By: Drs. Tiopan Manihuruk, M. Div
Hari ini kita akan bicarakan tentang dating and intimacy, yaitu pacaran dan keintiman yang di dalam konteks berpacaran yang sesuai dengan Alkitab menuju pernikahan yang suci. Hal ini penting karena banyak orang gagal menjalani masa berpacaran dengan cara yang tidak benar, yaitu melanggar Firman Tuhan.
Ketika membahas tentang topik ini, biarlah saudara yang belum jelas statusnya (single), memiliki ajaran yang jelas sehingga ketika masa penantian usai, saudara sudah mengetahui prinsip-prinsip kebenaran di dalam menjalaninya. Minimal antisipatif. Dan untuk yang sudah berpacaran topik ini akan menjadi sebuah cara untuk korektif dan menjadi patron dalam menjalani hubungan.
Saudara-saudara, hal yang pertama kali yang harus kita sadari sebelum berbicara tentang dating and intimacy adalah bahwa Allah menciptakan dan menata seks sedemikian rupa. Karena seks merupakan ciptaan Allah, maka seks itu adalah sesuatu yag suci. Tetapi sering sekali kita merasa tabu dan salah jika harus berbicara tentang seks. Berbicara tetang seks bukanlah sesuatu yang tabu,karena seks yang diciptakan itu ada di dalam rancangan Allah. Oleh karena itu, seks akan menjadi suci kalau digunakan di dalam rencana Allah. Itulah sebabnya, seks di luar rancangan Allah adalah perjinahan.
Pada session LDS sebelumnya, kita sudah pernah membahas tentang seks dan cinta, bahwa seks tanpa cinta adalah pelacuran, cinta tanpa seks adalah persahabatan, dan cinta dengan seks adalah pernikahan. Oleh sebab itulah seks yang diciptakan Allah seturut dengan rancanganNya adalah sesuatu yang suci, yang harus dijalankan di dalam kehendak Allah.
Seks diberikan oleh Allah dengan dua tujuan, yaitu :
1. Recreation dengan reproduksi
Jadi seks di berikan untuk mewujudkan kehendak Allah yang mulia (Kej 1:28), bukan sebagai pelampiasan.
2. Seks merupalan sebuah sumber kenikmatan spiritual dan fisik antara suami dengan isteri.
Oleh sebab itu, jika seks dilakukan hanya untuk pemuasan birahi tanpa spritual, maka akan menimbulkan kekosongan batin. Dalam Kej. 2:23-24 dikatakan bahwa seks adalah perfect union/unity. Jika orang melakukan seks secara suci, pasti ada kepuasan secara rohani, mental, dan biologis. Tetapi tanpa seks yang suci, akan didapat kepuasan/kenikmatan biologis mungkin terjadi, tetapi akan ada ketimpangan dari segi kepuasan batiniah secara rohani. Makanya dalam Mat 19:5, kita melihat adanya inisiatif Allah yang mempersatukan manusia di dalam suatu seks yang suci (the holy seks). Karena itulah, Allah menghendaki seks itu tetap indah, sesuatu yang nikmat, yang menciptakan keharmonisan, bukan sesuatu yang menciptakan kepahitan.
Bagaimana tahapan menuju sebuah pernikahan.
Dating dalam berpacaran
Masa awal dalam berpacaran memiliki jenis cinta ‘agape’. Dalam tahap ini, agape love adalah sebuah spiritual love di mana kita memberi bukan menerima, atau memaksa orang lain untuk memberi bagi kita, melainkan mengkondisikan diri kita untuk memberi kepada orang lain.
Ini adalah cinta awal yang murni (mari kita bandingkan dengan kisah pertemuan Rut dengan Boas yang diawali dengan kasih agape)
Tujuan dari hubungan ini adalah, pertama, agar keduanya saling mendorong untuk lebih dekat kepada Tuhan. Jadi laki-laki mendorong perempuan untuk semakin bertumbuh dan dewasa di dalam Kristus dan sebaliknya. Keduanya harus saling melengkapi. Kedua, di sinilah laki-laki berperan sebagai pemimpin dan yang perempuan sebagai inspirator. Di dalam hal inilah, laki-laki memimpin agar cinta mereka lebih murni, hidup mereka lebih suci, dan mereka memiliki hidup yang semakin berkenan kepada Allah. Ketika laki-laki gagal memimpin dengan cara demikian, yang menjadi pertanyaan adalah apakah selama berpacaran mereka memang dipimpin oleh Tuhan atau karena didominasi oleh seks bukan cinta. Mungkin karena ia cantik atau cakap. Di sisi lain wanita sebagai inspirator mendorong laki-laki untuk bisa terus memimpin. Pemimpin perlu dimotivasi. Kalau pemimpin berjalan terlalu cepat, yang perempuan menarik dan kalau terlalu lambat, perempuan mendorong.
Harus disadarai bahwa di dalam dating and intimacy, seks itu seperti api (sex is like a fire) yang artinya, seks itu dapat digunakan dengan baik, tetapi sebaliknya bisa juga menjadi hal yang membahayakan. Jadi ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengantisipasi ini, yaitu waktu, tempat, dan flame (nyala). Kapan seks tidak membahayakan, dimana seks dinyatakan dan seberapa besar ‘nyala’ seks selama berpacaran
Ada lima rumus dalam dating, yaitu :
1. Hindari hubungan yang sangat nyaman (permanen) sampai tiba waktu Tuhan. Ini adalah masa kebersamaan yang ‘terlarang’ dimana jika terlalu sering ketemu dan bersama akan menimbulkan masalah. Inilah sebabnya, pacaran itu tidak terlalu baik jika selalu bersama. Kita harus mengingat bahwa tidak ada seorangpun dari kita yang kuat. Kita harus berjaga-jaga dan jangan sampai membawa diri kita sendiri ke dalam pencobaan. Karena ini jugalah, dalam etika Kristen, tidak baik berpacaran itu terlalu lama karena sebelum berpacaran kita sudah harus mengenal lebih dahulu (bukan seperti beli kucing dalam karung).
2. Usahakan untuk banyak beraktivitas.
Apakah kita masih mengingat bagaimana raja Daud jatuh ke dalam dosa.? Pada masa itu adalah masa berperang, akan tetapi raja Daud tidak pergi berperang melainkan berjalan-jalan di sotoh istananya. Daud yang tidak punya kegiatan melihat Betsyeba yang sedang mandi dan akhirnya dia berjinah dengan Betsyeba.
3. Hindari suasana atau diskusi-diskusi yang tidak membangun. Misalnya pa caran di tempat sepi yang tidak dilalui orang dan dengan penerangan yang remang-remang dapat dipakai iblis untuk menjatuhkan kita ke dalam perjinahan.
4. Mari belajar memperlengkapi diri untuk menikah secara rohani, emosi, mental, dan psikis (bukan hanya mengandalkan kedewasaan fisik saja).
5. Hindari pre-marital sex. Hal ini penting. Oleh karena itulah seks di luar pernikahan di tentang oleh firman Tuhan. Ada beberapa hal yang harus kita ingat :
• Be satisfied with spiritual communion and conversation.
• Keep yoru life holy and pure. To stay clean, stay away! Karena tubuh kita adalah bait Allah. Kor.6:19; 1 Kor.10:23. bd. Kol.3:17,23
• Lust can only wait five minutes; Love can wait for five years.
Dapatkah anda mendaftarkan lima cara untuk membawa pasangan kita untuk semakin dekat kepada Tuhan? Jika anda dapat, berari anda benar-benar mencintai pasangan anda dan jika tidak, berarti cinta anda tidak murni.
Jika ada pasangan di dalam keintiman dapat puas diluar dari Kristus, berarti mereka bukan di dalam cinta sejati. Tetapi ketika pasangan puas dan menikmati bersama-sama didalam Kristus, berarti mereka di dalam cinta yang tulus. Inilah cinta yang sejati.
Di dalam hal inilah penting adanya kesucian hidup di dalam berpacaran. Dalam berpacaran kita harus mebangun kedekatan psikis, bukan bukan fisik. Petting, necking, hugging and kissing diijinkan Allah sebagai cara untuk menuju hubungan seksual di dalam pernikahan karena laki-laki terangsang dengan penglihatan dan wanita melalui sentuhan. Itulah sebabnya di dalam berpacaran, kita harus menjaga kesucian pasangan kita. Kalau kita memiliki sesuatu yang kita sayangi, kita akan menjaganya dengan baik. Sama seperti dalam berpacaran, Jika benar kita mencintai dia, kita tidak akan menodainya.
Pacaran adalah kesempatan untuk mengenal lebih dalam, baik karakter, kekuatan, dan kelemahaannya. Kita belajar untuk mengerti dirinya karena pernikahan adalah perpaduan dua insan yang berbeda tetapi saling mengerti. Bukan menuntut pasangan untuk mengerti kita, tetapi untuk mengerti pasangan kita. Jika kita menuntut pasangan kita untuk mengerti kita, akan menjadi sumber konflik. Tetapi belajar untuk mengerti pasangan adalah sumber kebahagiaan. Jangan menikah kalau kita belum siap untuk mengerti pasangan kita. Oleh karena itu pacaran adalah masa mencari pimpinan Tuhan. Kalau pasangan kita tidak mau dimengerti dan kita sudah berusaha untuk mengerti dia, kenapa harus dilanjutkan! Jangan berpikir kalau sudah pacaran harus menikah. Mari belajar untuk menerima pasangan kita apa adanya. Hal ini penting supaya ketika menikah tidak terjadi ‘letupan-letupan’ atau keterkejutan. Kita harus membereskannya pada saat kita masih berpacaran. Di sinilah kita bisa belajar untuk memperhatikan dan membangun pasangan kita untuk bertumbuh secara rohani. Karena itu saudara, perlu dibangun proyek bersama di dalam berpacaran, misalnya proyek baca buku, KTB, jam doa, pelayanan dan kunjungan. Indikator berpacaran yang benar adalah apakah selama pacaran keduanya semakin bertumbuh dan mengasihi Tuhan?
Tunangan
Dalam pacaran yang lebih jauh lagi (biasanya dipakai istilah tunangan, walaupun tidak semua menggunakan istilah ini) jenis cinta agape ditambahi dengan jenis cinta ‘Philia’ yaitu persahabatan dan berbagi. Soulish bukan selfish.
Hubungan ini mempunyai tujuan, pertama, sharing yang lebih dalam dimana sharing ini sampai pada titik yang terlemah. Alangkah bagusnya kalau kita mengetahui kelemahan pasangan kita yang terdalam maupun potensinya karena akan membantu kalau akhirnya menikah.. Kedua, mendiskusikan rencana masa depan seperti keluarga, anak, pekerjaan pelayanan, dan lainnya. Kita harus siap menerima keluarga pasangan kita menjadi bagian hidup kita sehingga kita tidak menganggab beban kalau ada keluarga pasangan kita tinggal dengan kita. Ketiga, mencapai dengan penuh pertimbangan dengan kesiapan mental. Kalau ini cocok dapat dilanjutkan pada tingkatan selanjutnya
Pernikahan
Dalam pernikahan jenis cinta yang ada dalam dating dan tunangan ditambahkan dengan cinta ‘Eros’ yaitu physical sexual love. Sexual love adalah sebuah berkat dan anugrah bukan bermuara pada kepahitan. Dalam hal inilah hubungan ini akan menjadi satu daging dengan kenikmatan bersama dan menjadi keluarga yang memuliakan Allah.
Mari kita isi pacaran dimana keduanya bertumbuh semakin mencintai Kristus, semakin dewasa dan memuliakan Allah.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment