By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Hari ini kita akan membahas mengenai topik God Only Wise---Hanya Allah satu-satunya yang bijaksana (berhikmat). Kata ‘bijaksana’ (hikmat) dipahami sebagai sebuah kualitas moral. Hal ini dikarenakan ada juga nasihat dari orang fasik dan hal ini dianggap sebuah hikmat bagi mereka. Kita harus memahami bahwa harus ada kualitas moral untuk membedakan hikmat orang fasik ini dengan hikmat yang sejati. Kualitas moral ini juga berelasi dengan kualitas intelektual, yakni kemampuan untuk melihat, memilih dan melakukan sesuatu dengan tujuan yang tertinggi dan terbaik. Inilah hikmat yang sejati. Kualitas moral dan intelektual jugalah sekaligus bagi kita yang sebagai pondasi untuk memilih atau mendapatkan sesuatu yang bernilai tinggi dan terbaik. Hikmat adalah sisi praktis dari keinginan atau kebaikan moral dalam kesucian. Artinya, hikmat adalah bagian dari praktika yang bukan sekedar konsep. Pemahaman kognitis harus diaplikasikan dengan pemahaman yang empirik dalam bentuk perilaku. Oleh sebab itu dikatakan bahwa hikmat adalah sisi praktisdari keinginan atau kebaikan moral dan kedua ini ataus semua pemahaman ini harus berada dalam kontrol kesucian. Jika dikatakan berhikmat atau bijak tetapi bukan dalam koridor kesucian, berarti itu bukan hikmat yang sejati (misalnya Bohong putih). Hikmat yang sejati atau murni tentunya hanya ada pada Allah yang terintegrasi dalam jati diri atau esensiNya. Dalam Ayub.12:13 dikatakan, ”Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian; di dalam Rom.16:27 juga dikatakan, ”bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin; dan di dalam Kol.2:2-3 dikatakan, ”supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Apa yang ingin lihat dan pahami dari ketiga bagian firman ini adalah bahwa hikmat yang sejati, murni, tidak pernah salah, dan menyimpang hanya ada di dalam diri Allah. Oleh sebab itu dikatakan God the Only Wise---Allah satu-satunya yang bijaksana. Sehebat-hebatnya manusia pasti pernah berpikir salah sebelum bertindak salah. Tetapi Allah, yang adalah sumber hikmat, tidak pernah salah dan Dia tetap berada di dalam kebenaran yang sejati.
Hikmat manusia selain dapat salah tetapi juga jika seandainya benarpun bisa tidak terjadi atau gagal karena ketidakmampuan untuk merealisasikannya. Seseorang dapat tahu sesuatu yang bernilai dan benar tetapi belum tentu ia mampu mengaktualisasikan hikmat tersebut dalam sebuah tindakan. Tetapi hikmat Allah, selain benar juga tidak dapat digagalkan oleh apa dan siapapun. Dalam Ayb.9:4 dikatakan, ”Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat; dan di dalam Dan.2:20 dikatakan, ”Berkatalah Daniel: "Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan.” Dalam ayat ini kita dapat melihat ada sebuah perpaduan atau kombinasi di dalam diri Allah antara hikmat dan otoritas, kuasa , atau kemampuanNya. Oleh sebab itu Allah dengan segala hikmatNya tidak bisa ragu atau digagalkan oleh apapun. Hikmat Allah selalu dikaitkan dengan kemahatahuan dan kemahakuasaanNya. Kemahatahuan dan hikmat yang tak terbatas mengendalikan kemahakuasaan ALLAH (Yes.40:28, ”Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”). Hikmat tanpa kuasa bagaikan buluh yang terkulai (tidak mampu bertindak atau mewujudkan hikmat atau powerless) tetapi kuasa tanpa hikmat akan melahirkan kehancuran yang mengerikan dan inilah tipe kepemimpinan preman. Tetapi Allah yang berhikmat sekaligus punya power dan kemahatauan dan semua ini dikombinasikan secara bersama-sama. Dalam diri Allah kedua hal ini dipadukan sehingga layak sepenuhnya dipercaya yang kepadaNya kita menyerahkan diri secara sungguh-sungguh.
Apa yang ingin kita pamahi adalah, jika Allah yang memiliki hikmat, kuasanya, dan kemahatauanNya tidak terbatas, tentu saja dalam perjalanan hidup, sebagai anak-anak Allah yang memiliki pemahaman yang benar akan hal ini, kita tidak perlu kuatir atau takut karena Allah yang kepadanya kita percaya adalah Allah yang penuh hikmat kita adalah Allah yang mahakuasa. Semua karya penciptaan, pemeliharaan dan kasih karuniaNya dilakukan dalam hikmat, kemahatahuan dan kemahakuasaan.
Sejak penciptaan sampai kekekalan Allah selalu bijaksana (penuh hikmat) dalam segala hal yang direncanakan, dikerjakanNya dan dalam setiap peristiwa atau keadaan. Jika kita menklaim ini sebagai sebuah kebenaran, bisakah kita menikmati atau bersyukur dalam setiap ’kegagalan’ yang kita alami? Berapa kali Allah kurang bijaksana Allah bertindak dengan diri kita? Atau salahkah Tuhan telah menempatkan kita pada keadaan kita sekarang ini? Apakah kebijaksanaan Allah berkurang karena kehidupan kita seperti ini? Atau pernahkah Allah salah? Allah yang satu-satunya berhikmat dan sumber hikmat, dan semua hikmatNya dikerjakan di dalam rencana dan kehendakNya, dan semua peristiwa atau keadaan tidak pernah salah. Mengetahui hal ini, apa yang menjadi respon kita? Apakah kegagalan atau kesalahn yang kita alami merupakan kesalahan Tuhan atau kesalahan kita sendiri? Dengan apa yang kita rasakan atau alami sekarang, apakah Allah telah melupakan kita dan kurang hikmat sehingga membiarkan kita seperti sekarang ini? Apakah kita bisa menikmati hidup di dalam hikmat Allah?
Dengan hikmatNya Allah menciptakan segala sesuatu dan menatanya sedemikian rupa. Dalam hikmatNya, Allah bertindak dalam semua peristiwa dan keadaan yang diplot sesuai rencanaNya yang mulia. Semua rencana Allah ada dalam hikmatNya. Karya atau tindakanNya sesuai rencana agungNya terjadi dengan kebijaksanaan yang tak terbatas, kemahatahuan dan kemahakuasaan.Semua rencana dan hikmat Allah tidak satupun yang gagal atau dapat digagalkan. Karena itu Allah tidak pernah salah dalam setiap keputusan dan tindakanNya. Bisakah kita semua mengaminkan bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup kita? Jika kita bisa mengamininya, maka kita akan menjalani hidup ini dengan tenang dan tanpa kekuatiran sama sekali.
Beberapa contoh dalam Alkitab.
Abraham
Abraham yang dipilih dan dipanggil Allah untuk maksudNya tidak gagal walau dia beberapa kali jatuh ke dalam dosa. Tindakan berbohong kepada Abimelekh (Kej.20), dia berbohong dua kali, sewaktu di Mesir dan pada Abimelekh. Dan yang juga mengambil Hagar atas desakan Sarah dan kemudian mengusirnya dgn Ismael (Kej.21) tidak serta merta membuat rencanaNya melalui Abraham gagal. Abraham yang dianggap sebagai pria lemah dan kurang bertanggungjawab atas istri dan Hagar/Ismael kemudian diteguhkan Allah melalui pengujian iman (Kej.22) bahwa setelah Ishak (anak Perjanjian) besar diminta untuk di kurbankan. Iman dan kesetiaan Abraham teruji dan janji keturunan melalui dia digenapi. Abraham dan Lot. Logikanya Abraham tidak layak lagi untuk dipakai Allah, tetapi Allah tetap memakai dia. Mari melihat diri kita, salahkah Allah menempatkan kita sebagai pelayannya di kampus? Bukankah kita juga punya banyak kesalahan di hadapan Allah? Tetapi inilah pikiran Allah yang tidak terselami oleh pikiran kita manusia. Dalam kisah Abraham dan Lot, kita menemukan kisah di mana Abraham mengijinkan Lot untuk memilih tanah pertama kali dan Lot memilih bagian yang sangat subur. Tetapi bukankah tanah pilihan Abraham yang menurut Lot adalah tanah ’nomor dua’ melimpah dengan berkah dan menjadi subur dan Lot dalam tanah dengan segala kelimpahannya juga tumbuh kejahatan yang melimpah.
Yakub
Yakub adalah penipu! Karena dia penipu , maka dia lari dari rumahnya karena takut pada ayahnya. Yakub sang penipu dibentuk Allah dengan harus pergi dari Esau dan kemudian ditipu oleh Laban, mertuanya. Dengan rasa takut kembali ke kampungnya dan akan bertemu Esau sehingga mengirim pesan agar dia diterima. Yakub bergumul dengan malaikat Tuhan dan membentuk serta mengubah dia kembali (Kej.31-32). Yakub yang dirubah Allah jijik akan kelicikannya menipu.. Yakub yang bertobat kemudian diberkati Allah dan tidak perlu lagi takut menjumpai Esau karena Tuhan menyertai dia (Kej.32:26-28). Dari Yakub lahirlah 12 suku Israel yang menjadi bangsa pilihan Tuhan. Dari seorang penipu, muncul bangsa pilihan Tuhan. Apakah Allah salah dalam hal ini? Tentu saja tidak. Dari dua kasus ini, dengan semua kelemahan Abraham dan Yakub, Allah bisa berkarya.
Yusuf
Di masa muda dijual saudaranya ke saudagar Mesir. Status sebagai budak dagangan kemudian beralih menjadi narapidana akibat korban fitnahan (Kej.39). Yusuf dalam segala keadaan disertai Tuhan sehingga dia berhasil. Yusuf diuji, dibentuk dan didewasakan Allah mulai perbudakan sampai penjara. Secara psikologis, apa yang Yusuf alami adalah sesuatu yang sangat berat. Sebagai anak kesayangan di keluarganya, dia dibenci oleh saudaranya dan bahkan menjual dia dan menjadi budak di Mesir. Bukan hanya itu, dia juga di fitnah oleh isteri Potifar dan akhirnya masuk penjara dan temannya yanga da di dalam penjara lupa kepada dirinya. Tetapi Yusuf belajar berserah kepada Allah, tetap berhati riang dan murah hati dalam keadaan yang membuat frustrasi, menanti waktu Tuhan dengan sabar. Kesulitan yang panjang dipakai Tuhan untuk membentuk dia. Sang pemimpi kemudian menjadi pemimpin; dari penjara ke istana. Mari melihat Kej.45:7-8, ”Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”; dan 50:20, ”Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”). Dari kedua ayat ini kita menemukan ada sebuah pemahaman teologis dan praktis bahwa Yusuf mengakui bahwa hidupnya ada di dalam rencana Allah. Jika kita melihat hidup kita, dengan segala ’kegagalan’, apakah kita melihat seperti Yusuf melihat dunia?
Dari ketiga kisah di atas kita melihat bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup Abraham, Yakub, ataupun Yusuf. Semua rencana, peristiwa, atau kehendak Allah dilakukan di dalam kemahakuasaan, hikmat yang tidak terbatas, dan didalam kemahatahuan Allah. Dan semua hal ini dilakukan oleh Allah demi rencanaNya yang agung. Oleh sebab itu mari melihat apakah rencana Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita sehingga kita bisa menikmati hidup kita dengan baik. Jika hikmat Allah ada bagi kita, dan kita memandang hidup kita di dalam hikmat Allah, maka kita bisa melihat hidup ini dengan benar, bahwa Allah tidak pernah salah dalam hidup kita.
Mari melihat garis keturunan Yesus dalam Matius 1:1-17. Perhatikan siapa saja dan bagaimana kehidupan mereka yang masuk dalam garis silsilah tersebut. Siapakah Abraham, Yakub, Rut, Daud, Bersyeba, Salomo dst. Dan dari keturunan ini, lahirlah Yesus sang Juruselamat dunia. Lihat bagaimana hikmat Allah dalam silsilah kelahiran Yesus Kristus.
Allah tidak pernah salah dalam hal apapun termasuk dalam segala hal yang terjadi dalam diri kita. Rancangan Allah mendatangkan damai sejahtera dan kemenangan. (Yer.29:11-12, ”Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu”. bd. Yes.55:6-9). Manusia mereka-rekakan yang jahat tetapi Allah mereka-rekakan yang baik. Dengan hikmatNya Allah bekerja dalam dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Rom.8:28-29, ”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”). Dalam setiap peristiwa dan keadaan Allah sedang merajut hidup umatNya bagaikan benang kusut yang tidak menarik pada awalnya, namun kemudian menjadi kain yang indah setelah ditenun. Hidup sepertinya tidak punya makna, kusut, berantakan dan tidak menjanjikan tetapi dengan hikmatNya Allah menjadikannya berarti dan sebagai perwujudan rencanaNya di dalam diri dan melalui diri kita. Dengan pemahaman bahwa Allah adalah pemilik hikmat satu-satunya kita menjalani hidup dengan sukacita, iman, dan penyerahan kepada Allah. Orang yang gagal dan tidak taat tetapi dengan hikmat Allah (seperti Abraham dan Yakub), dididik dan dipulihkan sehingga Allah mereka menjadi saluran berkat Allah dan Allah pakai. Orang yang taat tetapi mengalami penderitaan (seperti Yusuf) juga akan dilihat oleh Allah. Allah yang sumber segala himat yang tidak pernah salah lah yang menata dan merajut hidup kita. Mari berjalan dengan iman dalam pemaham]an bahwa Allah adalah berhikmat dan bijaksana-God only Wise!
Solideo Gloria!
No comments:
Post a Comment