Tuesday, July 23, 2013

Hagai Pasal 2



Aswindo Sitio


Pendahuluan

Kitab Hagai adalah yang pertama dari ketiga kitab nabi pasca pembuangan dalam PL (Hagai, Zakharia dan Maleakhi). Dia mungkin menjadi salah seorang dari sebagian kecil orang Yahudi yang, setelah kembali untuk tinggal di Yerusalem, dapat mengingat Bait Suci Salomo sebelum dibinasakan oleh pasukan Nebukadnezar pada tahun 586 SM (Hag 2:4). Ada dua hal yang perlu kita ketahui. Pertama adalah latar belakang dan kedua makna Bait Suci dalam konteks PL.

Latar belakang sejarah kitab ini penting untuk memahami beritanya. Pada tahun 538 SM, Raja Koresy dari Persia mengeluarkan maklumat mengizinkan orang Yahudi buangan untuk kembali ke negeri mereka untuk membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci sebagai penggenapan nubuat Yesaya dan Yeremia (Yes 45:1-3; Yer 25:11-12; Yer 29:10-14) dan syafaat Daniel (Dan 9:1-27). Rombongan orang Yahudi pertama yang kembali ke Yerusalem meletakkan dasar Bait Suci yang baru pada tahun 536 SM di tengah-tengah kegembiraan dan harapan besar (Ezr 3:8-10). Akan tetapi, tidak lama kemudian orang Samaria dan tetangga lainnya secara jasmaniah menentang rencana pembangunan itu dan mematahkan semangat para pekerja sehingga pembangunan itu terhenti pada tahun 534 SM. Kelesuan rohani mulai timbul, dan umat itu lalu mulai membangun rumah mereka sendiri. Pada tahun 520 SM, Hagai, dengan ditemani nabi Zakharia yang lebih muda, mulai mendorong Zerubabel dan umat itu untuk melanjutkan pembangunan rumah Allah. Empat tahun kemudian Bait Suci itu selesai dibangun dan ditahbiskan (bd. Ezr 4:1--6:22).

Kedua, kita perlu mengetahui bahwa bait suci dalam kitab Hagai, khususnya dalam konteks PL, tidak sekedar berbicara soal bangunan fisik saja. Keberadaan bait suci sama dengan keberadaan Allah di tengah-tengah umat. Bait Suci adalah tempat kehadiran Allah dibumi. Bait suci juga adalah lambang perkenanan Allah akan umat. Pembangunan bait suci yang diperintahkan oleh Allah menunjukkan bahwa Allah tidak melupakan keselamatan yang dijanjikanNya. 

Kitab Hagai ini secara umum dibagi menjadi empat bagian, yang sering juga disebut empat pidato Hagai.
Yang pertama adalah Hagai 1:1-11. Hagai pertama-tama menegur para mantan buangan itu karena lebih memperhatikan rumah mereka sendiri yang dipapani dengan baik sedangkan rumah Allah masih merupakan reruntuhan (Hag 1:4). Dua kali nabi Hagai menasihati mereka untuk "perhatikanlah keadaanmu!" (Hag 1:5,7), yang menunjukkan bahwa Allah telah menarik berkat-Nya dari mereka karena cara hidup mereka (Hag 1:6,9-11). Sebagai tanggapan atas perkataan Hagai, maka Zerubabel, Yosua, dan semua orang itu takut akan Allah dan melakukan pekerjaan (Hag 1:12--2:1).

Bagian kedua, tiga dan empat kita bisa temukan pada pasal 2 (Hagai 2:2; Hagai 2:11; Hag 2:21).

Janji Penyertaan Allah

Kisah pada pasal 2 ini diawali ketika Zerubabel telah melakukan pembangunan. Beberapa minggu kemudian, penilaian beberapa orang kembali mematahkan semangat mereka, yaitu mereka yang telah melihat kemuliaan bait Salomo sehingga menilai usaha membangun kembali itu tidak berarti jika dibandingkan (Hag 2:4). Hagai menasihati para pemimpin untuk meneguhkan hatinya karena:

1. Tuhan meyakinkan mereka bahwa Ia masih menyertai mereka dan Allah akan tinggal di tengah-tengah mereka sesuai dengan janjiNya (6). Allah menegaskan bahwa usaha mereka merupakan bagian dari gambaran nubuat yang lebih luas (Hag 2:5-8). Mereka harus meninggalkan ketakutan mereka  beserta masa lalu yang telah silam, sebab Ia bermaksud menggenapi janjiNya bahwa “kemuliaan Tuhan akan memenuhi seluruh bumi” dalam melaksanakan perjanjian Abraham dan Daud, yang sangat jelas terkandung disini. Meskipun langit, bumi, laut, dan bangsa-bangsa harus digoncangkan untuk melaksanakan hal ini, perjanjian itu akan terjadi (7-8, band Ibrani 12:26-29).

Keberhasilan pembangunan  bait Allah pada zaman mereka yang melibatkan tangan Persia (Ez 6:8) merupakan bukti awal bahwa Tuhan sanggup menggerakkan semua bangsa seperti yang Ia janjikan (2:7-8, 22-23: band Yes 60:5-13).

2. "Kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula" (Hag 2:10). Istilah “Rumah ini” tidak perlu berarti bait suci yang waktu itu sedang didirikan, melainkan “bait Allah” sebagai suatu lembaga ilahi, yang menurut maksud Allah akan dipenuhi sekali lagi “dengan kemegahan” (8), yaitu kehadiranNya yang ilahi.

Dengan kata lain Allah hendak berkata, “Jangan kuatir tentang kemuliaan sebelumnya, tentang perak atau emas. Aku memiliki seluruh dunia, seluruh emas dan perak adalah milikKu (9). Itu bukanlah jenis kemuliaan yang Kupikirkan. Aku akan memenuhi Rumah ini dengan jenis kemuliaan yang berbeda, sehingga semarak Bait Allah yang baru akan lebih besar dari semarak Bait Allah yang lama.” Dari tempat itu akan mengalir “damai sejahtera” bagaikan sungai (band Yes 48:18; 66:12).

Ketaatan dan Pertobatan
Bagian yang ketiga dalam kitab Hagai adalah 2:11-20, yaitu panggilan kepada umat untuk hidup dalam ketaatan yang kudus. Mereka menganggap ketika mereka terlibat dalam sesuatu pekerjaan yang kudus maka mereka akan dikuduskan. Dan ketika mereka menganggap diri mereka kudus tetapi mereka masih belum diberkati mereka kembali melemah. Dari ay 16-19 kita mendapat kesan bahwa bangsa Israel merasa mereka telah mengerjakan bait Allah selama dua bulan, tetapi kehidupan mereka masih sulit.

Hagai kembali mengingatkan mereka dalam beritanya yang ketiga. Dalam ay 13-14 dikatakan, “13 Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!" 14 Berkatalah pula Hagai: "Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tentu!” Apa yang ingin dikatakan disini sangat jelas! Dilibatkan dalam suatu pekerjaan ditempat yang kudus tidak serta merta membuat mereka kudus, berhubungan dengan benda-benda yang suci tidak membuat orang itu suci. Demikianlah pelaksanaan upacara agama yang lahir tidak dapat menguduskan bangsa Israel, sementara hati dan hidup mereka tetap najis. Sebaliknya kenajisan hati dan hidup mereka akan menajiskan segala persembahan dan semua pekerjaan yang mereka usahakan. Ketaatan untuk membangun Bait Allah harus disertai pertobatan dan menjaga kekudusan (18 - secara khusus Zakharia memanggil bangsa Israel untuk berobat (Zakharia 1).

Ingat, bangsa ini dalam kenajisannya (15), yaitu karena mementingkan diri sendiri, kelalaian dan dosanya. Pencemaran mereka adalah ketidaktaatan dalam pembangunan bait Allah. Mereka mendapatkan hukuman mereka dari Tuhan (16-18).
 
Dalam bagian terakhir kitab ini Hagai mendorong mereka untuk menyelesaikan pembangunan dengan cara memberitakan janji-janji Allah. Mulai dari hari ketaatan mereka akan ada bukti yang segera tentang perkenanan Ilahi. Mulai dari sekarang akan terjadi perbaikan musim-musim – “Aku akan memberi berkat.” Kata “berkat” sering dipakai dalam PL berhubung dengan masa-masa yang subur (band Ulangan 28:8; Maleakhi 3:10). Dengan kata lain, Tuhan akan memberkati panen mereka (2:19-20).

Janji kepada Zerubabel

Bagian yang keempat (2:21-24) adalah berita yang berisikan jaminan atau janji bahwa Tuhan akan menjungkirbalikkan bangsa-bangsa dan meneguhkan keturunan Daud (2:21-24). Ditengah-tengah kondisi meningkatnya kekuatan bangsa Persia pada masa itu, ada jaminan kepada Zerubabel bahwa Allah akan merobohkan tahkta kerajaan bangsa-bangsa, melemahkan kuasa mereka, melenyapkan kuasa angkatan perang dan menyebabkan mereka berperang sesama sendiri, dalam melaksanakan maksud ini (22-23, band. Yehez 38:21; Zakharia 14:13).

Kemudian dalam ay 24 ada janji yang ditujukan kepada Zerubabel secara pribadi. Dikatakan, “Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel, hamba-Ku -- demikianlah firman TUHAN -- dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman TUHAN semesta alam." Ini adalah janji Tuhan untuk meneguhkan keturunan Daud. Ya, Zerubabel adalah keturunan Daud dan Hagai juga menyebutnya sebagai Hamba Allah. 

Peneguhan atas Zerubabel, salah satu keturunan Daud (1Taw 3:16-19), sebagai pemimpin loka bangsa Yehuda ibarat cincin materai dari Tuhan. Allah akan menjadikan seperti cincin materai. Cincin materai adalah tanda kekuasaan. Jadi karena pemilihan Allah, Zerubabel diberikan kuasa dari Allah. Ini bukan jaminan pribadi kepada Zerubabel saja, sebab ia dan keturunannya tidak memerintah di Yerusalem ataupun kemasyuran dalam kerajaan-kerajaan di dunia ini. Tetapi dalam diri Zerubabel, telah dilambangkan keabadian keturunan Raja. Ketatan Zerubabel menjadikannya terlibat dalam misi Allah.Yah, dari keturunan Zerubabellah mesias akan lahir (band Luk1:31-33).

Penutup
Bait suci merupakan lambang kehadiran dan perkenanan Allah dan juga lambang bahwa Allah tidak melupakan janji keselamatanNya bagi bangsa Israel. Dalam konteks sekarang kita adalah bait suci Allah, dimana Allah berdiam dalam kita. keberadaan Allah dalam hidup kita membuktikan bahwa kita adalah umat pilihan Allah. Tempat kediaman Allah adalah orang percaya. Dalam I Korintus  3:16 dikatakan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”

Kita sebagai orang-orang Kristen adalah “rumah” tempat dimana Allah berdiam, dan ketika Allah berbicara tentang membangun RumahNya, Dia sedang membicarakan tentang diri kita menjadi tempat kediaman yang layak dan pantas dihuni bagi RohNya. Banyak hal-hal yang akan melemahkan kita, apakah itu masalalu kita, apakah kondisi sekeliling kita.

Oleh sebab itu mari berjuang untuk menjaga dengan hidup dalam ketaatan yang kudus. Dengan demikian melalui hidup kita janji Allah atau misi Allah akan dunia ini digenapi melalui hidup kita. Persekutuan kepada Alah yang dilandasi dengan ketaatan yang kudus akan menjadikan kita menjadi alat Allah dalam mengerjakan misiNya di dunia ini.

Solideo Gloria!

No comments: