By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Malam hari ini kita akan belajar mengenai Christian Life dengan topik Family, Work, and Ministry.
Mari kita membaca Kej 1:28, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Jika kita perhatikan mandat Allah kepada manusia pertama, mandat tersebut mencakup soal keluarga (pernikahan), eksplorasi bumi, karya (bekerja), dan pastilah bagian dari sebuah pelayanan yang diamanatkan Allah dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di bumi ini. Bekerja adalah untuk menggenapi mandat Allah. Keluarga sebagai lembaga pertama yang dibentuk Allah jelas memiliki tujuan seperti yang ada pada ayat 28 tadi. Keluarga bertujuan untuk mengerjakan mandat Allah, dan melalui keluarga yang bermisilah akan dapat dihadirkan apa yang Tuhan inginkan yaitu kehadiran Kerajaan Allah di bumi ini. Karena itu, pastilah keluarga, pekerjaan, dan pelayanan sesuatu yang digerakkan berdasarkan oleh visi Allah. Dalam rangka untuk mewujudkan misi Allah inilah, kita menata satu kehidupan dalam aspek keluarga, pekerjaan, dan pelayanan. Tiga aspek ini adalah kewajiban utama bagi orang Kristen, tanpa kecuali. Jika kita melihat dari skala prioritas, Allah adalah prioritas pertama. Dengan Allah sebagai prioritas utamalah kita bisa meng- gambarkan ketiga hal tadi dalam urutan prioritas, yakni : keluarga, kemudian peker- jaan, baru kemudian pelayanan. Oleh sebab itu, jangan merasa lebih rohani jika lebih mengutamakan pelayanan saja. Dalam pemahaman ini, kita bekerja bagi keluarga, bukan berkeluarga untuk bekerja. Kita perlu menyadari bahwa dalam realitanya sering sekali kita melupakan pelayanan dalam keluarga. Seharusnya pelayanan kita yang pertama adalah keluarga. Dan ingat, sebagai lembaga yang pertama kali didirikan, Allah melakukannya dalam rangka sebuah pelayanan dimana kasih dan kebenaran Allah dinyatakan. Kebenaran Firman Tuhan juga harus diwujudkan dalam keluarga. Jangan sampai hal ini bergeser. Keluarga adalah objek pelayanan yang pertama dan yang paling utama bagi orang Kristen. Keluarga sejati diukur ketika keluarga tersebut bermisi, melayani, dan menjadi berkat bagi banyak orang. Inilah keluarga bahagia dan yang diberkati oleh Allah. Bila ada keluarga yang ’timpang’ dalam melakukan hal ini, berarti keluarga tersebut hidup di bawah standart Allah.
Dengan visi Allah sebagai dasar dalam ketiga hal ini, maka keluarga, pekerjaan, dan pelayanan, sama pentingnya di hadapan Allah-walaupun ada skala prioritas. Ketiga hal ini membutuhkan perhatian, tenaga, pikiran, dan waktu yang terbaik. Tetapi ingat, waktu yang banyak belum tentu atau tidak identik dengan waktu yang terbaik walaupun sering yang terbaik itu menuntut porsi yang lebih dari yang lain. Ada satu keseimbangan dari waktu dan kualitas yang sama yang bisa kita pakai dalam hidup yang penuh dengan kebersamaan dalam keluarga. Jadi memang butuh porsi yang banyak tetapi tidak selamanya berbicara soal porsi, tetapi kualitas. Jangan juga dibalik dengan mengutamakan kulaitas. Tetapi jika hanya satu jam per minggu untuk keluarga dan anak-anak tentu saja kurang tepat. Semuanya harus dikelola dengan maksimal agar semuanya dapat memuliakan Allah. Karena itu, kita butuh hikmat yang dari Allah. Dengan menata strategic planning akan ada satu keseimbangan dan ketiga hal yang kita bicarakan diatas tidak ada yang terabaikan dan dapat dikelola dengan maksimal (band. Mzm 190:10-12).
Ada beberapa pandangan yang keliru soal bagaimana menyeimbangkan keluarga, pekerjaan, dan pelayanan.
1. Ada banyak alumni yang bekerja over time sampai workacholic. Justru hal ini menjadi kesenangan bagi mereka. Bahkan mereka mengabaikan kesehatan, keluarga, dan pelayanan mereka karena pergi pagi dan pulang malam. Ini adalah sesuatu yang salah. Sampai terkadang kita suka lembur atau membawa tugas-tugas kita ke rumah. Kita bekerja dan bekerja terus sehingga. Ketika kita sibuk bekerja, maka kita akan sibuk sendiri dan akhirnya menjadi orang yang individualistis. Bahkan banyak alumni yang hari minggu pun bekerja. Jangankan bicara soal pelayanan, untuk beribadah pun dia tidak punya waktu. Oleh karena itu jangan terjebak dengan situasi seperti ini bekerja secara over time dan menjadi workacholic.
2. Ada orang yang bekerja keras sekedar demi karir (antara prestise dan prestasi). Misalnya menjadi sangat ambisius untuk mencapai posisi yang tinggi. Sering sekali orang melakukannya bukan demi prestasi tetapi prestise. Tidak salah ketika kita ingin menaikkan posisi kita, tetapi jangan sampai menjadi ambisius untuk hal itu. Sangat baik jika kita berprestasi dan akhirnya mencapai prestise. Tetapi seringkali kita menjadi ambisius akan prestise. Misalnya dengan prestise soal income, agar dengan income yang banyak , kita bisa menaikkan harga dirinya. Untuk mencapai hal seperti ini orang bisa melakukan apa saja. Memang tidak mencuri, korupsi, atau menipu, tetapi akhirnya dia terus berkutat di dalam pekerjaan sehingga tidak ada lagi waktu untuk keluarga dan pelayanan.
3. Ada alumni yang bekerja keras demi uang untuk membahagiakan keluarga. Dia akan mengatakan : ” ini semua demi kamu, demi anak-anak, demi kita...!” Memang dari segi ekonomi sangat berkecukupan. Tetapi tidak ada waktu dan mengatakan semuanya adalah ’demi keluarga’, tetapi keluarganya akhirnya berantakan. Jika bekerja demi uang untuk ’kepentingan’ keluarga, mengapa keluarga merasa terabaikan ? Mari perhatikan Mzm 128:1-6. Dalam Mazmur tersebut kita melihat bagaimana sebuah keluarga bahagia dikarenakan kehadiran Allah. Hal inilah yang perlu kita bangun dalam keluarga. Ingat, uang bukan tujuan untuk membahagiakan keluarga karena belum tentu keluarga bisa berbahagia karena uang, walaupun keluarga bisa ditopang dengan uang. Sering sekali kita ’meracuni’ keluarga dengan uang. Jangan pernah membuat uang menjadi segala-galanya dan jangan berpikir jika memiliki banyak uang pasti keluarga anda bisa bahagia. Mereka membutuhkan anda, bukan uang anda. Memberi uang tidak sama dengan memberi kasih sayang. Makanya banyak anak-anak lari ke hal-hal yang tidak baik (seperti narkoba) karena mereka tidak mendapat perhatian, apa yang mereka dapat hanya fasilitas.
4. Ada orang yang bekerja keras tanpa melayani, seolah-olah dia berpikir jika sudah membayar persembahan maka pelayanan itu akan terbayar dan tidak perlu dilakukan. Hal ini tidak dapat dibenarkan. Waktunya banyak sekali untuk keluarga atau kerja tetapi tidak untuk pelayanan dengan alasan sudah memberi persembahan.
5. Ada orang yang bekerja dengan memberi yang terbaik di kantor dan mereka menganggap hal tersebut pelayanan. Ingat pelayanan kita adalah pelayanan holistik. Jadi tidak sebatas di kantor. Anda tidak titip absen, tidak bolos, bekerja dengan maksimal. Hal ini baik, tetapi kekristenan tidak diukur dengan batas-batas seperti ini. Misi kita holistik, bukan sebatas pekerjaan. Pekerjaan memang salah satu bidang pelayanan. Tetapi kita terlibat dengan kegerakann sosial, pelayanan gereja, misi, dan berbagai kegiatan bahkan melakukan pelayanan dalam arti yang luas.
6. Ada orang yang kurang rajin bekerja dan mengembangkan diri sehingga karirnya tidak berkembang. Orang-orang seperti ini akan sulit memenuhi kebutuhan keluar- ganya. Sehingga dia tidak terlibat lagi dalam pelayanan. Orang seperti ini biasa- nya menyalahkan Tuhan. Padahal semua terjadi karena kemalasan dirinya untuk mengembangkan diri. Malas belajar dan malas melakukan hal-hal yang berguna untuk meningkatkan dirinya.
7. Ada orang melayani dan menghadiri setiap acara persekutuan atau kamp karena menganggap hal tersebut lebih rohani daripada tugas kantor/bekerja. Mereka sering mencuri waktu dari jam kerja. Mereka pikir kotbah lebih rohani. Ini adalah pikiran yang salah. Alumni tidak bisa kotbah atau memimpin PA pada saat jam kerja. Di luar jam kerja wajib untuk melayani. Jika kita bolos dari kantor, kita menunjukkan etika hidup yang tidak benar.
8. Ada orang yang menempatkan keluarga lebih dari segalanya sehingga dia tidak melayani. Dia selalu berkata :”nanti sajalah...., nantilah setelah saya....!” Banyak alumni menggunakan berbagai dalih untuk menolak pelayanan sehingga sampai nantinya mereka tua pun mereka tidak pernah terlibat dalam pelayanan. Alumni yang berhenti melayani pasti akan berhenti bertumbuh.
9. Ada orang yang aktif dalam kegiatan rohani tetapi mengabaikan tugas dan tanggung jawab dalam keluarga. Hal ini akan menjadikan dia batu sandungan. Dia memiliki banyak waktu untuk persekutuan dan kegiatan rohani, tetapi kurang melayani orang tua atau keluarganya. Tidak memberi perhatian atau waktu kunjungaan kepada orang tuanya. Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tetap dalam keluarga. Karena itu jangan berpikir lebih rohani jika kita banyak di persekutuan dari pada memperhatikan keluarga. Ingat Eli, yang seorang nabi, tetapi anaknya mencuri di Bait Allah. Hal ini dapat terjadi karena salah didik, tidak ada waktu bersama dengan anak-anaknya. Akan menjadi pergumulan yang besar jika kita dikagumi di persekutuan tetapi di rumah kita menjadi batu sandungan. Kita juga memerlukan hikmat untuk mengaturnya. Mari menjadi berkat di rumah. Jangan karena pelayanan, kita tidak mengetahui apa yang terjadi di tengah-tengah keluarga kita. Mari melihat 1 Tim 3:4-5, ” seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Dalam ayat ini dikatakan salah satu syarat pengetua adalah mampu mengurus keluarganya. Hal ini penting bagi kita.
10. Ada juga orang yang memberi banyak ke pelayanan tetapi mengabaikan keluarga/saudara. Banyak alumni yang membe- rikan waktu, uang, atau perhatian bagi pelayanan, rajin memberi persembahan, tetapi untuk membantu keluarga, dia merasakan sangat berat dan enggan untuk melakukannya. Memang, kasih ke sesama anak Tuhan khususnya dalam pelayanan sangat menyenangkan karena adanya keterikatan batin. Tetapi hal ini tidak boleh. Mari melayani keluarga kita dengan baik dan memberi yang terbaik bagi mereka.
11. Banyak juga orang yang berdalih dengan berbagai alasan sehingga orang lain ’memakluminya’, dimana sebenarnya dia tidak serius mengerjakan ketiga-tiganya (keluarga, kerja, dan pelayanan). Dia menggunakan alasan ’keluarga’ untuk menolak pelayanan, tetapi untuk keluarga pun dia tidak beres, atau sebaliknya. Ini adalah sesuatu yang menyakitkan dan tidak benar dihadapan Allah. Itulah sebabnya mari kembali memikirkan soal menata keluarga kita dan menata waktu kita.
Familiy, work, and Ministry - tiga hal yang harus mendapat perhatian sang sama, karena sama-sama penting di hadapan Tuhan. Mari kita menatanya sedemikian rupa sehingga kita bisa maksimal di hadapan Allah dan Allah dimuliakan.
Soli Deo Gloria!!
No comments:
Post a Comment