Tuesday, July 23, 2013

Perumpamaan Tentang Biji Sesawi


Danny Bukidz
 
Markus 4:30-34


Perumpamaan dalam masa-masa gereja, perumpamaan itu sering ditafsirkan secara alegoris. Misalnya, salah satu tafsiran yang terkenal yang dibuat Agustinus adalah menafsirkan perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati itu dengan menggambarkan bahwa perumpamaan ini sedang menceritakan dimana Tuhan sedang menjangkau/mengasihi orang-orang yang terhilang. Orang dari Samaria itu diibaratkan seperti dari neraka yang berjalan berjalan kemudian dirampok. Perampok adalah gambaran si Iblis. Ini adalah penafsiran alegoris.

Ada satu hal yang perlu kita ingat ketika bicara soal perumpamaan. Reiner, dalam bukunya, mengatakan bahwa perumpamaan itu memiliki maksud dan tujuan. Perumpamaan adalah sebuah cerita di dalam dunia tetapi mengandung kebenaran spiritualitas. Perumpamaan itu seperti peribahasa atau pepatah. 
Yesus pada zaman itu menggunakan illustrasi atau perumpamaan untuk menjelaskan pengajarannya. Perumpaamaan ini juga bertujuan untuk menyampaikan akan pengajaran yang Yesus ingin berikan di zaman itu. Jika kita lihat Mark 4:33-34 ada sebuah pernyataan bahwa Yesus berbicara perumpaan itu kepada orang-orang yang bukan muridnya agar mereka lebih mudah mengerti. Mengapa bukan kepada murid-muridnya karena murid-muridnya sudah mengerti apa yang menjadi idenya, pengajarannya, karena mereka terus berjalan bersama Yesus selama tiga tahun. Jadi, ketika menghayati perumpamaan, kita harus menyadari bahwa perumpamaan itu merupakan cerita yang mungkin pada waktu itu Yesus ambil dari cerita yang sudah ada atau pengamatan Yesus dari lingkungan.

John Drane mengatakan bahwa ada empat hal perumpamaan. Pertama, perumpamaan diberikan Yesus dan digunakan sebagai ilustrasi ajarannya. Kedua, kita harus mengerti konteks historis karena Yesus ingin bicara kepada orang dalam kontes zaman itu. Markus mencatat ulang pengalaman Petrus agar bisa mengajarkan sesuatu kepada jemaat mula-mula. Ketika kita masuk menggali perumpamaan kita harus masuk ke konteks historisnya. Ketiga, perumpamaan bukanlah karya teologia. Berbeda dengan surat-surat Paulus yang memiliki pemahaman teologi, perumpamaan berisi cerita. Itulah sebabnya dalam menyampaikannya harus disertai dengan seni bercerita yang baik. seorang yang menceritakan perumpamaan harus mengetahui pemikiran pendengarnya dan kemudian menyampaikan sebuah ide pengajaran dengan mudah. 

Seluruh perumpamaan yang Yesus sampaikan kalau klimaksnya adalah satu pesan, yaitu Kerajaan Allah. Dalam sejarahnya, Israel mengalami masa-masa kejayaan yang luar biasa dalam kepemimpinan raja Daud. Tetapi kemudian, karena dosa mereka, Allah menghukum mereka ke dalam pembuangan. Ada 1000 tahun mereka mengalami pembuangan ini, mulai dari kerajaan Babel, kerajaan Asyur atau Persia, kerajaan Yunani, dan Romawi. Itulah sebabnya harapana mereka akan lahirnya seorang Raja yang akan menyelamatkan mereka, yang disebut Mesias, sangat tertanam dalam pikiran mereka. inilah yang menjadi pengharapan bangsa Israel, yaiatu munculnya raja yang berasal dari Allah, yaitu Mesias. Dan hal yang mereka nantikan itulah yang disampaikan Yesus dalam pengajaranNya.Yesus menyampaikan bahwa raja yang sesungguhnya adalah Allah sendiri.

John Stott menyatakan ketika berbicara soal kerajaan Allah orang Israel harus merajakan Allah dalam hidupnya. Pada zaman itu banyak sekali raja-raja kecil yang membuat mereka dengan gampanganya serong ke kiri atau ke kanan. Mereka lupa bahwa rajamereka  yang sesungguhnya adalah Allah. Inilah yang Yesus sampaikan kepada orang Israel. ay 30, “Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya”

Ada orang yang bertanya kepada Yesus, dan Yesus ditanya bagaimana memahami realitas Kerajaan Allah dengan mudah. John Drane menyatakan bahwa kabar baik dari Yesus Kristus itu dibagi empat yang dinyatakan dalam perumpamaan-perumpamaan. 1) Umat Baru dan rajanya. Yesus menceritakan tentang Kerajaan Allah untuk membangun satu umat yang baru dan siapa rajanya. Kerajaan Allah campur tangan Allah dalam kehidupan manusia secara spektakuler. 2) Umat baru dan anggotanya. Perumpamaan-perumpamaan Yesus bukan berbicara soal pribadi saja, tetapi ketika kita melihat tentang perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus berbicara mengenai anggotanya yang bukan hanya menerima secara pasif tetapi harus menyatakan bahwa mereka adalah anggota kerajaan Allah. Jika kita melihat perumpamaan mengenai biji yang disebar yang jatuh ke berbagai kondisi tanah menunjukkan kita juga harus aktif, menjadi anggorta kerajaan Allah, tidak menerima sebagai status semata, tetapi ada peran aktif. 3) Umat Baru dan dunia luarnya. Berbicara mengenai umat baru dan dunia luarnya tujuannya melallui perumpamaan kita melihat realitas bahwa Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa dunia disekitar harus kita jangkau. Sebagian besar ajaranNya menyangkut hubungan umat Allah dengan dunia luar hubungan satu sama lain dalam perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelas kasihan. Kita harus mengasihi orang lain. Kita harus melakukan satu peran kepada orang-orang yang belum percaya. 4) Umat Baru dan masa depannya. Hal ini tentu saja bicara soal eskatologi. Inilah gambaran ketika kita membaca perumpamaan. Ada empat pesan besar yang Tuhan ingin sampaikan.

Mari melihat Perumpamaan Tentang Biji Sesawi. Di dalam kerangka pengajaran akan Kerajaan Allah ini, banyak orang bertanya mengenai realitas Kerajaan Allah. ada keraguan mereka akan kapan realitas Kerajaan Allah ini datang. Dalam konteks dimana perumpamaan Biji Sesawi muncul, orang-orang bertanya kapan Kerajaan Allah itu akan datang. Mereka melihat Yesus dan apa yang Yesus lakukan.  Mereka, di satu sisi, percaya bahwa Yesus adalah Mesias itu. Tetapi melihat apa yang dilakukanNya tidak ada tanda-tanda bahwa Yesus akan melakukan revolusi atau perlawanan terhadap bangsa Romawi. Bahkan kesannya adalah bahwa apa yang dikerjakan oleh Yesus adalah sesuatu yang kecil dan tidak ada sesuatu yang signifikan bagi Kerajaan Allah. Jadi ada keraguan apakah Yesus benar-benar membawa Kerajaan Allah ke tengah-tengah dunia. Inilah yang menjadi keraguan mereka dalam koteks zaman itu yang dicatat oleh Markus dan akan disampaikan ekpada jemaat mula-mula yang juga sedang menantikan kedatanagn Kerajaan Allah itu. orang-orang bertanya mengapa revolusi yang Yesus lakukan sangat kecil. Merka pastilah membandingkan apa yang Yesus lakukkan dengan apa yang para pemborontak lakukan (kaum Zelot) yang zaman itu banyak melakukan pemberontakan melawan kerajaan Romawi agar bangsa Israel bisa menjadi Negara yang merdeka. Yesus tidak melakukan perlawanan pemberontakan. Yang Yesus lakukan adalah mengasihi, menyembuhkan orang sakit, melayani orang-orang terhilang. Orang banyak memiliki keraguan melihat apa yang Yesus lakukan. Benarkah orang ini adalah Mesias? Mengapa revolusinya sedemikian kecil bahkan tidak ada dampaknya kepada bangsa ini? Hal inilah yang membuat mereka bertanya mengenai Kerajaan Allah kepada Yesus.

Yesus kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan perumpamaan yang sederhana yanitu mengenai biji sesawi. Dalam ay 31 dikatakan, “Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.” Biji sesawi termasuk biji yang terkecil dari semua biji yang ada di muka bumi. Sepertinya tidak akan ada dampaknya. Jika kita berada dalam konteks pendengar Yesus pada waktu itu, apakah kita makin bingung atau makin dicerahkan? Dalam bagian ini Yesus ingin membukakan bahwa Kerajaan Allah yang Ia sampaikan mungkin dianggap orang-orang sebagai sesuatu yang kecil. Yesus membalikkan cara pandang orang pada zaman itu. Yesus ingin mengajarkan bahwa walaupun apa yang Ia lakukan dalam membangun Kerajaan Allah seperti sesuatu yang kecil dalam pandangan mereka akan memiliki dampak yang besar. Yesus melanjutkan perumpamannya dengan menunjukkan bagaimana biji sesawi yang kecil itu jika di tanam akan tumbuh lebih besar dari segala sayuran yang lain. Kemudian bertumbuh semakin besar dan mengeluarkan cabang-cabang sehingga burung dapat bersarang di cabangnya. Perlu kita ketahui bahwa pertumbuhan biji sesawi itu paling tinggi hanya empat meter. Mengapa Yesus menggunakan biji sesawi yang tingginya hanya empat meter bukan pohon yang lain yang dapat tumbuh sampai puluhan meter. Yesus sedang mengajarkan bahwa Kerajaan Allah itu  bukan sedang berbicara mengenai kuantitas. Yesus tidak sedang membukakan perkembangan atau pertumbuhan Kerajaan Allah. Yang Yesus ingin sampaikan adalah permulaan dan hasil akhir dari Kerajaan Allah. Apa yang Yesus lakukan kelihatannya kecil dan tidak berarti bagi mereka, tetapi ada satu iman yang mereka harus miliki bahwa Kerajaan Allah akan semakin besar. Kerajaan Allah bukan dalam hal fisik tetapi dalam hal nilai-nilai dan pengaruh. Dan hal inilah yang Yesus ingin sampaikan kepada orang-orang pada zaman itu, bahwa kerajaan Allah adalah ketika kita melakukan sesuatu yang benar, kecil dan mungkin tidak berarti dihadapan orang-orang. Tetapi ketika kita melakukannya di dalam iman bahwa Tuhan akan memberkati apa yang kita lakukan. Tuhan akan menyempurnakan dan menyelesaikan semuanya pada akhirnya.  Inilah tujuan perumpamaan ini. Meskipun kecil tetapi memiliki pengaruh yang besar di dalam nilai-nilai kehidupan.

Sebagai alumni, mungkin orang-orang melihat bahwa apa yang kita lakukan dalam pelayanan atau ketaatan kita adalah sesuatu yang kecil dan sepertinya tidak berharga. Apalagi ditambah dengan kondisi Indonesia yang tidak semakin baik dengan hadirnya kita sebagai seorang pelayan Tuhan. sepertinya perubahan total untul Indonesia adalah mimpi belaka. Merenungkan bagian perumpamaan mengenai biji sesawi ini kita dikuatkan bahwa sekecil pun yang kita lakukan bisa berdampak besar. Tuhan melihat bahwa apa yang kita lakukan memiliki dampak dan pengaruh yang besar bagi umat manusia, bukan hanya di kota kita, tetapi seluruh hidup umat manusia. Inilah pesan perumpamaan ini.

Di dalam bagian ini yang menjadi refleksi kita. Mungkin ada hal-hal yang sedang kita lakukan. Mari mengevaluasinya. Masihkan Tuhan sebagai raja dalam seluruh hidup kita? Ketika kita mengikut Tuhan, kita harus menjadikannya dia sebagai satu-satunya Raja dalam hidup kita dan kita harus taat kepadaNya. Mungkin apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang kecil dan tidak dianggap oleh orang lain. Yakinlah bahwa apa yang kita kerjakan itu memiliki dampak yang besar bagi umat manusia. Apa yang kita lakukan selama ini dalam pelayanan, saat teduh kita, mengikuti pesekutuan ibadah mungkin kecil dan orang menganggap hal itu hanya buang-buang waktu. Tetapi, ketika kita melakukannya kita sedang memberikan dampak yang besar akan kerajaan Allah sehingga kita menjadi orang yang terus menerus merajakan Tuhan Yesus sebagai Raja kita. Apakah kita sebagai alumni masih terus menyatakan kerajaan Alah di dalam seluruh hidup kita, dalam dunia kerja, keluarga, masyarakat atau lingkungan dimana kita berada? Dalam dunia dimana sogok-menyogok dan korupsi adalah sesuatu yang lumrah, apakah kita tetap menolak hal ini? Mungkin kita ditertawai dan bisa dikatakan orang bodoh yang mengerjakan sesuatu yang tidak berguna. Tetapi ingatlah, kita sedang memabngun kerajaan Alah. Hal ini menyatakan bahwa Allah menjadi raja dalam hidup kita, bukan jabatan atau uang atau kenyamanan. Mari tetap menyatakan Kerajaan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Biarlah kita terus menjadi agent-agent perubahan di dunia ini untuk menyatakan bahwa Yesus adalah raja dalam hidup kita.

Solideo Gloria!

No comments: