Tuesday, July 23, 2013

Perumpamaan Dua Macam Dasar



(Wise & Foolish Builder)

Mat 7:24-27

Otto Mart Andres

Perumpamaan tentang dua macam dasar ini tentu tidak asing bagi kita bahkan sudah kita kenal sejak sekolah minggu. Jadi dalam perumpamaan ini ada dua jenis orang, yang bijaksana dan yang bodoh. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bijaksana memiliki pengertian selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif dan tajam pikiran. Bijaksana juga dapat diartikan pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan. Sedangkan bodoh memiliki pengertian tidak lekas mengerti, tidak mudah tahu atau tidak cermat dan teliti dalam menghadapi kesulitan. 

Perumpamaan ini mengisahkan dimana kedua orang ini ingin membangun rumah. Orang yang bijaksana membangun rumah di atas batu karang sementara orang yang bodoh membangun rumahnya di atas pasir. Perlu kita ketahui bahwa pasir disini bukan seperti yang kita pahami. Jika kita melihat kontes pada saat itu, daerah Timur Tengah (Israel dan sekitarnya) biasanya menghadapi cuaca panas yang berkepanjangan, bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Musim panas yang panjang ini akhirnya membuat sungai-sungai bisa mengering dan pasir-pasir disekitar sungai itu bisa mengeras. Nah, di atas pasir yang sudah mengeras inilah orang banyak membangun rumah pada masa itu. hal ini adalah sesuatu yang sangat lazim.  Ada beberapa kemungkinan yang menjadi alasan mereka membangun didaerah ini. Pertama, karena lebih gampang dan biayanya lebih murah. Kedua, agar lebih dekat dengan sumber-sumber air yang  ada  dekat dengan sungai-sungai mengering itu.

Setelah mereka membangun, terjadi masalah yang sama. Penduduk timur tengah biasa mendapat musim kering yang panjang. Cuaca ekstrem tiba-tiba muncul, hujan deras serta angin yang keras. Tanpa terduga daerah aliran sungai yang selama bertahu-tahun mengering bisa mengalami kebanjiran. Hal ini merupakan pemandangan yang lazim di Israel. Apa yang terjadi? Pertama, rumah yang dibangun di atas batu tetap kokoh. Kedua, rumah yang di bawah pasir hancur berantakan. Inilah kisah dalam perumpamaan ini.

Tuhan Yesus menjelaskan langsung arti perumpamaan ini. Yesus menjelaskan bahwa orang yang membangun rumah di atas batu ialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya juga didalam seluruh kehidupannya, sedangkan orang yang membangun rumah di atas pasir ialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan, tetapi tidak melakukannya di dalam seluruh kehidupannya. Artinya adalah kebijaksanaan seseorang diukur bukan dari seberapa banyaknya pengetahuannya tentang Firman Tuhan atau seberapa banyaknya dia mengajarkan atau mengkotbahkan tentang  Firman Tuhan tetapi dari seberapa sungguhnya dia melakukan Firman Tuhan dalam seluruh kehidupannya. Memang kita sering terjebak suatu ilusi. Ilusi itu adalah kita merasa sudah melakukan Firman Tuhan kalau kita sudah mengetahui Firman Tuhan, padahal mengetahui dan melakukan Firman Tuhan adalah dua hal yang berbeda. Mungkin bagi para PKK, pembicara atau pengkhotbah ilusi ini lebih parah, kita merasa melakukan Firman Tuhan kalau kita sudah mengajarkan atau mengkotbahkan Firman Tuhan itu, padahal mengkhotbahkan atau mengajarkan Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan adalah dua hal yang berbeda. 

Betapa bijaksannya orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan di dalam hidupnya. Hidup kita adalah sebuah perjalanan dan kita akan menghadapi berbagai macam musim, bahkan terkadang cuaca ekstrem akan melanda kehidupan kita. Mendengar dan kemudian melakukan Firman Tuhan seperti mendirikan rumah di atas batu sehingga akan memberi perlindungan bagi kehidupan kita dari setiap hal yang kita hadapi dalam hidup ini, bahkan ketika badai dahsyat melanda, kita akan tetap mampu berdiri kokoh. Badai dahsyat itu bisa berupa kematian orang terkasih, krisis finansial, harapan yang tak kunjung tercapai (pekerjaan, TH) atau bisa berupa godaan atau penganiayaan dari orang sekitar kita yang berpotensi menghancurkan hidup kita. rumah yang kuat bagi kita adalah mendnegarkan Firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan kita.

Betapa bodohnya kita jika mendengarkan Firman Tuhan tetapi tidak memberlakukannya dalam seluruh hidup kita, rumah perlindungan kita mempunyai dasar yang semu, kelihatannya kokoh tapi sebenarnya sangat rapuh. Ketika badai persoalan melanda hidup kita, robohlah kita bahkan kita akan mengalami kerusakan parah. Kita bisa kehilangan arah, kita bisa terbawa arus kejahatan dan kegelapan dunia ini, bahkan kita bisa kehilangan pengharapan atas hidup kita.

Seharusnya sikap kita terhadap Firman Tuhan adalah 6 M (Mendengar, Mengerti, Mengingat, Memutuskan untuk melakukan, Melakukan dan tekun melakukan). Sikap terhadap FIRMAN TUHAN yang kita dengar harus di akhiri dengan tekun melakukan. Ketika mendengarkan Firman Tuhan, harusnya kita mengakhirinya dengan melakukannya dan tekun melakukannya. Berkomitmen melakukannya tidak cukup, tetapi sampai kepada tekun melakukannya. 

Rumah seperti apa yang saat ini kita bangun di dalam hidup pribadi atau pelayanan kita? Apakah kita melakukan Firman Tuhan? Atau hanya membacanya, mendengarnya, dan berpikir betapa indahnya Firman Tuhan itu tanpa melakukannya dalam kehidupan kita?

Tuhan Yesus sering menceritakan perumpamaan-perumpamaan dengan membandingkan dua hal yang kontras berbeda: seperti lalang dengan gandum, hamba yang setia dan hamba yang jahat, gadis bijaksana dan gadis yang bodoh dll. Dan kali ini kita membahas tentang pembangun rumah yang bijaksana dan yang bodoh. Tujuannya jelas sekali supaya ada garis batas yang jelas antara yang benar dan salah, orang percaya yang sejati dengan orang percaya yang palsu, pengikut Yesus atau hanya penggemar Yesus. Tuhan Yesus membuat batasan yang jelas. 

Mari melihat Mat 7:21-23. Dalam bagian ini Yesus menunjukkan ada dua macam orang. Pertama pengikut yang sesungguhnya, kedua adalah penggemar. Apakah kita pengikut Yesus atau hanya penggermarNya? Apa beda pengikut dengan penggemar? Pengikut Yesus yang sejati melakukan kehendak Tuhan sedangkan penggemar Yesus sering menyebut nama Tuhan tapi tidak melakukan perintah Tuhan. Pengikut Yesus yang sejati memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan, sedangkan penggemar Yesus hanya aktif dalam pelayanan tapi tidak memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan. Penggemar aktif dalam pelayanan, selalu nampak dalam kegiatan rohani, tetapi kehilangan hubungan pribadi dnegan Tuhan. Hubungan pribadi disini bukan sekedar saat teduh, tetapi ada saling kenal dengan Tuhan, kita mengenal Tuhan dan Tuhan mengenal kita. Inilah yang tidak dimiliki penggemar. Apakah kita pengikut Yesus yang sejati atau hanya sekedar penggemar. Penggemar hanya menyebut nama Tuhan tetapi tidak melakukan Firman Tuhan.

Dari perumpamaan yang kita pelajari kita menemukan bahwa pengikut yang sejati terwujud bukan sekedar penampilan luar, bukan sekedar mulut yang mengaku ‘Tuhan… Tuhan…’, tetapi hidup yang sungguh-sungguh  memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan dan melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Jika kita menelurusi bagian ini kebelakang lagi, kita akan menemukan kisah mengenai dua jalan, yang lebar dan sempit (7:12-14). Yang lebar itu banyak memilih karena lebih gampang dilalui, sedangkan yang sempit sedikit pemilihnya karena sukar dilalui. Apa hubungannya dengan kisah dua macam dasar? Mengapa orang lebih banyak membangun di atas pasir? Jawabannya adalah karena lebih gampang dan tidak capek dibandingkan dengan membangun di atas batu.

Sulit memang jadi orang yang bijaksana tetapi Tuhan, melalui perumpamaan hari ini, ingin menyampakan kepada kita bahwa dia tidak menginginkan kita membangun rumah di atas pasir tetapi di atas batu yang kokoh, yaitu mendengar Firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan kita. Jika Tuhan bertanya mau dibawa kemana hubungan kita ini?, apa yang menjadi jawaban kita? pertanyaan ini bukanlah pertanyaan seorang wanita kepada pria yang sudah lama dipacarinya. Tetapi pertanyaan Yesus kepada kita. Dia menginginkan hubungan yang lebih serius dengan kita. Dia tak ingin kita hanya menjadi penggemar-penggemarNya. Tetapi yang Dia rindukan adalah kita menjadi pengikut-pengikutNya yang taat, menjadi murid-murid Yesus yang lebih sungguh. 

Solideo Gloria!

1 comment:

Unknown said...

Luar biasa kaka untuk firmannya Terberkati sekali
Tuhan Yesus memberkati kaka