Danny Bukidz
Markus 4:30-34
Perumpamaan dalam masa-masa gereja, perumpamaan
itu sering ditafsirkan secara alegoris. Misalnya, salah satu tafsiran yang
terkenal yang dibuat Agustinus adalah menafsirkan perumpamaan Orang Samaria
yang Baik Hati itu dengan menggambarkan bahwa perumpamaan ini sedang
menceritakan dimana Tuhan sedang menjangkau/mengasihi orang-orang yang terhilang.
Orang dari Samaria itu diibaratkan seperti dari neraka yang berjalan berjalan
kemudian dirampok. Perampok adalah gambaran si Iblis. Ini adalah penafsiran
alegoris.
Ada satu hal yang perlu kita ingat ketika
bicara soal perumpamaan. Reiner, dalam bukunya, mengatakan bahwa perumpamaan
itu memiliki maksud dan tujuan. Perumpamaan adalah sebuah cerita di dalam dunia
tetapi mengandung kebenaran spiritualitas. Perumpamaan itu seperti peribahasa
atau pepatah.
Yesus pada zaman itu menggunakan illustrasi
atau perumpamaan untuk menjelaskan pengajarannya. Perumpaamaan ini juga bertujuan
untuk menyampaikan akan pengajaran yang Yesus ingin berikan di zaman itu. Jika
kita lihat Mark 4:33-34 ada sebuah pernyataan bahwa Yesus berbicara perumpaan
itu kepada orang-orang yang bukan muridnya agar mereka lebih mudah mengerti.
Mengapa bukan kepada murid-muridnya karena murid-muridnya sudah mengerti apa
yang menjadi idenya, pengajarannya, karena mereka terus berjalan bersama Yesus
selama tiga tahun. Jadi, ketika menghayati perumpamaan, kita harus menyadari
bahwa perumpamaan itu merupakan cerita yang mungkin pada waktu itu Yesus ambil
dari cerita yang sudah ada atau pengamatan Yesus dari lingkungan.
John Drane mengatakan bahwa ada empat hal
perumpamaan. Pertama, perumpamaan diberikan Yesus dan digunakan sebagai
ilustrasi ajarannya. Kedua, kita harus mengerti konteks historis karena Yesus
ingin bicara kepada orang dalam kontes zaman itu. Markus mencatat ulang
pengalaman Petrus agar bisa mengajarkan sesuatu kepada jemaat mula-mula. Ketika
kita masuk menggali perumpamaan kita harus masuk ke konteks historisnya.
Ketiga, perumpamaan bukanlah karya teologia. Berbeda dengan surat-surat Paulus
yang memiliki pemahaman teologi, perumpamaan berisi cerita. Itulah sebabnya
dalam menyampaikannya harus disertai dengan seni bercerita yang baik. seorang
yang menceritakan perumpamaan harus mengetahui pemikiran pendengarnya dan
kemudian menyampaikan sebuah ide pengajaran dengan mudah.
Seluruh perumpamaan yang Yesus sampaikan kalau
klimaksnya adalah satu pesan, yaitu Kerajaan Allah. Dalam sejarahnya, Israel
mengalami masa-masa kejayaan yang luar biasa dalam kepemimpinan raja Daud.
Tetapi kemudian, karena dosa mereka, Allah menghukum mereka ke dalam
pembuangan. Ada 1000 tahun mereka mengalami pembuangan ini, mulai dari kerajaan
Babel, kerajaan Asyur atau Persia, kerajaan Yunani, dan Romawi. Itulah sebabnya
harapana mereka akan lahirnya seorang Raja yang akan menyelamatkan mereka, yang
disebut Mesias, sangat tertanam dalam pikiran mereka. inilah yang menjadi
pengharapan bangsa Israel, yaiatu munculnya raja yang berasal dari Allah, yaitu
Mesias. Dan hal yang mereka nantikan itulah yang disampaikan Yesus dalam
pengajaranNya.Yesus menyampaikan bahwa raja yang sesungguhnya adalah Allah
sendiri.
John Stott menyatakan ketika berbicara soal
kerajaan Allah orang Israel harus merajakan Allah dalam hidupnya. Pada zaman
itu banyak sekali raja-raja kecil yang membuat mereka dengan gampanganya serong
ke kiri atau ke kanan. Mereka lupa bahwa rajamereka yang sesungguhnya adalah Allah. Inilah yang
Yesus sampaikan kepada orang Israel. ay 30, “Kata-Nya
lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau
dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya”.
Ada orang yang bertanya kepada Yesus, dan Yesus
ditanya bagaimana memahami realitas Kerajaan Allah dengan mudah. John Drane
menyatakan bahwa kabar baik dari Yesus Kristus itu dibagi empat yang dinyatakan
dalam perumpamaan-perumpamaan. 1) Umat
Baru dan rajanya. Yesus menceritakan tentang Kerajaan Allah untuk membangun
satu umat yang baru dan siapa rajanya. Kerajaan Allah campur tangan Allah dalam
kehidupan manusia secara spektakuler. 2)
Umat baru dan anggotanya. Perumpamaan-perumpamaan Yesus bukan berbicara
soal pribadi saja, tetapi ketika kita melihat tentang perumpamaan-perumpamaan
Tuhan Yesus berbicara mengenai anggotanya yang bukan hanya menerima secara
pasif tetapi harus menyatakan bahwa mereka adalah anggota kerajaan Allah. Jika
kita melihat perumpamaan mengenai biji yang disebar yang jatuh ke berbagai
kondisi tanah menunjukkan kita juga harus aktif, menjadi anggorta kerajaan Allah,
tidak menerima sebagai status semata, tetapi ada peran aktif. 3) Umat Baru dan dunia luarnya.
Berbicara mengenai umat baru dan dunia luarnya tujuannya melallui perumpamaan
kita melihat realitas bahwa Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa dunia disekitar
harus kita jangkau. Sebagian besar ajaranNya menyangkut hubungan umat Allah
dengan dunia luar hubungan satu sama lain dalam perumpamaan tentang hamba yang
tidak berbelas kasihan. Kita harus mengasihi orang lain. Kita harus melakukan
satu peran kepada orang-orang yang belum percaya. 4) Umat Baru dan masa depannya. Hal ini tentu saja bicara soal
eskatologi. Inilah gambaran ketika kita membaca perumpamaan. Ada empat pesan besar
yang Tuhan ingin sampaikan.
Mari melihat Perumpamaan Tentang Biji Sesawi.
Di dalam kerangka pengajaran akan Kerajaan Allah ini, banyak orang bertanya
mengenai realitas Kerajaan Allah. ada keraguan mereka akan kapan realitas
Kerajaan Allah ini datang. Dalam konteks dimana perumpamaan Biji Sesawi muncul,
orang-orang bertanya kapan Kerajaan Allah itu akan datang. Mereka melihat Yesus
dan apa yang Yesus lakukan. Mereka, di
satu sisi, percaya bahwa Yesus adalah Mesias itu. Tetapi melihat apa yang
dilakukanNya tidak ada tanda-tanda bahwa Yesus akan melakukan revolusi atau
perlawanan terhadap bangsa Romawi. Bahkan kesannya adalah bahwa apa yang
dikerjakan oleh Yesus adalah sesuatu yang kecil dan tidak ada sesuatu yang
signifikan bagi Kerajaan Allah. Jadi ada keraguan apakah Yesus benar-benar
membawa Kerajaan Allah ke tengah-tengah dunia. Inilah yang menjadi keraguan
mereka dalam koteks zaman itu yang dicatat oleh Markus dan akan disampaikan
ekpada jemaat mula-mula yang juga sedang menantikan kedatanagn Kerajaan Allah
itu. orang-orang bertanya mengapa revolusi yang Yesus lakukan sangat kecil.
Merka pastilah membandingkan apa yang Yesus lakukkan dengan apa yang para
pemborontak lakukan (kaum Zelot) yang zaman itu banyak melakukan pemberontakan
melawan kerajaan Romawi agar bangsa Israel bisa menjadi Negara yang merdeka.
Yesus tidak melakukan perlawanan pemberontakan. Yang Yesus lakukan adalah
mengasihi, menyembuhkan orang sakit, melayani orang-orang terhilang. Orang
banyak memiliki keraguan melihat apa yang Yesus lakukan. Benarkah orang ini
adalah Mesias? Mengapa revolusinya sedemikian kecil bahkan tidak ada dampaknya
kepada bangsa ini? Hal inilah yang membuat mereka bertanya mengenai Kerajaan
Allah kepada Yesus.
Yesus kemudian menjawab pertanyaan mereka
dengan perumpamaan yang sederhana yanitu mengenai biji sesawi. Dalam ay 31
dikatakan, “Hal Kerajaan itu seumpama
biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari
pada segala jenis benih yang ada di bumi.” Biji sesawi termasuk biji yang
terkecil dari semua biji yang ada di muka bumi. Sepertinya tidak akan ada
dampaknya. Jika kita berada dalam konteks pendengar Yesus pada waktu itu, apakah
kita makin bingung atau makin dicerahkan? Dalam bagian ini Yesus ingin
membukakan bahwa Kerajaan Allah yang Ia sampaikan mungkin dianggap orang-orang
sebagai sesuatu yang kecil. Yesus membalikkan cara pandang orang pada zaman
itu. Yesus ingin mengajarkan bahwa walaupun apa yang Ia lakukan dalam membangun
Kerajaan Allah seperti sesuatu yang kecil dalam pandangan mereka akan memiliki
dampak yang besar. Yesus melanjutkan perumpamannya dengan menunjukkan bagaimana
biji sesawi yang kecil itu jika di tanam akan tumbuh lebih besar dari segala
sayuran yang lain. Kemudian bertumbuh semakin besar dan mengeluarkan cabang-cabang
sehingga burung dapat bersarang di cabangnya. Perlu kita ketahui bahwa
pertumbuhan biji sesawi itu paling tinggi hanya empat meter. Mengapa Yesus
menggunakan biji sesawi yang tingginya hanya empat meter bukan pohon yang lain
yang dapat tumbuh sampai puluhan meter. Yesus sedang mengajarkan bahwa Kerajaan
Allah itu bukan sedang berbicara
mengenai kuantitas. Yesus tidak sedang membukakan perkembangan atau pertumbuhan
Kerajaan Allah. Yang Yesus ingin
sampaikan adalah permulaan dan hasil akhir dari Kerajaan Allah. Apa yang
Yesus lakukan kelihatannya kecil dan tidak berarti bagi mereka, tetapi ada satu
iman yang mereka harus miliki bahwa Kerajaan Allah akan semakin besar. Kerajaan Allah bukan dalam hal fisik tetapi
dalam hal nilai-nilai dan pengaruh. Dan hal inilah yang Yesus ingin
sampaikan kepada orang-orang pada zaman itu, bahwa kerajaan Allah adalah ketika
kita melakukan sesuatu yang benar, kecil dan mungkin tidak berarti dihadapan
orang-orang. Tetapi ketika kita melakukannya di dalam iman bahwa Tuhan akan
memberkati apa yang kita lakukan. Tuhan akan menyempurnakan dan menyelesaikan
semuanya pada akhirnya. Inilah tujuan
perumpamaan ini. Meskipun kecil tetapi memiliki pengaruh yang besar di dalam
nilai-nilai kehidupan.
Sebagai alumni, mungkin orang-orang melihat
bahwa apa yang kita lakukan dalam pelayanan atau ketaatan kita adalah sesuatu
yang kecil dan sepertinya tidak berharga. Apalagi ditambah dengan kondisi
Indonesia yang tidak semakin baik dengan hadirnya kita sebagai seorang pelayan
Tuhan. sepertinya perubahan total untul Indonesia adalah mimpi belaka.
Merenungkan bagian perumpamaan mengenai biji sesawi ini kita dikuatkan bahwa sekecil
pun yang kita lakukan bisa berdampak besar. Tuhan melihat bahwa apa yang kita
lakukan memiliki dampak dan pengaruh yang besar bagi umat manusia, bukan hanya
di kota kita, tetapi seluruh hidup umat manusia. Inilah pesan perumpamaan ini.
Di dalam bagian ini yang menjadi refleksi kita.
Mungkin ada hal-hal yang sedang kita lakukan. Mari mengevaluasinya. Masihkan
Tuhan sebagai raja dalam seluruh hidup kita? Ketika kita mengikut Tuhan, kita
harus menjadikannya dia sebagai satu-satunya Raja dalam hidup kita dan kita
harus taat kepadaNya. Mungkin apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang kecil
dan tidak dianggap oleh orang lain. Yakinlah bahwa apa yang kita kerjakan itu
memiliki dampak yang besar bagi umat manusia. Apa yang kita lakukan selama ini
dalam pelayanan, saat teduh kita, mengikuti pesekutuan ibadah mungkin kecil dan
orang menganggap hal itu hanya buang-buang waktu. Tetapi, ketika kita
melakukannya kita sedang memberikan dampak yang besar akan kerajaan Allah
sehingga kita menjadi orang yang terus menerus merajakan Tuhan Yesus sebagai
Raja kita. Apakah kita sebagai alumni masih terus menyatakan kerajaan Alah di
dalam seluruh hidup kita, dalam dunia kerja, keluarga, masyarakat atau lingkungan
dimana kita berada? Dalam dunia dimana sogok-menyogok dan korupsi adalah
sesuatu yang lumrah, apakah kita tetap menolak hal ini? Mungkin kita ditertawai
dan bisa dikatakan orang bodoh yang mengerjakan sesuatu yang tidak berguna.
Tetapi ingatlah, kita sedang memabngun kerajaan Alah. Hal ini menyatakan bahwa
Allah menjadi raja dalam hidup kita, bukan jabatan atau uang atau kenyamanan. Mari
tetap menyatakan Kerajaan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Biarlah
kita terus menjadi agent-agent perubahan di dunia ini untuk menyatakan bahwa
Yesus adalah raja dalam hidup kita.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment