[Tindakan
Kasih Umat Kerajaan Allah]
(Matius
25:31-46)
Drs.
Tiopan Manihuruk, M. Th
Perumpamaan dalam Mat 25:31-46 adalah
perumpamaan yang mengisahkan mengenai penghakiman. Bicara soal penghakiman,
kita pasti mengetahui bahwa hal ini tidak terlepas dari peristiwa kedatangan
Tuhan Yesus keduakalinya (31). Jika saat itu tiba, maka setiap orang dari
segala bangsa (Yahudi dan Yunani) akan menghadap takhta penghakiman yang
diumpakan seperti seorang gembala yang memisahkan kambing dengan domba (32-33).
Domba di sebelah kanan dan kambing di
sebelah kiri. Perlu kita ketahui bahwa ini adalah perumpamaan atau gambaran.
Bukan hariafiah kanan dan kiri Allah. Yang pasti, Allah tidak punya kanan dan kiri
seperti kita. Dan juga jangan diasosiasikan bahwa yang di kanan itu adalah yang
baik. Sekali lagi, ini adalah gambaran atau perumpamaan.
Jadi, pada masa penghakiman, ketika Yesus
datang kedua kali, setiap orang dari segala bangsa akan menghadap Dia. Dalam
1Tes 4:16-18 dikatakan bahwa ketika penghakiman itu tiba yang pertama kali
dibangkitkan adalah orang mati yang beriman, kemudian orang yang masih hidup
dan beriman, dan ketiga adalah orang yang tidak beriman, baik masih hidup atau
yang sudah mati. Jadi akan ada penghakiman setelah kebangkitan. Dalam Mat
5:31-32 dikatakan, “Apabila Anak Manusia
datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia
akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan
dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada
seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing.” Pemisahan
yang dilakukan dalam penghakiman itu digambarkan dengan seperti gembala
memisahkan domba dari kambing. Domba dan kambing itu adalah hewan yang mirip
tetapi tidak sama. Setelah dipisahkan maka baru mulailah penghakiman.
Ada pernyataan sang Raja kepada mereka yang
disebelah kananNya. Dalam ay 33-34 dikatakan bahwa orang-orang yang disebelah kanan
adalah orang-orang yang diberkati oleh Allah dan akan masuk ke dalam Kerajaan
Kekal. Ada tahta pengadilan dan orang-orang benar di mata Tuhan akan diundang
masuk ke dalam kerajaan Allah, tempat yang ditentukan oleh Allah sebelum dunia
dijadikan. Inilah gambaran penghakiman. Bagaimana pastinya nanti, tidak ada
orang yang tahu. Yang pasti Yesus adalah Hakim dan menghakimi dengan adil.
Tetapi masalah bagaimana caranya tidak ada seorang pun yang tahu.
Tujuan pemisahan adalah untuk menentukan siapa
yang masuk ke dalam Kerajaan kekal dan siapa yang akan dihukum kekal di neraka
(ay. 34, 46). Dasar untuk penghakiman adalah apakah kasih dinyatakan oleh
seseorang bagi umat Allah. Dalam 1Yoh. 3: 14-18 dikatakan, “14
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu
karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di
dalam maut. 15
Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan
kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang
kekal di dalam dirinya. 16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus,
yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib
menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 17 Barangsiapa mempunyai harta
duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya? 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah,
tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.
Hal ini bukan sedang bicara mengenai social gospel, tetapi kasih sebagai
ungkapan iman yang terpancar dari sebuah tindakan sehari-hari. Inilah yang
menjadi salah satu indikator atau syarat dalam penghakiman. Karena itu mari
kita perhatikan betapa pentingnya kepedulian dan tindakan kasih sebagai bagaian
atau pernyataan dari iman bahwa orang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus
dan dasar penghakiman itu adalah apakah umat Allah menyatakan kasih kepada
sesamanya. Dalam 1Yoh 3:14-18 tadi kita melihat bahwa tanda orang sudah
mengenal Tuhan salah satu diindakasikan dengan tindakan kasih menolong sesama.
Barang siapa tidak mengasihi dia tetap di dalam maut. Bukan berarti karena
perbuatan baik maka diselamatkan. Tetapi salah satu indikator utama bahwa orang sudah berpindah dari maut
tidak bisa tidak harus terpancar dari tindakan nyata kepada sesama. Itu
sebabnya ketika pada penghakiman, salah satu dasar penghakiman adalah tindakan
kasih terhadap sesama. Itulah sebabnya Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa
perbuatan adalah mati (Yak 2:16-17). Hal ini dengan pemahaman bahwa ketika ada
seseorang berkata bahwa dia sudah beriman, maka iman itu akan terpancar dari
cara hidup yang benar dan cara hidup yang benar itu terpancar melalui kasih
kepada saudara dan sesama. Kalau tidak mengasihi saudara, kita sedang
menunjukkan bahwa kita sebenarnya masih di dalam maut. Yohanes ingin mengatakan
ketika kita mengaku bahwa kita sudah beriman maka salah satu bukti iman kita adalah
kasih kepada saudara. Ketika hal ini tidak kita tunjukkan dalam hidup
sehari-hari berarti kita masih ada di dalam maut. Maka perintah dalam ay 18 - marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran – adalah
salah satu dasar dalam sebuah penghakiman ketika kita menghadapi tahta
penghakiman Kristus.
Dalam ayat 35-40 sang Hakim berkata, “35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
memberi Aku tumpangan; 36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan,
atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai
orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi
Engkau pakaian? 39
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi
Engkau? 40
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Menarik sekali melihat respon orang-orang benar
itu. Respon mereka adalah satu hal hal yang ingin ditekankan. Iman dan
perbuatan kasih umat kerajaan Allah sangat bertautan satu dengan yang lain. Apa
yang menjadi bukti bahwa kita beriman kepada Kristus adalah tindakan. Bukankah
pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik? (band. Mat 7:15-20). Apa yang
mau dikatakan adalah ketika kita sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah,
maka seharusnyalah hidup kita menunjukkan buah-buah pertobatan sebagai umat
tebusan Allah.
Banyak orang berprinsip bahwa keselamatan
adalah anugerah. Walaupun anugerah, bukan berarti keselamatn itu adalah sesuatu
yang murahan, tetapi sesuatu yang memiliki dampak yang besar dalam hidup orang
percaya. Terkadang ada orang berkata
bahwa keberadaan keselamatan yang adalah anugerah membuat seakan-akan taurat
dibatalkan. Jika kita perhatikan ada banyak orang berkata – tentu saja dengan
pemahaman yang tidak seimbang – bahwa keselamatan yang diterimanya membuat
seakan-akan dirinya lepas dari tanggung jawab dalam emnjalankan hukum
taurat. Hal ini tidak benar. Di dalam
Mat 5:17 Yesus berkata, “Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Dan
dalam ay 20 Yesus melanjutkan, “Maka Aku
berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup
keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Jadi, jika orang Farisi dan ahli Taurat sangat
berjuang agar mereka diselamatkan di mana mereka berjuang untuk taat kepada
tuntutan hukum Taurat tetapi tidak akan pernah mendapatkan keselamatan itu
sendiri. Bukankah seharusnya kita sebagai orang yang sudah diselamatkan dengan
anugerah harus memberikan tuntukan kasih di dalam diri kita yang memproduksi
cara hidup yang jauh lebih baik dari orang Farisi dan ahli Taurat? Perumpamaan
ini ingin menekankan bahwa anugerah yang telah kita nikmati seharusnya memproduksi
hidup yang jauh lebih baik dari orang Farisi dan ahli Taurat yang mengetahu hukum
Taurat itu sendiri. Yesus menekankan sekali betapa pentingnya tindakan kasih
dalam perbuatan. Itulah sebabnya dalam penghakiman tindakan kasih atau perbuatan
iman tidak bisa tidak menjadi sebuah indikator akan penghakiman.
Memang, hal ini juga berbicara soal mahkota
yang tidak dapat layu (1Pet 1:4-5; 1Pet 5). Tetapi yang ditekankan bukan
sebatas mahkota, tetapi pada penghakiman kelak, Tuhan meminta pertangungjawaban
dari apa yang kita lakukan selama kita hidup di dunia ini. Karena itu coba
perhatikan Efesus 2:8-9, “Sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.“ Bagian ini berbicara mengenai keselamatan karena kasih karunia.
Tetapi hal ini tidak berhenti pada titik ini. Dilanjutkan pada ay 10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita
hidup di dalamnya.” Inilah tujuan mengapa kita diselamatkan. Penghakiman
Allah bukan hanya menuntut hanya soal anugerah yang kita nikmati tetapi
pertanggungjawaban dari buah iman yang menyelamatkan kita karena kasih karunia
harus terpancar dan dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya pertanggungjawaban
itu diminta Tuhan Yesus pada hari penghakiman. Tindakan kasih adalah sebagai bukti
dan buah dari iman kepada Kristus yang sudah menyelamatkan kita karena itu
kepedulian dan tindakan sosial merupakan pancaran iman.
Oleh sebab itu apapun yang kita lakukan dalam
hidup kita sebagai orang beriman senantiasa terintegrasi kepada misi Allah
untuk dunia (lih. Luk 4:18-19). Makanya bekerja adalah bagian dari misi.
Profesi yang kita geluti juga adalah bagian dari misi. Menikahpun dilakukan
dalam rangka misi. Hal inilah yang seharusnya kita pahami dengan baik. Misi itu
seperti dua sisi dari mata uang, yang tidak bisa dipisahkan, yaitu deklarasi
(pemberitaan Injil yang verbal) dan demonstrasi (tindakan kasih kepada sesama
manusia). Jangan pernah berpikir bahwa Yesus hanya melakukan deklarasi tanpa
demonstrasi. Ia memberitakan pengampunan dan Kerajaan Allah, tetapi Ia juga
menyembuhkan orang sakit, memberi makan, dan juga menghiburkan orang lain. Demikianlah
juga dnegan kita, dimana tanggung jawab kita deklarasi dan demonstrasi.
Kristus mengatakan dalam perumpamaan ini bahwa standart
penghakiman itu dalam adalah sikap dan tindakan kita kepada orang yang paling
hina yang saya bagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: the last (yang paling
akhir), the list (paling sedikit, rendah, atau hina), dan the
lost (yang terhilang). Tindakan anak-anak Tuhan kepada tiga kelompok (ay
40) inilah salah satu syarat atau dasar penghakiman kita nanti. Karena perlakukan
terhadap saudara yang paling hina ini berarti telah dilakukan juga kepada
Yesus. Sikap dan perlakuan seseorang menunjukkan apakah seseorang sudah
diselamatkan atau belum. Dalam ay 41 dikatakan, “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api
yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Dan
dalam ay 46 dikatakan, “Dan mereka ini
akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang
kekal.”
Hadiah (reward)
dalam Kerajaan Surga diberikan kepada mereka yang melayani tanpa memikirkan
imbalan (ay. 34-40) - ‘bilamanakah’ (ay. 37-39). Menarik sekali mendengar jawaban orang benar
itu di mana mereka bertanya bilamanakah mereka mengerjakannya. Artinya adalah mereka
melakukan sesuatu tidak pernah mengharapkan hadiah atau imbalan dan mereka melakukannya
dengan tulus. Inilah buah iman dan kasih. Ketika kita melakukan sesuatu, jangan
pernah mengingatnya. Sebagai anak-anak Tuhan jangan mengharapkan imbalan apapun
ketika melakukan tindakan kasih tetapi mari senantiasa memberi, memberi dan
memberi. Inilah yang dilakukan oleh orang yang benar. Tidak ada syarat jasa
dalam hal ini, Allah memberikan anugerah-Nya bukan hutang.
Apakah pernyataan sang raja kepada orang
sebelah kirinya (digambarkan sebagai kambing)?. Dienyahkan ke dalam api yang
kekal, yaitu tempat yang sudah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya;
kelompok terkutuk (ay. 41). Alasannya adalah ketidak pedulian sosial mereka
karena tidak beriman (ay. 42-45) – ‘segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku’ (ay. 45). Mereka yang tidak
melakukan perbuatan baik (sebagai buah iman, sebab perbuatan baik tanpa iman
tidak ada artinya) akan masuk ke tempat siksaan kekal. Penekanannya orang benar
(perpaduan iman dan perbuatan kasih) akan masuk ke dalam hidup yang kekal (ay.
46). Karena itu di dalam menyongsong penghakiman (sebelum kita meninggal atau
Tuhan Yesus datang kedua kali) bagaimana kita memancarkan iman kita dan
membuktikan iman kita. Mari memahami hal ini dengan baik. Seringkali orang
sudah menerima anugerah keselamatan tetapi menganggap anugerah itu murahan.
Seringkali orang yang menikmati anugerah Allah yang gratis itu tidak diresponi dengan
cara hidup yang benar. Bagi orang-orang
seperti ini anugerah itu murahan. Tetapi yang benar, walaupun anugerah itu
diberikan cuma-cuma, tetapi harus disertai dengan sebuah pemahaman bahwa
anugerah itu adalah sesuatu yang mahal. Anugerah itu murah bagi kita tetapi
mahal harganya bagi Allah. Anugerah itu murah tetapi tidak murahan.
Sebagai anak-anak kerajaan Allah seharusnyalah
status kita berpadanan dengan tindakan kita. Iman kita itu harus terpancar dari
tindakan kasih kita. Jangan pernah berpikir yang penting selamat dan masuk Surga.
Sangat rendahlah standar iman kita jika bersikap seperti ini. Mari belajar dari
penghakiman ini bahwa akan ada pertanggjungjawabn dari kita semua perihal apa
yang kita kerjakan sebagai bukti buah dari iman. Perumpamaan ini hendak mengatakan
jika kita betul-betul beriman, tidak bisa tidak, iman itu akan terpancar dari
tindakan kita kepada orang yang paling hina (the last, the list, and the lost). Pertanyaan dari minggu yang
lewat siapakah aku bagi orang yang paling hina? Hal ini menentukan standar
penghakiman yang akan kita alami. Bukankah Yesus melakukan hal ini? Dalam Luk
4:18-19 dikatakan, “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang.” Kalau Yesus, Sang Guru dan Hakim, melakukan hal itu,
bukankah standart itu pun adalah hal yang diminta untuk kita
pertanggungjawabkan pada hari penghakiman sebagai umat Kerajaan Allah? Apa yang
kita lakukan bagi the last the list and
the lost itu perlu dipertanggungjawabbkan pada hari penghakiman.
Solideo Gloria!
2 comments:
Bg..
Boleh saran??
Bisaa gak yaa sekali2 di buat PA tentang Tritunggal Allah??
:D
Hai Lefiatina Chateau
Maksudnya topik mengenai doktrin Tritunggal?
Nanti kita masukkan untuk tema tahun depan ya.... :)
Post a Comment