Desmianty Tampubolon, STP
Ester 1:9-12; 2:1-7;
15-18
Kitab Ester ditulis tahun 460 SM. Kitab ini sangatlah unik sebab dalam kitab
Ester nama Allah atau pun nama YHWH tidak ada tertulis. Namun Allah bekerja
melalui Mordekhai dan Ester. Dalam kitab Ester konteks keadaan berada di Susan,
ibu kota Persia. Tidak terdapat nama Allah dalam kitab ini karena
kitab ini dipercaya dicatat di kitab sejarah Persia (Est 6:1) sehingga nama
Allah tidak boleh ada.
Sampai saat ini belum dapat dipastikan
siapa pengarang kitab Ester. Ada yang mengatakan ,yang menulis kitab Ester
adalah seorang dari Synagoge, ada juga berpendapat bahwa Mordekhai adalah
pengarang dari kitab ini (bad. Est. 9:20). Pendapat lain mengatakan bahwa Ezra
atau Nehemiah yang menulis kitab ini, tetapi berdasarkan bukti linguistik tidak
ada kecocokan style dan diksi antara kitab Ester dengan Kitab Ezra atau
Nehemiah. Pandangan yang lain mengatakan bahwa seorang Yahudi Persia yang tidak
diketahui namanya yang menuliskan kitab ini. Walaupun tidak diketahui dengan
pasti siapa yang menulis kitab ini namun dengan rasio kita dapat menyimpulkan
kemungkinan penulis kitab ini adalah (1) seorang Yahudi, yang pro tindakan
Yahudi dan mengetahui budaya Yahudi, dan (2) Seorang Yahudi Persia yang menjadi
saksi mata kejadian yang terjadi dan sepertinya punya akses terhadap catatan
Persia (9:20).
Israel berada
dalam jajahan Babel selama 70 tahun, setelah itu kerajaan Babel direbut dan
diganti oleh kerajaan Persia pada tahun 539 SM,orang Yahudi menjadi jajahan
Persia.Secara kronologis, peristiwa Ester terjadi di Persia antara Ezra 6 dan
7, yaitu di antara kembalinya rombongan Yahudi pertama ke Yerusalem pada tahun
538 SM di bawah pimpinan Zerubabel (Ezr 1:1--6:22) dan rombongan kedua pada
tahun 457 SM di bawah pimpinan Ezra (Ezr 7:1--10:44), sehingga wajarlah kalau
banyak orang yahudi masih ada di Persia menunggu kepulangan berikutnya. Suatu saat Raja Ahasyweros mengadakan pesta di istana bersama para
pembesar dan kaum bangsawan, raja memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya
sampai 180 hari (Est 1:1-4), kemudian raja memanggil ratu Wasti untuk
memperlihatkan dirinya kepada semua tamu yang hadir, tapi ratu Wasti menolak,
hal ini membuat raja marah dan memecat ratu Wasti (Est 1:11-12). Akhirnya raja
mulai mengumpulkan perempuan di daerah kerajaannya untuk menggantikan ratu
Wasti dan Ester terpilih menjadi ratu. Kenapa Ester ikut dalam pemilihan ini?
Karena ia menyembunyikan identitasnya dan karena Ester sangat cantik, dia harus
ikut dalam pemilihan ini. Tentu ini tidak berarti kita boleh menikah dengan
siapa saja, karena ini sebuah kasus hidup sebagai rakyat yang terjajah dan
harus mengikuti perintah kerajaan.Siapakah Ester? Ia adalah seorang Yahudi,
yatim piatu anak saudara ayah Mordekhai dan diangkatnya menjadi anak (Est 2:7).
Ester akhirnya terpilih menjadi ratu, seorang Yahudi yang dibesarkan oleh ayah
angkatnya Mordekai. Dia memerintahkan Ester untuk merahasiakan asal usulnya dan
hubungan dengannya(Est 2:10). Lalu diselipkan cerita tentang Mordekhai (Est
2:19-23), ia mengetahui rencana Bigthana dan Teresh untuk membunuh raja, yang
kemudian diberitahukan kepada Ester, dan pergi kepada raja memakai nama
Mordekai. Penyelidikan selanjutnya membuktikan laporan ini benar dan kedua
pengkhianat ini digantung. Raja biasanya menghargai kesetiaan, tapi untuk suatu
alasan Mordekai tidak diberi penghargaan, dan hal ini terlupakan, walau ditulis
dalam tulisan raja saat dia mencarinya(Est 2:19-23). Kita juga mungkin sering
mengalami hal ini, ketika kita melaporkan penyelewengan di kantor, pimpinan
kita tidak memberi penghargaan apa-apa.
Ester asalnya bernama Hadasa (Est 2:7),
nama Ibrani yang berarti tanaman "murad" (inggris: Myrtle).
Ada anggapan bahwa nama "Ester" berasal dari kata "Astra"
yang dalam bahasa Media Persia berarti tanaman murad. Ada pula anggapan bahwa
nama Ester berasal dari nama dewi Ishtar, berdasarkan catatan Kitab Daniel
bahwa orang-orang Yahudi dalam pembuangan diberi nama dewa-dewa Babel,
sebagaimana nama "Mordekhai” dapat diartikan "hamba dewa Marduk”,
salah satu dewa Babel. Nama Ester dengan kata Persia untuk "bintang"
(bahasa Inggris: star) menjelaskan bahwa Ester diberi nama demikian
karena cantiknya seperti bintang fajar.
Tiba-tiba Haman, karakter baru,
diperkenalkan (Est 3). Haman muncul sebagai pangeran diatas semuanya, setidaknya dalam pikiran
raja. Raja mengangkat dia diatas semua orang dan sangat mempercayai dia, walau
raja memerintahkan semua warganya menunjukkan hormat pada Haman, Mordekai
menolak untuk sujud menyembah dia setiap
kali bertemu (Est 3:2-4)
Walau murka, Haman menahan diri. Dia
melihat Mordekai dan Yahudi lain sama saja, dan tujuannya tidak hanya
menyingkirkan Mordekai tapi setiap Yahudi didalam kerajaan.Dia memberitahu raja
bahwa ada ras tertentu yang mau memberontak, yang tidak mau tunduk (nama ras
nya tidak diberitahu, dan raja juga tidak bertanya), dan raja harus
menyingkirkan mereka. Dia menawarkan uang yang sangat besar pada raja (10,000
talenta perak =20.000 dinar, 1 dinar =gaji sehari, berarti 20.000/365 hari=gaji
54 tahun) untuk menyatakan hari tertentu dimana setiap orang dalam kerajaan
bisa membunuh setiap orang Yahudi yang mereka temui dan merampas hartanya (Est
3:8-11) Ahasyweros memberikan cincinnya kepada Haman, seperti memberi cek
kosong. Sekarang Haman memiliki otoritas untuk membuat hukum apapun yang
disukainya dengan nama raja.Saat Mordekai tahu hukum apa yang sedang dibuat
oleh Haman, dia mulai berkabung. Dia tidak berkabung secara pribadi, tapi
didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang
raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja
menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan
diistananya (lihat Nehemiah 2:2). Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat
berkabung” hanya tempat bergurau. Siapa yang berkabung/bersedih di depan raja
akan dihukum mati.
Melihat Mordekai berkabung sangat menekan
Ester. Tapi, usaha awalnya bukan mempelajari kenapa Mordekai berkabung tapi
membujuknya untuk berhenti berkabung. Apakah ini karena hal itu menekan yang
lain dan berbahaya (Mordekhai sedekat mungkin dengan istana, tapi tidak
melewati gerbang raja)?
Dia mengirim pakaian kepada ayah
angkatnya, berharap bisa membujuknya berhenti berkabung. Tapi Mordekai tidak
bisa dinasehati. Esther mengirim pelayan
terpercayanya kepada Mordekai untuk menyelidiki kenapa dia berkabung dan tidak
mau berhenti. Mordekai melaporkan pada Hatah jumlah harta yang dijanjikan Haman
dan salinan keputusan yang tidak bisa ditarik kembali. Hal ini diperintahkan kepada
Hatah untuk dikatakan pada Ester, bersama dengan perintah agar dia menghadap
raja dan memohon bagi bangsa Yahudi.Ester mengatakan pada Mordekai melalui
Hatah bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum. Hukumannya adalah
kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan
mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Ester tidak bisa menghadap
tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja.
Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester
tidak diundang raja (istana itu luas, mempunyai beberapa gedung terpisah antara
ratu dan raja, wajarlah jika Ester tidak bertemu raja selama itu). Karena itu
Ester menolak. Mordekhai mengingatkan, untuk berpikir dengan baik. Keputusan dari Haman
mencakup semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester
kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya. Dia tidak mau
membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia
aman. Mordekhai menyadarkannya bahwa dia pun akan kena hukum itu jika raja tahu
identitasnya, bahkan jika Ester berdiam diri, pertolongan akan datang dari
pihak lain (Est 4:14, “pihak lain” kemungkinannya hanya satu: Allah pasti
menolong dengan caraNya).
Sebelum Ester menghadap raja, Ester
memberikan perintah kepada Mordekhai agar Mordekhai mengumpulkan seluruh orang
Yahudi di Susan dan berpuasa baginya. Jangan ada yang makan atau minum selama
tiga hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian
akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya.
Yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana pernyataan dari Ester untuk
membela kaumnya umat Yahudi yaitu, “. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah
aku mati” (Ester 4:16b). Ester dengan kedudukan dan kenyaman hidup sebagai
ratu, kini berhadapan dengan ancaman hukuman mati demi membela bangsanya,
bangsa Yahudi, bukan perkara mudah untuk mempertaruhkan nyawa demi kepentingan
banyak orang apalagi Ester seorang
yatim piatu dan hanya Mordekhai lah kerabatnya.
Sebagai alumni, kita pun berhadapan dengan
orang-orang yang mungkin membutuhkan kita untuk membela hak mereka, memenuhi
rasa keadilan mereka, dapatkah kita menjadi “Ester” yang berani bersuara kepada
atasan/pimpinan kita? Berapa banyak dari kita yang rela dipecat demi
kepentingan bawahan kita, memperjuangkan haknya sebagai buruh? Berapa banyak
dari kita yang rela protes ketika ujian nasional diputuskan menjadi
satu-satunya indikator kelulusan siswa kita? Setelah semua orang Yahudi
berpuasa selama tiga hari, Ester mempertaruhkan nyawanya dengan menghampiri
raja tanpa diundang (Est 4:1-17). Ester berdiri di pelataran dalam istana raja
(Est 5:1). Hal ini dilakukannya agar ia mendapat perhatian dari raja. Saat itu,
raja sedang bersemayam di atas tahta kerajaannya. Patut dicatat bahwa pelataran
dalam istana raja merupakan tempat khusus bagi raja. Hukuman mati
disediakan bagi mereka yang berada di pelataran dalam istana raja itu jika raja
tidak berkenan memanggil (bdk. Est 4:11a). Oleh karena itu, tak heran bila
Ester berusaha untuk tampil semenarik mungkin, yakni dengan mengenakan pakaian
ratu. Besar harapan Ester agar raja tertarik saat melihatnya dan berkenan
memanggilnya! Ester berhasrat untuk mendapat perhatian raja karena Ester
berniat untuk memohonkan sesuatu kepada raja berkenaan dengan nasib bangsanya
(Yahudi!). Bangsanya sedang berada di ujung tanduk, sebab Haman, seorang
petinggi istana, telah merencanakan untuk membantai seluruh orang Yahudi di
kerajaan Ahasyweros (Est 3:2-4:17). Usaha Ester rupanya berhasil, raja berkenan
kepadanya, ketika ia melihat Ester berdiri di pelataran. Dengan berkenan kepada
Ester, maka raja menunjukkan kehendak hatinya untuk mau menanggapi atau
merespons “isyarat” (tingkah laku) Ester (bdk. Est 2:17; 8:5; Dan 6:1). Raja
lantas mengulurkan tongkat emas kepada Ester. Uluran tongkat emas tersebut
merupakan sebuah tanda penerimaan raja kepada Ester. Dengan mengulurkan tongkat
emas, raja juga menyatakan kuasa yang dimilikinya pada Ester (bdk. Est 4:11;
8:4). Raja bertanya pada Ester perihal maksud dan keinginannya dikuti dengan
pernyataan raja “Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu”
(Est 5:3). Mungkin saja jika Ester mau, dia dapat memohonkan supaya ia dan
Mordekhai bisa bebas dari hukum yang dibuat Haman itu dan tetap membiarkan
bangsa Yahudi dimusnahkan, tetapi ia memilih untuk menyelamatkan seluruh Yahudi. “Jikalau
baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini
ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja(Est 5:8). Sungguh menarik
jawaban yang diberikan oleh Ester. Pertama-tama, ia menyatakan jikalau baik
pada pemandangan raja, kerendahan hati Ester, yang walaupun dijanjikan
setengah kerajaan milik raja, namun ia tetap menyerahkan sepenuhnya penilaian
baik-buruk maksud dan keinginan yang akan ia utarakan kepada raja, sekaligus
sebagai bahasa diplomasi pada raja. Kita sebagai alumni juga perlu memikirkan
strategi dan diplomasi dalam mengajukan sesuatu pada pimpinan. Permohonan Ester
rupanya cukup sederhana. Ia hanya meminta agar
raja bersama dengan Haman datang ke perjamuan yang ia adakan.
Biasanya, perjamuan selalu diselenggarakan
dengan intensi atau tujuan yang dianggap penting (bdk. Est 2:18; 9:22. Lewat
perjamuan tersebut, Ester rupanya hendak mengadukan perbuatan jahat Haman yang
telah berencana untuk membunuh semua orang Yahudi di wilayah kerajaan
Ahasyweros. Ester seorang yang lemah lembut dan menarik (Est 2:1-18);
bergantung sepenuhnya kepada Allah(Est 4:15-17); berani (Est 4:6); diplomatis
(Est 5:1-8; 7:1-6).
Setelah mendengar permohonan Ester
tersebut, raja segera memberi titah agar memanggil Haman dan menyuruh dia untuk
datang menghadiri perjamuan yang
diadakan oleh Ester. Di perjamuan itu raja bertanya kepada Ester perihal apa
keinginannya, dan Ester memohon agar raja berkenan untuk mengaruniakan nyawanya
dan nyawa bangsanya.Sebab, ia dan orang-orang sebangsanya (Yahudi) yang berada
dalam kerajaan Ahasyweros terancam punah karena bakal dibunuh dan dibinasakan.
Lebih jauh, Ester menambahkan bahwa dalang dari kemalangan yang menimpa Ester
dan orang-orang sebangsanya adalah Haman “Lagipula tiang yang dibuat Haman
untuk Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu
telah berdiri didekat rumah Haman” (Est 7:9), raja memerintahkan agar Haman
disula kan pada tiang itu Usaha Ester (dan Mordekhai) berhasil menyelamatkan
orang Yahudi, dan terjadi euforia orang Yahudi dalam merayakan pembebasan
mereka dari usaha pemusnahan yang dilancarkan Haman(Ester 8-9).Ester
memberitahukan identitasnya pada raja (Est 8:1). Raja Ahasyweros menetapkan surat titah yang memerintahkan
orang Yahudi dapat membela diri terhadap orang-orang yang ingin memusnahkan
mereka . Pasal 9 berkisah tentang tindak lanjut orang Yahudi atas surat titah
tersebut, diceritakan tentang bagaimana orang Yahudi membantai semua orang yang
dulu pernah memusuhinya, serta penetapan hari raya Purim sebagai peringatan
sukacita lolosnya orang Yahudi dari bahaya maut yang mengancam
mereka.Sementara, pasal 10 berkisah tentang kebesaran yang diterima oleh
Mordekhai atas jasanya dalam usaha untuk menyelamatkan orang Yahudi.
Apa yang bisa kita pelajari dari Ester.
Ester mengabaikan keselamatan nyawanya sendiri demi menyelamatkan nyawa
orang-orang sebangsanya. Ia rela untuk
mengorbankan dirinya demi keselamatan banyak orang.
Kemudian Ester bukan saja berpuasa sebelum
bertindak, tetapi juga menggunakan strategi dan diplomasi dalam mengajukan
jalan keluar pada raja.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment