Tuesday, July 22, 2014

Seri Perumpamaan 2014: Perumpamaan Tentang Penghakiman



[Tindakan Kasih Umat Kerajaan Allah]

(Matius 25:31-46)

Drs. Tiopan Manihuruk, M. Th


Perumpamaan dalam Mat 25:31-46 adalah perumpamaan yang mengisahkan mengenai penghakiman. Bicara soal penghakiman, kita pasti mengetahui bahwa hal ini tidak terlepas dari peristiwa kedatangan Tuhan Yesus keduakalinya (31). Jika saat itu tiba, maka setiap orang dari segala bangsa (Yahudi dan Yunani) akan menghadap takhta penghakiman yang diumpakan seperti seorang gembala yang memisahkan kambing dengan domba (32-33). Domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri. Perlu kita ketahui bahwa ini adalah perumpamaan atau gambaran. Bukan hariafiah kanan dan kiri Allah. Yang pasti, Allah tidak punya kanan dan kiri seperti kita. Dan juga jangan diasosiasikan bahwa yang di kanan itu adalah yang baik. Sekali lagi, ini adalah gambaran atau perumpamaan.

Jadi, pada masa penghakiman, ketika Yesus datang kedua kali, setiap orang dari segala bangsa akan menghadap Dia. Dalam 1Tes 4:16-18 dikatakan bahwa ketika penghakiman itu tiba yang pertama kali dibangkitkan adalah orang mati yang beriman, kemudian orang yang masih hidup dan beriman, dan ketiga adalah orang yang tidak beriman, baik masih hidup atau yang sudah mati. Jadi akan ada penghakiman setelah kebangkitan. Dalam Mat 5:31-32 dikatakan, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing.” Pemisahan yang dilakukan dalam penghakiman itu digambarkan dengan seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Domba dan kambing itu adalah hewan yang mirip tetapi tidak sama. Setelah dipisahkan maka baru mulailah penghakiman.

Ada pernyataan sang Raja kepada mereka yang disebelah kananNya. Dalam ay 33-34 dikatakan bahwa orang-orang yang disebelah kanan adalah orang-orang yang diberkati oleh Allah dan akan masuk ke dalam Kerajaan Kekal. Ada tahta pengadilan dan orang-orang benar di mata Tuhan akan diundang masuk ke dalam kerajaan Allah, tempat yang ditentukan oleh Allah sebelum dunia dijadikan. Inilah gambaran penghakiman. Bagaimana pastinya nanti, tidak ada orang yang tahu. Yang pasti Yesus adalah Hakim dan menghakimi dengan adil. Tetapi masalah bagaimana caranya tidak ada seorang pun yang tahu. 

Tujuan pemisahan adalah untuk menentukan siapa yang masuk ke dalam Kerajaan kekal dan siapa yang akan dihukum kekal di neraka (ay. 34, 46). Dasar untuk penghakiman adalah apakah kasih dinyatakan oleh seseorang bagi umat Allah. Dalam 1Yoh. 3: 14-18 dikatakan, 14 Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. 15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. 16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? 18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.
 
Hal ini bukan sedang bicara mengenai social gospel, tetapi kasih sebagai ungkapan iman yang terpancar dari sebuah tindakan sehari-hari. Inilah yang menjadi salah satu indikator atau syarat dalam penghakiman. Karena itu mari kita perhatikan betapa pentingnya kepedulian dan tindakan kasih sebagai bagaian atau pernyataan dari iman bahwa orang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus dan dasar penghakiman itu adalah apakah umat Allah menyatakan kasih kepada sesamanya. Dalam 1Yoh 3:14-18 tadi kita melihat bahwa tanda orang sudah mengenal Tuhan salah satu diindakasikan dengan tindakan kasih menolong sesama. Barang siapa tidak mengasihi dia tetap di dalam maut. Bukan berarti karena perbuatan baik maka diselamatkan. Tetapi salah satu indikator utama bahwa orang sudah berpindah dari maut tidak bisa tidak harus terpancar dari tindakan nyata kepada sesama. Itu sebabnya ketika pada penghakiman, salah satu dasar penghakiman adalah tindakan kasih terhadap sesama. Itulah sebabnya Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:16-17). Hal ini dengan pemahaman bahwa ketika ada seseorang berkata bahwa dia sudah beriman, maka iman itu akan terpancar dari cara hidup yang benar dan cara hidup yang benar itu terpancar melalui kasih kepada saudara dan sesama. Kalau tidak mengasihi saudara, kita sedang menunjukkan bahwa kita sebenarnya masih di dalam maut. Yohanes ingin mengatakan ketika kita mengaku bahwa kita sudah beriman maka salah satu bukti iman kita adalah kasih kepada saudara. Ketika hal ini tidak kita tunjukkan dalam hidup sehari-hari berarti kita masih ada di dalam maut. Maka perintah dalam ay 18 - marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran – adalah salah satu dasar dalam sebuah penghakiman ketika kita menghadapi tahta penghakiman Kristus.

Dalam ayat 35-40 sang Hakim berkata, 35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”

Menarik sekali melihat respon orang-orang benar itu. Respon mereka adalah satu hal hal yang ingin ditekankan. Iman dan perbuatan kasih umat kerajaan Allah sangat bertautan satu dengan yang lain. Apa yang menjadi bukti bahwa kita beriman kepada Kristus adalah tindakan. Bukankah pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik? (band. Mat 7:15-20). Apa yang mau dikatakan adalah ketika kita sudah diselamatkan oleh kasih karunia Allah, maka seharusnyalah hidup kita menunjukkan buah-buah pertobatan sebagai umat tebusan Allah.

Banyak orang berprinsip bahwa keselamatan adalah anugerah. Walaupun anugerah, bukan berarti keselamatn itu adalah sesuatu yang murahan, tetapi sesuatu yang memiliki dampak yang besar dalam hidup orang percaya. Terkadang ada orang berkata bahwa keberadaan keselamatan yang adalah anugerah membuat seakan-akan taurat dibatalkan. Jika kita perhatikan ada banyak orang berkata – tentu saja dengan pemahaman yang tidak seimbang – bahwa keselamatan yang diterimanya membuat seakan-akan dirinya lepas dari tanggung jawab dalam emnjalankan hukum taurat.  Hal ini tidak benar. Di dalam Mat 5:17 Yesus berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Dan dalam ay 20 Yesus melanjutkan, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Jadi, jika orang Farisi dan ahli Taurat sangat berjuang agar mereka diselamatkan di mana mereka berjuang untuk taat kepada tuntutan hukum Taurat tetapi tidak akan pernah mendapatkan keselamatan itu sendiri. Bukankah seharusnya kita sebagai orang yang sudah diselamatkan dengan anugerah harus memberikan tuntukan kasih di dalam diri kita yang memproduksi cara hidup yang jauh lebih baik dari orang Farisi dan ahli Taurat? Perumpamaan ini ingin menekankan bahwa anugerah yang telah kita nikmati seharusnya memproduksi hidup yang jauh lebih baik dari orang Farisi dan ahli Taurat yang mengetahu hukum Taurat itu sendiri. Yesus menekankan sekali betapa pentingnya tindakan kasih dalam perbuatan. Itulah sebabnya dalam penghakiman tindakan kasih atau perbuatan iman tidak bisa tidak menjadi sebuah indikator akan penghakiman.

Memang, hal ini juga berbicara soal mahkota yang tidak dapat layu (1Pet 1:4-5; 1Pet 5). Tetapi yang ditekankan bukan sebatas mahkota, tetapi pada penghakiman kelak, Tuhan meminta pertangungjawaban dari apa yang kita lakukan selama kita hidup di dunia ini. Karena itu coba perhatikan Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.“ Bagian ini berbicara mengenai keselamatan karena kasih karunia. Tetapi hal ini tidak berhenti pada titik ini. Dilanjutkan pada ay 10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Inilah tujuan mengapa kita diselamatkan. Penghakiman Allah bukan hanya menuntut hanya soal anugerah yang kita nikmati tetapi pertanggungjawaban dari buah iman yang menyelamatkan kita karena kasih karunia harus terpancar dan dipertanggungjawabkan. Itulah sebabnya pertanggungjawaban itu diminta Tuhan Yesus pada hari penghakiman. Tindakan kasih adalah sebagai bukti dan buah dari iman kepada Kristus yang sudah menyelamatkan kita karena itu kepedulian dan tindakan sosial merupakan pancaran iman.

Oleh sebab itu apapun yang kita lakukan dalam hidup kita sebagai orang beriman senantiasa terintegrasi kepada misi Allah untuk dunia (lih. Luk 4:18-19). Makanya bekerja adalah bagian dari misi. Profesi yang kita geluti juga adalah bagian dari misi. Menikahpun dilakukan dalam rangka misi. Hal inilah yang seharusnya kita pahami dengan baik. Misi itu seperti dua sisi dari mata uang, yang tidak bisa dipisahkan, yaitu deklarasi (pemberitaan Injil yang verbal) dan demonstrasi (tindakan kasih kepada sesama manusia). Jangan pernah berpikir bahwa Yesus hanya melakukan deklarasi tanpa demonstrasi. Ia memberitakan pengampunan dan Kerajaan Allah, tetapi Ia juga menyembuhkan orang sakit, memberi makan, dan juga menghiburkan orang lain. Demikianlah juga dnegan kita, dimana tanggung jawab kita deklarasi dan demonstrasi.

Kristus mengatakan dalam perumpamaan ini bahwa standart penghakiman itu dalam adalah sikap dan tindakan kita kepada orang yang paling hina yang saya bagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: the last (yang paling akhir), the list (paling sedikit, rendah, atau hina), dan the lost (yang terhilang). Tindakan anak-anak Tuhan kepada tiga kelompok (ay 40) inilah salah satu syarat atau dasar penghakiman kita nanti. Karena perlakukan terhadap saudara yang paling hina ini berarti telah dilakukan juga kepada Yesus. Sikap dan perlakuan seseorang menunjukkan apakah seseorang sudah diselamatkan atau belum. Dalam ay 41 dikatakan, “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Dan dalam ay 46 dikatakan, “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

Hadiah (reward) dalam Kerajaan Surga diberikan kepada mereka yang melayani tanpa memikirkan imbalan (ay. 34-40) - ‘bilamanakah’ (ay. 37-39).  Menarik sekali mendengar jawaban orang benar itu di mana mereka bertanya bilamanakah mereka mengerjakannya. Artinya adalah mereka melakukan sesuatu tidak pernah mengharapkan hadiah atau imbalan dan mereka melakukannya dengan tulus. Inilah buah iman dan kasih. Ketika kita melakukan sesuatu, jangan pernah mengingatnya. Sebagai anak-anak Tuhan jangan mengharapkan imbalan apapun ketika melakukan tindakan kasih tetapi mari senantiasa memberi, memberi dan memberi. Inilah yang dilakukan oleh orang yang benar. Tidak ada syarat jasa dalam hal ini, Allah memberikan anugerah-Nya bukan hutang.

Apakah pernyataan sang raja kepada orang sebelah kirinya (digambarkan sebagai kambing)?. Dienyahkan ke dalam api yang kekal, yaitu tempat yang sudah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya; kelompok terkutuk (ay. 41). Alasannya adalah ketidak pedulian sosial mereka karena tidak beriman (ay. 42-45) – ‘segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku’ (ay. 45). Mereka yang tidak melakukan perbuatan baik (sebagai buah iman, sebab perbuatan baik tanpa iman tidak ada artinya) akan masuk ke tempat siksaan kekal. Penekanannya orang benar (perpaduan iman dan perbuatan kasih) akan masuk ke dalam hidup yang kekal (ay. 46). Karena itu di dalam menyongsong penghakiman (sebelum kita meninggal atau Tuhan Yesus datang kedua kali) bagaimana kita memancarkan iman kita dan membuktikan iman kita. Mari memahami hal ini dengan baik. Seringkali orang sudah menerima anugerah keselamatan tetapi menganggap anugerah itu murahan. Seringkali orang yang menikmati anugerah Allah yang gratis itu tidak diresponi dengan cara hidup yang benar.  Bagi orang-orang seperti ini anugerah itu murahan. Tetapi yang benar, walaupun anugerah itu diberikan cuma-cuma, tetapi harus disertai dengan sebuah pemahaman bahwa anugerah itu adalah sesuatu yang mahal. Anugerah itu murah bagi kita tetapi mahal harganya bagi Allah. Anugerah itu murah tetapi tidak murahan. 

Sebagai anak-anak kerajaan Allah seharusnyalah status kita berpadanan dengan tindakan kita. Iman kita itu harus terpancar dari tindakan kasih kita. Jangan pernah berpikir yang penting selamat dan masuk Surga. Sangat rendahlah standar iman kita jika bersikap seperti ini. Mari belajar dari penghakiman ini bahwa akan ada pertanggjungjawabn dari kita semua perihal apa yang kita kerjakan sebagai bukti buah dari iman. Perumpamaan ini hendak mengatakan jika kita betul-betul beriman, tidak bisa tidak, iman itu akan terpancar dari tindakan kita kepada orang yang paling hina (the last, the list, and the lost). Pertanyaan dari minggu yang lewat siapakah aku bagi orang yang paling hina? Hal ini menentukan standar penghakiman yang akan kita alami. Bukankah Yesus melakukan hal ini? Dalam Luk 4:18-19 dikatakan, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kalau Yesus, Sang Guru dan Hakim, melakukan hal itu, bukankah standart itu pun adalah hal yang diminta untuk kita pertanggungjawabkan pada hari penghakiman sebagai umat Kerajaan Allah? Apa yang kita lakukan bagi the last the list and the lost itu perlu dipertanggungjawabbkan pada hari penghakiman.

Solideo Gloria!

2 comments:

Unknown said...

Bg..
Boleh saran??

Bisaa gak yaa sekali2 di buat PA tentang Tritunggal Allah??
:D

Mimbar Bina Alumni said...

Hai Lefiatina Chateau

Maksudnya topik mengenai doktrin Tritunggal?

Nanti kita masukkan untuk tema tahun depan ya.... :)