Tuesday, March 3, 2009

Christian Spirituality-2: Prayer & Word [Meditation]

By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div

Jika minggu yang lalu kita belajar mengenai hidup yang dipenuhi dan dipimpin oleh Roh, maka hari ini kita akan belajar tentang bagaimana Roh Kudus yang memimpin kita untuk berdoa. Dalam hal ini ada dua sisi yang bisa kita lihat, pertama adalah bagaimana kita berdoa dipimpin oleh Roh Kudus, dan kedua adalah bagaimana kita dipimpin Roh untuk berdoa. Ini adalah dua hal yang berbeda. Hari ini kita akan bicara tentang doa dan Firman, dalam konteks meditasi. Kita harus mengingat bahwa Roh Kudus memimpin kita untuk mengerti akan Firman Allah, kemudian dengan Firman kita bisa mengenal Yesus Kristus, dan melalui Yesus kita bisa mengenal Allah Bapa.

Dalam kehidupan modern, ada tiga tantangan utama yang akan dihadapi oleh alumni, yaitu : (1) noise (bising, ribut), baik pikiran atau lingkungan, (2) hurry dimana dalam tantangan ini seringkali kita dihancurkan. Kita sering bersaat teduh hanya tujuh menit karena terburu-buru, dan lain sebagainya. (3) crowd, dalam hal ini pengertian dari crowd adalah ribet bukan padat. Tiga hal ini adalah tantangan yang besar bagi orang percaya, terutama dalam masyarakat perkotaan. Kita akan belajar meditasi agar kita tidak terjebak dan terjatuh di dalam hal-hal yang demikian. Banyak orang yang terjebak dalam situasi ’too busy not to pray’. Di lain pihak, Martin Luther berkata :” justru karena aku semakin sibuk maka aku semakin banyak berdoa.” Alumni juga banyak terjebak dalam situasi ‘too busy not to pray’ ini. Terlalu sibuk sehingga tidak ada lagi waktu untuk jam doa. Dalam hal inilah orang percaya perlu recreating silences (hening). Bagaimana kita menciptakan kehe- ningan, ketenangan batin dan pikiran, serta kehidupan yang hening dalam hidup kita sampai kita mendengar Tuhan. Dan akhirnya kita masuk dalam hadirat Allah yang hidup dan menikmati persekutuan yang hidup dengan Dia. Tanpa ini, doa kita hanya seperti letupan yang kosong yang tebang di udara, yang tidak pernah punya makna apa-apa. Itulah sebabnya kita bicara mengenai meditasi Kristen.

Meditasi adalah kemampuan untuk mendengar suara Tuhan dan mentaati FirmanNya. Meditasi Kristen bukan mengosongkan pikiran, tetapi mengisi hati dan pikiran dengan Firman Allah. Ketika kita mendengar suara Allah, ada satu pengalaman yang intim bersama dengan Allah (ingat, yang nyanyi atau berdoa belum tentu memiliki satu keintiman rohani). Yang ingin kita latih dalam hal ini adalah setiap kita berdoa dan membaca Firman Tuhan, ada satu intimasi, relasi yang hangat antara kita dengan Allah. Dan hal ini akan kita dapat melalui meditasi. Itulah sebabnya dikatakan inward fellowship transform inner personality di dalam meditasi (doa dan firman). Yang ingin kita bangun bukan outward fellowship melainkan inward fellowship. Jika kita datang MBA, bernyanyi dan berdoa, bisa saja kita menikmati apa yang disebut dengan outward fellowship, persekutuan yang nampak dari permukaan saja. Hanya di dalam satu hubungan yang intim dengan Allah, kita bisa membangun inward fellowship. Ada satu hubungan batin dengan Bapa di Surga ketika kita bernyanyi ataupun berdoa. Di dalam bermeditasi - termasuk saat teduh, doa, dll - kita bisa berkomunikasi dengan mesra dengan Allah dan hal ini akan menghasilkan rasa puas dan senang setelah selesai melakukannya. Dalam kenyataannya, banyak orang yang tidak mendapat apa-apa ketika saat teduh ataupun berdoa. Belajar Firman Tuhan hanya merubah pikiran dan menambah wawasan, tetapi persekutuan yang intim dengan Allah membuat kita mengalami satu transformasi di dalam diri kita. Pertobatan dan ketaatan adalah jalan untuk meditasi. Apa yang dimaksudkan disini adalah hanya dengan sikap bertobat dan penyesalan yang dalam akan dosa, yang membuat kita bisa menikmati satu intimasi dengan Allah, dan ketika kita mengalami hal ini, akan menghasilkan semangat dan pertobatan yang baru. Mari kita evaluasi diri kita. Adakah kita menghasilkan cara hidup yang seperti ini? Jika belum, berarti ada yang tidak benar di dalam hubungan kita dengan Allah. Berarti kita hanya melakukan satu rutinitas mekanisme, tetapi dinamika rohaninya tidak ada lagi. Ini adalah sesuatu yang merugikan.

Ada beberapa jenis/cara meditasi :
  1. Meditatio Scripturarum, yaitu meditasi dengan merenungkan Firman Allah. Ketika kita bermeditasi, kita bisa mengingat satu atau dua ayat, dan melalui ayat tersebut, ijinkan Tuhan bekerja untuk mengoreksi diri kita. Contohnya, mari membaca Yoh 14:27. Baca ayat ini dan hapal. Kemudian berdiam dan konsentrasi, dan renungkan lah Firman Tuhan. Sampai pada satu titik, tercipta damai di dalam hati kita, semua kegelisahan pudar, dan kita merasakan ada satu hubungan yang har- monis dengan Tuhan.
  2. Meditasi yang kedua adalah meditasi yang muncul pada abad pertengahan dan sampai sekarang masih sering dilakukan oleh Katolik, yaitu meditasi Re-Collection (centering-down).
  3. Dalam meditasi ini, ada satu sikap untuk meneduhkan pikiran dan emosi, waktu untuk tenang, untuk memasuki satu keheningan, dan mengijinkan fragmentasi-fragmentasi yang ada di dalam pikiran kita menjadi terpusat. Misalnya ada seseorang yang melukai hati kita dan kita sulit mengampuninya. Di dalam meditasi re-collection kita bisa menumpahkan/membe- baskan dan menyerahkan kepada Allah semua kemarahan dan emosi kita (thumb down). Kita juga bisa meminta Tuhan untuk memenuhi hati kita dengan kasihNya untuk mengampuni (thumb up). Melalui meditasi re-collection ini, kita bisa menumpahkan segala kekesalan dan kemarahan kita. Hal ini sangat baik karena jika kita memendam kemarahan kita, semakin lama akan semakin terakumulasi dan sewaktu-waktu bisa ’meledak’. Silahkan menumpahkan emosi pada Tuhan.
  4. Contemplative Prayer. Meditasi ini adalah meditasi yang dilakukan upon the creation (Mzm 19:1-2). Ketika kita memandang alam (mis : Danau Toba) dan merenungkan bagaimana semua bisa ada, kita akan kagum kepada penciptanya, yaitu Allah.
  5. Meditate upon the events of our time and to seek the perceive their significance (the inner meaning of events). Setiap peristiwa di dalam hidup kita, pastilah punya makna. Mari kita evaluasi hidup kita dalam satu hari (jika kita melakukan meditasi harian). Siapa saja yang menyakiti, memuji, menyenangkan, dan menyusahkan kita apa peristiwa yang baik atau tidak dan semua perjalanan hidup kita. Dalam semua peristiwa itu, coba ijinkan Tuhan berbicara, apa sebenarnya maksud Allah mengijinkan semua hal terjadi. Misalnya, ketika kita dipuji orang lain, apa sebenarnya maksud Tuhan dalam peristiwa ini? Hal ini berguna agar kita tidak terjebak di dalam kesombongan (bd Roma 8:28-29).

Apa yang dilakukan di dalam meditasi antara doa dan firman? Dalam hal ini, yang paling penting adalah listening God, reflection on God’s word, rehearsing God’s deeds, and ruminating on God’s Law. Ijinkanlah Tuhan berbicara dengan cara ini, dengarkanlah Ia, renungkanlah karya-karyaNya, ingat Firman Tuhan dan refleksikan pada diri kita. Dengan cara seperti inilah kita dapat terkoreksi, dibangun, dan diperbaharui. Oleh sebab itulah kita harus melatih hal ini karena kita seringkali gagal untuk mendengar suara Tuhan karena terlalu banyak mendengar suara sendiri. Kita lebih banyak mendengar suara dunia daripada mendengar suara Tuhan. Kita juga harus menyadari bahwa kita lebih kagum pada gemerlap dunia ini daripada cahaya kemuliaan Tuhan. Dalam situasi inilah kita perlu satu konsentrasi dan satu keheningan. Jika kita bisa melakukan empat cara yang diatas tadi, maka kita akan bisa bertemu atau attach dengan Allah yang hidup. Di dalam meditasi timur, situasi yang sering terjadi adalah adanya satu detachment, yaitu satu keterasingan atau keterpisahan. Berbeda dengan Kristen, yang ada adalah attachment. Kita menyatu/bersentuhan dengan Allah. Seorang Pastor, Thomas A Kempis menyatakan : “Meditation is growing into a familiar friendship with Jesus.”


Dalam meditasi, kita tenggelam ke dalam terang dan kehidupan Kristus dan menjadikan kita nyaman dalam naungan atau hadiratNya. Ketika meditasi, kita bermesraan dengan Tuhan, dan kita menjadi tenang rasanya. Ketika meditasi, kita terjun ke dalam kehangatan kasih Allah. Apakah kita masih merasakan kehanga- tan kasih Allah setelah selesai melakukan sate atau doa kita? Allah yang maha hadir berubah dari pemahaman teologis menjadi satu realita yang nyata. Secara teori kita semua yakin Allah maha hadir, baik, mengasihi. Tetapi bagaimana pemahaman dogmatis berubah menjadi satu pengalaman dalam hidup kita, adalah hal yang terpenting. Karena pemahaman kognitif dogma- tif tidak ada artinya tanpa satu pengalaman realita bersama dengan dengan Allah. Inilah yang disebut dengan personal encounter (Wahyu 3:20-21).

Bagaimana kita memulai sebuah meditasi?

  1. Mari cari waktu yang paling tepat dan tenang. Saya tidak mengatakan harus pagi, siang, sore, atau malam. Mana yang paling menyegarkan bagi kita, itulah yang kita pilih (tubuh segar, tenang, dan tanpa gangguan orang lain termasuk telepon).
  2. Mulai dengan memusatkan hati dan pikiran kepada Allah dengan doa (contemplative prayers as away of life ). Perlu ketenangan dan konsentrasi.
  3. Sewaktu berdoa dengan tenang dan memusatkan pikiran pada Allah, sadarilah bahwa Kristus sugguh hadir bersama dengan kita untuk mengajar, menegur, mengoreksi, menyembuhkan, dan mengoreksi kita. Maka di dalam meditasi, yakinilah Kristus sedang duduk bersama dengan kita. Tetapi ingat, kita tidak boleh membayangkan salib atau wajah karena nanti akan mengarah kepada olkutisme.
  4. Meditasi Firman Tuhan membawa kita masuk ke dalam inner life (akibat dari sebuah intimasi). Oleh sebab itu, dalam sebuah meditasi, tidak ada satu pun yang terselubung, bahkan bagian yang terdalam di dalam diri kita (Mzm 139).
  5. Doa membawa kita ke dalam deepest and higest work of the human spirit. Jadi ada satu doa yang membuat kita semakin dekat dengan Allah. Jika kita bisa mengalami doa seperti ini, kita bisa berdoa selama satu jam, tetapi seolah-olah masih 15 menit.
  6. Doa yang sesungguhnya adalah a life creating and life changing. Di dalam hal ini, ketika kita berdoa kepada Allah, ada hidup yang baru yang dicipta dan ada hidup yang baru yang sudah berubah dari yang lama karena kita korektif. Hal ini akan membangun spiritualitas yang sehat.
  7. Berdoa berarti berubah. Dalam pemahaman kebanyakan orang, berdoa adalah mendapatkan sesuatu dari Allah. Itu tidak selamanya benar. Doa adalah cara Allah untuk mentransformasi kita. Sering sekali orang berdoa dengan konsep mau memaksa Allah untuk menjawab apa yang ia mau. Tetapi doa adalah, dengan inner renewal, ada satu perubahan dengan diri kita. jika kita berdoa buat seseorang, apa yang sebenarnya kita doakan? Kebanyakan orang berdoa agar Tuhan memberikan ia kepada kita. jika Tuhan tidak memberi, kita akhirnya menjadi kecewa. Doa yang benar adalah apak dia kehendak Allah kepada kita atau tidak. Hal inilah yang terjadi di dalam satu kehidupan rohani yang benar. Bukan sebatas memaksa Allah untuk menjawab yang kita mau. Jadi ketika Tuhan tidak mengabulkan doa kita, kita tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menyakitkan. (bd Yoh 15:7).
  8. Semakin dekat kita dengan denyutan hati Allah, semakin kita melihat kebutuhan kita dan semakin rindu untuk menyerupai Dia. Di sinilah kita penting melakukan ROS (Retreat of Silence), bukan hanya sewaktu kamp, tetapi dapat kita lakukan jika kita punya waktu yang tepat.
  9. Doa yang benar diawali dengan memikirkan pikiran Allah. Oleh sebab itu, di dalam doa dan Firman dalam konteks meditasi, pikirkanlah apa yang menjadi pikiran Allah, inginkan apa yang diinginkan Allah, cintai apa yang dicintai Allah, benci apa yang dibenciNya. Inilah yang dinamakan see things from His point of view. Jika kita mendoakan sesuatu atau seseorang, biarkanlah Allah memandang, menyinarinya, apakah benar atau tepat. Ijinkanlah Allah mengoreksi, barulah kita mendoakan. Kita memandang dengan cara Allah, dan dari situlah ada keberanian untuk melangkah karena Tuhan memimpin dan ada keberanian untuk melakukan karena Tuhan yang memerintahkan.
  10. Mari belajar menjadikan doa menjadi bahagian yang terpenting dalam kehidupan. Bukan sekedar jam doa, tetapi doa sebagai satu aktifitas yang penting. Walaupun jam doa penting, doa sebagai nafas hidup kitalah yang terpenting. Biarlah setiap nafas yang keluar dari dalam diri kita merupakan ungkapan syukur kepada Allah. Hal ini memberikan kita kekuatan untuk tetap berkomunikasi dengan Allah.
  11. Dengan doa kita mengetahui kehendak Allah, apa yang berkenan kepadaNya. Karena itu, kembangkan semua doa yang evaluatif atau korektif sehingga kita hidup menurut cara Allah. Kita tidak sedang menunggu Allah menandatangani ‘proposal’ kita, tetapi kita mau dikoreksi oleh Allah.
  12. Mari mengembangkan doa yang dialog dengan Allah. Dengan cara seperti ini kita bisa dipulihkan, emosi diredakan, dan semangat kita dibangkitkan.


Mari membangun Prayer and Word dalam konteks meditasi, agar ada satu dinamika rohani yang muncul dari dalam diri kita, sehingga kita diperbaharui, semakin indah, dan semakin dewasa.
Soli Deo Gloria!

2 comments:

admin said...

Saya Dalam kasih Tuhan, saya baru search and baca2 artikelnya. sungguh bagus dan menarik. tapi tolong jangan ada ungkapan seolah mendiskretkan meditasi yoga Timur, bahwa meditasinya adalah dgn mengosongkan pikiran dll sehingga mudah kesurupan...saya tidak memahami maksud saudara tapi apapun itu, kalau sudah berhasil memasuki dan menjadi bagian dari cahaya/sinarnya Tuhan...bukankah kita semua sebnarnya satu? berada dalam keindahan, kedamaian dan kemurnian rasa yang sulit dilukiskan. dalam kesatuan rasa tsb, apakah masih ada keinginan mencela?

Mimbar Bina Alumni said...

Terima kasih buat masukannya..

Hal ini menjadi evaluasi bagi kami untuk tidak dalam posisi mendiskreditkan satu pihak pun...

Sekali lagi terima kasih..
:)