan, "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan” (4). Kedua kalimat yang disampaikan Tuhan seakan –akan menjadi sindiran bagi bangsa Israel akan apa yang mereka kerjakan. Mereka mengatakan belum waktunya pelayanan bagi Allah, tetapi mengurus diri mereka sendiri dulu.

Sering sekali kepentingan pribadi kita menjadi alasan bagi kita untuk tidak ambil bagian pelayanan. Apa yang terjadi bagi bangsa Israel membuat mereka menunda karena mereka berpikir belum waktunya karena mereka belum mapan secara kehidupan ekonomi dan tidak sanggup menghadapi tantangan. Ini juga adalah gambaran kita ketika kita menunda atau menolak pelayanan dengan berbagai alasan.

Tuhan mengatakan kepada orang Israel bahwa sekarang adalah waktunya untuk membangun bait suci. Untuk menyadarkan bangsa Israel akan pentingnya pembangunan bait suci, Tuhan menggambarkan kemelaratan mereka (6). Ada beberapa kondisi yang Tuhan sampaikan mengenai bangsa itu akibat dari ketidaktaatan mereka,  “Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang” (6). Mereka berpikir dengan mengesampingkan kepentingan Tuhan dan focus kepada peribadi dan kepada kemapanan, baru nanti mereka mengerjakan pembangunan rumah Tuhan. Tetapi Allah mengingatkan bahwa kemelaratan mereka adalah dampak dari ketidaktaatan mereka. Hal ini juga menjadi pelajaran kita, para alumni, ketika kita mau mengatakan focus dulu kepada kepentingan kita pribadi dimana kita bekerja siang dan malam, mencari dan mencari namun akhirnya kita tidak mendapat kepuasan karena banyak kita mencari sebanyak itu juga kita kehilangan karena yang kita cari bukan untuk kemuliaan Tuhan namun untuk kepentingan pribadi kita.

Dalam ay 9 dikataklan, “Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri”. Tuhan mengatakan kepada mereka bahwa kondisi mereka yang melarat itu adalah akibat dari ketidaktaatan mereka pada Tuhan. Artinya Allah bertindak dalam kondisi yang terjadi pada mereka tersebut. Ketika Tuhan menyadarkan kondisi itu, Tuhan mengatakan kepada mereka “Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.” Tuhan masuk dengan pesan yang utama dari apa yang disampaikan melalui nabi Hagai yaitu Tuhan menginginkan kembali pembangunan bait suci. Tuhan mengatakan kepada mereka bahwa yang utama adalah kehadiran Tuhan kemuliaan Tuhan. 

Ini mungkin mengingatkan mereka bahwa ketika bangsa Israel oleh dekrit Raja Cyrus (raja ini mengalahkan Babel) dimana seluruh tawanan perang dikembalikan ke daerah masing-masing. Bahkan Raja ini tidak hanya memberikan ijin kepada bangsa Israel, tetapi memberikan hal-hal yang mereka butuhkan untuk membangun bait suci. Muncul pertanyaan, ketika mereka tidak jadi membangun bait Allah, dimana kayu-kayu yang diberikan raja Darius? Kemungkinan mereka menggunakan kayu-kayu ini untuk membangun rumah mereka secara pribadi. Jika hal ini benar, sangat wajar jika Tuhan marah kepada bangsa Israel karena apa yang diberikan untuk pembangunan bait suci dipergunakan untuk kepentingan pribadi. 

Kemudian Tuhan menyampasikan pesan agar mereka membangun bait suci karena Ia menyertai mereka (13). Hal ini menunjukkan kepada tantangan yang akan mereka hadapi ketika melakukan pembangunan bait suci. Sangat menarik pada bagian ini orang Israel (termasuk pemimpin agama dan pemerintahan) meresponi dengan baik untuk mengerjakan bait suci. 

Apa yang bisa kita pelajari pada pasal pertama kitab Hagai ini?

Kita mungkin masih ingat ketika melayani di mahasiswa dan mengikuti sesi PIPA dalam kelompok. Sering sekali ayat yang diberikan kepada kita untuk menolong kita memahami mengeneai anugerah keselamatan adalah Efesus 2:8-9. Tetapi sering kita lupa pada ayat 10 dari pasal ini. Dikatakan disana, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”. Tuhan memberikan anugerah keselamatan bagi kita bukan hanya agar kita selamat dari hukuman dan akhirnya menikmati hidup yang kekal. Tetapi Tuhan ketika menyelamatkan kita Dia sedang mengerjakan pekerjaan yang mulia yang dikerjakanNya di tengah-tengah dunia ini dan Dia mengijinkan kita untuk masuk dalam rencanaNya yang mulia tersebut, sehingga apapun yang kita jalani dalam seluruh bagian kehidupan kita seharusnya adalah sebagai sebuah rangkaian dari apa yang Tuhan sedang kerjakan di tengah-tengah dunia ini. Kita sedang mengerjakan pekerjaan dan rancangan Tuhan bukan untuk diri kita sendiri dan rangkaian Tuhan itu berbicara soal penyelamatan akan dunia ini, dan keselamatan kita adalah jalan agar kita masuk ke dalamnya dan kita berperang dalam penyelamatan yang Tuhan kerjakan di tengah-tengah dunia ini. 

Ketika Tuhan memperkenalkan diriNya bukan hanya supaya nanti kita bisa tamat, kerja, dan menikah. Tetapi bagaimana agar melalui kita rencana Allah digenapi yaitu keselamatan bagi dunia dimana kita tinggal. Kita harus memahami hal ini, bahwa kehidupan kita ketika Tuhan menyelamatkan kita adalah satu bagian dari apa yang sedang Allah kerjakan bagi dunia ini. Pembebasan bangsa Israel dari Babel ke Israel, membangun kembali bait suci adalah satu bagian dari apa yang Allah kerjakan bagi dunia ini. Tuhan ingin seisi dunia datang kepada kemuliaanNya.

Apa yang kita lihat pada bangsa Israel ketika mereka menuda pembangunan bait suci adalah mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sering kita menunda untuk mengerjakan satu pelayanan sampai semua kepentingan kita tercukupi dan ketika itu tiba kita menganggap bahwa kita punya banyak waktu luang untuk mengerjakan pelayanan. Bagaimana mengerjakan pelayanan jika belum punya pekerjaan yang mapan? Ingat, masalah ekonomi keluarga kita urusan Tuhan. Oleh sebab itu mari mengerjakan apa yang Tuhan minta kita kerjakan sekarang dan urusan yang lain menjadi urusan Tuhan. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).

Tuhan mengatakan bahwa utamakan apa yang penting untuk kerajaanNya dan tentang hidup kita Tuhan mampu untuk memeliharanya. Jika Tuhan mengerjakan hal yang mulia di tengah-tengah dunia ini, dan oleh anugerah Tuhan kita diperkenankan untuk masuk dalam pekerjaan itu, bukankah sebenarnya Tuhan telah menyediakan agar kita – orang-orang yang masuk dalam pekerjaanNya itu – tercukupi oleh anugerah Tuhan sehingga kita menempatkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan kita pribadi. Kita menempatkan kemuliaan Tuhan di atas kenyamanan kita secara pribadi. Dimana kepentingan Tuhan dalam hidup kita kita tempatkan. Apakah Yesus tetap menjadi yang utama dalam hidup kita? 

Bangsa Israel meresponi apa yang menjadi pesan Tuhan melalui nabi Hagai dan Tuhan menyemangati dan mendorong mereka untuk mendorong pembangunan bait suci. Mari meresponi apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita. masuk dalam pekerjaan Tuhan dan menempatkan kepentingan Tuhan di atas kepentingan kita pribadi.

Solideo Gloria!

No comments: