Saturday, March 28, 2009

[Seri Christian Life - 03]: Dealing With Stress & Preasure

By: Denni Boy Saragih, M. Div


Hari ini kita akan membahas topik mengenai stres dan tekanan. Kita akan memulai dengan pertanyaan “apa itu stress?”

Seorang ahli yang pertama sekali memperkenalkan kata ’stress’ bernama Hans Selye menyatakan bahwa stress adalah adalah human reaction to change-reaksi manusia pada perubahan. Hans melihat bahwa setiap perubahan yang kita terima, apakah itu baik (mis. promosi pekerjaan) atau buruk (mis. kehilangan pekerjaan) respon tubuh kita sama, dimana kita mengalami stress. Hans membuat dua perbedaan akan stress yaitu dystress dan eustress. Dystress adalah stress yang mengakibatkan hal-hal yang berbahaya seperti rasa sakit dan penderitaan. Sedangkan eustress adalah stress yang baik yang biasanya menyenangkan dan berisikan tekanan-tekanan yang menantang, misalnya ketika akan kunjungan pertama untuk bertemu dengan orang tua kekasih kita.

Para psikolog membuat sesuatu yang dinamakan Life Change Units (LCU) yang mengukur stress dalam bentuk skala. Yang paling membuat stress adalah kehilangan pasangan atau anak dimana nilainya 100. Kemudian perceraian dengan nilai 73, dan liburan masuk dalam urutan 41 dengan nilai 13 (untuk lebih jelas mengenai LCU ini, dapat dilihat di tabel). Bila kita perhatikan, sebenarnya stress itu beragam dan bermacam-macam sesuai dengan situasi dan kondisi perubahan yang kita alami dalam hidup kita. Apa yang mau saya tekankan disini adalah stress merupakan bagian dari hidup kita sehari hari. Bukan hanya hal-hal yang negatif yang membuat stress, melainkan hal-hal yang positif pun membuat stress sama seperti yang dinyatakan oleh Hans di atas.

Ada empat mitos yang tidak sehat mengenai stress yang sering dimiliki oleh anak pelayanan.

1. Stress selalu disebabkan oleh dosa dan iman yang kurang kepada Tuhan.
Dosa memang sering membuat seseorang stress karena perasaan bersalah, tetapi tidak bisa kita generalisasikan bahwa semua stress adalah karena dosa.

2. Stress disebabkan oleh ambisi yang terlalu besar.
Orang yang ambisius sering mengalami stress karena ketakutan akan kegagalan dan keinginan yang sangat kuat untuk mencapai sesuatu. Tetapi bukan satu-taunya penyebab stress.

3. Stress adalah dosa
Hal ini terlalu berlebihan.

4. Stress akan hilang dengan sendirinya jika kita melakukan latihan rohani.
’Orang Kristen’ dan ’stress’ adalah dua hal yang sangat kontradiktif. Orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak akan pernah mengalami stress. Ini adalah mitos yang salah. Kenapa saya katakan demikian? Karena di dalam Alkitab kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus sendiri stress dan tertekan, begitu juga dengan para nabi dan para rasul. Kita tidak dapat menghindarinya.

Karena setiap perubahan akan membuat kita stress, maka kita harus berani mengatakan ”Selamat datang stress!” Stress adalh bagian dari hidup kita dan kita tidak perlu terkejut menghadapi stress tersebut. Selama kita hidup, kita akan mengalami perubahan-perubahan yang berarti kita pasti akan mengalami stress. Jangan pernah pusing jika kita banyak stress. Yang perlu kita renungkan adalah bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan dapat memanajemennya. Stress tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikelola sehingga tidak membawa dampak yang negatif dalam hidup kita.

Ada beberapa tipe manusia yang mudah mengalami stress.
1. Ambisius
Orang dengan tipe seperti ini adalah orang yang paling mudah stress karena keinginannya yang sangat kuat untuk berhasil. Keinginan ini membuat dia memaksakan keadaan agar apa yang diinginkannya tercapai. Mereka ingin mengubah keadaan bahkan terkadang ingin mengubah orang lain dan sering mengeks- ploitasi sekelilingnya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Kita ketahui bersama bahwa keadaan sangat sulit diubah, orang lain juga sulit berubah, dan tentu saja hal ini akan membuat orang yang ambisius stress.

2. Tukang kuatir.
Orang dengan tipe seperti ini cenderung berpikir lebih banyak dari apa yang perlu dipikirkannya. Sama seperti sebuah ilustrasi jam, dimana jam tersebut menghitung-hitung berapa kali dia akan berdetik dalam satu menit, satu jam, satu hari, satu minggu atau satu tahun. Ketika jam tersebut memikir- kannya ia akan merasa stress. Seharusnya jam itu tidak perlu stress jika menyadari bahwa dia hanya perlu berdetak sekali sedetik.

3. Kompetitif
Orang dengan tipe seperti ini adalah orang yang takut jika orang lain melewati dia.

4. Ingin cepat sukses
Orang seperti ini selalu ingin berhasil dan melihat milik orang lain lebih bagus dari miliknya sendiri.

5. Sinis
Orang dengan tipe seperti ini selalu melihat kehidupannya dari sisi negatif saja.

6. Selalu ingin tepat waktu
Sesuatu yang menarik dimana orang seperti ini selalu dibawah tekanan dan akan cenderug stress (bukan berarti hal ini tidak baik).
7. Rigid (kaku) dan kurang bercanda

Ada beberapa hal yang dapat diakibatkan oleh stress.
1. Depressi
2. Stress related Disorder, dimana stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tingi, sakit kulit, menurunnya daya tahan tubuh, dll.
3. Burn out, fatigue and frustration. Biasanya terjadi jika harapannya gagal.
4. Anxiety and restlesness (tidak bisa tenang).

Ada beberapa pandangan Alkitab mengenai stress.
1. Kita perlu mengetahui bahwa stress dan tekanan dialami oleh semua orang. Pemazmur dalam Mzm 69, 88, dan 102 menggambarkan hal ini. Dalam Mzm 43:5 Daud berseru :” Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Pemazmur, seorang yang dekat dengan Tuhan menyatakan kepada dirinya sendiri mengapa engkau tertekan jiwaku, mengapa engkau gelisah di dalam diriku...”.jika kita perhatikan, justru di dalam stressnya dan ketertekanannya, dia makin dekat dengan Tuhan, berbicara kepada Tuhan dan memiliki pengharapan kepada Tuhan. Kita harus belajar bahwa stress adalah bagian dari hidup dan stress membuat kita semakin dekat dengan Tuhan.
2. Banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal saleh mengalami stress. Misalnya :
• Ayub, ketika dia melihat anaknya nakal, isterinya mengomel, dan ketika dia mengalami penderitaan meskipun sudah hidup benar dan saleh.
• Musa ketika melihat orang Israel yang keras kepala.
• Yunus yang stress karena tahu bahwa Allah akan mengampuni orang Niniwe.
• Petrus yang juga mengalainya ketika menyangkal Tuhan Yesus
• Bahkan Yesus sendiri mengalami tekanan dan stress dalam menggenapi panggilanNya. Di Getsemani Dia tertekan dan mau mati rasanya (Mat 26:37-38). Bila hamba-hamba Tuhan seperti mereka mengalami stress, kita juga akan mengalaminya. Menjadi anak Tuhan bukan berarti tidak bisa stress.
3. Alkitab memiliki pandangan yang realistis akan stress, namun menekankan pengharapan kepada tuhan dalam segala situasi kehidupan. Untuk melihat sisi baik dari segala sesuatu, tidak hanya dari sisi buruk semata. Mari kita melihat Fil 4:8, ” Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Mari meikirkan hal-hal yang positif dalam kehidupan. Jika kita memikirkan hal-hal yang negatif, kita akan menjadi stress dalam hidup ini. Ada sebuah illustrasi dimana seorang pemain biola yang sangat mahir tetapi tidak pernah ikut kontes. Suatu hari seseorang membiayainya untuk ikut kontes dan akhirnya berhasil sampai ke tingkat dunia. Pada pertandingan tingkat dunia dia akhirnya bertanding dan sampai ke final dengan tiga orang peserta. Peserta pertama bermain dengan sangat indahnya. Pemain kedia bermian dengan sangat mahir dan tanpa cela. Ketika dia bermain, dia bagaikan malaikant yang sedang bermain musik. Ketika semua terpesona ...tas...tali pertama putus dan semua orang terkejut. Tetapi dia bermain terus, kemu- dian...tas...tali kedua putus, tetapi ia tetap melanjutkan permainannya. Tas...tali ketiga juga putus. Para penonton dan dirigent sudah mulai kuatir dan stress, tetapi ia tetap tenang dan bermain sampai melodi yang terakhir. Ia memang tidak juara, tetapi sang juara pertama menyerahkan hadiah yang telah ia terima kepada pemain biola ketiga ini dan berkata :”Seharusnya kamu yang menjadi juara.” Charles Swindol mengatakan banyak orang-orang Kristen menghabiskan waktunya memikirkan ’tali yang putus’. Padahal jika kita pikirkan, bukankah tali biolanya tidak dapat tersambung lagi? Kita hanya akan mengham- burkan energi ketika bila memikirkannya. Lebih baik kekuatan yang kita miliki kita gunakan untuk memainkan melodi dengan sisa tali yang masih tersisa pada ’biola’ kita. Kita banyak seperti ’penonton’ dan ’dirigent’ yang stress. Sikap yang benar adalah tetap memainkan tali yang tersisa sampai melodi terakhir sehingga kita akan menjadi pemenang.

Ada beberapa cara yang alkitabiah untuk mengatasi dan mengelola stress., yaitu:
1. Trust in God (percaya kepada Tuhan)
Jika kita percaya kepada Tuhan, stress kita akan banyak berkurang meskipun tidak hilang. Tetapi kita bisa menghadapinya dengan optimisme dan iman. Paulus berkata dalam Fil 4:11-13, ” Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Inilah bukti bahwa Paulus memiliki hidup yang bergantung seluruhnya kepada Tuhan. Meskipun dalam penjara ia menulis bahwa segala sesuatu dapat ia tanggung di dalam Tuhan yang memberi kekuatan. Jika kita memiliki hal ini, kita akan hidup dengan tingkat stress yang lebih rendah. Itulah sebabnya bahwa semua yang kita pikirkan dan lakukan berhubungan. Jika kita memilikinya dengan bergantung kepada Tuhan, kita akan mengelola stress dengan lebih baik.
2. Hidupilah prinsip Sabbath
Jangan menjadi orang yang senang untuk bekerja secara berlebihan. Tuhan telah mene- tapkan adanya waktu untuk beristirahat. Kita perlu mengupayakan istirahat yang teratur setiap hari, setiap minggu, bulan, dan liburan. Nikmatilkah waktu untuk relaks dan rekreasi serta untuk melakukan hal-hal yang kita memang senang untuk melakukannya. Ambil waktu untuk breaks the rutin, apakah dengan membaca novel, menonton, bertaman, dll.
3. Harapkanlah kekecewaan dan kegagalan
Ini adalah bahagian dari hidup. Stress kita akan lebih ringan jika kita berpikir bahwa kekecewaan akan datang pada kita suatu waktu nanti. Banyak orang merasa bahwa orang Kristen tidak akan mengalami kekecewaan dan kegagalan bila telah berdoa kepada Tuhan. Yesus sendiri, ketika berada di taman Getsemani, tidak terlihat tersenyum dengan tegar. Yesus meringis dan kesakitan ketika Ia menderita. Mari menyadari bahwa bahwa kita, sebagai orang Kristen, tidak tabu untuk menangis ketika mengalami dukacita. Sama wajarnya ketika kita tertawa saat sukacita. Tetapi, ingat ketika Tuhan Yesus di Getsemani, walau Ia menderita, Ia tetap percaya kepada Tuhan dan tidak terkejut ketika stress datang.
4. Stress akan bisa dikelola jika kita bisa mengatasi kemarahan dan rasa bersalah dengan cara yang positif. Jangan sampai marah kita berlarut-larut dan rasa bersalah menekan diri kita terlalu jauh sehingga kita menjadi stress.
5. Menantang pikiran dalam ‘self-Talk’.
Ini adalah satu proses psikologis dimana ketika kita merasa gagal kita bisa memiliki dua respon dalam menyikapi kegagalan ini. Pertama, kita memang menerima bahwa kita adalah orang gagal. Kedua, ketika kita mengalami kegagalan kita akan melakukan self-talk dimana kita bertanya kepada diri kita apakah kita memang orang gagal atau hanya gagal dalam bidang A saja. Dan kita akan mampu mengisolir setiap masalah pada tempatnya.
6. Terakhir, tingkatkan vitalitas dan kesehatan.
Istirahat dan olah raga dengan teratur, dan hiduplah dengan teratur juga.

Mari kita berkata, : ”Selamat datang stress!” Selamat menghadapi dan mengelola stress dengan cara yang lebih Kristiani.
Soli Deo gloria!

No comments: