Saturday, July 19, 2014

Eksposisi Tokoh: ESTER


Desmianty Tampubolon, STP

Ester 1:9-12; 2:1-7; 15-18
Kitab Ester ditulis tahun 460 SM. Kitab ini sangatlah unik sebab dalam kitab Ester nama Allah atau pun nama YHWH tidak ada tertulis. Namun Allah bekerja melalui Mordekhai dan Ester. Dalam kitab Ester konteks keadaan berada di Susan, ibu kota Persia. Tidak terdapat nama Allah dalam kitab ini karena kitab ini dipercaya dicatat di kitab sejarah Persia (Est 6:1) sehingga nama Allah tidak boleh ada.
Sampai saat ini belum dapat dipastikan siapa pengarang kitab Ester. Ada yang mengatakan ,yang menulis kitab Ester adalah seorang dari Synagoge, ada juga berpendapat bahwa Mordekhai adalah pengarang dari kitab ini (bad. Est. 9:20). Pendapat lain mengatakan bahwa Ezra atau Nehemiah yang menulis kitab ini, tetapi berdasarkan bukti linguistik tidak ada kecocokan style dan diksi antara kitab Ester dengan Kitab Ezra atau Nehemiah. Pandangan yang lain mengatakan bahwa seorang Yahudi Persia yang tidak diketahui namanya yang menuliskan kitab ini. Walaupun tidak diketahui dengan pasti siapa yang menulis kitab ini namun dengan rasio kita dapat menyimpulkan kemungkinan penulis kitab ini adalah (1) seorang Yahudi, yang pro tindakan Yahudi dan mengetahui budaya Yahudi, dan (2) Seorang Yahudi Persia yang menjadi saksi mata kejadian yang terjadi dan sepertinya punya akses terhadap catatan Persia (9:20).
Israel berada dalam jajahan Babel selama 70 tahun, setelah itu kerajaan Babel direbut dan diganti oleh kerajaan Persia pada tahun 539 SM,orang Yahudi menjadi jajahan Persia.Secara kronologis, peristiwa Ester terjadi di Persia antara Ezra 6 dan 7, yaitu di antara kembalinya rombongan Yahudi pertama ke Yerusalem pada tahun 538 SM di bawah pimpinan Zerubabel (Ezr 1:1--6:22) dan rombongan kedua pada tahun 457 SM di bawah pimpinan Ezra (Ezr 7:1--10:44), sehingga wajarlah kalau banyak orang yahudi masih ada di Persia menunggu kepulangan berikutnya. Suatu saat Raja Ahasyweros mengadakan pesta di istana bersama para pembesar dan kaum bangsawan, raja memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya sampai 180 hari (Est 1:1-4), kemudian raja memanggil ratu Wasti untuk memperlihatkan dirinya kepada semua tamu yang hadir, tapi ratu Wasti menolak, hal ini membuat raja marah dan memecat ratu Wasti (Est 1:11-12). Akhirnya raja mulai mengumpulkan perempuan di daerah kerajaannya untuk menggantikan ratu Wasti dan Ester terpilih menjadi ratu. Kenapa Ester ikut dalam pemilihan ini? Karena ia menyembunyikan identitasnya dan karena Ester sangat cantik, dia harus ikut dalam pemilihan ini. Tentu ini tidak berarti kita boleh menikah dengan siapa saja, karena ini sebuah kasus hidup sebagai rakyat yang terjajah dan harus mengikuti perintah kerajaan.Siapakah Ester? Ia adalah seorang Yahudi, yatim piatu anak saudara ayah Mordekhai dan diangkatnya menjadi anak (Est 2:7). Ester akhirnya terpilih menjadi ratu, seorang Yahudi yang dibesarkan oleh ayah angkatnya Mordekai. Dia memerintahkan Ester untuk merahasiakan asal usulnya dan hubungan dengannya(Est 2:10). Lalu diselipkan cerita tentang Mordekhai (Est 2:19-23), ia mengetahui rencana Bigthana dan Teresh untuk membunuh raja, yang kemudian diberitahukan kepada Ester, dan pergi kepada raja memakai nama Mordekai. Penyelidikan selanjutnya membuktikan laporan ini benar dan kedua pengkhianat ini digantung. Raja biasanya menghargai kesetiaan, tapi untuk suatu alasan Mordekai tidak diberi penghargaan, dan hal ini terlupakan, walau ditulis dalam tulisan raja saat dia mencarinya(Est 2:19-23). Kita juga mungkin sering mengalami hal ini, ketika kita melaporkan penyelewengan di kantor, pimpinan kita tidak memberi penghargaan apa-apa.
Ester asalnya bernama Hadasa (Est 2:7), nama Ibrani yang berarti tanaman "murad" (inggris: Myrtle). Ada anggapan bahwa nama "Ester" berasal dari kata "Astra" yang dalam bahasa Media Persia berarti tanaman murad. Ada pula anggapan bahwa nama Ester berasal dari nama dewi Ishtar, berdasarkan catatan Kitab Daniel bahwa orang-orang Yahudi dalam pembuangan diberi nama dewa-dewa Babel, sebagaimana nama "Mordekhai” dapat diartikan "hamba dewa Marduk”, salah satu dewa Babel. Nama Ester dengan kata Persia untuk "bintang" (bahasa Inggris: star) menjelaskan bahwa Ester diberi nama demikian karena cantiknya seperti bintang fajar.
Tiba-tiba Haman, karakter baru, diperkenalkan (Est 3). Haman muncul sebagai pangeran  diatas semuanya, setidaknya dalam pikiran raja. Raja mengangkat dia diatas semua orang dan sangat mempercayai dia, walau raja memerintahkan semua warganya menunjukkan hormat pada Haman, Mordekai menolak  untuk sujud menyembah dia setiap kali bertemu (Est 3:2-4)
Walau murka, Haman menahan diri. Dia melihat Mordekai dan Yahudi lain sama saja, dan tujuannya tidak hanya menyingkirkan Mordekai tapi setiap Yahudi didalam kerajaan.Dia memberitahu raja bahwa ada ras tertentu yang mau memberontak, yang tidak mau tunduk (nama ras nya tidak diberitahu, dan raja juga tidak bertanya), dan raja harus menyingkirkan mereka. Dia menawarkan uang yang sangat besar pada raja (10,000 talenta perak =20.000 dinar, 1 dinar =gaji sehari, berarti 20.000/365 hari=gaji 54 tahun) untuk menyatakan hari tertentu dimana setiap orang dalam kerajaan bisa membunuh setiap orang Yahudi yang mereka temui dan merampas hartanya (Est 3:8-11) Ahasyweros memberikan cincinnya kepada Haman, seperti memberi cek kosong. Sekarang Haman memiliki otoritas untuk membuat hukum apapun yang disukainya dengan nama raja.Saat Mordekai tahu hukum apa yang sedang dibuat oleh Haman, dia mulai berkabung. Dia tidak berkabung secara pribadi, tapi didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan diistananya (lihat Nehemiah 2:2). Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat berkabung” hanya tempat bergurau. Siapa yang berkabung/bersedih di depan raja akan dihukum mati.
Melihat Mordekai berkabung sangat menekan Ester. Tapi, usaha awalnya bukan mempelajari kenapa Mordekai berkabung tapi membujuknya untuk berhenti berkabung. Apakah ini karena hal itu menekan yang lain dan berbahaya (Mordekhai sedekat mungkin dengan istana, tapi tidak melewati gerbang raja)?
Dia mengirim pakaian kepada ayah angkatnya, berharap bisa membujuknya berhenti berkabung. Tapi Mordekai tidak bisa dinasehati. Esther  mengirim pelayan terpercayanya kepada Mordekai untuk menyelidiki kenapa dia berkabung dan tidak mau berhenti. Mordekai melaporkan pada Hatah jumlah harta yang dijanjikan Haman dan salinan keputusan yang tidak bisa ditarik kembali. Hal ini diperintahkan kepada Hatah untuk dikatakan pada Ester, bersama dengan perintah agar dia menghadap raja dan memohon bagi bangsa Yahudi.Ester mengatakan pada Mordekai melalui Hatah bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum. Hukumannya adalah kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Ester tidak bisa menghadap tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja.
Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester tidak diundang raja (istana itu luas, mempunyai beberapa gedung terpisah antara ratu dan raja, wajarlah jika Ester tidak bertemu raja selama itu). Karena itu Ester menolak. Mordekhai mengingatkan, untuk berpikir dengan baik. Keputusan dari Haman mencakup semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya. Dia tidak mau membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia aman. Mordekhai menyadarkannya bahwa dia pun akan kena hukum itu jika raja tahu identitasnya, bahkan jika Ester berdiam diri, pertolongan akan datang dari pihak lain (Est 4:14, “pihak lain” kemungkinannya hanya satu: Allah pasti menolong dengan caraNya).
Sebelum Ester menghadap raja, Ester memberikan perintah kepada Mordekhai agar Mordekhai mengumpulkan seluruh orang Yahudi di Susan dan berpuasa baginya. Jangan ada yang makan atau minum selama tiga hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya. Yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana pernyataan dari Ester untuk membela kaumnya umat Yahudi yaitu, “. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Ester 4:16b). Ester dengan kedudukan dan kenyaman hidup sebagai ratu, kini berhadapan dengan ancaman hukuman mati demi membela bangsanya, bangsa Yahudi, bukan perkara mudah untuk mempertaruhkan nyawa demi kepentingan banyak orang apalagi Ester seorang yatim piatu dan hanya Mordekhai lah kerabatnya.
Sebagai alumni, kita pun berhadapan dengan orang-orang yang mungkin membutuhkan kita untuk membela hak mereka, memenuhi rasa keadilan mereka, dapatkah kita menjadi “Ester” yang berani bersuara kepada atasan/pimpinan kita? Berapa banyak dari kita yang rela dipecat demi kepentingan bawahan kita, memperjuangkan haknya sebagai buruh? Berapa banyak dari kita yang rela protes ketika ujian nasional diputuskan menjadi satu-satunya indikator kelulusan siswa kita? Setelah semua orang Yahudi berpuasa selama tiga hari, Ester mempertaruhkan nyawanya dengan menghampiri raja tanpa diundang (Est 4:1-17). Ester berdiri di pelataran dalam istana raja (Est 5:1). Hal ini dilakukannya agar ia mendapat perhatian dari raja. Saat itu, raja sedang bersemayam di atas tahta kerajaannya. Patut dicatat bahwa pelataran dalam istana raja merupakan tempat khusus bagi raja. Hukuman mati disediakan bagi mereka yang berada di pelataran dalam istana raja itu jika raja tidak berkenan memanggil (bdk. Est 4:11a). Oleh karena itu, tak heran bila Ester berusaha untuk tampil semenarik mungkin, yakni dengan mengenakan pakaian ratu. Besar harapan Ester agar raja tertarik saat melihatnya dan berkenan memanggilnya! Ester berhasrat untuk mendapat perhatian raja karena Ester berniat untuk memohonkan sesuatu kepada raja berkenaan dengan nasib bangsanya (Yahudi!). Bangsanya sedang berada di ujung tanduk, sebab Haman, seorang petinggi istana, telah merencanakan untuk membantai seluruh orang Yahudi di kerajaan Ahasyweros (Est 3:2-4:17). Usaha Ester rupanya berhasil, raja berkenan kepadanya, ketika ia melihat Ester berdiri di pelataran. Dengan berkenan kepada Ester, maka raja menunjukkan kehendak hatinya untuk mau menanggapi atau merespons “isyarat” (tingkah laku) Ester (bdk. Est 2:17; 8:5; Dan 6:1). Raja lantas mengulurkan tongkat emas kepada Ester. Uluran tongkat emas tersebut merupakan sebuah tanda penerimaan raja kepada Ester. Dengan mengulurkan tongkat emas, raja juga menyatakan kuasa yang dimilikinya pada Ester (bdk. Est 4:11; 8:4). Raja bertanya pada Ester perihal maksud dan keinginannya dikuti dengan pernyataan raja “Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu” (Est 5:3). Mungkin saja jika Ester mau, dia dapat memohonkan supaya ia dan Mordekhai bisa bebas dari hukum yang dibuat Haman itu dan tetap membiarkan bangsa Yahudi dimusnahkan, tetapi ia memilih untuk  menyelamatkan seluruh Yahudi. “Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja(Est 5:8). Sungguh menarik jawaban yang diberikan oleh Ester. Pertama-tama, ia menyatakan jikalau baik pada pemandangan raja, kerendahan hati Ester, yang walaupun dijanjikan setengah kerajaan milik raja, namun ia tetap menyerahkan sepenuhnya penilaian baik-buruk maksud dan keinginan yang akan ia utarakan kepada raja, sekaligus sebagai bahasa diplomasi pada raja. Kita sebagai alumni juga perlu memikirkan strategi dan diplomasi dalam mengajukan sesuatu pada pimpinan. Permohonan Ester rupanya cukup sederhana. Ia hanya meminta agar  raja bersama dengan Haman datang ke perjamuan yang ia adakan.
Biasanya, perjamuan selalu diselenggarakan dengan intensi atau tujuan yang dianggap penting (bdk. Est 2:18; 9:22. Lewat perjamuan tersebut, Ester rupanya hendak mengadukan perbuatan jahat Haman yang telah berencana untuk membunuh semua orang Yahudi di wilayah kerajaan Ahasyweros. Ester seorang yang lemah lembut dan menarik (Est 2:1-18); bergantung sepenuhnya kepada Allah(Est 4:15-17); berani (Est 4:6); diplomatis (Est 5:1-8; 7:1-6).
Setelah mendengar permohonan Ester tersebut, raja segera memberi titah agar memanggil Haman dan menyuruh dia untuk datang  menghadiri perjamuan yang diadakan oleh Ester. Di perjamuan itu raja bertanya kepada Ester perihal apa keinginannya, dan Ester memohon agar raja berkenan untuk mengaruniakan nyawanya dan nyawa bangsanya.Sebab, ia dan orang-orang sebangsanya (Yahudi) yang berada dalam kerajaan Ahasyweros terancam punah karena bakal dibunuh dan dibinasakan. Lebih jauh, Ester menambahkan bahwa dalang dari kemalangan yang menimpa Ester dan orang-orang sebangsanya adalah Haman “Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu telah berdiri didekat rumah Haman” (Est 7:9), raja memerintahkan agar Haman disula kan pada tiang itu Usaha Ester (dan Mordekhai) berhasil menyelamatkan orang Yahudi, dan terjadi euforia orang Yahudi dalam merayakan pembebasan mereka dari usaha pemusnahan yang dilancarkan Haman(Ester 8-9).Ester memberitahukan identitasnya pada raja (Est 8:1). Raja Ahasyweros  menetapkan surat titah yang memerintahkan orang Yahudi dapat membela diri terhadap orang-orang yang ingin memusnahkan mereka . Pasal 9 berkisah tentang tindak lanjut orang Yahudi atas surat titah tersebut, diceritakan tentang bagaimana orang Yahudi membantai semua orang yang dulu pernah memusuhinya, serta penetapan hari raya Purim sebagai peringatan sukacita lolosnya orang Yahudi dari bahaya maut yang mengancam mereka.Sementara, pasal 10 berkisah tentang kebesaran yang diterima oleh Mordekhai atas jasanya dalam usaha untuk menyelamatkan orang Yahudi.
Apa yang bisa kita pelajari dari Ester. Ester mengabaikan keselamatan nyawanya sendiri demi menyelamatkan nyawa orang-orang sebangsanya. Ia rela untuk mengorbankan dirinya demi keselamatan banyak orang.
Kemudian Ester bukan saja berpuasa sebelum bertindak, tetapi juga menggunakan strategi dan diplomasi dalam mengajukan jalan keluar pada raja.
Solideo Gloria!

No comments: