Saturday, July 19, 2014

Seri Perumpamaan 2014: Orang Kaya Yang Bodoh


Lukas 12:13-21

Danny Bukidz


Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang Perumpamaan Yesus. Saat ini kita membahas perumpamaan orang kaya yang bodoh. Melihat perumpamaan kita mungkin sering mendengarnya dan banyak yang dengan mudah melihat bahwa perumpamaan ini tentang kebodohan orang kaya yang menimbun hartanya. Tetapi sebelum menarik pesan aplikasi dari perumpamaan ini, saya mengulangi pembahasan MBA pertama tentang pentingnya kita melihat apa yang menjadi latar belakang dari perumpamaan ini.

Perumpamaan ini diawali ketika Yesus mengajar Orang banyak tentang hidup sebagai Murid. Ditengah Ia mengajar ada seseorang yang berkata tentang masalah warisan. Ia berkata agar saudaranya berbagi warisan dari orang tuanya. Ketika melihat ini kita harus melihat konteks dari orang Yahudi. Dalam Ulangan 21:17-18 dinyatakan masalah warisan diberikan kepada anak yang sulung dari Istri pertamanya. Ada kemungkinan bahwa orang muda ini bukanlah anak sulung, dan beberapa penafsir menyatakan bahwa Kemungkinan Ia mendapatkan warisan tetapi orang muda ini merasa kurang dibandingkan dengan abang sulungnya.

Ketika melihat yang menjadi responnya Yesus dalam hal ini pasti Yesus melihat suatu motif dari Orang muda ini. Ia melihat bahwa orang ini berada dalam suatu bahay ketamakan. Suatu gairah ingin mendapat lebih banyak dari Ia miliki dengan cara meminta Yesus bicara kepada saudaranya agar berbagi warisan kepada dia. Ia menginginkan lagi uang warisan dari orang tuanya. Motif anak muda bukan bicara tentang keadilan atau tentang mendengar pengajaran tentang kebenaran Firman Tuhan tentang warisan tetapi tujuan untuk memiliki harta lebih banyak dari warisan orang tuanya.

Watch Out

 Melalui percakapan di mana Yesus bisa membaca motivasi orang ini, Ia menegur orang muda ini dan juga mengingatkan kepada para murid-murid betapa bahayanya ketamakan. Ia menggunakan perintah postitif yaitu berjaga-jagalah dan waspada. Sebuah pernyataan suatu bahaya ketamakan bukan karena orang muda itu yang membutuhkan warisan tetapi setiap kita punya kerentanan untuk menjadi tamak. Perintah ini diberikan juga kepada para murid-murid yang merupakan kerentanan dari bahaya ketamakan. Sebuah perintah bukan cuma larangan tetapi suatu perintah untuk aktif melawannya.

Ketamakan 

Buku “Taking your Soul to Work”  bercerita tentang sembilan dosa maut di tempat kerja yang kita perlu waspada. Salah satunya dibahas tentang sikap Keserakahan atau ketamakan. Penulis buku ini mendefinisikan tentang arti ketamakan adalah sikap atau sifat yang mengobarkan gairah untuk memiliki lebih banyak dari yg anda miliki. Melihat definisi yang disampaikan bahwa ketamakan adalah sikap dan sifat yang mengobarkan gairah untuk memiliki. Keinginan yang berasal dari merasa kurang dan ingin lebih dari yang kita miliki merupakan suatu ketamakan. Pada bagian ini cukup menegur saya tentang bahaya ketamakan yang secara tidak langsung saya pun bisa terjebak dalamnya. Memang saya tidak memiliki uang, harta kekayaan tetapi kepemilikan akan sesuatu misalnya saya memiliki jumlah E-Book hampir sekitar 10.000 buku elektronik dan rekaman khotbah dan lecturer. Ketika memiliki hal itu masih merasa kurang dan ingin terus menambah kembali. Sewaktu persiapan bahan ini cukup menegur dengan keras bahwa hati-hati dan waspada akan bahaya ketamakan. Kita pun tidak imun dari situasi dan kondisi ini. Apalagi sebagai seorang alumni yang bekerja di dunia sekuler pasti banyak yang menggoda kita untuk memiliki lebih.

Zaman Kemakmuran 

Mungkin di zaman Yesus banyak hal yang belum ada tetapi peringatan ini menjadi penting. Apalagi kita yang hidup di zaman yang semua serba ada dan perlu. Contoh sederhana mungkin dahulu kebutuhan manusia hanya sandang, pangan dan papan, namun sekarang kita butuh lagi yaitu namanya pulsa. Penambahan kebutuhan hidup semakin tinggi dan kita memerlukan kemakmuran. Rasa kurang menjadi hal dibutuhkan, sehingga kita perlu lebih waspada dari bahaya ketamakan. Kita perlu solusi untuk mencegah sikap dan sifat ini.

Ilustrasi Tentang Ketamakan / Keserakahan 

Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang ketamakan kepada para murid, orang muda dan banyak orang lain disana tentang seorang kaya yang memiliki lahan dan banyak hal. Ia punya hasil pertanian yang berlimpah-limpah. Ada yang menjadi masalah yaitu Ia hanya memikirkan tentang dirinya dan egois. Harapan yang digantung pada hasil pertaniaannya dan harta yang dimilikinya merupakan kebodohan yang luar biasa. Pada bagian ini saya mengambil makna ketamakan lebih dalam yaitu:

  1. Ke-akuan atau keegoisan si orang kaya di tekankan dalam 8x kata aku. Merupakan gambaran keakuan yang akan menonjol dalam sikap ketamakan. Kita menjadikan pusat dari segala sesuatu adalah aku bukan lagi Tuhan dan sesama. Ini menjadi refleksi bagi kita semua. Saya sering membicarakan kepada para mahasiswa masa sekarang ada suatu penyakit yang disebut “aku-isme” semua tentang aku. Punyaku, keluargaku, hobiku, hpku, studiku, dan semua diakhiri tentang aku. Bahaya keakuan bisa mempengaruhi kita. Suatu budaya yang saya banyak belajar yaitu pentingnya keluarga menjadi hal yang penting, tetapi ada masalah ketika itu hanya berbicara tentang keluargaku maka kita lupa bahwa mungkin ada keluarga-keluarga lain yang membutuhkan kasih dan pertolongan dari kita. Bukan saya bicara tidak penting melayani keluarga tetapi jangan berhenti sebatas keluargaku tetapi pikirkan keluarga-keluarga yang membutuhkan kasih kita. 
  2. Kerinduan akan Allah disalurkan ke arah benda-benda yang Allah ciptakan. Bagian ini meyatakan bahwa orang kaya ini lebih menyembah harta daripada Allah. Setiap manusia memiliki kerinduan akan Allah tetapi karena keberdosaan dan kejatuhan manusia mereka mencari Allah kepada benda-benda. Manusia dibutakan sehingga tidak menemukan Allah sesungguhnya. Kerinduaanya bukanlah Allah tetapi berkat-berkat Allah. 
  3. Tindakan pikiran dan cara hidup orang kaya ini dinilai sebagai kebodohan. Jika kita melihat pada Perjanjian lama bahwa kebodohan orang kaya ini bukan masalah IQ yang rendah, Lemot (Lemah otak), Lanang celup (Lambat nangkap, cepat lupa) atau idiot. Dalam Alkitab dinyatakan bahwa kebodohan orang kaya ini mengacu kepada pemberontakan kepada Allah. Mereka bodoh karena tidak mengenal Tuhan dan melawan Allah dengan cara menyembah berkat-berkat Allah. Ini merupakan kekejian bagi Allah. Ketamakan bukan hanya berbicara tentang sikap atau gairah ingin memiliki lebih tetapi ini menjadi suatu symbol atau penyataan bahwa kita melawan Allah. Kita tidak mempercayai Allah dan mengandalkan Allah dalam hidup kita. Sebuah pemberontakan akan pribadi yang berkuasa atas hidup kita. 

Tiga hal ini yang menjadi ilustrasi yang Yesus paparkan kepada para murid dan orang muda yang menginginkan warisan. Yesus melihat bahaya ketamakan membuat kita menjadi seseorang yang melawan Tuhan dan tidak mengandalkan Tuhan. Hal yang ingin dipuaskan adalah “aku” dan kepuasan itu di cari melalui harta, benda dan berkat-berkat Allah. Sikap ini bukan merupakan sikap seorang yang hidup dalam kerajaan Allah. Ia tidak merajakan Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya.

Hal yang bisa kita pelajari dan menjadi inti dari perumpamaan ini adalah bahwa setiap murid Kristus dipanggil untuk menghindari sikap mengumpulkan materi secara egois dan sikap menggunakannya secara tidak bertanggung jawab. Karena Allah akan menuntut pertanggungjawaban penggunaan materi setiap muridnya.

Penampakan keserakahan jangan kita pikir hanya belanja dan budaya konsumtif tetapi dalam bagian ini bisa jadi ketika menjadi hemat dan sangat pelit merupakan penampakan lain dari ketamakan dan keserakahan. Jadi hal yang kita lakukan untuk mencegah atau aktif melawan sifat / sikap ketamakan adalah dengan cara:

  1. Menganggap Belanja sebagai Disiplin Rohani
  2. Lawan panggilan si penggoda dlm iklan yang mudah mempengaruhi 
  3. Patahkan kuasa keserakahan dengan memberi 
  4. Mengembangkan suatu karakter yg lebih banyak memberi ketimbang mengambil (Kemurahan)

Dalam hal kemurahan kita mungkin akan berpikir masalah uang. Kita memberikan kepada orang yang kekurangan, mungkin hal ini tepat tetapi ketika melihat apa yang dipaparkan oleh Thomas Aquinas bahwa dimensi kemurahan atau bersedekah kita bisa lakukan ketika ada yang haus kita beri minum, orang lapar kita beri makanan, dan lain sebagainya.

Melalui interpretasi dari Paul Stevens ada dimensi memberi sedekah yang bisa kita renungkan dan pikirkan dalam dunia kerja kita gumulkan adalah bertujuan untuk melakukan kemurahan dan menangkal bahaya sikap ketamakan (lihat Tabel) Memang ada suatu sisi kelam dan eksploitatif pada semua bisnis modern yang dimuat dalam daftar diatas. Namun demikian, banyak kemurahan telah dikerjakan – dan dijalankan- melalui bisnis dan perusahaan-perusahaan manusia dalam abad kedua puluh satu.

Aquinas juga membahas tujuh perbuatan spiritual untuk memberi sedekah: mengajar yang bodoh, menasehati yang peragu, menghibur yang berduka, menegur yang berdosa, mengampuni cedera-cedera, sabar terhadap mereka yang menyusahkan dan menggangu kita dan berdoa bagi semuanya. Semua ini pembawaan batiniah yang bisa kita adopsi saat kita bekerja dan berelasi dengan kolega-kolega kita setiap hari.

Kita bukan hanya terhindar dari ketamakan tetapi punya kewajiban memerangi ketamakan melalui bekerja dengan visi kemurahan hati. Kita tidak menjadi alumni yang hanya bekerja tetapi alumni yang berbuat sesuatu bagi dunia melalui pekerjaan yang kita geluti.

Penutup 

Mengutip pernyataan Alexander Schmemann: Dosa utama Adam lebih dari sekedar mengunyah buah terlarang: “Dosanya adalah bahwa ia berhenti lapar akan Dia dan Dia saja, berhenti melihat seluruh hidupnya bergantung pada seluruh dunia sebagai suatu sakramen persekutuan dengan Allah. Hati-hati dengan ketamakan akan membuat kita tidak bergantung lagi kepada Allah tetapi membuat kita semakin bergantung pada harta dan benda.

Hal ini bukan berarti kita tidak boleh kaya, tetapi mengutip Tiga Dorongan dalam nasehat Wesley yaitu :
  1. Peroleh sebanyak mungkin 
  2. Tabung sebanyak mungkin 
  3. Beri sebanyak mungkin 
Di mana kita bisa melakukan sesuatu ingat kita tidak boleh melupakan untuk memberi sebanyak mungkin jangan pikir kuantitas tetapi kualitas dalam memberi merupakan sesuatu yang jauh lebih penting. Hiduplah dalam kemurahan hati sehingga kita akan melawan ketamakan.

TYM

No comments: