By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Dalam sesion kali ini kita akan membahas bersama kitab Ruth. Kita akan melihat kitab Ruth mulai dari pasal 1 s/d pasal 4. Dalam kisah ini kita akan melihat bagaimana Tuhan mempertemukan Ruth dengan Boas. Saya sengaja membuat tema kali ini “Kisah cinta antara Ruth dengan Boas”, karena sering kita hanya mendengar cintanya ‘Boas’ kepada ‘Ruth’. Kalau biasanya lelaki harus pertamakali , kali ini kita akan melihat wanita yang pertama.
Siapakah Ruth?
Ruth adalah seorang janda yang ikut Naomi ke Betlehem setelah suaminya me ninggal (1:7) Jadi, pada waktu itu, Elimelekh pergi ke tanah Moab karena di Betlehem terjadi kelaparan. Jadi dua orang anaknya menikah dengan perempuan Moab. Kemudian meninggallah Elimelekh dan dua orang anaknya dan tinggallah tiga perempuan yang telah menjadi janda. Akhirnya Naomi meminta agar kedua menantunya ini kembali ke Moab dengan alasan Naomi tidak punya anak laki-laki lagi. Satu orang pulang, tetapi Ruth berkata :”Allahmu adalah Allahku, kemana pun engkau pergi, aku akan pergi…” (1:7-17). Ruth adalah seorang yang percaya tetapi non Yahudi/Israel karena dia adalah perempuan dari Moab (1:16) tetapi dia percaya kepada Allah. Dua juga bekerja sungguh-sungguh supaya kehidupannya dan mertuanya terpelihara dengan baik. Jadi, Ruth ini memiliki karakter beriman, rajin, baik. Setia, dan taat pada Tuhan serta tunduk pada mertua yang baik (2:2,7).
Bagaimana pertemuannya dengan Boas?
Ketika mereka sampai di Betlehem, saat itu adalah musim menuai jelai(1:22). Ketika mereka kesulitan makanan, Ruth meminta izin kepada Naomi untuk memungut jelai. Bagi orang Yahudi, orang miskin dan para janda diizinkan untuk memungut sisa-sisa panen di ladang dan sisi-sisa ini tidak boleh diambil kembali oleh pemilik ladang karena menjadi hak orang miskin dan janda. Dan inilah yang diambil oleh Ruth untuk mertuanya. Jadi, jika kita perhatikan, pertemuan Ruth dan Boas terjadi secara natural. Kalau kita ingat akan providensia Allah, tidak ada yang terjadi secara kebetulan, tetapi semua ada di dalam rencana Allah.
Allah memakai berbagai hal untuk kebaikan umatNya. Pada waktu itu, Ruth yang memungut jelai di ladang Boas, tidak direncanakan. Tetapi menjadi keyakinan bagi kita, bahwa dengan cara inilah Allah memimpin. Ketika Boas melihat Ruth, dia bertanya kepada pegawainya siapa gerangan Ruth. Pegawainya mengatakan kepadanya bahwa wanita itu adalah Ruth, menantu Naomi, yang telah meninggal suaminya, yang baru kembali dari tanah Moab, dan datang untuk tinggal di Betlehem (2:1-7). Ini adalah komunitas yang baik. Jadi Boas menolong karena tahu bahwa dia masih ada hubungan keluarga dengan Naomi, dan inilah yang membuat Boas berbelas kasihan. Jadi, belum ada cinta pada awalnya. Tetapi ada satu tindakan belas kasihan yang biasa. Orang kaya menolong orang miskin, dan ketika Boas tahu bahwa Ruth adalah menantu dari Naomi yang merupakan kerabatnya, dia memberikan kemurahan dan kebaikan kepada Ruth (2:8-12). Sesampainya di rumah, ketika Naomi bertanya kepada Ruth dimana dia memungut jelai, Ruth menceritakan tentang Boas dan kebaikannya. Kemudian Naomi mengatakan pada Ruth bahwa bahwa Boas adalah kaum kerabat mereka (2:20).
Pada pasal 3:1, dapat kita ketahui bahwa Naomi memperhatikan kehidupan Ruth. Kemudian Naomi berinisiatif dengan menyuruh Ruth pergi ke pengirikan dan tidur di sebelah kaki Boas. Ruth juga disuruh menarik selimut Boas agar Boas tahu dia ada disana (3:3-4). Ini strateginya Naomi. Dan Boas, ketika mengalami kejadian itu, melihat ketulusan Ruth. Artinya, mulai pertama kali bertemu, melihat ketulusan Ruth, sampai akhirnya bagaimana Ruth bertindak demikian, akhir nya Boas jatuh cinta (3:10-12). Tetapi Boas berkata bahwa belum haknya untuk menebus Ruth karena ada yang lebih berhak (3:12). Perlu diketahui bahwa tradisi bangsa Israel, jika masih ada anak yang pertama, yang kedua tidak boleh, dan demikian seterusnya. Dalam hal ini masih ada saudara Boas yang lebih berhak menebus Ruth dan Boas menghormati tradisi ini. Kalau kita lihat pada pasal 3 dan 4, Boas memanggil saudara-saudara dan para pemimpin-pe mimpin untuk membicarakan hal ini. Ketika saudara Boas yang berhak menebus Rurth tidak bersedia menebus Ruth dan bertanggung jawab meneruskan keturunan Elimelekh agar tidak punah, Boas menerima hak untuk menebus Ruth (4:1-12). Setelah itu barulah Boas mengambil Ruth sebagai isterinya.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah “cinta Ruth kepada Boas”.
1. Cinta itu lahir dan tumbuh secar alamiah dengan pengenalan yang lebih dalam. Oleh karena itu, cinta tidak dibuat-buat dan tidak dikondisikan. Dalam kisah ini, kita dapat melihat Ruth memungut jelai di ladang Boas. Hal ini tidak disengaja. Tetapi Tuhan menyatakan rencanaNya melalui hal ini. Ada banyak cara Tuhan memimpin kita, baik itu di kampus, kebaktian, dan bisa dimana saja. Yang penting adalah jangan mencari ‘domba’ di kandang ‘kambing’. Oleh karena itu, kita dapat melihat satu proses alamiah terjadi, walaupun ada yang dikondisikan dengan cara tertentu untuk mengunjungi orang tertentu, ini lain ceritanya. Ini adalah ‘How to say’, bukan pertemuan pertama kali. Dalam kisah ini cintanya Boas muncul dan bertumbuh ketika melihat karakter, kesetiaan, dan cara hidup Ruth, bukan sebatas kecantikan.
2. Cinta lahir karena karakter dan cara hidup yang benar. Ketertarikan Boas dan Ruth muncul ketika melihat karakter masing-masing. Ruth tertarik melihat kemurahan Boas. Hal ini tidak gampang karena, pertama, pada waktu itu tidak gampang bagi wanita non Yahudi masuk ke kawasan Yahudi. Kedua, ketika hal ini terjadi, Ruth mendapatkan belas kasihan dari Boas bukan dalam rangka untuk dicintai. Cinta antara mereka tumbuh dari saling mengenal dari segi karakter, hidup, dan kebaikan. Hal ini penting karena jika hanya melihat sebatas kecantikan, akan sangat terbatas karena kecantikan akan luntur (Amsal 31), tetapi inner beauty dari seseorang dapat bertahan lama dan membuat cinta tidak akan pernah pudar.
3. Cinta yang tulus melahirkan keberanian untuk bertindak atau menyatakannya. Memang Naomi yang memerintahkan Ruth. Naomi memiliki strategi karena dia tahu tradisi Yahudi sedangkan Rurh tidak mengetahuinya. Maka untuk menyatakannya, Naomi lah yang mengajari Ruth (pasal 3). Kalau kita perhatikan dalam hal ini ada satu keberania untuk menyatakan. Dalam budaya kita, yang pertama harus menyatakan adalah laki-laki. Tetapi menurut Alkitab, tidak ada larangan bagi wanita untuk menyatakannya terlebih dahulu cintanya. Kalau kita yakin cinta itu berasal dari Tuhan, kita harus berani untuk bertanggungjawab dan berani untuk menyatakannya. Mungkin hanya ‘bagaimana untuk menyatakannya’ ini yang berbeda. Kalau seorang laki-laki bisa menyatakannya secara langsung. Tetapi seorang wanita melakukannya dengan berbagai cara, dan dalam kisah ini Naomi memakai memakai trik untuk hal ini. Artinya, kalau nanti Boas tahu Naomi berada di samping kaki Boas, naomi menyuruh Ruth untuk diam (perlu diketahui bahwa hal ini adalah metode pada saat itu). Ketika Ruth menjalankan perintah Naomi, Boas langsung tahu. Tidak ada satu kalimatpun yang dikatakan oleh Ruth. Tetapi Boas tahu, karena tradisi yang ada pada saat itu. Karena itu, bagi laki-laki, tolong peka terhadap ‘sinyal’ , karena wanita tidak bisa menyatakannya secara langsung. Dan bagi perempuan, jika kamu yakin seseorang itu berasal dari Tuhan, kamu bisa menyatakannya dengan cara-cara tertentu. Dalam kisah ini Ruth dibantu oleh Naomi. Bagi laki-laki, perlu untuk diingat, kalau ada perempuan yang menyatakan isi hatinya kepadamu, tolong jangan bicarakan dengan orang lain. tolong hargai dia, dan jangan berpikir bahwa dia adalah perempuan murahan karena dia melangkah dengan iman. Perlu keberanian untuk melakukan hal ini karena biasanya hal ini dianggap memalukan dan merendahkan harga diri perempuan.
Dalam hal ini jugalah apakah kita butuh “mak comblang Naomi” untuk membantu kita?
Kita juga dapat melihat beberapa hal tentang cinta melihat cinta antara Ruth dan Boas.
1. Cinta itu tidak dibatasi oleh status sosial.
Ruth adalah seorang janda. Cinta yang sejati akan menghancurkan status sosial. Makanya tidak salah bagi seorang laki-laki untuk menikah dengan seorang janda, dan sebaliknya, yang penting adalah beriman kepada Kristus.
2. Cinta itu tidak dibatasi oleh status ekonomi.
Cinta yang sejati tidak memandang status ekonomi termasuk status pekerjaan. Jadi, bukan harus pria yang jabatannya lebih tinggi, bukan harus pria yang penghasilannya lebih besar.
3. Cinta tidak dibatasi oleh budaya dan suku (cross-cultural love)
Kalau kita memiliki pasangan yang berbeda suku dimana orang tua tidak setuju, tetapi kita yakin Tuhan yang memimpin, kita harus berani melangkah. Dalam hal ini Ruth dan Boas menikah tanpa terpengaruh oleh batasan ini. cinta yang sejati tidak pernah dibatasi oleh apapun kecuali oleh iman, karakter, dan nilai hidup. Cinta tidak dibatasi oleh apapun dan dari sini juga kita melihat bahwa tidak ada larangan bagi pasangan jika yang wanita lebih tua dibandingkan dengan yang laki-lakinya.
Dalam hal ini jugalah cinta yang sejati adalah cinta ’meskipun’ bukan cinta ‘bukan karena’ atau ‘supaya’
4. Cinta tidak menghancurkan tradisi (1:1-12)
Dalak kisah ini Boas tidak serta-merta menghancurkan tradisinya, melainkan bertanya pada orang yang berhak untuk menebus Ruth. Ketika yang berhak ini tidak bersedia menebus Ruth, Boas melakukannya.
5. Cinta yang dialami Boas dalam kisah ini adalah cinta yang penuh tanggung jawab (4:9-10).
Boas menikahi Ruth bukan hanya sebatas menikah. Oleh karena itu pernikahan bukan sebatas tuntutan seksualitas, walaupu seks adalah buah dari cinta. Boas berani menikahi Ruth (seorang janda dimana pada saat itu kurang dihargai) sekaligus bertanggung jawab untuk kelangsungan keturunan Elimelekh. Per nikahan dan cinta yang tulus akan melahirkan tindakan yang bertanggung ja wab. Jika kita mencintai seseorang, kita harus mencintai dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.
6. Cinta yang sejati menggenapi rencana Allah (4:13-22)
Setelah Ruth menikah, dia akan melahirkan seorang anak yang bernama Obed. Obed akan melahirkan Isai, ayah dari Daud. Dan Daud adalah nenek moyang dari Yesus Kristus (4:18-22). Jadi, pernikahan yang betul-betul dari Allah maka Allah akan menggenapi ren cananya melalui pernikahan dan pasangan ini akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati.
Mari kita memiliki cinta yang tanpa syarat, yaitu cinta ‘meskipun’. Cinta yang sejati tidak akan menyebabkan perpecahan. Pernikahan yang didasari pada cinta yang sejati akan dipakai Allah untuk menggenapi rencanaNya.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment