Friday, July 25, 2014

Life Style


Ir. Surya Sembiring

[Kotbah ini merupakan Kotbah MBA dengan Seri KEPEMIMPINAN bgn 01, yang dibawakan pada MBA 3 Mei 2013]
 

Kita akan belajar satu topik mengenai kepemimpinan dalam hal life style (gaya hidup). Mari membuka dari Rom 12:1-2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Ketika berbicara mengenai gaya hidup maka satu pertanyaan yang muncul adalah apa itu yang dimaksud dengan gaya hidup? Dalam kamus Oxford dikatakan bahwa gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat. Jika kita tarik dalam konteks kita, anak-anak Tuhan yang sudah mengaku sudah ditebus, hal ini bisa berarti adanya satu perubahan yang diminta dalam hidup orang percaya. Paulus, dalam surat-suratnya, sangat menekankan hal ini. Dalam Galatia dia berkata bahwa hidupnya bukannya dia lagi, tapi Yesus yang ada di dalam dirinya ( Gal 2:20); mengenakan manusia baru dan membuang dusta (Ef 4:24-25). Dalam Kol 2:7 dikatakan, “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Dan dalam Roma bagaimana kita diminta untuk tidak sama dengan dunia ini (Rom 12:2). Jadi, ada satu perubahan yang diminta kepada kita sebagai orang-orang percaya. 

Bagaimana pola hidup anak Tuhan pada zaman sekarang ini? Pengikut Tuhan berarti mengikut Dia  dalam segenap hidup kita dalam seluruh keseharian diri seutuhnya. Tidak ada pengkotak-kotakan. Bicara soal gaya hidup, salah satu hal yang perlu diputuskan dan mengambil sikap dengan tegas sebagai orang percaya adalah dalam menilai dan menempatkan harta dalam perspektif Tuhan. artinya adalah bahwa pengikut Yesus harus memiliki sikap dan perilaku yang konsisten antara status sebagai warga Kerajaan Allah dengan sikap yang menyangkut wilayah harta benda. Apa yang menjadi standar kita tentu saja firman Tuhan. Segala sesuatu harus kita ukur dan bangun di atas dasar firman Tuhan. Tentu saja pandangan ini bukanlah pandangan yang pupoler. Tapi hal inilah yang harus kita miliki bahwa semua aspek kehidupan kita harus di dasarkan pada firman Tuhan.

Dalam Mat 6:19-24 dikisahkan mengenai mengumpulkan harta. Kalau kita mempelajari bagian ini, khususnya ay 19-20 ada satu hal yang kita dapatkan bahwa Tuhan tidak menganggap harta sebagai sesuatu yang jahat atau salah. Yang menjadi larangan Tuhan adalah dalam konteks mengumpulkan harta. Mengapa hal ini dilarang Tuhan? Karena tindakan mengumpulkan harta adalah tindakan yang berakar dari kesalahan menilai dari hakikat harta itu sendiri. Ketika seorang mengumpulkan harta itu berarti dia meletakkan pengharapannya kepada harta itu sendiri. Tindakan mengumpulkan harta akan memengaruhi kehidupan kita sebagai orang yang percaya.

Sebagai anak-anak Tuhan kita hidup dalam masyarakat dan dunia. Bagaimana kita hidup dan bagaimana sebenarnya kita hidup adalah dua hal yang penting untuk kita renungkan karena kedua hal ini berkaitan dengan gaya hidup. Kedua hal ini sangat penting karena kita hidup dalam dunia yang menawarkan banyak sekali pilihan-pilihan dan kemudahan dalam banyak hal. Orang-orang berkata bahwa dari gaya hidupnya kita bisa tahu siapa dia. Nah, bagaimana hidup anak-anak Tuhan di tengah dunia sekarang ini?

Zaman sekarang ini filsafah hidup materialistic meningkat dengan luar biasa di mana paham ini mengatakan bahwa materi adalah segala-galanya. Sehingga ada prinsip bahwa ‘saya adalah apa yang saya miliki (baik itu rumah, mobil, handphone, dll)’. Dengan kata lain jati diri seseorang itu ditentukan oleh apa yang dia miliki. Jika kita sebagai anak-anak Tuhan ditanya, apakah jati diri kita tergantung dengan apa yang kita miliki? Sebenarnya apa yang terjadi dalam materialism era modern yang menyangkut keserakahan, ketidakpedulian sosial, kemewahan yang sia-sia juga sudah terjadi dan dialami oleh orang-orang Roma pada zaman Paulus. pada masa itu kota Roma merupakan satu kota termaju melebihi kota-kota lain. Dalam kondisi seperti inilah rasul Paulus menasihati orang-orang percaya, yang tinggal di kota Roma itu, untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan.

Banyak orang lebih percaya diri ketika gaya hidupnya mengikuti arus dunia yang ada. Dia akan percaya diri ketika memakai pakaian yang bermerk. Dia akan semakin percaya diri jika memakai handphone yang supercanggih. hal-hal seperti ini harus kita waspadai. Karena kita sebagai anak-anak Tuhan juga tanpa sadar bisa dipengaruhi oleh gaya hidup materialism. Bagaimana pengaruh gaya hidup dunia bisa menyelinap dalam gaya hidup orang percaya? Materialis muncul dalam sikap yang diinginkan dari hidup yang perlahan meningkat yang menuntut dan mengikat diri kita. Hal paling sering dan paling utama yang membuat anak Tuhan masuk tanpa sadar dalam gaya hidup materialism adalah meningkatnya karir yang berdampak kepada meningkatnya pendapatan. Ketika memiliki pendapatan yang lebih banyak timbullah keinginan untuk memiliki benda-benda yang lebih mewah dan hal ini didukung dengan maraknya iklan yang muncul melalui televisi. Jadi, ada korelasi antara kemajuan karir dan meningkatnya pendapatan dengan mulai tergerusnya anak Tuhan dalam materialism jika anak Tuhan tersebut tidak berjaga-jaga (band Amsal 4:23). Ketika penghasilan masih rendah lebih banyak dialokasikan kepada kebutuhan pangan, tetapi ketika pendapatan semakin besar maka alokasi pendapatan mulai bergeser kepasa hal-hal yang sekunder dan yang lain. Sebuah refleksi bagi kita adalah apakah ketika penghasilan kita meningkat kita bisa tetap memiliki gaya hidup seperti ketika penghasilan kita masih kecil? Apakah ketika penghasilan kita kecil kita bisa hidup sederhana dan mensyukuri hal tersebut? Mari menyadari dan waspada bahwa gaya hidup dunia ini dengan pastinya dan perlahan-lahan mendatangi hidup kita.

Salah satu gaya hidup dari seorang anak Tuhan adalah gaya hidup yang sederhana. Mungkin kita memiliki kakak alumni yang sekarang gajinya tinggi, tetapi kita masih nyaman berkomunikasi dengan dia karena dia tidak berubah sama sekali.  Salah satu indikator apakah seseorang tetap memiliki gaya hidup sebagai anak-anak Tuhan, bagaimana pun statusnya, berapa besarpun gajinya, adalah kita merasa tetap nyaman berkomunikasi dengan dia. Kehidupannya masih tetap sama dengan kehidupan ketika dia masih seorang mahasiswa. Fasilitas dan gaji tidak membuat dia berubah. Gaya hidup sederhana harus menjadi pilihan anak-anak Tuhan. Dalam mat 6:21 dikatakan, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
 
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memiliki gaya hidup sederhana, yaitu:
Pertama, belilah barang dengan tujuan yang jelas bukan karena prestise. Hal ini tidak mudah apalagi ketika pendapatan kita sudah bertambah sehingga permintaan dan tuntutan semakin banyak. Mari melihat kebutuhan dari apa yang akan kita beli. Mari meminta hikmat dari Tuhan untuk apapun yang kita beli.

Kedua, menolak hal-hal yang menyebabkan kecanduan atau keterikatan. Salah satu caranya adalah dengan membangun kebiasaan memberi barang-barang kepada oprang lain. Firman Tuhan berkata bahwa adalah lebih bahagia memberi daripada menerima. Jangan pernah percaya dengan pernyataan bahwa kita akan lebih bahagia jika kita lebih memiliki banyak harta. Kebahagiaan bukan ditentukan oleh tampilan kita, tetapi karena kedekatan dan ketaatan kita di atas dasar firman Tuhan.

Ketiga, mari belajar untuk tidak percaya sepenuhnya kepada iklan. Dengan kata lain jangan menjadi korban iklan. Dalam kondisi pulang kerja, dan kondisi tubuh yang lelah, maka ketika menonton iklan kita tidak kritis lagi dan gampang dipengaruhi. Hal ini juga termasuk nasihat untuk hati-hati terhadap propaganda credit card, beli sekarang bayar kemudian. Tuhan Yesus berkata dalam Luk 10:41, “Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,”. Mari memilih apa yang terbaik, yang paling utama. Mari belajar untuk berkata cukup, belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita (band Fil 4:11-13). Harta tidak akan pernah memuaskan kita, tetapi kedekatan dengan Tuhanlah yang bisa memuaskan jiwa kita.

Mari belajar mengucap syukur dengan apa yang ada pada kita karena hidup adalah anugerah. Kita harus bersyukur dengan keadaan kita sekarang ini. Bersyukur adalah kunci untuk bisa tetapi memilih gaya hidup yang sederhana. Mari belajar menghitung berkat Tuhan dalam kehidupan kita sehingga sukacita itu mengalir dalam diri kita meski fasilitas yang kita punya tidak semewah orang miliki. Dalam konteks kecukupan mari kita belajar supaya kita tidak menginginkan lebih dari yang telah kita miliki. Mari bersyukur dengan apa yang kita miliki dan berkata cukup. Diri kita bukan diukur dari apa yang kita memiliki tetapi sejauh mana kita tetap berdiri di atas firman Tuhan.

Berapa banyak anak Tuhan karena pengaruh dunia ini dia akhirnya meninggalkan pelayanan. Tujuan hidup yang sudah tergerus dunia ini membuat anak Tuhan mengasihi dunia ini lebih dari Tuhan. Memilik harta tidak salah, tetapi nilai hidup kita dalam kebenaran firman Tuhan. Inilah hal yang paling terutama. Gaya hidup seorang anak Tuhan adalah gaya hidup yang sederhana. Bagamana dengan kehidupan kita sekarang ini?

Solideo Gloria!

No comments: