Friday, July 19, 2013

Mazmur 62:1-13

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th
[Kotbah MBA di awal tahun 2013, Jumat 11 Januari 2013]

Selamat Tahun Baru bagi kita semua…..!

Banyak tanggapan dan ramalan orang-orang yang mengatakan bahwa tahun 2013 adalah tahun yang akan penuh dengan persoalan-persoalan dan merupakan tahun yang mengerikan. Banyak orang yang juga menghadapai tahun 2013 ini dengan kegundahan. Ini adalah pandangan sebagian besar orang yang tidak beriman. Bagaimana dengan kita, sebagai orang yang beriman? Mari memiliki sikap bahwa apapun yang terjadi, kita tetap menghadapi tahun 2013 ini dengan sukacita dan dengan hati yang beriman dan tenang bersama dengan Allah. Mari mengawali tahun ini dengan belajar dari pengalaman Daud dari Maz 62:1-13.

Mazmur ini adalah sebuah mazmur yang berisikan sebuah pengakuan bahwa ketenangan itu diperoleh bersama dengan Allah. Mazmur ini dilatarbelakangi situasi dimana pengikut Saul ingin menggulingkan Daud yang pada saat itu adalah seorang Raja. Ada ancaman dalam kehidupan Daud. Daud bukanlah seorang penakut. Ia adalah seorang yang gagah perkasa, tetapi Ia tetap menyadari bahwa kedekatan dengan Tuhanlah yang memberikan kepadanya ketenangan. Dalam Mzmur 62 ini kita melihat ada pernyataan iman yang sejati walaupun dia sedang dalam kondisi dimana jabatannya ingin digulingkan pengikut Saul. Dalam ay 4-5 Daud berkata, “Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh? Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki.” Orang-orang yang ingin menggulingkan Daud tidak melakukan secara terang-terangan. Dari mulut mereka memberkati Daud, tetapi dalam hati mereka mengutuki (baca 2 Samuel).

Mazmur 62 terdiri dari tiga stanza (bagian) yaitu: ay 1-5, ay ay 6-9, dan 10-13. Dan dalam bagian yang kedua (ay 6-9) kita akan menemukan pusat dari pengakuan dan percaya dari Daud. Ketiga bagian ini seperti segitiga dimana ay 1-5 merupakan pondasi sebelah kanan, dan puncaknya adalah ay 6-9, dan pondasi bagian kiri adalah ay 10-13. Dalam Mazmur ini kita melihat bahwa Daud memiliki pengharapan dan ketenangan karena dia mengetahui siapa Allah dan betapa besar kuasaNya (ay 12-13) dalam menghadapi musuh-musuhnya (10-11). Orang yang ingin menggulingkan Daud itu seperti angin yang berlalu. Kita melihat bahwa lahirnya rasa tenang Daud adalah karena kedekatannya kepada Allah yang memberikannya keyakinan akan kuasa Allah. Daud mengklaim bahwa kuasa yang dimiliki adalah berasal dari Allah. Artinya, Jika Allah berkenan ia digulingkan maka hal itu akan terjadi, tetapi jika Allah tidak berkenan maka usaha para musuhnya merupakan sesuatu yang sia-sia.

Mari memperhatikan bagian kedua (ay 6-9) yang merupakan pusat pengharapan dan percaya dari Daud. Dikatakan di sana, “6 Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. 7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 8 Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. 9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.” 

Bagian ini diawali dengan frase ‘Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang’. Hal ini berarti bahwa ketenagan itu tidak dapat kita peroleh secara bebas kecuali hanya kepada Allah. Tidak ada alternatif atau pilihan atau kemungkinan yang lain. Bagian ini merupakan sebuah pernyataan yang luhur dan sebuah komitmen iman yang didasarkan pada kriteria Allah (ay 12-13). Ada sebuah pengakuan Daud bahwa hanya dekat Allah saja – tidak ada pilihan lain – yang membuat hatinya tenang. Ingat, bahwa kondisi pada saat itu Daud berada dalam ancaman penggulingan kekuasaan. Sebagai seorang raja yang berkuasa ia tetapi memercayai dan dengan penuh keyakinan menyatakan hanya kepada Allah saja hatinya tenang. Ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikerjakan. Hal ini membutuhkan perjuangan. Kita membutuhkan usaha dan perjuangan untuk bisa sampai kepada pengakuan seperti yang Daud lakukan. Dalam setiap kondisi yang kita alami sekarang ini, dalam mengawali tahun 2013 ini, beranikah kita berkata dengan iman, bukan hanya sekedar ucapan mulut belaka, bahwa hanya dekat Allah saja hati kita tenang? Bukan sebuah pernyataan yang emosional tetapi berasal dari sebuah pergumulan.

Apa harapan kita yang belum tercapai atau belum kita raih sampai saat ini? Apapun itu mari belajar mengawali tahun 2013 dengan sebuah komitmen bahwa hanya dekat Allah saja kiranya hati kita tenang. Jangan sampai kita tenggelam dalam kekuatiran dan akhirnya menggeser bahkan merebut ketenangan kita dari Allah. Kuasa dan jabatan tidak memberi ketenangan kepada Daud dan juga tidak menggeser posisi Allah dalam dirinya. Jangan pernah berpikir bahwa memiliki harta yang banyak dan posisi yang bagus dalam pekerjaan akan memberikan ketenangan kepada kita. Ketenangan hanya akan kita peroleh bersama dengan Allah, tidak ada pilihan yang lain.

Dalam bagian ini juga kita menemukan alasan Daud mengapa ia memiliki pernyataan iman yang menyatakan bahwa ketenangan itu hanya ada di dalam Allah. Alasan yang pertama adalah karena Allah adalah pengharapannya (ay 6). Ketika kita menggantungkan harapan kita pada orang atau sesuatu, maka harapan itu bisa mengecewakan. Jika Daud menggantungkan harapannya kepada jabatan atau kuasanya ia juga bisa kecewa karena semuanya bisa lenyap. Tetapi Daud menetapkan Allah sebagai tempatnya untuk berharap. Inilah yang harus kita lakukan dimana kita menggantungkan harapan kita kepada Allah. Jangan pernah menggantungkan dan menaruh harapan pada apapun dan siapapun. Dalam Yer 17:5 dikatakan, “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN.”, dan dilanjut dengan ay 7-8, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Mari mengawali dan menjalani tahun 2013 dengan menaruh harapan kepada Allah agar kita memiliki ketenangan dan tidak terlalu gundah dalam menjalani tahun ini.

Alasan yang kedua adalah karena Daud melihat Allah sebagai gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah (ay 7). Ketika kita kuatir bahwa malam ini rumah kita akan kemasukan maling, maka kita tidak akan pernah merasa tenang. Bahkan jika kita menggunakan kunci ganda bahkan memakai tenaga satpam, kekuatiran kita akan tetap ada. Kita tidak akan pernah tertidur dengan lelap dengan penjagaan manusia. Inilah yang ingin di ungkapkan oleh Daud bahwa kita tidak akan pernah merasa tenang jika kita tidak memercayai bahwa Allahlah satu-satunya penjaga kita. Kita tidak akan pernah tertidur dengan tenang dengan semua penjagaan manusia kecuali yang menjaga kita adalah Allah itu sendiri (band Maz 121). Bagi kita yang memiliki jabatan di kantor jangan pernah takut dan milikilah ketenangan yang dari Allah. Yakinilah bahwa jika Tuhan berkenan dengan jabatan kita, maka tidak ada seorangpun yang akan sanggup menggesernya, tetapi jika Tuhan tidak berkenan, sekuat apapun usaha kita untuk mempertahankannya, kita pasti akan tergeser. Jangan pernah menjadikan uang, jabatan, atau kekuasaan menjadi penjaga kita, karena semuanya bisa lenyap. Seperti Daud, mari memiliki pengakuan, “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.” (ay 7).

Alasan Daud yang ketiga adalah karena ia percaya bahwa pada Allah ada keselamatan dan kemuliaan, gunung batu dan perlindungan (ay 8). Keselamatan yang ada dalam ayat ini tidak berbicara soal keselamatan jiwa, tetapi keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. Terus terang kita pasti pernah mengalami kekuatiran atau ketakutan dengan setiap kekerasan yang terjadi zaman sekarang ini, seperti penculikan, gang motor dll. Tetapi apa yang bisa kita buat karena kita terbatas tenaga waktu dan tenaga. Oleh sebab itu mari menyerahkannya kepada Allah. Allah adalah kemuliaan dan kehormatan bagi Daud. Jika kita menjadikan hal lain diluar Allah yang menjadi kehormatan kita, maka wajar sekali jika kita kecewa. Jika kebanggaan kita adalah HP kita, maka kita akan senantiasa merasa kekurangan dan kecewa karena setiap minggu HP keluaran terbaru dan lebih canggih akan muncul. Jika buat kebanggaan dan kehormatan kita bukan pada Allah, maka bisa dipastikan tidak ada ketenangan dalam hidup kita. Apa yang menjadi kebanggaan dan harapan kita yang membuat kita tenang? Daud berkata bahwa kehormatannya buka jabatan atau harta. Kemuliannnya bukan kekuasaan atau keluarga. Tetapi kemuliaan dan kehormatan dari Daud adalah Allah. Pengakuan inilah yang membuat ia tenang walau dalam kondisi terancam sekalipun. Mari belajar dari Daud sehingga kita bisa melewati tahun 2013 ini dengan tenang. Mari membangun kehormatan dan kebanggaan di dalam Allah (band. Maz 73:25-26). Mari memiliki hidup yang berpusat kepada Allah yang akan menghasilkan damai dan ketenangan bagi kita.

Ay 9 berkata, “Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita”. Ini adalah cara untuk memperolah ketenangan, yaitu percaya kepada Allah setiap waktu. Percaya kepada Allah bukanlah sesuatu yang kondisional dimana pada saat ibadah atau KTB kita percaya tetapi setelah itu kita kembali lemah, bukan juga sesuatu yang situasional dimana kita percaya ketika situasi nyaman kita percaya tetapi ketika dalam tekanan kita menjadi lemah, bukan juga sesuatu yang temporer dimana dalam satu waktu kita percaya dan diwaktu lain kita lemah. Jika kita percaya kepada Allah setiap waktu, maka jiwa kita akan mengalami ketenangan. Oleh sebab itu mari percaya kepada Allah setiap waktu.

Selain percaya kepada Allah setiap waktu, tetapi mari juga mencurahkan isi hati kita kepadaNya karena Dialah tempat perlindungan. Kita saja kecewa ketika kita sharing kepada orang lain atau ketika sharing di media social karena respon mereka tidak seperti yang kita harapkan bahwa mereka mungkin menyalahkan kita dan menganggap kita sebagai pribadi yang lemah. Mari mencurahkan isi hati dan pergumulan serta masalah kepada Allah karena Dialah tempat perlindungan agar kita memperoleh ketenangan. Apapun kekuatiran kita dalam hidup ini mari mencurahkannya kepada Allah. Dalam 1 Pet 5:7 dikatakan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Kita sering sekali menanggung beban pergumulan kita seorang diri, padahal Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28). Mari mencurahkan isi hati kita kepadaNya karena Allah peduli dan Allah mengerti.

Dalam Fil 4:4 dikatakan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Bersukacita disini didasarkan kepada pengakuan Paulus dalam ay 6 , “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Jadi, agar kita bisa bersukacita dalam Tuhan maka apa yang disebut kekuatiran harus disingkirkan. Sukacita juga berarti jangan kuatir. Sukacita adalah lawan dari kuatir. Dan agar sukacita itu bisa lahir maka kita harus tekun dalam mengucap syukur dan dosa. Artinya orang yang kurang berdoa pasti kuatir, dan orang yang kuatir pasti kurang berdoa. Itulah sebabnya apa yang dikatakan dalam ay 9 – ‘Percayalah kepada-Nya setiap waktu’ - terpancar dari doa yang benar kepada Allah. Doa menghilangkan kekuatiran dan ketika kekuatiran itu hilang maka sukacita akan muncul. Bersyukur dalam segala hal kepada Allah adalah rahasia untuk menghancurkan segala ketakutan dan kekuatiran sehingga lahirlah sukacita di dalam Tuhan. Itulah sebabnya kita mencurahkan isi hati kita kepada Allah dengan doa dan ucapan syukur agar ketakutan, kekuatiran, dan kecemasan hilang. Kemampuan untuk bersukur dalam segala hal membuat orang bisa tenang.

Mari beryukur untuk setiap hal apapun pergumulan dan persoalan kita yang belum di jawab Tuhan. Jangan sampai kita tidak pernah mensyukuri hidup ini. Membuat orang tenang adalah doa dan rasa bersyukur. Itulah sebabnya Daud menyatakan curahkanlah isi hatimu kepada Allah, Allah tempat perlindungan kita. Mari mengawali dan menjalani tahun ini dengan tenang dan dengan iman. Mari berserah kepada Allah. Mari melangkah bersama dengan Allah dalam iman sehingga tidak ada ketakutan, kecemasan, dan kekuatiran menguasai hidup kita, tetapi hanya ketenangan. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang.

Solideo Gloria!

No comments: