Pelayanan, Pekerjaan, dan Keluarga
Ir.
Simon Dertha Tarigan
[Kotbah ini merupakan bagian ke 2 dari Seri KEPEMIMPINAN yang dibawakan dalam ibadah Mimbar Bina Alumni 17 Mei 2013]
Hari ini kita akan memasuki seri kedua mengenai
leadership dan kali ini kita akan
berbicara mengenai tanggung jawab (Pelayanan, Pekerjaan, dan Keluarga).
Tanggung jawab berarti ada satu tugas atau panggilan yang merupakan kewajiban
yang harus kita kerjakan. Berbicara soal area pekerjaan, pelayanan, dan
keluarga, maka langkah pertama yang harus kita pahami dan yakini adalah apa
yang dikatakan firman Tuhan kepada kita tentang ketiga hal ini? Sebagai orang
yang percaya kepada Kristus seharusnyalah seluruh kebenaran dan perintah
ataupun kehendak Allah yang dinyatakan dalam firmanNya tentulah adalah hal yang
harus kita kerjakan.
Ada tiga panggilan bagi orang yang percaya.
Panggilan yang pertama adalah panggilan untuk melayani. Dalam
Ef 2:10 dikatakan, “Karena kita ini
buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Mari melihat kepada frase ‘yang
persiapkan Allah sebelumnya’. Ketika saya merenungkan bagian ini, saya
menyadari dan diingatkan kembali bahwa ketika Tuhan menciptakan saya kembali
menjadi ciptaan baru adalah untuk melakukan pekerjaan baik yang sebelumnya telah
dipersiapkan Allah. Artinya adalah bahwa sebelum kita diselamatkan oleh darah
Kristus, Allah telah memilih dan mempersiapkan bagi kita suatu pekerjaan atau
tanggungjawab. Ketika kita belum dilahirkan kembali kita tidak bisa melihat apa
pekerjaan yang tekah dipersiapkan oleh Tuhan, bahkan mungkin kita menolak
terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang telah dipersiapkan oleh Allah. Kita
diselamatkan bukan untuk menjadi bebas tanpa tujuan atau bebas untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan kehendak kita. Firman Tuhan mengatakan bahwa kita
diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan oleh Allah sebelumnya.
Hal ini mengingatkan kita bahwa kita mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan Tuhan dalam hidup kita.
Dalam 1Pet 2:9 dikatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Secara pribadi saya selalu
dikuatkan ketika membaca ayat ini. Ayat ini mengingatkan saya bahwa Allah
menciptakan saya untuk melakukan pekerjaanNya yang besar. Oleh karena itu
ketika kita sebagai alumni yang sudah mengaku percaya kepada Yesus, tetapi
tidak memiliki pemikiran bahwa Allah memiliki rencana yang besar dalam hidup
kita, berarti kita telah salah memahami panggilan Tuhan. Firman Tuhan
mengatakan bahwa kita dipanggil oleh Allah dalam suatu rencana yang besar untuk
menceritakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib. Tuhan tidak memanggil kita
untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan-pekerjaan yang kecil. Saya selalu
mengatakan kepada mahasiswa saya di jurusan Teknik Sipil demikian, “Jika engkau menjadi sarjana tekni sipil hanya
untuk mengawasi pekerjaan-pekerjaan kecil itu bukan maksud dari Allah dalam
hidup mu.” Saya yakin Allah memilih saudara dan saya bukan untuk melakukan
hal-hal yang kecil. Tanggungjawab pelayanan adalah tanggungjawab yang besar yang
diberikan oleh Tuhan kepada kita. Allah yang besar tidak mungkin memberikan
pekerjaan yang kecil. Apapun yang dipikirkan dan dipersiapkan Allah bagi kita
adalah hal-hal yang besar. Itulah sebabnya dalam setiap pekerjaan kita harus
bertanya kepada Tuhan apakah yang sedang kita kerjakan adalah bagian yang
sesungguhnya yang Tuhan panggil untuk kita kerjakan.
Dalam keletihan dalam dunia pekerjaan saya
selalu dikuatkan melalui 1Pet 2:9 tadi. Saya mengganti beberapa kata dengan
profesi saya. “Tetapi kamulah engineer yang terpilih, imamat yang rajani, engineer yang kudus, engineer kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib.” Memahami hal ini membuat saya menyadari bahwa saya
adalah seorang Teknil Sipil yang tidak biasa dan ahli kontruksi yang tidak
sembarangan karena saya dipilih oleh Alah untuk pekerjaan Tuhan untuk menceritakan
perbuatan Tuhan yang besar melalui kompetensi yang saya miliki. Oleh sebab
itulah saya memahami mengapa jumlah tidak selalu menentukan kekuatan atau
kedasyatan. Alkitab mencatat bahwa
pribadi-pribadi yang menyadari bahwa mereka dipanggil oleh Allah untuk pekerjaan yang besar untuk
muncul ke permukaan menjadi tokoh-tokoh besar.
Tanggungjawab pelayanan yang diberikan Allah kepada
kita adalah tanggungjawab yang besar. Jika firman Tuhan sudah memanggil kita
untuk masuk dalam pelayanan dan mengerjakan pekerjaan Tuhan yang luar biasa
itu, maka disitulah lahir satu tanggung jawab. Pertanyaannya adalah apakah kita
mau merespon tanggungjawab yang diberikan oleh Allah? Bagaimana cara kita merespon
tanggungjawab tersebut?
Panggilan kedua adalah
panggilan untuk bekerja. Terkadang kita tanpa sadar bekerja
sepanjang hari dan kita merasa ketika selesai bekerja beban kita lepas dan kita
menjadi orang yang bahagia. Bagi kebanyakan orang bekerja merupakan penderitaan
yang menyaitkan sehingga setiap hari tidak sabar menantikan jam untuk pulang
dari tempat pekerjaan. Ini adalah pandangan yang salah karena dalam perspektif
Alkitab pekerjaan tidaklah demikian. Pekerjaan
itu harus membawa kebahagiaan bagi orang percaya. Jika dalam satu kantor orang
percaya pun mempunyai raut wajah yang lesu dan tidak bersemangat dan tidak
memiliki kekuatan untuk menunjukkan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang baik,
bagaimana dengan mereka yang belum percaya? Tanpa kita sadari kita sering mengeluh tentang
pekerjaan kita, tentang boss kita atau tentang hal yang lain. Hampir sebagian
besar kegiatan kantor diwarnai dengan keluhan-keluhan, baik dalam hati maupun
yang tampak. Hal ini bukanlah sesuatu yang baik.
Dalam Kej 1:28 dikatakan, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi." Kata ‘taklukkan’ berarti harus ada kemampuan, kompetensi,
keahlian, atau inovasi untuk mampu menaklukkan dan menguasai sesuatu. Dan tentu
saja hal ini bukalah sesuatu yang gampang untuk dilakukan. Saya memahami dan
percaya bahwa Allah juga memanggil kita melalui profesi kita. Kita harus
bertanggung jawab untuk menaklukkan dan mengusai ciptaan yang telah
dipercayakan oleh Allah kepada kita. Dan untuk melakukan hal itu kita harus memiliki
kompetensi. Itulah sebabnya jangan bermain-main ketika kuliah karena itu adalah
masa belajar. Tanggungjawab kita adalah bekerja (lihat Kej 2:15).
Dalam 1Tim 5:8 dikatakan, “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya,
apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
beriman.” Bekerja dalam perspektif Alkitab bukan sekedar membuat kita
memiliki penghasilan yang lebih besar, meningkatkan taraf hidup atau
mengembangkan diri. Tetapi ada tanggung jawab di mana pekerjaan membuat kita
mampu menolong keluarga kita atau orang lain yang tidak mampu melakukan seperti
yang kita lakukan. Hal inilah yang sering diabaikan orang percaya. Sering
sekali karena terlalu fokusnya terhadap pekerjaan orang percaya mengabaikan hal
ini dan selalu fokus kepada diri sendiri. Kita bekerja untuk bisa memberi
kepada saudara-saudara kita. Kita bekerja untuk bisa membantu kesejahteraan
keluarga kita. Bekerja itu adalah tanggungjawab dari Tuhan bukan pilihan. Dalam
Pengkotbah 3:22 dikatakan, “Aku melihat
bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam
pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan
kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?” Bekerja dalam persepketif
yang diinginkan oleh Allah adalah menghasilkan pekerja-pekerja yang bahagia yang
wajahnya memancarkan sukacita. Pekerja yang ketika menghadapi tantangan tidak
putus asa tetapi memberikan harapan-harapan bagi teamwork atau siapa saja yang ada di sekelilingnya. Ketika firman Tuhan mengatakan hal ini dan kita
melakukannya dengan ketaatan dalam hidup kita, maka saya berkeyakinan dampaknya
akan luar biasa. Apapun yang dikatakan
Tuhan tentang pekerjaan, ketika saya taat kepadanya dan melakukan dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan caraNya, maka dampaknya akan besar. Yang
memberikan dampak adalah Tuhan, bukan kita. Bagian kita adalah melakukan
pekerjaan ini dan mempersiapkan diri dengan benar dan yang memberikan efeknya
adalah Allah. Itulah sebabnya saya tidak pernah merasa pekerjaan saya terlalu
kecil atau terlalu besar. Walaupun sepertinya tidak memberikan dampak dalam
jangka pendek saya percaya itu adalah benih-benih yang ditanam yang pada
saatnya akan dibuat Tuhan berbuah.
Panggilan yang ketiga
panggilan untuk membentuk keluarga. Jika kita membaca Kej 1:28 dan Kej 2:24 kita
melihat bahwa Allah juga memanggil kita untuk membentuk keluarga. Sebuah
keluarga yang kudus dan erat yang tidak gampang digoyahkan atau dipecahkan. Keluarga
yang di dalamnya dilakukan hal-hal yang kekal, kokoh, independen dan penuh
dengan tanggung jawab di mana agar melalui keluarga ini nama Tuhan
dipermuliakan dan dikasihi dengan segenap hati dan jiwa kita.
Melalui keluarga juga Tuhan ingin mendapatkan
gambaran bahwa semua karakter-karakter yang diinginkan Allah tergambar dengan
baik melalui keluarga. Melalui keluarga Tuhan menginginkan manusia mendidik
anak-anak agar mereka kelak menjadi generasi yang akan dipakai Tuhan untuk kemuliaan
bagi nama Tuhan (lih. Ulangan 11:19).
Jadi sebagai alumni yang sudah menyerahkan
hidup kepada Kristus, ada tiga tanggung jawab kita, yaitu: melayani Allah, melakukan
pekerjaan, dan membentuk keluarga.
Selain melakukannya kita juga harus menjalankan
ketiga area ini dengan baik. Ada tiga pribadi penting yang bisa membuat
tanggungjawab ini berjalan dengan baik, yaitu: Allah, suami, dan isteri. Tiga pribadi ini adalah pribadi penting
untuk berbicara soal bagaimana nanti keluarga melakukan pelayanan, pekerjaan,
dan pelayanan terhadap keluarganya sendiri. Jika tiga pribadi itu sudah memiliki relasi yang baik maka semua
tanggungjawab-tanggungjawab tadi, termasuk keseimbangan yang diharapkan di
dalam tiga panggilan tadi mnjadi sesuatu yang lebih mudah dikerjakan. Dalam
tiga pribadi itu kita harus menyadari bahwa Allahlah pribadi yang terutama. Semua yang menjadi dasarnya adalah
keinginan dan kehendak Alah. Kalau seorang isteri sudah meyakini bahwa menjadikan
kehendak Allah adalah yang terutama, dan demikian juga dengan suami, maka semua
pekerjaan, pelayanan, dan keluarga akan lebih gampang untuk dikerjakan. Keluarga
kita akan menjadi keluarga yang kuat apabila suami dan isteri dan Allah ada
dalam relasi yang baik.
Persoalan selalu muncul jika relasi suami,
isteri dan Tuhan tidak dalam kondisi yang baik. Pergumulan yang sering terjadi
adalah bagaimana agar pasangan suami isteri tidak bertengkar. Focus mereka
adalah bagaimana agar masing-masing saling memahami. Dan karena terlalu focus
pada hal-hal ini mereka melupakan pelayanan mereka. Jika hal ini terjadi, pernikahan
adalah sesuatu yang menyedihkan. Tuhan tidak menciptakan pernikahan menjadi
sesuatu yang menyedihkan karena pernikahan adalah inisiatif Tuhan. bagaimana
agar pernikahan itu berjalan sesuai dengan kehendak Allah adalah ketika tiga
pribadi tadi – suami, isteri, dan Allah – ada dalam relasi yang baik. Itulah sebabnya sangat penting sekali mencari
pasangan hidup yang sepadan dan mencintai Tuhan. Pasangan yang seimbang akan
menolong dan mengoptimalkan semua tanggung jawab baik dalam pekerjaan pelayanan
atau dalam keluarga sendiri.
Mencari pasangan yang seimbang adalah sesuatu
yang sangat penting. Hal ini tidak bisa dikompromikan. Adalah sesuatu yang
sangat berbahaya jika kita lentur dalam hal-hal ini (Dan sangat disayangkan
banyak anak-anak Tuhan lentur dalam hal ini). Jika kita memang merindukan
keluarga yang di dalamnya kita menikmati damai dan sukacita maka ini adalah
syarat yang penting, yaitu mencintai Tuhan. Relasi dengan pasangan terjadi
pasti akan memengaruhi pelayanan. Relasi Allah terhadap suami yang baik dan
relasi Allah dengan Isteri yang juga baik akan menghasilkan realsi suami isteri
yang baik juga.
Yang paling penting adalah bagimana ketika hal ini
sudah tercapai, bagaimana kita menempatkan diri. Mari kembali melihat area
pekerjaan. Ingat, bekerja adalah bagaimana membuat susuatu yang tidak teratur
menjadi teratur, yang kosong menjadi indah. Ini yang dilakukan Allah ketika
bekerja. Oleh karena itu ketika kita sudah tahu tanggung jawab kita bahwa kita harus
bekerja maka kita harus harus hadir dalam dunia kerja untuk mendatangkan
kebaikan. Kehadiran kita dalam dunia kerja membuat situasi yang begitu rumit
menjadi lebih baik. Penting sekali kita menyadari bahwa kehadiran kita dalam
profesi bukan sekedar menghasilkan uang atau mengembangkan diri, tetapi membawa
perubahan ke arah yang lebih baik atau membawa shalom dan sukacita. Pekerjaan
bukan sekedar rutinitas tetapi ada target seperti yang Allah inginkan dalam
hidup kita. Jadi mari kita mempersiapkan diri.
Sering dalam dunia kerja kita menemukan ada
alumni yang satu dua minggu kerja sudah frustrasi dan minta keluar dan mencari
pekerjaan lain dengan berbagai alasan. Ingat kita dipanggil untuk bekerja dan
oleh sebab itu kita harus memberikan yang terbaik untuk pekerjaan itu. Bekerja
dengan baik dan memberikan dampak sangat erat hubungannya dengan kompetensi
yang anda miliki. Saya percaya, ketika kita bekerja dalam satu perusahaan dan
kita meyakini itu adalah yang Tuhan inginkan pasti ada dampak di perusahaan
tersebut. Pasti ada sesuatu yang akan terjadi dalam pekerjaan tersebut yang
bisa memengaruhi perusaahaan atau teman-teman kerja kita. Ketika kita menyadari
bahwa ketika Allah memberikan pekerjaan kepada kita kita menyadari bahwa ada
misi Tuhan di situ. Jadi, kita tidak
perlu takut untuk mengatakan tidak terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan
firman Tuhan. Kita tidak boleh ikut dengan system yang salah. Benar, ini adalah
sebuah pergumulan. Tetapi ini adalah panggilan bagi kita untuk berkarya bagiNya
dan menyatalan shalomNya. Sesuatu yang sangat menyedihkan kalau kita berkata
bahwa kita tidak melakukan apa-apa karena sistem sudah seperti itu. Kalau bukan
kita siapa lagi yang akan melakukannya? Sebagai alumni Kristen kita harus menyadari
bahwa panggilan dalam dunia kerja harus menyadarkan kita bahwa kita dipilih
untuk pekerjaan di mana orang lain tidak bisa lakukan. Inilah panggilan kita
pada jaman ini dalam dunia kerja. Menjadi seorang pemimpin yang mampu membawa
tim kerja ke arah yang lebih baik.
Bagaimana dalam pelayanan? Ketika saya menyadari
bahwa pelayanan itu adalah hal yang penting maka di tengah berbagai kesibukan apapun
pelayanan itu harus tetap dikerjakan (apakah di ikatan alumni atau gereja).
Sangat penting kita menjadi pemimpin dalam pelayanan. Salah satu bidang
pelayanan yang membutuhkan alumni adalah gereja. Mari menolong gereja agar
senantiasa hidup dalam firman Tuhan dan menjadi gereja yang memberitakan Injil
Kerajaan Allah. Ini adalah saatnya bagi kita untuk memberikan hidup kita bagi
pelayanan di gereja agar gereja tersebut dapat menjadi berkat bagi sesama. Sangat
menyedihkan jika banyak alumni yang tidak mau kembali untuk membangun gereja
atau ke gereja hanya mencari nama. Mari masuk ke dalam struktur dalam
kepengurusan gereja (menjadi sintua atau diaken) sehinga kita bisa memengaruhi
setiap kebijakan dalam gereja itu. Inilah tanggungjawab kita. Mungkin di awal
apa yang kita kerjakan sepertinya tidak berguna, tapi jika yang kita kerjakan
adalah kehendak Tuhan maka apa yang kita lakukan tidak akan sia-sia. Saya tidak
tahu kita pelayanan dimana. Tetapi sebagai alumni Kristen kita harus terlibat
dalam pelayanan.
Hal yang perlu kita perhatikan berikutnya
adalah keseimbangan. Hal ini bukan masalah berapa jam waktu pelayan, bekerja,
atau keluarga. Tetapi pentingnya suami isteri tadi mendiskusikan dan menetapkan
target-target apa yang harus dilakukan. Ingat, tadi ada segitiga antara suami,
isteri, dan Allah, maka keputusan-keputusan yang penting bukanlah menjadi
pergumulan yang terlalu sulit. Persoalan yang mungkin terjadi adalah hal-hal yang
tidak prinsipil, seperti lupa menelepon dan sebagainya. Tetapi memutuskan pekerjaan
apa atau pelayanan apa tidak menjadi keputusan yang sulit jika relasi dalam
segitiga tadi berjalan dengan baik. Mari mencari pasangan yang sepadan maka
wilayah perdebatan itu akan berbeda. Kita tidak akan berdebat kenapa kita melayani
di sini atau di sana, mengapa bekerja di sini atau di sana. Kalaupun ada
diskusi atau perdebatan adalah dalam hal-hal yang tidak prinsipil.
Kita harus aktif dalam tiga area ini karena kita
menyadari tiga area ini adalah panggilan kita. Kita harus menyadari bahwa pelayanan,
pekerjaan, dan keluarga adalah tugas yang diberikan Allah kepada kita.
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment