Ir. Surya Sembiring
[Kotbah ini merupakan Kotbah MBA dengan Seri KEPEMIMPINAN bgn 01, yang dibawakan pada MBA 3 Mei 2013]
Kita akan belajar satu topik mengenai
kepemimpinan dalam hal life style
(gaya hidup). Mari membuka dari Rom 12:1-2, “Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.” Ketika berbicara mengenai gaya hidup maka
satu pertanyaan yang muncul adalah apa itu yang dimaksud dengan gaya hidup?
Dalam kamus Oxford dikatakan bahwa gaya hidup adalah pola tingkah laku
sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat. Jika kita tarik dalam konteks
kita, anak-anak Tuhan yang sudah mengaku sudah ditebus, hal ini bisa berarti adanya
satu perubahan yang diminta dalam hidup orang percaya. Paulus, dalam
surat-suratnya, sangat menekankan hal ini. Dalam Galatia dia berkata bahwa
hidupnya bukannya dia lagi, tapi Yesus yang ada di dalam dirinya ( Gal 2:20);
mengenakan manusia baru dan membuang dusta (Ef 4:24-25). Dalam Kol 2:7
dikatakan, “Hendaklah kamu berakar di
dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman
yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”
Dan dalam Roma bagaimana kita diminta untuk tidak sama dengan dunia ini (Rom
12:2). Jadi, ada satu perubahan yang diminta kepada kita sebagai orang-orang
percaya.
Bagaimana pola hidup anak Tuhan pada zaman
sekarang ini? Pengikut Tuhan berarti mengikut Dia dalam segenap hidup kita dalam seluruh keseharian
diri seutuhnya. Tidak ada pengkotak-kotakan. Bicara soal gaya hidup, salah satu
hal yang perlu diputuskan dan mengambil sikap dengan tegas sebagai orang
percaya adalah dalam menilai dan menempatkan harta dalam perspektif Tuhan.
artinya adalah bahwa pengikut Yesus harus memiliki sikap dan perilaku yang
konsisten antara status sebagai warga Kerajaan Allah dengan sikap yang
menyangkut wilayah harta benda. Apa yang menjadi standar kita tentu saja firman
Tuhan. Segala sesuatu harus kita ukur dan bangun di atas dasar firman Tuhan.
Tentu saja pandangan ini bukanlah pandangan yang pupoler. Tapi hal inilah yang
harus kita miliki bahwa semua aspek kehidupan kita harus di dasarkan pada
firman Tuhan.
Dalam Mat 6:19-24 dikisahkan mengenai
mengumpulkan harta. Kalau kita mempelajari bagian ini, khususnya ay 19-20 ada
satu hal yang kita dapatkan bahwa Tuhan tidak menganggap harta sebagai sesuatu
yang jahat atau salah. Yang menjadi larangan Tuhan adalah dalam konteks
mengumpulkan harta. Mengapa hal ini dilarang Tuhan? Karena tindakan mengumpulkan harta adalah tindakan yang berakar dari
kesalahan menilai dari hakikat harta itu sendiri. Ketika seorang
mengumpulkan harta itu berarti dia meletakkan pengharapannya kepada harta itu
sendiri. Tindakan mengumpulkan harta akan memengaruhi kehidupan kita sebagai orang
yang percaya.
Sebagai anak-anak Tuhan kita hidup dalam
masyarakat dan dunia. Bagaimana kita hidup dan bagaimana sebenarnya kita hidup
adalah dua hal yang penting untuk kita renungkan karena kedua hal ini berkaitan
dengan gaya hidup. Kedua hal ini sangat penting karena kita hidup dalam dunia
yang menawarkan banyak sekali pilihan-pilihan dan kemudahan dalam banyak hal.
Orang-orang berkata bahwa dari gaya hidupnya kita bisa tahu siapa dia. Nah,
bagaimana hidup anak-anak Tuhan di tengah dunia sekarang ini?
Zaman sekarang ini filsafah hidup materialistic
meningkat dengan luar biasa di mana paham ini mengatakan bahwa materi adalah
segala-galanya. Sehingga ada prinsip bahwa ‘saya adalah apa yang saya miliki
(baik itu rumah, mobil, handphone,
dll)’. Dengan kata lain jati diri seseorang itu ditentukan oleh apa yang dia
miliki. Jika kita sebagai anak-anak Tuhan ditanya, apakah jati diri kita
tergantung dengan apa yang kita miliki? Sebenarnya apa yang terjadi dalam
materialism era modern yang menyangkut keserakahan, ketidakpedulian sosial,
kemewahan yang sia-sia juga sudah terjadi dan dialami oleh orang-orang Roma
pada zaman Paulus. pada masa itu kota Roma merupakan satu kota termaju melebihi
kota-kota lain. Dalam kondisi seperti inilah rasul Paulus menasihati
orang-orang percaya, yang tinggal di kota Roma itu, untuk hidup sesuai dengan
firman Tuhan.
Banyak orang lebih percaya diri ketika gaya
hidupnya mengikuti arus dunia yang ada. Dia akan percaya diri ketika memakai
pakaian yang bermerk. Dia akan semakin percaya diri jika memakai handphone yang supercanggih. hal-hal
seperti ini harus kita waspadai. Karena kita sebagai anak-anak Tuhan juga tanpa
sadar bisa dipengaruhi oleh gaya hidup materialism. Bagaimana pengaruh gaya
hidup dunia bisa menyelinap dalam gaya hidup orang percaya? Materialis muncul
dalam sikap yang diinginkan dari hidup yang perlahan meningkat yang menuntut
dan mengikat diri kita. Hal paling sering dan paling utama yang membuat anak Tuhan
masuk tanpa sadar dalam gaya hidup materialism adalah meningkatnya karir yang
berdampak kepada meningkatnya pendapatan. Ketika memiliki pendapatan yang lebih
banyak timbullah keinginan untuk memiliki benda-benda yang lebih mewah dan hal
ini didukung dengan maraknya iklan yang muncul melalui televisi. Jadi, ada korelasi antara kemajuan karir dan
meningkatnya pendapatan dengan mulai tergerusnya anak Tuhan dalam materialism
jika anak Tuhan tersebut tidak berjaga-jaga (band Amsal 4:23). Ketika
penghasilan masih rendah lebih banyak dialokasikan kepada kebutuhan pangan,
tetapi ketika pendapatan semakin besar maka alokasi pendapatan mulai bergeser
kepasa hal-hal yang sekunder dan yang lain. Sebuah refleksi bagi kita adalah
apakah ketika penghasilan kita meningkat kita bisa tetap memiliki gaya hidup
seperti ketika penghasilan kita masih kecil? Apakah ketika penghasilan kita
kecil kita bisa hidup sederhana dan mensyukuri hal tersebut? Mari menyadari dan
waspada bahwa gaya hidup dunia ini dengan pastinya dan perlahan-lahan
mendatangi hidup kita.
Salah satu gaya hidup dari seorang anak Tuhan
adalah gaya hidup yang sederhana. Mungkin kita memiliki kakak alumni yang
sekarang gajinya tinggi, tetapi kita masih nyaman berkomunikasi dengan dia
karena dia tidak berubah sama sekali.
Salah satu indikator apakah seseorang tetap memiliki gaya hidup sebagai
anak-anak Tuhan, bagaimana pun statusnya, berapa besarpun gajinya, adalah kita merasa
tetap nyaman berkomunikasi dengan dia. Kehidupannya masih tetap sama dengan
kehidupan ketika dia masih seorang mahasiswa. Fasilitas dan gaji tidak membuat
dia berubah. Gaya hidup sederhana harus menjadi pilihan anak-anak Tuhan. Dalam
mat 6:21 dikatakan, “Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk
memiliki gaya hidup sederhana, yaitu:
Pertama, belilah barang dengan tujuan yang
jelas bukan karena prestise. Hal ini tidak mudah apalagi ketika pendapatan kita
sudah bertambah sehingga permintaan dan tuntutan semakin banyak. Mari melihat
kebutuhan dari apa yang akan kita beli. Mari meminta hikmat dari Tuhan untuk
apapun yang kita beli.
Kedua, menolak hal-hal yang menyebabkan
kecanduan atau keterikatan. Salah satu caranya adalah dengan membangun
kebiasaan memberi barang-barang kepada oprang lain. Firman Tuhan berkata bahwa
adalah lebih bahagia memberi daripada menerima. Jangan pernah percaya dengan
pernyataan bahwa kita akan lebih bahagia jika kita lebih memiliki banyak harta.
Kebahagiaan bukan ditentukan oleh tampilan kita, tetapi karena kedekatan dan
ketaatan kita di atas dasar firman Tuhan.
Ketiga, mari belajar untuk tidak percaya
sepenuhnya kepada iklan. Dengan kata lain jangan menjadi korban iklan. Dalam
kondisi pulang kerja, dan kondisi tubuh yang lelah, maka ketika menonton iklan kita
tidak kritis lagi dan gampang dipengaruhi. Hal ini juga termasuk nasihat untuk
hati-hati terhadap propaganda credit card, beli sekarang bayar kemudian. Tuhan
Yesus berkata dalam Luk 10:41, “Tetapi
Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri
dengan banyak perkara,”. Mari memilih apa yang terbaik, yang paling utama.
Mari belajar untuk berkata cukup, belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada
pada kita (band Fil 4:11-13). Harta tidak akan pernah memuaskan kita, tetapi
kedekatan dengan Tuhanlah yang bisa memuaskan jiwa kita.
Mari belajar mengucap syukur dengan apa yang
ada pada kita karena hidup adalah anugerah. Kita harus bersyukur dengan keadaan
kita sekarang ini. Bersyukur adalah kunci untuk bisa tetapi memilih gaya
hidup yang sederhana. Mari belajar menghitung berkat Tuhan dalam kehidupan kita
sehingga sukacita itu mengalir dalam diri kita meski fasilitas yang kita punya
tidak semewah orang miliki. Dalam konteks kecukupan mari kita belajar supaya
kita tidak menginginkan lebih dari yang telah kita miliki. Mari bersyukur dengan
apa yang kita miliki dan berkata cukup. Diri kita bukan diukur dari apa yang
kita memiliki tetapi sejauh mana kita tetap berdiri di atas firman Tuhan.
Berapa banyak anak Tuhan karena pengaruh dunia
ini dia akhirnya meninggalkan pelayanan. Tujuan hidup yang sudah tergerus dunia
ini membuat anak Tuhan mengasihi dunia ini lebih dari Tuhan. Memilik harta
tidak salah, tetapi nilai hidup kita dalam kebenaran firman Tuhan. Inilah hal
yang paling terutama. Gaya hidup seorang anak Tuhan adalah gaya hidup yang
sederhana. Bagamana dengan kehidupan kita sekarang ini?
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment